Anda di halaman 1dari 11

PERJANJIAN PERKAWINAN

Menurut UU No.1 Tahun 1974

1
Perjanjian Perkawinan
I. Pengertian  UU No.1/1974  tidak merumuskan

II. Pengaturan  Ps. 29 UU No.1/1974

III. Pasal 29 UU No.1/1974


1. Dibuat sebelum dan pada saat perkawinan
2. Bandingkan dgn KUHPerdata
 dibuat dgn akta notaris
 dibuat “sebelum perkawinan” (147 KUHPerdata)
3. Perjanjian perkawinan  dibuat atas persetujuan bersama
 Tidak harus ada pada setiap perkawinan
4. Perjanjian perkawinan dibuat dalam:
a. Bentuk tertulis (akta notaris; dibawah tangan)
b. Disahkan oleh peg. Pencatat
c. Isinya berlaku pada pihak ke-III
5. Tidak boleh bertentangan dgn kesusilaan dan ketertiban umum
 sejalan dgn ps 139 KUHPerdata
 ps. 29 UU No.1/74 (2)  tidak boleh melanggar batas-batas
hukum, agama, dan kesusilaan
2
6. Unsur tidak boleh diubah
 UU No.1/74  ps. 29 (4) KUHPerdata
 perjanjian perkawinan dapat diubah, sepanjang ada
persetujuan suami/istri dan tidak merugikan pihak ke-III
 KUHPerdata  perjanjian perkawinan tidak boleh diubah dgn
cara apapun, setelah atau selama perkawinan berlangsung.

7. Unsur berlakunya perjanjian perkawinan


pasal 29 (3) UU No.1/74  mulai berlaku sejak saat
perkawinan berlangsung
KUHPerdata 
147  semenjak saat perkawinan berlangsung
 pada pihak ke-III mulai berlaku sejak dicatat/
dibukukan/didaftarkan dalam suatu register umum di PN wilayah
perkawinan dilangsungkan.
152  perubahan terhadap perjanjian perkawinan tidak
berlaku pada pihak ke-III  jika belum didaftarkan dalam
register umum
3
8. Perubahan isi perjanjian perkawinan
 KUHPerdata  tidak boleh sama sekali
 UU No.1/74  dapat saja, asal tidak
merugikan pihak ke-III

IV. Maksud dan Tujuan Perjanjian Perkawinan

 UU tidak menyebutkan  dapat disimpulkan 


pengurusan harta kekayaan perkawinan suami/istri
dalam perkawinan
 hubungan dgn ps 35 UU No.1/74  pengaturan
harta perkawinan.

4
V. Isi Perjanjian Perkawinan
 mengatur mengenai harta benda perkawinan

Bab IV  ttg hak dan kewajiban suami/istri

KUHPerdata Bab V  ttg persatuan harta kekayaan

Bab VI  perjanjian perkawinan

1. Beda pola pengaturan


Bab V  perjanjian perkawinan

UU No.1/74 Bab VI  hak dan kewajiban suami/istri

Bab VII  harta benda dlm perkawinan

5
a. Dapat memuat apa saja yg berhubungan
dgn hak dan kewajiban suami/istri
 mengenai batasan2 ttg apa yg
diperjanjikan  tugas hakim utk
memeriksanya

2. Isi perjanjian perkawinan


b. Prof. Sardjono  hak dan kewajiban
 Menurut para ahli hukum
suami/istri dibidang Hk Kekayaan
 Atas dasar ps 139 yuncto p 119
KUHPerdata

c. N Soetarno  menyangkut harta yg


benar – benar Harta pribadi suami istri
yg dibawa kedalam perkawinan

6
VI. Syarat – Syarat Perjanjian Perkawinan

a. Dibuat sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkan


b. Dibuat atas persetujuan bersama
c. Dibuat secara tertulis
d. Harus disahkan pada pegawai pencatat yg berwenang
e. Tidak boleh bertentangan dgn hukum, agama, kesusilaan,
ketertiban umum
f. Dibuat oleh mereka yg telah dewasa
g. Berlaku setelah perkawinan berlangsung
h. Berlaku pada pihak ke-III sejak perkawinan tercatat
i. Tidak dapat diubah selama perkawinan berlangsung kec.
Dgn persetujuan kedua belah pihak dan tidak merugikan
pihak ke-III

7
PERJANJIAN PERKAWINAN

Menurut KUHPerdata

8
I. Pengaturan ⇨ ps 139 s/d 179 KUHPerdata

II. Merupakan penyimpangan dari ps 119


KUHPerdata ttg harta campuran bulat. Harus
dicantumkan dgn tegas tujuan penyimpangan
yaitu untuk mengatur hak dan kewajiban suami
istri thd harta kekayaan masing – masing yang
dibawa kedalam perkawinan.

III. Para pihak dalam perjanjian perkawinan adalah


suami istri dan pihak ke-III sebagai pemberi hibah
pada salah satu pihak, suami atau istri.

9
IV. Perjanjian harus dibuat dalam bentuk akta notaris dan dibuat
sebelum perkawinan berlangsung. Berlakunya setelah
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri.

V. Perjanjian perkawinan dalam KUHPerdata tidak dapat diubah


dengan jalan apapun selama perkawinan berlangsung.

VI. Pembatasan undang-undang dalam hal membuat perjanjian


perkawinan
a. dilarang membuat perjanjian yg isinya melepaskan hak untuk
menuntut pemisahan meja dan tempat tidur, perceraian atau
menuntut pemisahan harta kekayaan.
b. dilarang membuat perjanjian yg mengurangi kekuasaan suami
atau istri
c. dilarang mengadakan perjanjian yg isinya menyimpang
dari ketentuan yg berkaitan dgn kekuasaan orang tua.

10
VI. Macam – Macam Perjanjian Perkawinan Yang Dapat
Diperjanjikan Dalam Perjanjian Perkawinan

a. Harta campuran laba rugi, yaitu adanya


pemisahan antara harta yg dibawa kedalam perkawinan
dan harta yg diperoleh selama perkawinan berlangsung.
Harta yg dibawa kedalam perkawinan merupakan
harta pribadi sedangkan harta yg diperoleh selama
perkawinan berlangsung merupakan harta
bersama.

b. Harta campuran penghasilan pendapatan. Ps 164


KUHPerdata menentukan perjanjian antara suami istri
hanya akan berlaku persatuan hasil dan pendapatan,
berarti secara diam-diam tidak ada persatuan harta.

11

Anda mungkin juga menyukai