Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA (GONO GINI)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Hukum Perkawinan

Dosen Pengampu: Dr. H. AH. Kholis Hayatuddin, M.Ag.

Disusun Oleh:

1. Abdul Rosyid Raflianto 192121110


2. Aziz Taufiqurrahim 202121001
3. Umniatul Aula 202121010
4. Zuliyana Nurul Latifah 202121030
5. Putri Nastiti 202121134
6. Luthfi Arifatul Azimah 202121141
7. Moh. Indra Prasetiyo 212121010

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya.
Adapun pembuatan makalah ini sebagai bentuk penugasan kelompok presentasi
mata kuliah Hukum Perkawinan. Judul makalah ini yaitu “Pembagian Harta
Bersama (Gono Gini)”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada Bapak Dr. H. AH. Kholis Hayatuddin, M.Ag. selaku dosen
pengampu yang telah memberikan tugas kepada kami.

Kami jauh dari kata sempurna dalam penyusunan makalah ini. Materi yang
tersaji di dalam makalah merupakan hasil bacaan atau analisis terkait tema
pembagian harta bersama. Hal ini merupakan salah satu langkah yang baik untuk
mempelajari dan memahami materi dari berbagai sumber. Kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
kami dan pihak yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Sukoharjo, 1 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ..................................................................................................... i

Daftar isi ............................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan ............................................................................................ 1

Bab II Pembahasan

A. Pengertian Harta Bersama dalam Perkawinan ............................................... 2


B. Macam-Macam Harta Gono Gini dalam Perkawinan .................................... 3
C. Pembagian Harta Gono Gini Setelah Perceraian ........................................... 4
D. Harta Bersama menurut Hukum Islam ........................................................... 5
E. Hak dan Kewajiban Suami Istri atas Harta Gono Gini .................................. 7

Bab III Penutup

A. Kesimpulan .................................................................................................... 8

Daftar Pustaka .................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan merupakan ikatan suci lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri untuk membentuk suatu keluarga.
Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan, biasanya pada masing-
masing pihak dari suami atau istri mempunyai harta yang dibawa dan diperoleh
sebelum melakukan akad. Akibat dari adanya pernikahan nantinya akan
memberikan akibat hukum tersendiri, yang mana harta yang diperoleh oleh
kedua belah pihak akan menjadi harta bersama.

Harta bersama dalam perkawinan juga tidak menutup kemungkinan


adanya harta milik masing-masing suami istri. Ketika terjadi suatu putusnya
hubungan perkawinan, dapat muncul akibat hukum pembagian harta bersama
atau harta gono-gini. Dalam pembagiannya memerlukan adanya musyawarah
atau ketentuan yang perlu dipertimbangkan secara matang, apakah dibagi sama
rata atau tidak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan harta bersama (gono gini) dalam perkawinan?
2. Apa saja macam-macam harta bersama (gono gini) dalam perkawinan?
3. Bagaimana cara pembagian harta gono gini setelah perceraian?
4. Bagaimana harta bersama (gono gini) dalam perspektif hukum islam?
5. Bagaimana hak dan kewajiban saumi istri atas harta gono gini?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian harta bersama (gono gini) dalam perkawinan
2. Untuk mengetahui macam-macam harta bersama (gono gini)
3. Untuk mengetahui cara pembagian harta gono gini setelah perceraian
4. Untuk mengetahui bagaimana harta bersama (gono gini) dalam perspektif
hukum islam
5. Untuk mengetahui hak dan kewajiban suami istri atas harta gono gini

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Harta Bersama dalam Perkawinan

Pernikahan merupakan babak pertama adanya harta bersama. Harta


bersama atau harta gono-gini adalah salah satu dari sekian harta yang dimiliki
oleh seseorang disamping milik pribadi. Harta gono-gini artinya harta bersama
yang dimiliki suami dan istri yang ditandai dengan kesepakatan dalam
pernikahan.

Harta bersama dalam kamus besar bahasa Indonesia terdiri dari dua
kata yaitu harta dan bersama. Harta artinya barang-barang, baik yang berwujud
maupun tidak berwujud, yang mengandung nilai di dalamnya. Jadi, harta
bersama adalah harta yang diberdayagunakan secara bersama-sama demi
kepentingan bersama.1

Harta yang didapat selama terjalinnya ikatan pernikahan baik yang


didapat secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri disebut harta bersama.2
Pendapat tersebut diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974
pasal 35 bab VII tentang harta benda dalam perkawinan sebagai berikut:

1. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta benda


bersama.
2. Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri, serta harta benda yang
di peroleh sendiri-sendiri sebagai hadiah dan warisan adalah dibawah
penguasaan masing-masing, sepanjang pihak lain tidak menentukan lain.

1
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1995: 342.
2
Ali Sibra Malisi, “Praktik Pembagian Harta Gono-Gini,” Jurnal Studi Islam Ulul Albab,
(Januari-Juni,2013), h. 103.

2
Tidak semua harta yang di dapat selama adanya ikatan perkawinan
dikatakan sebagai harta bersama. Harta yang didapat akan menjadi harta gono-
gini ketika ada kesepakatan antara kedua mempelai yaitu suami dan istri.
Sementara harta yang di peroleh sebelum terjalinnya ikatan keluarga tidak bisa
dikatakan sebagai harta gono-gini, seperti warisan dan hadiah.
Harta yang ada, baik dari suami maupun istri sebelum pernikahan akan
tetap menjadi milik pribadi. Harta bawaan akan menjadi harta bersama jika
dinyatakan akan dimiliki secara bersama sebagai harta gono-gini. Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 35, Pasal 36, dan Pasal 37 mengatur
tentang harta bersama, yakni sejak dimulainya ikatan pernikahan dan selama
pernikahan berlangsung. Percampuran harta kekayaan antara suami dan istri,
baik harta tetap atau harta bergerak, harta sekarang dan harta yang diperoleh
kemudian hari.3
B. Macam-Macam Harta Gono Gini dalam Perkawinan
Berdasarkan Pasal 35 dan 36 UU Perkawinan, pembagian harta gono
gini ada 3 macam, yaitu:
1. Harta Bawaan
Harta bawaan merupakan harta yang didapatkan oleh masing-
masing pihak selama belum menikah. Harta bawaan juga termasuk dalam
harta seperti warisan atau hadiah. Oleh karenanya, kepemilikannya pada
masing-masing pihak yang menerimanya. Kepemilikan dan pengelolaannya
tidak berubah dikarenakan adanya perkawinan. Sehingga ketika terjadi
perceraian, harta ini tidak bisa dituntut untuk menjadi harta bersama.
2. Harta Masing-Masing
Harta yang dimiliki istri atau suami setelah pernikahan. Harta
tersebut didapatkan dari hibah, wasiat, atau warisan untuk mereka masing-
masing.

3
Ibid.

3
3. Harta Pencaharian
Harta yang didapatkan oleh istri atau suami pada saat pernikahan
yang dihasilkan karena usaha masing-masing. Seperti harta yang didapatkan
karena bekerja. Bisa dikatakan jenis harta ini juga sama dengan harta
bersama atau harta yang didapatkan keduanya selama pernikahan. 4
C. Pembagian Harta Gono Gini Setelah Perceraian

Harta gono-gini adalah harta benda yang dihasilkan oleh suami istri
selama masa perkawinan mereka. Harta gono-gini menjadi milik bersama suami
istri itu, walaupun yang bekerja hanya suami atau istri saja. Tentang sejak kapan
terbentuknya harta gono-gini, ditentukan menurut rasa keadilan masing masing
pihak, namun secara umum ditentukan menurut kewajaran, bukan waktu.5

Harta bersama baru dapat dibagi bila terjadi putusnya hubungan


perkawinan. Apabila keputusan hakim yang menentukan putusnya hubungan
perkawinan belum mempunyai kekuatan pasti, maka harta bersama antara
suami dan istri itu belum dapat dibagi.

Dalam Pasal 157 Komplikasi Hukum Islam mengenai putusnya


perkawinan karena perceraian terhadap harta bersama adalah harta bersama
tersebut dibagi menurut ketentuan sebagaimana tersebut dalam Pasal 96 dan 97
yang memuat ketentuan bahwa:

1. Apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi hak
pasangan yang hidup lebih lama.
2. Pembagian harta bersama bagi seorang suami atau istri yang istri atau
suaminya hutang harus ditangguhkan sampai adanya kepastian matinya
yang hakiki atau matinya secara hukum atas dasar putusan Pengadilan
Agama

4
https://blog.justika.com/perceraian/pembagian-harta-gono-gini
5
Bernadus Nagara, “Pembagian Harta gono gini atau harta bersama setelah perceraian
menurut undang undang nomor 1 tahun 1974,” Lex Crimen Vol. V No. 7 September (2016), hlm.
52.

4
3. Janda atau duda cerai masing-masing berhak seperdua dari harta bersama
sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan.6

Ketentuan dalam Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang kompilasi


Hukum Islam Pasal 97 dan selaras dengan ketentuan dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, yaitu cara pembagiannya biasanya adalah dengan
membagi rata, masing-masing (suami-isteri) mendapat setengah bagian dari
harta gono-gini tersebut. Harta bersama ini tidak dapat disamakan dengan harta
warisan, karena harta warisan adalah harta bawaan, bukanlah harta bersama.
Oleh sebab itu, harta warisan tidak dapat dibagi dalam pembagian harta gono-
gini sebagai akibat perceraian.

D. Harta Bersama Menurut Hukum Islam

Pandangan hukum Islam yang memisahkan harta kekayaan suami istri


sebenarnya memudahkan pemisahan mana yang termasuk harta suami dan
mana harta istri, mana harta bawaan suami dan mana harta bawaan istri sebelum
perkawinan, mana harta suami/istri yang diperoleh secara sendiri-sendiri
selama perkawinan, serta mana harta gono-gini yang diperoleh secara bersama
selama terjadinya perkawinan. Pemisahan harta tersebut akan sangat berguna
dalam pemisahan antara harta suami atau harta istri jika terjadi perceraian dalam
perkawinan mereka.7

Ketentuan hukum Islam di atas tetap berlaku hingga berakhirnya


perkawinan atau salah seorang dari keduanya meninggal dunia. Harta warisan
yang dibagi adalah hak milik masing-masing suami/istri yang telah meninggal
dunia, yaitu setelah dipisahkan dengan harta suami/istri yang masih hidup.
Harta milik istri tidak dimasukkan sebagai harta warisan yang harus dibagi.

6
Ibid., hlm. 53.
7
Zahri Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan UU Perkawinan di Indonesia,
(Bina Cipta, 1999), hlm. 110-111.

5
Bahkan, istri tetap berhak memiliki harta pribadinya sendiri, dan dirinya juga
berhak mendapat bagian dari harta peninggalan suaminya.8

Hukum Islam juga berpendirian bahwa harta yang diperoleh suami


selama perkawinan menjadi hak suami, sedangkan istri hanya berhak terhadap
nafkah yang diberikan suami kepadanya. Namun, Al Qur’an dan hadis tidak
memberikan ketentuan yang tegas bahwa harta benda yang diperoleh suami
selama berlangsungnya perkawinan sepenuhnya menjadi hak suami, dan istri
hanya terbatas atas nafkah yang diberikan suaminya. Al Qur’an dan hadis juga
tidak menegaskan secara jelas bahwa harta benda yang diperoleh suami dalam
perkawinan, maka secara langsung istri juga berhak terhadap harta tersebut.

Dalam ajaran Islam, ijtihad itu diperbolehkan asalkan berkenaan dengan


hukum-hukum yang belum ditemukan dasar hukumnya. Hukum Islam
cenderung mengeneralisasikan persoalan ini. Artinya, hukum Islam pada
umumnya tidak menjelaskan perbedaan antara harta gono-gini itu sendiri
dengan yang bukan.9

Moh. Idris Ramulyo membagi pandangan hukum Islam tentang harta


gono-gini ke dalam dua kelompok sebagai berikut:

1. Kelompok yang memandang tidak adanya harta gono-gini dalam lembaga


Islam kecuali dengan konsep syirkah.
Pandangan ini tidak mengenal percampuran harta kekayaan antara
suami dan istri karena perkawinan. Harta kekayaan istri tetap menjadi milik
istri dan dikuasai sepenuhnya. Demikian pula, harta suami tetap menjadi
milik suami dan dikuasai sepenuhnya. Dalam pandangan kelompok ini, istri
tetap dianggap cakap bertindak meskipun tanpa bantuan suaminya dalam
soal apapun.

8
Ibid, hlm. 111.
9
Ibid, hlm. 67-68.

6
2. Kelompok yang memandang adanya harta gono-gini dalam hukum Islam.
Di samping mengakui ketentuan yang berlaku dalam UU
Perkawinan bahwa harta gono-gini itu diakui dan diatur dalam hukum
positif, kelompok ini juga memandang ketentuan tentang harta gono-gini itu
sesuai dengan kehendak dan aspirasi hukum Islam. Harta gono-gini yang
dimaksud adalah harta yang diperoleh oleh pasangan suami istri setelah
hubungan perkawinan mereka berlangsung dan atas usaha mereka berdua
atau usaha salah seorang dari mereka.10
E. Hak dan Kewajiban Suami Istri Terhadap Harta Gono Gini
Kompilasi hukum Islam menjelaskan bahwa suami mempunyai
tanggung jawab untuk menjaga keamanan harta bersama, kekayaan milik istri,
dan juga kekayaannya sendiri. Sementara itu, istri juga mempunyai tanggung
jawab terhadap harta bersama dan kekayaan suami yang berada dalam
kepemilikannya. 11
Dalam pasal 89 menyebutkan bahwa "Suami bertanggung jawab
menjaga harta bersama, harta istri maupun harta sendiri." Sedangkan pasal 90
menyebutkan "Istri turut bertanggung jawab menjaga harta bersama, maupun
harta suami yang ada padanya." Kemudian Pasal 92 "Suami istri tanpa
persetujuan pihak lain tidak diperbolehkan menjual atau memindahkan harta
bersama."

10
Idris Ramulyo, Harta Gono Gini Mencari Formula Yang Adil Untuk Perempuan, (Jakarta:
Swara Rahima, 2006), hlm. 29-35.
11
J. Satrio. Hukum Harta Perkawinan, cet-3 (Jakarta: Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 74-75

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Harta yang didapat selama terjalinnya ikatan pernikahan baik yang


didapat secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri disebut harta bersama.
Harta yang didapat akan menjadi harta gono-gini ketika ada kesepakatan antara
kedua mempelai yaitu suami dan istri. Sementara harta yang di peroleh sebelum
terjalinnya ikatan keluarga tidak bisa dikatakan sebagai harta gono-gini, seperti
warisan dan hadiah. Dalam pembagian harta gono gini, biasanya dengan
membagi rata, masing-masing (suami-isteri) mendapat setengah bagian dari
harta gono-gini tersebut. Suami mempunyai tanggung jawab untuk menjaga
keamanan harta bersama, kekayaan milik istri, dan juga kekayaannya sendiri.
Sedangkan istri juga mempunyai tanggung jawab terhadap harta bersama dan
kekayaan suami yang berada dalam kepemilikannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Zahri, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan UU Perkawinan di


Indonesia, Bina Cipta, 1999.
https://blog.justika.com/perceraian/pembagian-harta-gono-gini/
Malisi, Ali Sibra, “Praktik Pembagian Harta Gono-Gini,” Jurnal Studi Islam Ulul
Albab, 2013.
Nagara, Bernadus, “Pembagian Harta gono gini atau harta bersama setelah
perceraian menurut undang undang nomor 1 tahun 1974,” Lex Crimen
Vol. V No. 7, 2016.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1995.
Ramulyo, Idris, Harta Gono Gini Mencari Formula Yang Adil Untuk Perempuan,
Jakarta: Swara Rahima, 2006.
Satrio, J, Hukum Harta Perkawinan, cet-3, Jakarta: Citra Aditya Bakti, 1993.

Anda mungkin juga menyukai