Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH HUKUM PERKAWINAN ISLAM

PENGERTIAN PERJANJIAN PERKAWINAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Pada Mata Kuliah Hukum Perkawinan
Islam Yang Diampu Oleh :

Dr. Bahrul Fawaid, SHI., MSI.

Disusun Oleh :
Nur Ahsan M
(21107011110)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2022

1
PEMBAHASAN

A. Perjanjian Dalam Perkawinan

1. Pengertian Perjanjian Perkawinan

Perjanjian Perkawinan yaitu, persetujuan yang dibuat oleh kedua


calon mempelai pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, dan
masing-masing berjanji akan mentaati apa yang tersebut dalam persetujuan
itu, yang disahkan oleh pegawai pencatat nikah1. Soetojo Prawirohamidjo
menyatakan perjanjian perkawinan merupakan perjanjian yang dibuat
oleh calon suami isteri, sebelum atau sesudah dilangsungkan pernikahan
untuk mengatur akibat-akibat perkawinan terhadap harta kekayaan
mereka2.

Perjanjian perkawinan tidak hanya memperjanjikan masalah


keuangan atau harta, ada hal lain yang juga penting diperjanjikan,
misalnya kejahatan rumah tangga, memperjanjikan salah satu pihak tetap
berkarir sudah menikah dan lain sebagainya3. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, perjanjian adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan
mentaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu4.

Secara teoritis perjanjian perkawinan bisa dibuat bermacam-


macam mulai dari aturan dalam BW (burgerlijk wetboek), maupun
Undang Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974. Bila seseorang
mengadakan janji kemudian ada orang lain menyetujui janji tersebut serta
1
Abd Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), 119.
2
Soetojo Prawirohamidjo, Pluralisme dalam Perundang-undangan perkawinan di Indonesia, Airlangga
University Press, Surabaya, 1986, hlm. 57.
3
Muchsin , Perjanjian Perkawinan dalam Perspektif Hukum Nasional, Varia Peradilan, Jakarta, 2007, hlm.
7.
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Ikthasar Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta : Balai Pustaka.
2005. hlm. 458.
2
menyatakan pula suatu janji yang berhubungan dengan janji yang pertama,
maka terjadilah perikatan dua buah janji dari dua orang yang mempunyai
hubungan antara yang satu dengan yang lain5. Dengan demikian perjanjian
atau kontrak adalah sumber hukum formal, selama perjanjian atau kontrak
tersebut adalah perjanjian yang sah atau legal.

Pengertian perjanjian perkawinan menurut Undang-undang


perkawinan No. 1 Tahun 1974 dan Inpres No. 1 Tahun 1974 tentang
Kompilasi Hukum Islam, yaitu :

a. Pengertian Perjanjian Perkawinan menurut Undang-undang No. 1


Tahun 1974

Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 menjelaskan bahwa :

1) Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan,


kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat
melakukan perjanjian secara tertulis yang disahkan oleh
pegawai pencatat perkawinan, setelah mana isinya berlaku
juga terhadap pihak ketiga tersangkut.

2) Perkawinan tersebut tidak dapat disahkan bilamana


melanggar batas-batas hukum, agama dan kesusilaan.

3) Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan


dilangsungkan.

4) Selama perkawinan berlangsung perjanjian perkawinan


tidak dapat diubah, kecuali bila dari kedua belah pihak ada
persetujuan untuk merubah dan perubuhan tidak merugikan
pihak ketiga6.

b. Inpres No. 1 Tahun 1974 tentang Kompilasi Hukum Islam dalam


pasal 47 menyatakan bahwa :

1) Pada waktu atau sebelum perkawinan berlangsung kedua


calon mempelai dapat membuat perjanjian tertulis yang
disahkan oleh pegawai pencatat nikah mengenai
5
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 45.
6
Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkup Peradilan Agama,
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, 2001, 138.
3
kedudukan harta perkawinan.

2) Perjanjian tersebut dalam ayat (1) dapat meliputi


percampuran harta dan pemisahan harta pencaharian
masing-masing sepanjang hal itu tidak bertentangan
dengan hukum islam.

3) Disamping ketentuan dalam ayat (1) dan (2) diatas, boleh


juga isi perjanjian itu menetapkan kewenangan masing-
masing dalam mengadakan ikatan hipotik atas harta
pribadi dan harta bersama atau harta syarikat7.

7
Departemen agama RI, Himpunan Peraturan perundang-Undangan Dalam Lingkup Peradilan Agama,
Intruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam, 2001, Hlm, 328.
4
DAFTAR PUSTAKA

Abd Rahman Ghazaly. 2002. Fiqih Munakahat, Bogor: Kencana

Soetojo Prawirohamidjo. 1986. Pluralisme Dalam Undang-Undang Perkawinan di


Indonesia, Surabaya

Muchsin. 2007. Perjanjian Perkawinan Dalam Perspektif Hukum Nasional, Jakarta

Hanafi Arief. 2017. Perjanjian Dalam Perkawinan, Vol. IX. No. 2. 154-156. Jurnal
Hukum

Hendi Suhendi. 2007. Fiqih Muamalah, Jakarta

Departemen Agama RI. 2001. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam


Lingkup Peradilan Agama, Undang-undang No. 1 Tentang Perkawinan

Anda mungkin juga menyukai