Anda di halaman 1dari 35

Jurnal Hukum Mimbar Justitia

Fakultas Hukum Universitas Suryakancana


Vol. 7 No. 2 – Desember 2021, hlm. 105-139.
ISSN: 2477-5681 (Cetak), ISSN: 2580-0906 (Online)
Open Access at: https://jurnal.unsur.ac.id/jmj

ANALISIS HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN


SEWA RAHIM (SURROGATE MOTHER) DITINJAU MENURUT
PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

R. Febrina Andarina Zaharnika


Fakultas Hukum Universitas Islam Riau
E-mail: r.febrinazaharnika@law.uir.ac.id

Masuk: September 2021 Penerimaan: Oktober 2021 Publikasi: Desember 2021

ABSTRAK
Perjanjian sewa rahim atau dikenal istilah “surrogate mother”merupakan ibu
pengganti yang tergolong sebagai metode atau upaya kehamilan diluar cara yang
alamiah. Terhadap pelaksanaan perjanjian sewa rahim atau surrogate mother
merupakan suatu perjanjian antara seorang wanita yang mengikatkan diri melalui
suatu perjanjian dengan pihak lain (suami-isteri) untuk menjadi hamil terhadap hasil
pembuahan suami isteri tersebut yang ditanamkan ke dalam rahimnya, dan setelah
melahirkan diharuskan menyerahkan bayi tersebut kepada pihak suami isteri
berdasarkan perjanjian yang dibuat. Jenis penelitian ini yuridis normatif. Spesifikasi 105
penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Sumber data terdiri dari bahan hukum primer,
sekunder dan tersier. Metode pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan
(library research) terhadap data sekunder. Metode analisis data dengan menggunakan
metode normatif kualitatif. Hasil penelitian, Pertama, terhadap perjanjian surrogate
mother atau sewa rahim, perjanjian tersebut tidak sah dikarena berdasarkan syarat
keempat dalam hal sahnya suatu perjanjian Pasal 1320 KUH Perdata yaitu dikarenakan
“adanya sebab yang halal” yang membuat perjanjian tersebut mengakibatkan batal
demi hukum. Tidak sah juga disebabkan karena bertentangan perundang-undang yang
ada. Kedua, terhadap perjanjian sewa rahim surrogate mother akan menimbulkan hak
dan kewajiban bagi para pihak. Apabila terjadi perselisihan dengan ibu pengganti,
maka penyelesaiannya dapat mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak tersebut.

Kata Kunci : Perjanjian, Sewa Menyewa, Sewa Rahim, Surrogate Mother.

ABSTRACT
A uterine rental agreement or known as a "surrogate mother" is a surrogate mother
classified as a method or effort of pregnancy outside the natural way. The
implementation of a uterine rental agreement or surrogate mother is an agreement
between a woman who binds herself through an agreement with another party
(husband and wife) to become pregnant with the result of the fertilization of the

Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia


Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

husband and wife which is implanted into her womb, and after giving birth is required
to give up the baby, to the husband and wife based on the agreement made. This type
of research is normative juridical. The specification of this research is descriptive
analytical. Data sources consist of primary, secondary and tertiary legal materials. The
data collection method uses library research on secondary data. Methods of data
analysis using qualitative normative methods. The results of the study, First, against
the surrogate mother agreement or uterine rental, the agreement is invalid because it
is based on the fourth condition in terms of the validity of an agreement Article 1320 of
the Civil Code, namely due to "the existence of a lawful cause" which makes the
agreement null and void. It is also invalid because it contradicts existing laws. Second,
the surrogate mother's womb rental agreement will give rise to rights and obligations
for the parties. If there is a dispute with the surrogate mother, the resolution can
prioritize the best interests of the child.

Keywords: Agreement, Lease, Rent Womb, Surrogate Mother.

I. PENDAHULUAN perselisihan yang mengakibatkan


Manusia kodratnya merupakan perceraian. 1
makhluk yang lebih dimuliakan dan Maka terhadap aturan-aturan
diutamakan Allah dibandingkan dengan yang dibuat oleh Allah S.W.T tidak 106
makhluk-makhluk lainnya. Bahkan Allah diperbolehkan untuk dilanggar, sebab
S.W.T telah menetapkan adanya sejatinya manusia tidak dibolehkan
peraturan-peraturan yang berkaitan berbuat semaunya mengabaikan segala
dengan perkawinan bagi umat manusia. perintah dan anjuran yang diamatkan
Bahkan Dalam kehidupan berumah oleh Allah S.W.T kepada ummatnya.
tangga tidak selamanya setiap orang Maka berdasarkan ketentuan Kompilasi
hidup harmonis dan bahagia, Hukum Islam dalam Pasal 2 (KHI)
dikarenakan kedua belah pihak kurang Kompilasi Hukum Islam telah
memahami antara hak dan kewajiban memberikan penjelasan bahwasannya :
masing-masing sebagai suami istri “Perkawinan menurut hukum Islam
sebagaimana yang telah diuraikan adalah pernikahan, yaitu akad yang
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1
1974 tentang Perkawinan, sehingga R. Febrina Andarina Zaharnika, “Legalitas
Akta Notaris Tentang Harta Bersama,”
seringkali dalam praktiknya terjadi Kodifikasi 1, no. July (2019): 39–65,
http://ejournal.uniks.ac.id/index.php/KODIF
IKASI/article/view/80.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

sangat kuat miitsaqan ghaliizhan untuk hubungannya dengan kerohanian dan


menaati perintah Allah dan agama. Penjelasan Pasal 1 Undang-
melakukannya merupakan ibadah”. Undang No.1 tahun 1974 tentang
Perkawinan bertujuan untuk perkawinan menyebutkan bahwa
membentuk keluarga, melanjutkan sebagai Negara yang berdasarkan
keturunan, mencegah perbuatan Pancasila, dimana Sila yang pertamanya
tercela (susila) serta menjaga ialah ke Tuhanan Yang Maha Esa, maka
ketentraman jiwa dan batin. Bagi perkawinan mempunyai hubungan
pentingnya perkawinan berarti tidak yang erat sekali dengan agama atau
hanya menyangkut hubungan kelamin kerohanian, sehingga perkawinan
anatara pria dan wanita, tetapi lebih bukan saja mempunyai unsur lahir atau
luas menyangkut kehidupan dan jasmani, tetapi unsur bathin atau
kepentingan masyarakat, bangsa dan rohani juga mempunyai peranan yang
Negara. Adapun hakekat dan tujuan penting sehingga dapat membentuk
perkawinan sebagimana dirumuskan keluarga yang bahagia rapat hubungan 107

dalam Pasal (1) Undang-undang No. 1 dengan keturunan, yang pula


tahun 1974 tentang Perkawinan, bahwa merupakan tujuan perkawinan,
: “Perkawinan ialah ikatan lahir batin pemeliharaan dan pendidikan menjadi
antara seorang pria dengan seorang hak dan kewajiban orang tua.
wanita sebagai suami istri dengan Oleh karenanya, kehadiran anak
tujuan membentuk keluarga (rumah di dalam rumah tangga selalu ditunggu
tangga) yang bahagia dan kekal serta diharapkan oleh keluarga
berdasarkan ketuhanan yang Maha terutama bagi pasangan suami isteri
Esa”. yang telah lama belum dikarunai
Maka terhadap ketentuan diatas, keturunan dalam perkawinannya.
Pasal 1 Undang-Undang No.1 tahun Dengan kehadirannya merupakaan
1974 Tentang Perkawinan memberikan saat-saat yang sangat membahagiakan
penjelasan Pasal demi Pasal dijelaskan dan ditunggu-tunggu oleh pasangan
bahwa Perkawinan sangat erat suami istri dan keluarga. Anak yang

Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia


Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

lahir dengan keadaan yang sehat dalam Terhadap ketentuan kedudukan


kondisi yang sempurna anggota anak diatas, memberikan kontribusi
badannya dan berfungsi yang baik bahwa para ulama tafsir menyebutkan,
adalah hal yang didambakan oleh maksud qurrata a’yun dalam ayat di
pasangan suami istri. 2 atas adalah anak-anak yang saleh, taat
Pada hakekatnya anak adalah kepada Allah S.W.T, berbakti kepada
anugerah dari Yang Maha Kuasa bagi orang tua, bermanfaat bagi sesama.
para orang tua. Anak juga merupakan Jadi jika anak yang memiliki perangai ini
amanah dan perhiasan bagi mereka, menjadi pemimpin orang-orang yang
sekaligus kebanggaan di kemudian hari. bertakwa, menjadi kebanggaan dan
Bahkan anak juga sebagai penenang pembela bagi para orang tua di dunia
hati, penyejuk jiwa, dan pemimpin dan akhirat. Namun, anak ini tidak lahir
orang-orang yang bertakwa. Maka begitu saja. Tetapi dibutuhkan
sebagaimana dalam firman Allah S.W.T perjuangan keras dari orang tua untuk
dalam ketentuan Al-Qur’an Surah Al- mengasuh, membina, dan 108

Furqan [25]: 74) : mendidiknya, bahkan sudah pasti


membiayainya. 3
Berdasarkan status kedudukan
anak dalam konsep perkawinan,
bahwasannya dengan mendapatkan
Artinya:
keturunan yang sah hanya dapat
“Ya Tuhan kami,
anugrahkanlah kepada kami diperoleh melalui perkawinan yang sah
istri-istri kami dan keturunan pula. Melalui perkawinan inilah dapat
kami sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami diharapkan lahirnya nasab yang sah
imam bagi orang-orang yang pula sebab wanita yang mendapatkan
bertakwa”.(Q.S Al-Furqan [25]:
74). benih dari saluran yang resmi ,mampu
memberikan keturunan yang dapat

2 3
Nungki Kusuma Irawan, Menumpas Muqatil ibn Sulaiman, Tafsir Muqatil Ibn
Penyakit Dengan Darah Tali Pusat, ed. Sulaiman Daru Ihya At-Turats, ed. Beirut,
Berlian Media (Semarang, 2011), 11. Jilid 3..Ibid., 242.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

dijamin keabsahannya baik terhadap pihak istri, sepertiga dari pihak suami
kedudukan lahirnya si anak dan status dan sepertiga dari gabungan
si anak sah dalam perkawinan yang sah. keduanya.6 Kelainan tersebut terjadi
Kehadiran sebuah anak adalah terhadap reproduksinya antara suami
salah satu faktor penentu sebuah isteri atau keduanya.
keharmonisan dalam suatu perkawinan Reproduksi merupakan suatu
dan kehadiran anak dapat menekan kegiatan upaya manusia untuk
angka poligami (beristri lebih dari melanjutkan keturunannya sebagai
seorang) dan angka perceraian. Pada suatu hak yang melekat secara kodrati,
saat kondisi tertentu dikarenakan istri yang merupakan salah satu dari tiga
yang tidak dapat melahirkan keturunan hak orisinil yang diberikan oleh Tuhan
yang dapat dijadikan alasan bagi suami Yang Maha Esa, yaitu hak kebebasan
untuk beristeri lebih dari seorang (yang lainnya adalah hak hidup dan hak
(poligami) yang merupakan suatu milik) selama tidak menggangu
pengecualian terhadap asas kepentingan tertentu dalam 109

monogami. 4 Dengan alasan tersebut masyarakat (norma moral, norma


membuat suami yang ingin agama, dan aturan hukum) sehingga
mengadakan perceraian dengan alasan secara instingtif, setiap makhluk hidup
istri tidak dapat memberikan keturunan (termasuk manusia) ingin memperoleh
secara alami karena adanya kelainan keturunan walaupun ada keterbatasan-
fisik.5 Membuat seorang istri merasa keterbatasan individu (termasuk
galau, resah amat khawatir dan tak penyakit dan sosial) sehingga secara
mampu memberikan suaminya sebuah normal atau alamiah tidak
keturunan. Kesulitan dalam memungkinkan dirinya mempunyai
memperoleh keturunan disebabkan keturunan. Sejak zaman pembentukan
oleh beberapa faktor dari sepertiga dari manusia, manusia sudah melakukan

4
Rusli Pandika, Hukum Pengangkatan Anak,
ed. Sinar Grafika (Jakarta, 2014), 9.
5 6
Husni Thamrin, Hukum Sewa Rahim Dalam Raehanul Bahraen, Fiqih Kontemporer
Bayi Tabung, ed. Aswaja Pressindo Kesehatan Wanita, ed. Pustaka Imam Asy-
(Yogyakarta, 2015), 38. Syafi’i (Jakarta, 2017), 182.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

kegiatan reproduksi. 7 Salah satunya globalisasi pada saat ini, maka


yang paling kontroversial adalah teknik ditempuhlah dengan jalan
reproduksi buatan. 8 menggunakan bayi tabung dan dengan
Maka terhadap reproduksi cara sewa rahim atau rental rahim atau
buatan, ketentuan teknik reproduksi “surrogate mother”. Di Negara
buatan adalah penanganan terhadap Indonesia tentunya sudah tidak lazim
sel gamet (ovum dan sperma) serta lagi mendengar kata bayi tabung,
hasil konsepsi (embrio) sebagai upaya bahkan bukan hanya prakteknya sudah
untuk mendapatkan kehamilan di luar dilakukan secara terbuka dan telah
cara-cara alami, tidak termasuk kloning dilegalkan oleh pemerintah. Sedangkan
atau duplikasi manusia. Merupakan untuk surrogate mother itu sendiri
salah satu teknik reproduksi buatan masih menjadi pertentangan antara
yang sering dikenal ada bayi tabung. tatanan keilmuan baik aspek moral,
Dalam istilahnya yakni bayi tabung etika dan keagamaan, kefalsafahan
sebetulnya digunakan sebagai proses yang didapatkan mengenai tata cara 110

pembuahan yang tidak terjadi dan praktek dalam penggunannya.


sebagaimana lazimnya di dalam rahim Terhadap Penemuan Biotek-
ibu, melainkan terjadi di luar rahim ibu. medis dibidang kedokteran telah
Oleh karena terhadap reproduksi menemukan suatu metode baru yaitu
buatan seiring perkembanga majunya inseminasi buatan yang dikenal dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi sebutan in vitro fertilization (program
(IPTEK), merupakan suatu cara untuk bayi tabung). Secara etimologi atas
memperoleh anak dengan mudah pengertian dari in vitro fertilization
didapatkan dengan memanfaat (IVF) atau yang lebih dikenal dengan
teknologi yang telah berkembang diera sebutan bayi tabung adalah proses

7
pembuahan sel telur dan sperma di luar
Desriza Ratman, Surrogate Mother Dalam
Perspektif Etika Dan Hukum, Bolehkah Sewa tubuh wanita. 9 In vitro adalah bahasa
Rahim Di Indonesia, ed. PT. Elex Media
Komputindo (Jakarta, 2012), 34.
8 9
Cecep Triwibowo, Etika & Hukum Andri Adi Mustika, “Bayi Tabung Dalam
Kesehatan, ed. Nuha Medika (Yogyakarta, Bioetika,” Di Akses Pada Tanggal 21 Oktober
2014), 147. 2021, Pukul 13.00 Wib., last modified 2021,
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

latin yang berarti dalam gelas/tabung agreement.13 Dalam Bahasa sederhana


gelas dan vertilization berasal dari berarti ‘ibu pengganti’ atau ‘ibu wali’.
Bahasa Inggris yang artinya Berdasarkan perkembangan
pembuahan. 10 perjanjian sewa Rahim atau Surrogate
Perkembangan awal mula Mother dinegara Indonesia merupakan
perkembangan metode bayi tabung suatu hal baru, berbeda dengan negara
dipelopori sejumlah dokter Inggris.11 seperti Negara Amerika dan Negara
Sejalan dengan pembuahan in vitro Eropa yang menganggap bahwa sewa
fertilization yang semakin pesat, rahim Surrogate Mother merupakan
muncul ide Surrogate Mother (ibu permasalahan yang biasa. Sebab
pengganti/sewa rahim/gestational teknologi sewa rahim Surrogate Mother
agreement) yaitu wanita yang bersedia biasanya dilakukan bila istri tidak
disewa rahimnya, dengan suatu mampu dan tidak boleh hamil atau
perjanjian untuk mengandung, melahirkan. Embrio dibesarkan dan
melahirkan, dan menyerahkan kembali dilahirkan dari rahim perempuan lain 111

bayinya dengan imbalan sejumlah bukan istri, walaupun bayi itu menjadi
materi kepada pasangan suami istri milik (secara hukum) suami istri yang
yang tidak bisa mempunyai keturunan ingin mempunyai anak tersebut. Untuk
karena istri tersebut tidak bisa jasanya tersebut, wanita pemilik rahim
mengandung. 12 Perjanjian atas biasanya menerima bayaran yang
Surrogate Mother disebut gestational jumlahnya telah disepakati keluarga
yang ingin menyewa rahimnya
http://dokumen.tips/documents/makalah- tersebut, dan wanita itu harus
bayi-tabung.html.
10
Ibid. menandatangi persetujuan untuk
11
Annysa Mauliah, “Makalah Bayi Tabung
segera menyerahkan bayi yang akan
Finish,” Di Akses Pada Tanggal 21 Oktober
2021, Pukul 13.00 Wib., last modified 2021, dilahirkannya itu ke keluarga yang telah
http://dokumen.tips/Documents/Makalah-
Bayi-Tabung-Finish-55993e1fae8d5. menyewa.
12
“Http://Kinkin-
Mulyati.Blogspot.Com/2013/10/Surrogate-
13
Mother-Ibu Penggantisewa.Html#,” Di Desriza Ratman, Surrogate Mother Dalam
Akses Pada Tanggal 21 Oktober 2021, Pukul Perspektif Etika Dan Hukum, Bolehkah Sewa
13. 35. Rahim Di Indonesia, 30.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

Maka adapun jenis-jenis tipe Secara normatif, jika sudah ada


sewa rahim yang berlaku terdiri atas 2 perjanjian ia bukanlah ibu dari bayi itu.
(dua) yakni sebagai berikut : 14 Pertemuan sperma dan sel telur pada
a) Sewa rahim semata (gestational tipe kedua dapat melalui inseminasi
surrogacy) : yakni suatu embrio buatan, dapat juga melalui
yang lazimnya berasal dari persetubuhan antara suami dengan
sperma suami dan sel telur istri perempuan pemilik sel telur yang
yang dipertemukan melalui rahimnya disewa itu. Terhadap kedua
teknologi IVF, ditanamkan dalam tipe sewa Rahim diatas, dalam hal yang
rahim perempuan yang disewa; disebut kedua ini, dilihat dari sudut
b) Sewa rahim dengan keikutsertaan apapun dan dengan alasan apapun,
sel telur (genetic surrogacy) : merupakan perzinaan. 15
yakni sel telur yang turut Sebab apabila praktek sewa
membentuk embrio adalah sel rahim ini diartikan sebagai perzinahan.
telur milik perempuan yang Maka, permasalahan atas moral atau 112

rahimnya disewa itu, sedangkan akal budi menjadi suatu pertanyaan


sperma adalah sperma suami. umum yang akan terlontar dibenak
Walaupun pada perempuan pikiran seseorang. Berkaitan dengan
pemilik rahim itu adalah juga moral atau akal budi ada seorang filsuf
pemilik sel telur, ia tetap harus yang bernama Imanuel Kant yang lahir
menyerahkan anak yang pada tahun 1724 di sebuah kota Prusia
dikandung dan dilahirkannya Timur bernama Konigsberg yang
kepada suami istri yang beranggapan bahwa baik ‘indra’
menyewanya. maupun ‘akal sama-sama memainkan
peranan dalam konsepsi kita mengenai
14
Rosalia Aini Labah, “Surrogate Mother, dunia.16 Konsepsi mengenai dunia
Diakses Pada Tanggal 21 Oktober 2021,
Pukul 14.00 Wib.,” Di Akses Pada Tanggal 21 menurut Kant, dalam bidang
Oktober 2021, Pukul 14.00 Wib., last
modified 2021,
15
http://www.kompasiana.com/rosaliaaini/su Ibid.
16
rrogatemother_550d49838133116d2cb1e2 Jostein Gardener, Dunia Sophie, ed. Pt.
11. Mizan Pustaka (Bandung, 2008), 48.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

pengamatan terdapat dua bentuk KUH Perdata mengenai “Causa yang


macam, yaitu bagi pengamatan lahir halal/ sebab yang halal” dan
(yang melalui panca indera) terdapat bertentangan dengan aturan Hukum
bentuk ‘ruang’, sedangkan bagi Positif di Indonesia yaitu berdasarkan
pengamatan batin terdapat bentuk Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
‘waktu’. tentang Kesehatan, Peraturan
Apabila konsepsi tersebut Pemerintah No.61 Tahun 2014 tentang
merujuk pada ‘ruang’ dan ‘waktu’ maka Kesehatan Reproduksi, Peraturan
bagaimana pendapat filsuf Kant Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2015
terhadap Surrogate Mother atau sewa tentang Pelayanan Reproduksi
rahim menurut pandangan hukum Berbantu, Undang-Undang No. 1tahun
moral dengan cita hukum ‘ruang’dan 1974 tentang Perkawinan. Maka
‘waktu’ jika peristiwa sewa rahim apabila ditinjau dari berbagai
terjadi terhadap pasangan suami isteri permasalahan hukum tentang
yang ingin memperoleh keturunan yang surrogacy/perjanjian sewa Rahim yang 113

tidak dapat dilakukan dengan cara atau terjadi di Negara Indonesia, jika
upaya kehamilan dengan cara alamiah diperbandingkan dengan Negara lain,
dan kemudian mengunakan upaya telah dapat menunjukkan bahwa
kehamilan di luar cara alamiah yakni sebenarnya pasangan suami isteri
inseminasi buatan yang dikenal dengan inferti di Indonesia juga membutuhkan
sebutan in vitro fertilization (program surrogate mother (Ibu Pengganti)
bayi tabung), namun tidak dapat dengan tujuan untuk memperoleh
diterapkan karena terdapat ganguan keturunan (anak) guna melanjutkan
pada rahim isterinya. keturunan. Maka ketentuan tentang
Terhadap ketentuan, surrogacy status hukum anak yang di lahirkan
contract di Negara Indonesia adalah dalam surrogacy contract (perjanjian
tidak legal hal tersebut jika ditinjau dari sewa) adalah anak dari ibu
ketentuan syarat sahnya suatu penganti/surrogate mother yang telah
perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 mengandung dan melahirkannya.

Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia


Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

Dimana anak tersebut adalah anak sah terjadi perselisihan/pertikaian antara


dari surrogate mother, dan secara pihak penyewa dengan ibu pengganti,
nyata apabila orang tua pemilik benih maka penyelesaiannya harus
(biologis) berkeinginan menjadikan mengedepankan prinsip kepentingan
anak tersebut sebagai anak sah maka terbaik bagi anak.
harus dengan tekhnik pengakatan anak.
Adapun yang menjadi pokok II. METODE PENELITIAN
permasalahan yang dikaji pada jurnal Sejalan dengan identifikasi
penelitian ini adalah sebagai berikut : permasalahan, penelitian ini
Bagaimana analisis hukum terhadap menggunakan pendekatan yuridis
pelaksanaan perjanjian sewa rahim normative atau doktrinal.17 Pendekatan
(surrogate mother) ditinjau menurut yuridis normatif yaitu metode
perspektif hukum positif, Bagaimana penelitian hukum yang dilakukan
hak dan kewajiban yang timbul akibat dengan meneliti bahan pustaka serta
dari perjanjian sewa rahim (surrogate digunakan karena penelitian ini bertitik 114

mother). tolak dan menggunakan data utama


Terhadap permasalahan yaitu, data sekunder. Penelitian ini
penelitian di atas, bahwa kedudukan sering juga disebut penelitian hukum
hak-hak anak yang terlahir dari ibu doctrinal, yaitu penelitian perpustakaan
pengganti surrogate mother tidak boleh atau studi dokumen karena penelitian
terabaikan dalam ketentuan perjanjian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada
swa Rahim sebagai kesepakatan antara peraturan-peraturan yang tertulis atau
para pihak, khususnya hak identitas diri bahan-bahan hukum yang lain atau
yang dituangkan dalam akta kelahiran. pada intinya penelitian yang dilakukan
Sebagaimana diatur dalam Pasal 27 dengan cara meneliti bahan-bahan
Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 pustaka atau data sekunder yang terdiri
tentang Perubahan Atas Undang- dari bahan hukum primer, bahan
Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Maka apabila 17
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Hukum, ed. UI- Press (Jakarta, 1986), 52.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

hukum sekunder dan bahan hukum jenis penelitian deskriptif analitis


tersier. dan bersifat penelitian preskriptif 18
Maka penelitian hukum doctrinal dengan menggunakan metode
yang menggunakan data sekunder, kualitatif19 karena penelitian ini
dengan mempelajari dan mengkaji atau dimaksudkan untuk memberikan
dalam upaya menginventarisasi gambaran-gambaran khusus secara
kaedah-kaedah hukum positif, mendalam (deduktif)20 dan bersifat
penemuan azas-azas hukum dan dasar penelitian preskriptif yang tujuannya
falsafah hukum positif untuk untuk memberikan gambaran atau
mengetahui bagaimana perilaku hukum merumuskan masalah sesuai dengan
yang sesungguhnya dari pelaku dalam keadaan/fakta yang ada. Teknik
hubungan hukum dan tatanan normatif metode pengumpulan data dilakukan
tentang Analisis Hukum Terhadap dengan melakukan studi kepustakaan
Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Library Research) atau studi
(Surrogate Mother) Ditinjau Menurut dokumen.21 Metode teknik analisis data 115

Perspektif Hukum Positif yang berasal


dari bahan-bahan kepustakaan serta 18
Bambang Waluyo, Deskriptif Bertujuan
peraturan perundang-undangan Untuk Melukiskan Tentang Sesuatu Hal Di
Daerah Tertentu Dan Pada Saat Tertentu,
lainnya. Penelitian hukum normatif Peneliti Sudah Mendapatkan Atau
Mempunyai Gambaran Berupa Data Awal
bukan hanya mengkaji peraturan-
Tentang Permasalahan Yang Di Teliti Dalam
peraturan berupa perundang-undangan Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam
Prakt, ed. Sinar Grafika (Jakarta, 1991), 8–9.
19
melainkan pula asas-asas yang Burhan Assofa, Metode Penelitian Hukum,
ed. Rineka Cipta (Jakarta, 2002), 20.
berkaitan problema penelitian. Seperti 20
https://Id.m.wikipedia.org/wiki/penalaran.,
“Metode Deduktif Adalah Berfikir Yang
yang telah peneliti uraikan sebelumnya Menerapkan Hal-Hal Umum Terlebih Dahulu
Untuk Seterusnya Dihubungkan Dalam
didalam latar belakang penelitian
Bagian-Bagian Khusus. Dalam Situs
penulis, dan diharapkan penggunaan Https://Id.m.Wikipedia.Org/Wiki/Penalaran.
Diakses Pada Hari Minggu Tanggal 12
pendekatan tersebut mampu November 2021, Pukul 19.23 Wib,” Diakses
Pada Hari Minggu Tanggal 12 November
menjelaskan secara objektif segala 2021, Pukul 19.23 Wib.
21
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian
permasalahan yang diteliti. Hukum, ed. Ghalia Indonesia, Lihat Juga
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

yang digunakan dalam peneitian ini dari sesuatu barang, selama suatu
dianalisis secara normatif kualitatif. waktu tertentu dan dengan
pembayaran suatu harga yang oleh

III. PEMBAHASAN pihak yang tersebut terakhir itu

1. Analisis Hukum Terhadap disanggupi pembayaran. Demikianlah

Pelaksanaan Perjanjian Sewa defenisi yang diberikan oleh Pasal 1548

Rahim (Surrogate Mother) KUH Perdata, mengenai perjanjian

Ditinjau Menurut Hukum Positif. sewa menyewa. Sewa menyewa,

1.1 Tinjauan Perjanjian Sewa seperti halnya dengan jual beli dan

Menyewa. perjanjian-perjanjian lain pada

Berdasarkan ketentuan Pasal umumnya, adalah suatu perjanjian

1313 KUH Perdata perjanjian adalah konsensual, maka apabila ia sudah

perbuatan dengan mana satu orang mengikat pada detik tercapainya

atau lebih mengikatkan dirinya sepakat mengenai unsur-unsur

terhadap satu orang lain ataulebih. pokoknya, yaitu barang dan harga. 116

Defenisi perjanjian menurut Pasal 1313 Pada dasarnya jika suatu

KUHPerdata ini tidak jelas. Tidak perjanjian dilihat dari bentuknya maka

jelasnya defenisi ini disebabkan di perjanjian itu berupa suatu rangkaian

dalam rumusan tersebut hanya perkataan yang mengandung janji-janji

disebutkan perbuatan saja, sehingga atau kesanggupan yang diucapkan atau

yang bukan perbuatan hukum pun ditulis. Meskipun sewa menyewa

disebut dengan perjanjian. Sedangkan adalah suatu perjanjian konsensual,

defenisi memberikan penjelasan bahwa namun oleh undang-undang diadakan

Sewa menyewa adalah suatu perjanjian perbedaan (dalam akibat-akibatnya)

dengan mana pihak yang satu antara sewa tertulis dan sewa lisan. Jika

mengikatkan dirinya untuk memberikan perjanjian sewa-menyewa itu diadakan

kepada pihak yang lainnya kenikmatan secara tertulis, maka sewa itu berakhir
demi hukum (otomatis) apabila waktu

Hukum, UI-Press, Jakarta, 1984, Hlm.9. yang ditentukan sudah habis, tanpa
(Jakarta, 1985), 212.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

diperlukannya sesuatu pemberitahuan 1.2 Tinjauan Perjanjian Sewa


pemberhentian untuk itu. Hal ini sesuai Rahim/Surrogate Mother.
dengan ketentuan Pasal 1570 KUH Perjanjian sewa rahim yang
Perdata. Sedangkan apabila suatu dilakukan oleh pasangan suami-istri
perjanjian dibuat secara tidak tertulis yang ingin memiliki keturunan akan
atau lisan, maka pada dasarnya sewa tetapi, tidak dapat hamil dengan cara
itu tidak berakhir pada waktu yang alamiah yang kemudian memutuskan
ditentukan, kecuali jika pihak yang menggunakan upaya kehamilan
menyewakan memberitahukan kepada surrogery mother (sewa rahim)
si penyewa bahwa ia hendak menurut cita hukum moral Imanuel
menghentikan sewanya, Kant. Ilmu pengetahuan dan teknologi
pemberitahuan mana harus dilakukan manusia menjadi yang individual,
dengan mengindahkan jangka waktu egoistik dan eksploitatif, baik terhadap
yang diharuskan menurut kebiasaan diri sendiri, masyarakat, alam
setempat. Jika tidak ada lingkungan, bahkan terhadap Tuhan 117

pemberitahuan seperti itu, maka sang penciptanya sendiri. Karena itulah


dianggaplah bahwa sewa itu filsafat ilmu pengetahuan dihadirkan
diperpanjang untuk waktu yang sama. ditengah-tengah keanekaragaman
Maka ketentuan perjanjian sewa IPTEK untuk meluruskan jalan dan
menyewa secara tertulis itu dapat menempatkan fungsinya bagi
diatur dalam ketentuan Pasal 1570 KUH kehidupan manusia.
Perdata dan perjanjian sewa menyewa Perjanjian surrogate
lisan atau tidak tertulis dapat diatur mother/sewa rahim dari bahasa
dalam ketentuan Pasal 1571 KUH Belanda adalah barring contract,
Perdata. sedangkan dalam bahasa Inggris
disebut dengan surrogacy contract.
Surrogate mother adalah seorang
wanita yang mengandung anak atas
kepentingan orang lain dan juga

Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia


Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

memberikan anak atas kepentingan setelah dimasukkanya penyatuan sel


orang lain dan juga memberikan hak- benih laki-laki dan sel benih
haknya sebagai orang tua kepada orang perempuan, yang dilakukan
lain tersebut atau seorang wanita yang pembuahannya di luar rahim sampai
mengandung anak yang benihnya melahirkan sesuai kesepakatan yang
berasal dari pasangan lain dan kemudian bayi tersebut diserahkan
kemudian setelah wanita tersebut kepada pihak suami istri dengan
melahirkan akan memberikan hak atas mendapatkan imbalan berupa materi
pengasuhan anak yang dilahirkan yang telah disepakati.22
kepada pasangan dari mana benih Surrogate mother merupakan
tersebut berasal. teknik bayi tabung (fertilisasi in vitro),
Menurut pendapat Desriza yaitu di mana sperma dan ovum
Ratman, Sewa rahim adalah terjadinya pasangan suami istri yang diproses
penyatuan pembuahan benih laki-laki dalam tabung, lalu dimasukkan ke
terhadap benih wanita pada suatu dalam rahim orang lain, bukan ke 118

cawan petri, yang mana setelah dalam rahim istri. Perempuan yang
terjadinya penyatuan tersebut akan bersedia dititipkan embr ionya tersebut
diimplantasikan atau ditanam kembali disebut dengan surrogate mother
di rahim wanita lain yang tidak dengan pasangan suami istri yang ingin
mempunyai hubungan sama sekali menggunakan jasa surrogate mother
dengan sumber benih tersebut, tersebut yang biasa disebut dengan
dilakukan dengan suatu perjanjian intended parent. Surrogate mother ini
sewa (surrogacy) yang dikenal dengan diberi biaya untuk semua kebutuhan
istilah surrogate mother. Sedangkan selama proses mengandung anak
pendapat Fred Amelen menyatakan tersebut, saat proses melahirkan dan
bahwa seorang wanita yang setelah melahirkan. Surrogate mother
mengikatkan dirinya melalui suatu ini setelah melahirkan anak tersebut
ikatan perjanjian dengan pihak lain
22
Ali Imron, Hukum Perkawinan Islam Di
(suami dan istri) untuk menjadi hamil Indonesia, Abadi Jaya. (Semarang, 2015),
87.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

harus menyerahkan anak tersebut memberikan dampak yang buruk dan


kepada intended parent. Maka rumit, khususnya pada status anak yang
terhadap ketentuan penyatuan benih dihasilkannya.
laki-laki (suami) dan wanita (istri) yang a) Akad Sewa Menyewa dalam
kemudian ditanam kembali di rahim ibu Kasus Sewa Rahim.
pengganti Surrogate mother terikat Akad adalah pertalian atau
melalui perjanjian yang dibuat dengan perikatan antara ijab dan qabul sesuai
pihak suami isteri dengan imbalan dengan kehendak syari’ah yang
tertentu bagi wanita penyewa rahim. menetapkan adanya akibat hukum
Setelah melahirkan, ibu pengganti pada objek perikatan. Suatu akad akan
diwajibkan untuk memberikan bayi sah apabila memenuhi beberapa
yang ia kandung kepada orangtua yang syarat, di antaranya : shighat (ijab-
telah menyewakan rahim berdasarkan qabul), pelaku (aqidain), objek akaq
perjanjian yang telah dibuat. (ma’qud ‘alaih). Objek akad harus
Dalam masalah sewa rahim ada memenuhi enam syarat, di antaranya : 119

beberapa hal yang perlu dicermati (1) harus suci, dengan syarat ini berarti
untuk menentukan hukum yang sesuai objek akad yang najis ‘ain tidak sah, (2)
dengan tujuan dan maksud syari’at, diperjual belikan dan dipersewakan, (3)
memperhatikan kemaslahatan serta mempunyai manfaat, (4) sudah
mempertimbangkan dampak buruknya mempunyai hak milik, dan (5) dapat
karena dalam prosesnya sewa rahim diserahkan ketika akad, dan (6) harus
melibatkan beberapa pihak yang saling jelas dan diketahui kedua belah Pihak.23
berhubungan. Mereka adalah, pemilik Dalam kasus sewa rahim memang
sperma, pemilik ovum (pemilik sel ketiga syarat tersebut terpenuhi,
telur) dan pemilik rahim, di samping itu namun pada objek akadnya terdapat
kata sewa dalam hal tersebut ‘ilat yang menjadikan syarat tersebut
merupakan aqad muamalah yang perlu tidak sah. Seperti yang dijelaskan oleh
pula ditinjau lagi segi kelegalannya, Said Agil Al-Munawwar, bahwa
bahkan jika tetap dilakukan 23
Ma’ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum
Islam, ed. eLSAS (Jakarta, 2008), 293.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

memang sperma dan ovum tidak dan seumpama yang tidak melibatkan
termasuk najis, namun percampuran perasaan. Dan termasuk dalam
antara keduanya setelah berubah lingkungan yang diharamkan karena
menjadi alaqah (segumpal darah yang manusia tidak berhak menyewakan
melekat pada dinding rahim), maka rahimnya yang akan melibatkan
sudah berubah menjadi najis. Hal ini penentuan nasab. 25Jadi, menyewakan
erat kaitannya dengan penyewaan organ tubuh termasuk rahim adalah
rahim. Sebab, pemindahan sel telur haram menurut syar’i, karena di
yang telah dibuahi dalam tabung gelas samping akan memicu timbulnya
ke dalam rahim wanita, berlangsung problem sosial, juga akan menimbulkan
ketika sudah menjadi embrio. Meskipun eksploitasi terhadap orang-orang
dalam hal ini yang dipersewakan bukan miskin untuk menjual organ tubuhnya
sperma dan ovum melainkan rahim. demi mendapatkan sejumlah uang
Tetapi, dalam kasus seperti ini, ada untuk memenuhi kebutuhannya.
hubungan timbal balik, yakni pemilik b) Konsep Darurat dalam Sewa 120

rahim di bayar sesuai dengan perjanjian Rahim.


oleh wanita lain sebagai pemilik ovum. Makna darurat adalah sebuah
Berarti hukum keduanya sama. 24 kebutuhan yang sangat mendesak,
Dalam pandangan Islam, rahim yang tidak mungkin dihindari yang
wanita mempunyai kehormatan yang menyebabkan seseorang menerjang
tinggi dan bukan barang hinaan yang dan melanggar larangan syar’i yang
boleh disewa atau diperjualbelikan, bersifat haram. Seperti yang dikatakan
karena rahim adalah anggota tubuh oleh ‘Izzuddin Ibn ‘Abd al-Salam bahwa
manusia yang mempunyai hubungan tujuan syari’at adalah untuk meraih
yang kuat dengan naluri dan perasaan kemashlahatan dan menolak
semasa hamil berbeda dengan tangan kemafsadahan. Apabila diturunkan
dan kaki yang digunakan untuk bekerja
25
Rusli Hasbi, Fiqh Inovatif, Dinamika
24
Said Agil Husin Al-Munawar, Hukum Islam Pemikiran Ulama Timur Tengah,
Dan Pluralitas Sosial, ed. Penamadani Membongkar Kasus Kontemporer, ed. Al-
(Jakarta, 2004), 113. Irfan Publising (Jakarta, 2007), 52.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

kepada tataran yang lebih konkret kemudaratan yang lain yang sama
maka mashlahah membawa manfaat tingkatannya, hal ini tidak
sedangkan mafsadah mengakibatkan diperbolehkan dilakukan. Seperti
kemudharatan. Kaidah tersebut seseorang yang kelaparan mengambil
kembali kepada tujuan untuk makanan orang lain yang juga dalam
merealisasikan maqashid al-syari’ah kelaparan, meskipun orang yang
dengan menolak mafsadah, dengan pertama juga kelaparan. Kedua, apabila
cara menghilangkan kemudlaratan atau dalam menghilangkan kemudaratan
setidaknya meringankannya. Oleh menimbulkan kemudaratan yang lain
karena itu, tidaklah mengherankan yang lebih besar atau lebih tinggi
apabila Ahmad Nadwi menyebutkan tingkatannya, hal ini lebih tidak
bahwa penerapan kaidah darurat diperbolehkan. Selain itu, dalam
meliputi seluruh materi fiqh.26 menghilangkan kemudaratan, dilarang
Dalam praktiknya, perjanjian melampaui batas dan betul-betul tidak
sewa rahim yang dilakukan oleh ada jalan lain, kecuali perbuatan yang 121

pasangan suami-istri yang ingin dilarang itu satu-satunya jalan. 27


memiliki keturunan akan tetapi, tidak Bahwa salah satu tujuan dari
dapat hamil dengan cara alamiah yang sewa rahim adalah untuk memperoleh
kemudian memutuskan menggunakan anak dengan bantuan teknologi
upaya kehamilan surrogery mother kedokteran yang disebabkan karena
(Sewa Rahim) menurut cita hukum rahim istri tidak bisa memproses
moral Imanuel Kant. Maka secara janinnya. Namun, dalam sewa rahim
empiris para ulama’ memberikan harus dibedakan antara hajat dan
pengecualian pada kaidah ini. Pertama, darurat, jangan sampai orang yang
apabila menghilangkan kemudlaratan terpaksa itu melanggar prinsip prinsip
itu mengakibatkan datangnya syari’at yang pokok, berupa
memelihara hak-hak orang lain,
26
A. Jazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, Kaidah-Kaidah
27
Hukum Islam Dalam Menyelesaikan A. Jazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, Kaidah-Kaidah
Masalah-Masalah Yang Praktis, ed. Kencana Hukum Islam Dalam Menyelesaikan
Prenada Media Group (Jakarta, 2007), 67. Masalah-Masalah Yang Praktis.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

menciptakan keadilan, menunaikan submitted by the plaintiff, in the form of


amanah, dan menghindari other proof documents, can weaken or
kemudaratan. prove the truthfulness of the claims in
Sebagaimana terhadap the trial”.29
penjelasan Badan Majelis Ulama Terhadap ketentuan di atas,
Indonesia (MUI) yang diumumkan pada peneliti mencoba menganalisis dan
26 Mei 2006 juga telah memberikan berasumsi dalam memberikan persepsi
pemahaman kepada masyarakat terhadap perjanjian surrogate
dengan memfatwakan terhadap praktik mother/sewa rahim di atas, bahwa
yang menyangkut transfer embrio ke perjanjian ini memiliki objek kajian
rahim titipan merupakan praktik yang permasalahan hukumnya terletak pada
haram, karena telah menyangkut pada kedudukan dari Rahim wanita (Rahim
permasalahan nasab dan warisan pada ibu) yang menjadi objek dari sebuah
sang anak kelak. 28 perjanjian. Menurut peneliti dalam hal
Terhadap keabsahan suatu ini, bahwa rahim seoarang wanita 122

perjanjian yang dibuat harus dilakukan (Rahim ibu) tidak dapat dipersamakan
dengan perjanjian tertulis, sebab dengan wujud dari sebuah benda
memilki kekuatan bukti yang sempurna ataupun wujud barang yang mudah
dan mengikat apabila dipersidangan diperjual belikan ataupun disewakan
dengan ketentuan dapat dibuktikan: oleh para pihak. Dan yang membuat
“The legality of authentic deeds as a perjanjian tersebut tidak sah adalah
legal document can be used as perfect sebab telah Melanggar peraturan
evidence at the time of a trial, and the perundang-undang yang ada (ataupun
validity of the authentic deeds hukum positif) yang berlaku yakni
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
28
tentang Perkawinan, Undang-Undang
Https://smartlegal.id/smarticle/2019/
01/23/sewa-rahim-legalkah-menurut-
29
hukum-indonesia/., “Dilihat Pada, R. Febrina Andarina Zaharnikaa, “Legality of
Https://Smartlegal.Id/Smarticle/2019/01/23 Notary Deeds Concerning the Joint
/Sewa-Rahim-Legalkah-Menurut-Hukum- Treasure,” International Journal of
Indonesia/.,” Di Akses Pada 21 Oktober Innovation, Creativity and Change 10, no. 2
2021, Pukul.16.00 Wib. (2019): 183.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan itu sendiri, di mana rahim itu bukanlah
Pasal 127 ayat 1, Peraturan Pemerintah suatu benda dan tidak dapat untuk
No.61 Tahun 2014 tentang Kesehatan disewakan (hukum sewa-menyewa)
Reproduksi, Peraturan Menteri yang tedapat dalam KUH Perdata (Kitab
Kesehatan RI Undang-Undang Hukum Perdata).
No.73/Menkes/PER/II/1999 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Teknologi 2. Tinjauan Hak Dan Kewajiban
Buatan, Peraturan Menteri Kesehatan Yang Timbul Akibat Dari
RI No.039/SK/2010 tentang Perjanjian Sewa Rahim
Penyelenggaraan Pelayanan Teknologi (Surrogate Mother).
Reproduksi Berbantu, SK Dirjen Yan Terhadap proses penemuan
Medik Depkes RI tahun 2000 tentang dibidang teknologi rekayasa reproduksi
Pedoman Pelayanan Bayi Tabung di merupakan suatu temuan besar, antara
Rumah Sakit. Bahkan juga lain penemuan kloning embrio,
bertentangan dengan kesusilaan yakni inseminasi, sewa rahim dan bank 123

norma moral dan adat istiadat atau sperma. penemuan ini juga merupakan
kebiasaaan umum masyarakat, pengrusakan terhadap generasi
bertentangan dengan ajaran agama manusia, karena dalam penemuan
(Islam) karena terdapat unsur pokok rekayasa reproduksi terdapat antinomi
yang mengharamkan praktik surrogate nilai, yaitu adanya dua pertentangan
mother/sewa rahim, yaitu unsur zina, nilai. Disatu sisi, bisa menolong
menghilangkan adanya manusia, dan disisi lain, merupakan
naluri/bathinnya seorang bagi ibu penyebab dipermainkannya penciptaan
pengganti/surrogate dikarenakan harus manusia. Maka dalam hal ini perspektif
meralakan anaknya diserahkan kepada Filsafat Ilmu telah berupaya untuk
ibu lain, bertentangan dengan menawarkan sebuah perspektif baru
ketertiban umum. Bahkan juga akan dalam ilmu hukum, yaitu paradigma
bertolak belakang pada syarat yang transendental dalam hukum dalam hal
menjadi objek perjanjian atau perikatan Rekayasa Reproduksi.

Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia


Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

Berdasarkan ketentuan Undang- Jika dilihat secara umum, maka


Undang No. 36 tahun 1999 tentang hak dan kewajiban pihak penyewa,
Kesehatan tidak menuliskan secara menurut perspektif M. Yahya Harahap,
jelas, mengenai pengertian reproduksi mengenai hak dan kewajiban si
berbantu, pengertian yang relatif jelas penyewa dibagi menjadi empat macam
terlihat dalam Peraturan Pemerintah yakni : 31
No. 61 tahun 2014 tentang Kesehatan a. Membayar atau melunasi uang
Reproduksi yang berbunyi: “Ketentuan sewa sesuai dengan jumlah dan
Umum Pasal 1 angka (10) Reproduksi waktu yang telah ditentukan;
dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar b. Mamakai barang yang disewa
cara alamiah adalah upaya secara patut sesuai dengan
memperoleh kehamilan di luar cara tujuan yang ditentukan dalam
alamiah tanpa melalui proses hubungan perjanjian;
seksual antara suami dan istri apabila c. Penyewa wajib menanggung
cara alami tidak memperoleh hasil”. segala sesuatu kerusakan yang 124

Ketentuan ini mengandung pengertian terjadi selama sewa-menyewa


bahwa upaya TRB pada dasarnya dan;
merupakan upaya aseksual yang d. Mesti menggembalikan barang
dilakukan dengan cara menyuntikkan yang disewakan kepada yang
sperma suami kepada rahim istri menyewakan pada saat
umumnya pada masa subur, 30 berakhirnya perjanjian sewa.
ketentuan tersebut dilakukan dengan Sedangkan Hak dan kewajiban
syarat adanya kelemahan dari pihak yang menyewakan, yakni dapat dilihat
suami untuk melakukan hubungan sebagai berikut: 32
seksual secara alami. a. Pihak yang menyewakan memiliki
hak untuk menikmati imbalan

30 31
Theodorus Immanuel Setiawan dan Yufiarti M Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum
Conny Semiawan, Panorama Filsafat Ilmu Perjanjian, ed. Alumni (Bandung, 1986),
Landasan Perkembangan Ilmu Setiap 228–231.
32
Zaman, Teraju. (Yogyakarta, 2005), 46. Ibid., 232.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

hasil wajib izin suami, bukan anak


dari barang yang disewakan; gadis atau janda;
b. Pihak yang menyewakan juga b. Terhadap Ibu pengganti
memiliki hak untuk meminta (surrogate mother) dalam wajib
barang yang masa iddah dari suaminya
disewakan jika jangka waktu telah menghilangkan keraguan
habis; terdapatnya benih yang
c. Pihak yang menyewakan memiliki disenyawakan guna menghindari
kewajiban untuk (berdasarkan percampuran nasab;
Pasal c. Terhadap Ibu pengganti
1550 KUH Perdata): menyerahkan (surrogate mother) bertanggung
barang yang disewakan dalam jawab dalam membesarkan janin
keadaan baik, memelihara barang sesuai apa yang sudah
yang disewakan, memberikan diperjanjikan dalam kontrak sewa
kepada si penyewa kenikmatan Rahim; 125

yang tentram, menanggung d. Terhadap Ibu pengganti


segala kekurangan pada benda (surrogate mother) juga harus
yang disewakan. memeriksakan kesehatan
Sedangkan terhadap perjanjian janinnya secara teratur, laporan
surrogate mother hak dan kewajiban kesehatan tentang kesehatan ibu
yang menyewakan rahimnya (ibu dan janin yang ada dalam
pengganti) dan penyewa (pasangan kandungannya;
suami istri pemilik sel sperma dan e. Terhadap Ibu pengganti
ovum). Maka hak dan kewajiban ibu (surrogate mother) berhak
pengganti (surrogate mother), yakni mendapatkan upah dalam jumlah
sebagai berikut : tertentu;
a. Terhadap Ibu pengganti f. Terhadap jumlah nafkah ibu
(surrogate mother) merupakan pengganti (surrogate mother),
wanita yang sudah bersuami biaya perawatan dan

Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia


Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

pemeliharaan sewaktu masa Praktik dari perjanjian surrogate


kehamilan dan nifas adalah mother/sewa rahim pasti akan
tanggung jawab pemilik benih menimbulkan dampak bagi para pihak.
dan Ibu pengganti (surrogate Tetapi, dampak yang paling terlihat
mother) berhak menyusukan bayi adalah bagi wanita yang menyewakan
tersebut, sebab jika tidak rahimnya/ibu pengganti. Adapun
menimbulkan kemudharatan bagi dampak dari praktik surrogate
si ibu kandung. mother/sewa rahim bagi wanita yang
Sedangkan faktor-faktor hak dan menyewakan rahimnya ialah:
kewajiban suami istri pemilik sel a. Telah melakukan zina, karena ada
sperma dan pemilik sel ovum terhadap percampuran sperma
jasa ibu pengganti, dapat melihat laki-laki lain kedalam rahimnya
beberapa faktor yakni: (ibu pengganti);
a. Bagi suami istri yang memiliki sel b. Membunuh naluri ke ibuan,
sperma dan sel ovum wajib dikarenakan harus merelakan 126

membayar anak yang telah dikandungnya;


sejumlah uang dan segala biaya c. Menghilangkan mawrah dan
perawatan si anak kepada ibu kemulian bagi kaum wanita,
pengganti selama dalam karena rahim bukan barang yang
kandungan; diperjual belikan;
b. Bagi suami istri berhak atas anak d. Akan ada pemersalahan ketika
yang dikandung oleh ibu salah satu pihak melanggar
pengganti. Apabila Setelah proses perjanjian yang telah di buat.
persalinan berlangsung penyewa Sebagai contohnya ketika ibu
berhak mendapatkan anak pengganti tidak mau memberikan
tersebut sesuai dengan anak tersebut kepada pasangan
kesepakatan perjanjian sewa yang memiliki sperma dan ovum
rahim. tersebut;

Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia


Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

e. Akan ada kegemparan sosial anak dari ibu pengganti (surrogate


apabila berita ini sampai ke mother), jika ibu pengganti tidak
masyarakat. Karena masyarakat memiliki hubungan pernikahan dengan
tidak mengenal dengan praktik siapapun maka anak yang dilahirkan
penyewaan Rahim. adalah anak dari ibu pengganti
Analisis sewa rahim menurut tersebut, dan pendapat yang terakhir
hukum Islam, tidak diperbolehkan adalah status anak yang dilahirkan dari
karena sudah di atur dalam Undang- sewa rahim maka anak tersebut adalah
Undang No. 23 Tahun 1992, Undang- anak dari pasangan suami isteri sah
Undang No. 36 Tahun 2009 tentang yang menyewa rahim wanita lain,
kesehatan, Peraturan Menteri karena nasab anak tetap kepada ayah.
Kesehatan No. 039 Menkes/SK/2010 Khusus masalah “bayi tabung” yang
tentang Penyelenggaraan Pelayanan selama ini dinilai sebagai penemuan
Teknologi Reproduksi Berbantu, sains yang membawa kemaslahatan
Peraturan Pemerintahaan No. 61 Tahun besar bagi manusia, terutama bagi 127

2014 tentang Kesehatan Reproduksi, suami isteri yang tidak memperoleh


Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) anak dengan pembuahan secara alami
pada tanggal 26 Mei 2006. Meskipun di (in vivo), telah ditemukan metode baru
dalam hukum perdata,perjanjian sewa dengan pembuahan di luar rahim (in
rahim akan sah jika memenuhi syarat vitro). 33
kesepakatan perjanjian dalam Pasal Pandangan para ulama dapat
1313 KUH Perdata, 1233 KUH Perdata dianalisis bahwasannya,
dan Pasal 1320 KUH Perdata. mengharamkan Perjanjian sewa rahim
Akibat hukum terhadap anak jika menggunakan rahim wanita selain
yang dilahirkan dari sewa rahim ada isteri, mencampurkan benih antara
beberapa pendapat pula, pendapat suami dan wanita lain, mencampurkan
pertama bahwa jika ibu pengganti benih isteri dengan laki-laki lain, atau
(surrogate mother) memiliki hubungan
33
Desriza Ratman, Surrogate Mother Dalam
perkawinan maka anak tersebut adalah Perspektif Etika Dan Hukum, Bolehkah Sewa
Rahim Di Indonesia, 3.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

memasukan benih yang dibuahi setelah Maka, berdasarkan pendapat


kematian suami-isteri. Bahkan jika Desriza Ratman memberikan
wanita tersebut adalah isteri lain dari pengertian surrogate mother sebagai
suaminya sendiri, menurut Yusuf someone who takes the place of
Qaradhawi maka ini tidak another person (seorang yang
diperbolehkan juga. 34 Status anak yang memberikam tempat untuk orang lain).
dilahirkan masih banyak diperdebatkan Beberapa pembagian penyewaan rahim
apakah anak dari pemilik sel telur, atau yaitu:
dari pemilik rahim. Dan pandangan a. Benih isteri (ovum) disenyawakan
para ulama berbedabeda apakah di dengan benih suami (sperma),
perbolehkan atau tidak di perbolehkan kemudian dimasuki kedalam
melakukan sewa rahim (surrogate rahim wanita lain. Proses seperti
mother) dalam hukum Islam. Dalam ini digunakan dalam keadaan
Pasal 127 Undang-Undang No. 36 isteri memiliki benih yang baik,
Tahun 2009 tentang Kesehatan diatur akan tetapi rahimnya di buang 128

bahwa upaya kehamilan di luar cara yang disebabkan oleh


alamiah hanya dapat dilakukan oleh pembedahan, memiliki cacat
pasangan suami isteri yang sah dengan rahim yang diakibatkan oleh
ketentuan: 35 Hasil pembuahan sperma penyakit yang kronis atau sebab-
dan ovum dari suami isteri yang sebab lainnya;
bersangkutan ditanamkan dalam rahim b. Sama dengan bentuk yang
isteri dari mana ovum berasal, pertama, kecuali benih yang telah
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang disenyawakan dan dibekukan
mempunyai keahlian dan kewenangan kemudian dimasukan kedalam
untuk itu, pada fasilitas pelayanan rahim perempuan yang disewa
kesehatan tertentu. selepas kematian pasangan suami
isteri itu;
34
Ibid., 24. c. Ovum isteri disenyawakan
35
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan., Undang-Undang No. dengan sperma lelaki lain (bukan
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan., n.d.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

suaminya yang sah) dan di Maka kebenaran alasan


masukan kedalam rahim wanita masyarakat secara rasional
lain. Dalam hal ini adalah pada memanfaatkan kecanggihan alat
situasi seorang suami mandul dan teknologi dokter dengan menggunakan
isteri ada halangan atau sewa rahim (surrogate mother) ada
kecacatan pada rahimnya tetapi beberapa upaya: Seorang wanita tidak
benih isteri dalam keadaan baik. mempunyai harapan untuk
d. Sperma suami disenyawakan mengandung secara normal karena
dengan ovum wanita lain (bukan ditimpa penyakit atau kecacatan yang
isterinya yang sah), kemudian menghalanginya dari mengandung dan
dimasukan kedalam rahim wanita melahirkan anak, Rahim wanita
lain. Hal ini terjadi apabila isteri tersebut dibuang karena
terkena atau memiliki penyakit pembedahaan, Seorang wanita telah
pada ovari, sedangkan rahimnya memasuki tahap putus haid
tidak mampu menjalani proses (menopause), Alasan kosmetika dan 129

kehamilan, atau isteri telah estetika, yaitu seorang wanita tidak


mencapai tahap putus haid mau tubuhnya akan cacat dan jelek
(monopause); akibat mengandung dan melahirkan,
e. Sperma suami dan ovum isteri sehingga malas untuk mengandung dan
disenyawakan, keemudian melahirkan, Dijadikan ladang bisnis
dimasukan kedalam isteri lain dari baru dengan menyewakan rahimnya
suami yang sama. Dalam keadaan sebagai alat mencari nafkah (terutama
ini isteri yang lain sanggup pada masyarakat yang ekonominya
mengandungkan anak suaminya rendah).
dari isteri yang tidak boleh hamil.

Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia


Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

Kontrak Sewa Rahim

KEBENARAN ONTOLOGI KEBENARAN EPISTEMOLOGI

KEBENARAN AKSIOLOGI

Hukum Islam, Hukum Positif,


Undang-undang kedokteran

Dari skema tersebut dapat terutama hukum perdata dan hukum


dijelaskan bahwa: Praktek sewa rahim Islam. Karena di dalam hukum perdata
(Surrogate Mother) mulai muncul dalam Pasal 1313 KUH Perdata, Pasal
karena modernisasi terjadi pada bidang 1233 KUH Perdata dan 1320 KUH
kesehatan di Indonesia. Modernisasi Perdata menyatakan bahwa
merupakan suatu yang alamiah terjadi kesepakatan perjanjanjian sewa rahim
130
dalam perkembangan suatau negara, sah jika memenuhi syarat yang ada di
modenisasi sering diartikan sebagai dalam Pasal tersebut, dan di dalam
sebuah proses perubahan dari hukum Islam jelas di atur dalam Al
masyarakat yang bercorak tradisional Qur’an adanya larangan pendonoran
ke masyarakat negara yang bercirikan sperma, larangan ini terdapat dalam
modern. muncul adanya penemuan QS. Al-Baqarah ayat 223. Praktek sewa
baru di bidang ilmu dan teknologi rahim (surrogate mother) di Indonesia
terutama dalam bidang ilmu jelas dilarang karena Undang-Undang
kedokteran. Teknologi kedokteran Nomor 23 tahun 1992 tentang
dapat menyelesaikan masalah untuk Kesehatan sudah mengatur tentang
pasangan suami istri yang belum sewa rahim dan ada sanksi pidana.
memiliki keturunan dengan cara sewa Berkaitan dengan masalah yang ada di
rahim. dalam sewa rahim (surrogate mother),
Praktek sewa rahim banyak maka penulis merasa harus mengkaji
menimbulkan masalah dari segi hukum, lebih dalam lagi tentang sewa rahim di

Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia


Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

Indonesia. Bagaima peraturan dalam teknologi bayi tabung ini, antara lain:
hukum perdata dan hukum Islam, dan Munculnya persewaan rahim dan
akibat hukum terhadap anak yang permasalahannya (menyewa rahim ibu
dilahirkan dari surrogate mother. yang lain), Bertentangan dengan kodrat
Dampak bayi tabung tentunya dan fitrah manusia sebagai mahluk
memberi pengaruh pada dampak Tuhan, Kemajuan teknologi telah
positif dan negatif dikemudian hari memperbudak manusia, Memerlukan
yang mungkin terjadi pada ibu atau biaya yang besar sehingga hanya dapat
bayinya. Teknologi bayi tabung yang dijangkau oleh kalangan tertentu.
dikembangkan tahun 1987 telah Adapun kelemahan dari inseminasi
memberikan kebahagian kepada buatan ini adalah sebagai berikut :
pasangan suami isteri yang sulit a. Dalam pembuahan normal,
mendapatkan keturunan. Dengan antara 50.000-100.000 sel
teknologi bayi tabung mereka dapat sperma, berlomba membuahi 1
memperoleh keturunan. Dampak sel telur. Dalam pembuahan 131

positif dari teknik bayi tabung, antara normal, berlaku teori seleksi
lain : Memberi harapan kepada alamiah dari Charles Darwin,
pasangan pasutri yang lambat punya dimana sel yang paling kuat dan
anak atau mandul, Membantu orang sehat adalah yang menang.
lain yang mengidap penyakit, Sementara dalam inseminasi
Memberikan harapan bagi buatan, sel sperma pemenang
kesejahteraan umat manusia, dipilih oleh dokter atau petugas
Menghindari penyakit (seperti penyakit labolatorium. Jadi bukan dengan
menurun/genetis, sehingga sistem seleksi alamiah. Di bawah
untuk kedepan akan terlahir manusia mikroskop, para petugas
yang sehat dan bebas dari penyakit labolatorium dapat memisahkan
keturunan, Menuntut manusia untuk mana sel sperma yang
menciptakan sesuatu yang baru. kelihatannya sehat dan tidak
Sedangkan, Dampak negatif dari sehat.

Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia


Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

b. Belakangan ini, selain faktor sel Adapun keuntungan adalah


sperma yang secara genetik tidak memberikan peluang kehamilan
sehat, para ahli juga menduga kepada pasangan suami istri yang
prosedur inseminasi memainkan sebelumnya mengalami infertilitas.
peranan yang menentukan. Maka secara umum, antara penerapan
Kesalahan pada saat injeksi filsafat ilmu terhadap kajian sewa
sperma, merupakan salah satu rahim dalam tatanaan aspek
faktor kerusakan genetika. Secara asksiologis, jika dikaitkan dengan
alamiah, sperma yang sudah kaidah-kaidah moral, agama
dilengkapi enzim bernama Pembuahan In Vitro dapat dilakukan
akrosom berfungsi sebagai jika melibatkan hanya suami istri yang
pengebor lapisan pelindung sel sah, selama rentang waktu pernikahan
telur. Dalam proses pembuahan mereka.
secara alamiah, hanya kepala dan Menurut aspek hukum Islam,
ekor sperma yang masuk ke peleburan sperma dan sel telur adalah 132

dalam inti sel telur. Sementara langkah lebih lanjut dari tindakan
dalam proses inseminasi buatan, seksual, maka harus dilakukan hanya
dengan injeksi sperma, enzim dalam kontrak perkawinan sah. Donor
akrosom yang ada di bagian sperma dan sel telur harus oleh suami
kepala sperma juga ikut masuk ke istri yang sah, dan penanaman embrio
dalam sel telur. Selama enzim harus dilakukan pada rahim istri yang
akrosom belum terurai, maka bersangkutan. Tidak dibenarkan oleh
pembuahan akan terhambat. Islam jika ada “penyewaan rahim”,
Selain itu prosedur injeksi sperma yaitu embrio ditanamkan pada rahim
memiliki resiko melukai bagian wanita lain selain istri sahnya. Islam
dalam sel telur, yang berfungsi sangat menjaga agar pada anak yang
pada pembelahan sel dan dilahirkan nanti tidak terjadi
pembagian kromosom. pencampuran nasab. Islam juga
melarang pengambilan donor sperma

Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia


Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

atau sel telur dari suami atau istri yang suami isteri dan ditanamkan dalam
sah namun salah satunya sudah rahim isteri diperbolehkan di Indonesia,
meninggal. sedangkan teknik ibu pengganti
Sedangkan berdasarkan hukum (surrogate mother) tidak diizinkan
dan perundangan mengenai teknik dilakukan. Inseminasi buatan dengan
reproduksi buatan diatur dalam sperma atau ovum donor diharamkan
Undang-Undang Kesehatan No. 23 (dilarang keras) dalam agama Islam,
tahun 1992, pasal 16 ayat 1&2 bahkan hukumnya sama dengan zina
mengamanatkan : Ayat (1) Kehamilan dan anak yang lahir dari hasil
diluar cara alami dapat dilaksanakan inseminasi macam ini statusnya sama
sebagai uapaya terakhir untuk dengan anak yang lahir diluar
membantu pasangan suami-isteri perkawinan yang sah. Menurut agama
mendapatkan keturunan. Kristen dan Budha diperbolehkan dan
Walaupun demikian etika menurut agama Hindu Kaharingan dan
penelitian yang ada masih diperlukan Katholik tidak di perbolehkan. 133

campur tangan pemerintah untuk Dampak positif dari Surrogate


membuat suatu aturan resmi mengenai Mother ini adalah dari kedua belah
pelaksanaan dan penerapan pihak yang melakukan perjanjian sewa-
bioteknologi, sehingga ada pengawasan menyewa rahim sama-sama mendapat
yang lebih intensif terhadap bahaya keuntungan. Dari pihak penyewa
potensial yang mungkin timbul akibat mendapat keuntungan memiliki
kemajuan bioteknologi ini. mengenai keturunan selain alasan mengapa
teknologi reproduksi manusia sebatas memilih jalan menyewa rahim.
upaya kehamilan diluar cara alamiah, Sedangkan dari pihak yang
dengan sperma dan sel telur yang menyewakan tentunya mendapatkan
berasal pasangan suami isteri dan materi yang telah disepakati
ditanamkan dalam rahim isteri. Dengan sebelumnya.
demikian teknologi bayi tabung yang Immanuel Kant berpendapat
sperma dan sel telurnya berasal dari bahwa apapun yang kita lihat pertama-

Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia


Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

tama dan yang terutama akan dianggap abad itu.38 Pandangan Kant yang
sebagai fenomena dalam waktu dan memisahkan antara bidang ‘ada’ dan
ruang. Maksud dari ‘waktu’ dan ‘ruang’ ‘harus’, bidang akal budi teoritis dan
adalah ‘bentuk intuisi’. Yang dimana bidang akal budi praktis. Prinsip-prinsip
Kant menekankan terhadap kedua aturan hukum termasuk bidang akal
‘bentuk’ ini dalam pikiran kita budi praktis dan karenanya mewajibkan
mendahului setiap pengalaman. secara otonom, akan tetapi aturan
Dengan kata lain, dapat mengetahui hukum sendiri termasuk bidang akal
sebelum mengalami sesuatu bahwa budi teoritis. Hal ini dikarenakan akal
kita akan menganggapnya sebagai budi teoritis dialami sebagai gejala
fenomena dalam waktu dan ruang. alam. Disini berlakulah hanya hukum-
Karena kita tidak dapat melepaskan hukum alam yakni hukum sebab-akibat
baik ‘indra’ maupun ‘akal’. Pendapat yang menentukan alam secara
Kant merujuk pada pendapat yang deterministis.
menyatakan bahwa waktu dan ruang Perjanjian sewa rahim yang 134

termasuk pada kondisi manusia. 36 dilakukan oleh pasangan suami-istri


Didalam hal ini kategori menentukan haruslah melihat sisi moral yang
pengetahuan sehingga menjadi berlaku secara universal atau umum.
pengetahuan manusia ditandai oleh Moral yang universal ataupun umum ini
Kant sebagai bentuk-bentuk a priori haruslah menitikberatkan pada
(Formen a priori). Memang bentuk itu pandangan atau pikiran dari sisi
adalah a priori, oleh sebab bentuk- kewajiban dan bukan merujuk pada
bentuk itu tidak berasal dari materi akibat dari suatu tindakan. Hal ini
yang masuk kesadaran, melainkan dari dikarenakan pikiran meninggalkan
daya tangkap manusia sendiri. 37 jejaknya pada cara kita memahami
Dengan ajaran ini Kant menggabungkan dunia. Dalam penekanan atas moral
teori-teori empirisme dan rasionalisme bukan berasal dari perasaan yang
menyatakan sebuah perbedaan antara
36
Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintas
Sejarah, ed. Kanisius (Yogyakarta, 2006), 95.
37 38
Ibid., 76. Ibid., 77.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

benar dan salah, melainkan berasal dari IV. PENUTUP


masalah akal. A. Kesimpulan.
Melihat atas kasus sewa rahim Adapun yang menjadi kesimpulan
yang dilakukan oleh pasangan suami dari permasalahan hukum diatas dapat
istri yang melakukan surrogery mother peneliti deskripsikan yakni sebagai
dengan melakukan gestational berikut:
aggrement tetaplah tidak benar secara a. Terhadap pelaksanaan perjanjian
etika moral. Dalam tatanan aspek surrogate mother apabila dilihat
hukum moral yang membedakan dalam hukum positif tidak sah
antara legalitas dan moralitas. Pertama, sebab telah Melanggar peraturan
salah satu pihak yang melakukan perundang-undang yang ada
perjanjian sewa rahim melakukan (ataupun hukum positif) yang
kontrak dikarenakan hanya untuk berlaku yakni Undang-Undang
mencari keuntungan saja. Kedua, salah No. 1 Tahun 1974 tentang
satu pihak, melakukan sewa rahim Perkawinan, Undang-Undang No. 135

karena ada unsur perasaan kasihan. 36 Tahun 2009 tentang


Ketiga Eksistensi Allah S.W.T yang Kesehatan Pasal 127 ayat 1,
dimaksud sebagai keberadaan Allah Peraturan Pemerintah No. 61
S.W.T yang menjamin bahwa Tahun 2014 tentang Kesehatan
pelaksanaan kewajiban moral akan Reproduksi, Peraturan Menteri
merasakan ganjarannya di kemudian Kesehatan RI No.
hari. Sehingga, jika pasangan suami istri 73/Menkes/PER/II/1999 tentang
yang sewa rahim yang dilakukan oleh Penyelenggaraan Pelayanan
pasangan yang tidak mampu memiliki Teknologi Buatan, Peraturan
keturunan dengan upaya kehamilan Menteri Kesehatan RI
alamiah memutuskan melakukan sewa No.039/SK/2010 tentang
rahim tetap melanggar hukum moral. Penyelenggaraan Pelayanan
Teknologi Reproduksi Berbantu,
SK Dirjen Yan Medik Depkes RI

Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia


Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

tahun 2000 tentang Pedoman a. Sebaiknya, karna tidak ada


Pelayanan Bayi Tabung di Rumah peraturan yang secara khusus
Sakit. Bahkan juga bertentangan mengatur perjanjian sewa rahim
dengan kesusilaan yakni norma (surrogate mother), agar
moral dan adat istiadat atau dibuatnya peraturan perjanjian
kebiasaaan umum masyarakat. sewa rahim (surrogate mother)
Surrogate mother ini tidak dapat guna mencegah perbuatan illegal
disamakan dengan benda atau yang bertentang dengan hukum
barang yang menjadi objek positif. Dengan tujuan
perjanjian sewa menyewa. menciptakan kepastian hukum,
b. Dan Hak dan kewajiban yang keadilan dan kemanfaatan hukum
timbul akibat perjanjian sewa bagi masyarakat.
rahim (surrogate mother) b. Terhadap kedudukan Ibu
berbeda dengan perjanjian sewa penganti jangan sampai
menyewa umumnya, karna sewa menyewakan rahimnya kepada 136

rahim (surrogate mother) tidak seseorang, karena dapat


dapat dipersamakan menghilangkan marwah dan
kedudukannya dengan konsep kemulian seorang perempuan
perjanjian sewa menyewa yang atau ibu dari anak tersebut.
diatur dalam KUHPerdata. Sebab Bahkan apabila telah terjadinya
Rahim perempuan tidak dapat kebenaran alasan masyarakat
disamakan dengan benda/barang secara rasional memanfaatkan
yang menjadi objek dari sewa kecanggihan tehknologi dengan
menyewa. menggunakan sewa rahim
(surrogate mother) perjanjian
B. Saran. sewa rahim (surrogate mother)
Adapun yang menjadi saran dari perlu dibuatkan suatu perjanjian
kesimpulan diatas dapat peneliti surrogacy secara khusus dan
deskripsikan yakni sebagai berikut: dalam bentuk tertulis yang

Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia


Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

mengatur mengenai hak dan Grafika. Jakarta, 1991.


kewajiban antara para pihak.
Cecep Triwibowo. Etika & Hukum
Sehingga hak dan kewajiban yang Kesehatan. Edited by Nuha
Medika. Yogyakarta, 2014.
timbul melalui perjanjian sewa
rahim (surrogate mother) Conny Semiawan, Theodorus Immanuel
Setiawan dan Yufiarti. Panorama
tersebut dapat terpenuhi dan
Filsafat Ilmu Landasan
terlindungi terutama bagi Perkembangan Ilmu Setiap
Zaman. Teraju. Yogyakarta, 2005.
kepentingan si anak yang
dilahirkan hakikatnya. Sebaiknya Desriza Ratman. Surrogate Mother
Dalam Perspektif Etika Dan
jangan sampai melaksanakan
Hukum, Bolehkah Sewa Rahim Di
perjanjian sewa Rahim tersebut Indonesia,. Edited by PT. Elex
Media Komputindo. Jakarta,
karna bertentangan dengan
2012.
agama, moral, kesusilaan dan
Gardener, Jostein. Dunia Sophie. Edited
kertertiban umum terutama bagi
by Pt. Mizan Pustaka. Bandung,
kepentingan si anak. 2008. 137

Hamid Laonso & Muhammad Jamil.


DAFTAR PUSTAKA Hukum Islam Alternatif Solusi
Terhadap Masalah Fiqh
A. Buku.
Kontemporer. Edited by Restu
A. Jazuli. Kaidah-Kaidah Fikih, Kaidah- Ilahi. Jakarta, 2005.
Kaidah Hukum Islam Dalam
Menyelesaikan Masalah-Masalah Husni Thamrin. Hukum Sewa Rahim
Yang Praktis. Edited by Kencana Dalam Bayi Tabung. Edited by
Prenada Media Group. Jakarta, Aswaja Pressindo. Yogyakarta,
2007. 2015.

Ali Imron. Hukum Perkawinan Islam Di Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem
Indonesia. Abadi Jaya. Semarang, Hukum Islam. Edited by eLSAS.
2015. Jakarta, 2008.

Assofa, Burhan. Metode Penelitian M Yahya Harahap. Segi-Segi Hukum


Hukum. Edited by Rineka Cipta. Perjanjian. Edited by Alumni.
Jakarta, 2002. Bandung, 1986.

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Nungki Kusuma Irawan. Menumpas


Dalam Prakt. Edited by Sinar Penyakit Dengan Darah Tali
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

Pusat. Edited by Berlian Media. Yogyakarta, 2006.


Semarang, 2011.
B. Peraturan Perundang-Undangan.
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian
Hukum. Media Grou. Jakarta, Undang-Undang Dasar Negara Republik
2011. Indonesia Tahun 1945.

Sulaiman, Muqatil ibn. Tafsir Muqatil Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.


Ibn Sulaiman Daru Ihya At-Turats.
Edited by Beirut. Jilid 3., n.d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan.
Raehanul Bahraen. Fiqih Kontemporer
Kesehatan Wanita. Edited by Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Pustaka Imam Asy-Syafi’i. Jakarta, tentang Kesehatan.
2017.
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
Ronny Hanitijo Soemitro. Metode 2014 tentang Kesehatan
Penelitian Hukum. Edited by Reproduksi.
Ghalia Indonesia. Lihat Juga
Soerjono Soekanto, Pengantar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Penelitian Hukum, UI-Press, 039/MenKes/SK/I/2010.
Jakarta, 1984, Hlm.9. Jakarta, 138
1985. Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Rusli Hasbi. Fiqh Inovatif, Dinamika C. Jurnal.


Pemikiran Ulama Timur Tengah, Sutandyo Wignjosoebroto. Metode
Membongkar Kasus Kontemporer. Penelusuran Sumber
Edited by Al-Irfan Publising. Diperpustakaan Untuk
Jakarta, 2007. Menemukan Data, Informasi Dan
Pengetahuan Terolah Disebut
Rusli Pandika. Hukum Pengangkatan Kepustakaan, Sutandyo
Anak. Edited by Sinar Grafika. Wignjosoebroto, “Keragaman
Jakarta, 2014. Dalam Konsep Hukum, Tipe
Kajian Dan Metode
Said Agil Husin Al-Munawar. Hukum Penelitiannya.” Edited by
Islam Dan Pluralitas Sosial. Edited Program Doktor Ilmu Hukum
by Penamadani. Jakarta, 2004. UNDIP. Makalah. Semarang,
2001.
Soerjono Soekanto. Pengantar
Penelitian Hukum. Edited by UI- Zaharnika, R. Febrina Andarina.
Press. Jakarta, 1986. “Legalitas Akta Notaris Tentang
Harta Bersama.” Kodifikasi 1, no.
Theo Huijbers. Filsafat Hukum Dalam July (2019): 39–65.
Lintas Sejarah. Edited by Kanisius. http://ejournal.uniks.ac.id/index.
Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif
R. Febrina Andarina Zaharnika
Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Vol. 7 No. 2 – Desember 2021

php/KODIFIKASI/article/view/80. https://Id.m.wikipedia.org/wiki/penalar
an. “Metode Deduktif Adalah
Zaharnikaa, R. Febrina Andarina. Berfikir Yang Menerapkan Hal-Hal
“Legality of Notary Deeds Umum Terlebih Dahulu Untuk
Concerning the Joint Treasure.” Seterusnya Dihubungkan Dalam
International Journal of Bagian-Bagian Khusus. Dalam
Innovation, Creativity and Change Situs
10, no. 2 (2019): 179–193. Https://Id.m.Wikipedia.Org/Wiki/
https://www.ijicc.net/images/vol Penalaran. Diakses Pada Hari
10iss2/10218_Febrina_2019_E_R. Minggu Tanggal 12 November
pdf. 2021, Pukul 19.23 Wib.” Diakses
Pada Hari Minggu Tanggal 12
November 2021, Pukul 19.23 Wib.
D. Sumber Lainnya.
Https://smartlegal.id/smarticle/2019/0
Andri Adi Mustika. “Bayi Tabung Dalam 1/23/sewa-rahim-legalkah-
Bioetika.” Di Akses Pada Tanggal menurut-hukum-indonesia/.
21 Oktober 2021, Pukul 13.00 “Dilihat Pada,
Wib. Last modified 2021. Https://Smartlegal.Id/Smarticle/2
http://dokumen.tips/documents/ 019/01/23/Sewa-Rahim-
makalah-bayi-tabung.html. Legalkah-Menurut-Hukum-
Indonesia/.” Di Akses Pada 21 139
Annysa Mauliah. “Makalah Bayi Tabung Oktober 2021, Pukul.16.00 Wib.
Finish.” Di Akses Pada Tanggal 21
Oktober 2021, Pukul 13.00 Wib. Rosalia Aini Labah. “Surrogate Mother,
Last modified 2021. Diakses Pada Tanggal 21 Oktober
http://dokumen.tips/Documents/ 2021, Pukul 14.00 Wib.” Di Akses
Makalah-Bayi-Tabung-Finish- Pada Tanggal 21 Oktober 2021,
55993e1fae8d5. Pukul 14.00 Wib. Last modified
2021.
Di Akses Pada Tanggal 21 Oktober http://www.kompasiana.com/ros
2021, Pukul 13. 35. Last modified aliaaini/surrogatemother_550d49
2021. http://kinkin- 838133116d2cb1e211.
mulyati.blogspot.com/2013/10/s
urrogate-mother-ibu
penggantisewa.html#.

Copyright © 2021, Jurnal Hukum Mimbar Justitia


Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Rahim (Surrogate Mother) Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Positif

Anda mungkin juga menyukai