Anda di halaman 1dari 10

Tinjauan Yuridis Kumulasi Gugatan Cerai Dan Itsbat Nikah

Di Pengadilan Agama Magelang


Sheila Kusuma Wardani Amnesti1
1
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Email: sheila.supersmart@gmail.com

ABSTRACT

Penelitian ini menjelaskan mengenai penggabungan perkara gugatan cerai dan itsbat
nikah di Pengadilan Agama Magelang, yakni menggabungkan 2 unsur yang berbeda yaitu
perkara voluntair dan kontentius. Penelitian ini bertujuan memberikan pemahaman
kepada masyarakat dan legal drafter mengenai komulasi gugat cerai dan itsbat nikah.
Jenis penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan teknik pengumpulan
bahan hukum yang digunakan adalah survey kepustakaan dan studi literatur. Fokus
penelitian ini adalah komulasi perkara gugat cerai dan itsbat nikah di Pengadilan Agama
Magelang. Perkawinan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi manusia di
masyarakat yang sempurna, karena sejak dilahirkannya setiap manusia memiliki
kodrat berpasang-pasangan yang merupakan salah satu sunnah atas seluruh
makhluk-Nya.

This research explains about the merging of divorce and itsbat marriage suit in the
Magelang Religious Court, which combines 2 different elements, namely voluntary and
contingent cases. This study aims to provide understanding to the public and legal drafter
regarding the divorce and itsbat marriage commulation This type of research uses
normative juridical methods with legal material collection techniques used are literature
surveys and literature studies. The focus of this research is the commulation of divorce
and marriage law cases in Magelang Religious Court. Marriage is one of the basic needs
for humans in a perfect society, because from birth every human being has the nature of
pairs which is one of the sunnah of all His creatures.
Keywords: Gugat Cerai, Isbat Nikah, Kumulasi
.
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
1. PENDAHULUAN sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui”. Allah menjadikan laki-laki dan
Perkawinan merupakan salah satu perempuan supaya hidup berpasang-pasangan
kebutuhan pokok bagi manusia di masyarakat membangun rumah tangga yang harmonis,
yang sempurna, karena sejak dilahirkannya untuk itu harus dilaksanakannya ikatan dan
setiap manusia memiliki kodrat berpasang- pertalian yang kokoh melalui akad atau ijab
pasangan yang merupakan salah satu sunnah qobul perkawinan1.
atas seluruh makhluk-Nya. Sebagaimana Tujuan pernikahan yaitu untuk
Allah berfirman di dalam QS. Adz- membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
Dzariat/51:49 yang berarti “Dan segala berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal
sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan ini berarti bahwa pernikahan itu berlangsung
agar kamu mengingat kebesaran Allah” dan di seumur hidup, cerai diperlukan syarat-syarat
dalam QS. Yasin/36:36 yang berarti “Maha
1
suci Allah yang telah menciptakan semuanya Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam Suatu
Analisis dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan
berpasang-pasangan, baik dari apa yang Kompilasi Hukum Islam (Cet. IV; Jakarta: Bumi
Aksara 2002), h.2.
yang ketat dan merupakan jalan terakhir dan tempat bagi para pencari keadilan, khususnya
suami istri membantu untuk mengembangkan bagi setiap orang Islam untuk menyelesaikan
diri2. persoalan yang berkaitan dengan masalah
Hal ini dipertegas dalam Q.S. Ar- perdata Islam.
Ruum/30: 21, berdasarkan Pasal 2 Bab II Perkara perceraian dapat digabungkan
kitab I Kompilasi Hukum Islam, perkawinan sekaligus dengan pengesahan perkawinan
adalah akad yang sangat kuat (mῑṡāqan (Itsbat Nikah) sesuai dengan Pasal 86 UU
galῑẓan) untuk mentaati perintah Allah dan Ayat (1) No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
melaksanakannya merupakan ibadah. Agama. UU No.1 Tahun 1974 mengatur
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 berbagai ketentuan hukum materiil
Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan perkawinan dan segala sesuatu yang terkait
bahwa perkawinan itu adalah “Ikatan lahir dengannya, sedangkan Peraturan Pemerintah
batin antara seorang pria dan seorang wanita No. 9 tahun 1975 mengatur tentang tata cara
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk perkawinan dan sekaligus merupakan
keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan pelaksanaan UU Perkawinan. Selain kedua
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha ketentuan ini terdapat pengaturan lain yang
Esa”.3 dikhususkan bagi orang yang beragama Islam
Perkawinan dikatakan perbuatan hukum yaitu yang terdapat dalam Kompilasi Hukum
apabila memenuhi unsur tata cara agama dan Islam (KHI) dan UU No. 7 Tahun 1989.
tata cara pencatatan nikah yang diatur dalam Proses persidangan kumulasi itsbat
pasal 2 ayat (1) dan (2) UU No 1 Tahun 1974. nikah dengan perceraian dikenal istilah
Kedua unsur tersebut mengandung artian “penggabungan perkara”. Bahwa kumulasi
bahwa perkawinan selain memenuhi syariat gugat atau samenvoeging van vordering
juga harus dicatat petugas pencatat nikah. adalah penggabungan dari lebih satu tuntutan
Maka ketika suatu perkawinan yang hanya hukum kedalam satu gugatan atau beberapa
dilaksanakan sampai batas pasal 2 ayat (1) gugatan digabungkan menjadi satu. Pada
akibat hukumnya adalah ketika terjadi dasarnya setiap gugatan yang digabungkan
persengketaan antara suami isteri maka tidak merupakan gugatan yang berdiri sendiri.
bisa meminta perlindungan kepada negara. Penggabungan gugatan hanya diperkenankan
Hal ini karena perkawinan tersebut tidak dalam batas-batas tertentu. Hukum acara
tercatat secara resmi di administrasi negara. perdata yang secara umum berlaku baik yang
Oleh karena itu, itsbat nikah sangat diperlukan ada dalam HIR, R.Bg., begitu juga Rv tidak
untuk kepastian hukum perkawinannya. mengatur secara tegas dan tidak pula
Hukum acara di peradilan agama diatur melarang. Satu-satunya yang mengatur
oleh UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan mengenai kumulasi gugat adalah UU No. 7
Agama, yang kemudian diubah dengan UU. Tahun 1989.
No. 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU Pasal 7 (ayat 3) huruf (a) KHI
No. 7 Tahun 1989. Peradilan agama menjadi memperbolehkan menggabungkan itsbat
nikah dengan gugatan perceraian yang pada
2
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem dasarnya itsbat nikah dalam rangka perceraian
Hukum Nasional (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 108
3 dapat dibenarkan, kecuali pernikahan yang
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam
(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 2.
akan di itsbatkan tersebut nyata-nyata yang sama dalam satu proses
melanggar UU perkara5.
2. Syarat Kumulasi6
2. RESEARCH METHODS
Metode-metode penelitian yang digunakan Dalam suatu bentuk
dalam pembahasan ini meliputi beberapa hal yaitu kumulasi, baik itu kumulasi
jenis penelitian, lokasi penelitian, fokus penelitian, gugatan atau kumulasi
jenis dan sumber data yang digunakan, teknik permohonan harus memiliki
pengumpulan data, teknik analisis data. Untuk syarat-syarat yang harus
mengetahui metode penelitian dalam penelitian terpernuhi anatara lain yaitu :
ini, maka diuraikan sebagai berikut;
a) Adanya hubungan yang
a. Jenis penelitian
erat dari perkara yang satu
Jenis dalam penelitian ini adalah metode
yuridis normatif dengan teknik pengumpulan dengan yang lainnya atau
bahan hukum yang digunakan adalah survey koneksitas:
kepustakaan dan studi literatur. b) Subyek hukum para pihak
b. Lokasi penelitian sama (penggugat dan
Lokasi penelitian yang digunakan sebagai tergugat)
tempat pelaksanaan penelitian yang berkaitan
dengan masalah yang diangkat dalam c) Prinsip beracara yang cepat
penelitian ini adalah berada di Pengadilan dan murah;
Agama Magelang. d) Bermanfaat ditinjau dari
c. Fokus penelitian segi acara (processueel
Adapun penelitian ini berfokus pada komulasi doelmatig).
perkara gugat cerai dan itsbat nikah di
Pengadilan Agama Magelang dengan nomor 3. Dasar hukum Kumulasi
perkara 248/Pdt.G/2019/PA.Mgg a) Pasal 66 ayat (5) dan Pasal 86
ayat (1) UU No.7 Tahun 1989
3. PEMBAHASAN tentang kedudukan,
A. Komulasi Gugatan kewenangan dan acara
1. Pengertian Kumulasi peradilan agama.
Kumulasi gugatan Pasal 66 ayat (5) yang
merupakan penggabungan dari menjelaskan bahwa: “Permohonan
lebih satu tuntutan hukum ke soal penguasaan anak, nafkah
dalam satu gugatan.4 Sedangkan anak, nafkah istri, dan harta
menurut Mukti Arto, kumulasi bersama suami istri dapat diajukan
adalah gabungan beberapa gugatan bersama-sama dengan permohonan
hak atau gabungan beberapa pihak cerai atau ataupun sesudah ikrar
yang mempunyai akibat hukum
5
A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada
Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008), 44.
6
R. Soeparmono, Hukum Acara Perdata dan
4
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata,( Yurisprudensi, (Bandung: Bandar Maju, 2005),
Jakarta:Sinar Grafika, 2009), 102. 101.
talak diucapkan.7”Dan pasal 86 yang saling
ayat (1) yang berbunyi: “Gugatan berbeda/bertentangan.
soal penguasaan anak, nafkah - Beberapa tuntutan dapat
dikumulasikan dalam satu
anak, nafkah istri, dan harta
gugatan apabila antara
bersama suami istri dapat diajukan tuntutan-tuntutan yang
bersama-sama dengan gugatan digabungkan itu terdapat
perceraian ataupun sesudah hubungan erat atau ada
putusan perceraian memperoleh koneksitas dan hubungan
kekuatan hukum tetap.”8 erat ini harus dibuktikan
dengan fakta-faktanya.
b) Buku Pedoman pelaksanaan - Dalam hal suatu tuntutan
tugas dan administrasi tertentu diperlukan suatu
Peradilan Agama acara khusus (misalnya
mencantumkan tentang gugatan cerai) sedangkan
kumulasi gugatan :9 tuntutan yang lain harus
- Penggabungan dapat diperiksa menurut acara
berupa kumulasi subjektif biasa (gugatan untuk
atau kumulasi objektif. memenuhi perjanjian),
Kumulasi subjektif adalah maka kedua tuntutan itu
penggabungan beberapa tidak dapat dikumulasikan
penggugat atau tergugat dalam satu gugatan.
dalam satu gugatan. - Apabila ada salah satu
kumulasi objektif adalah tuntutan hakim tidak
penggabungan beberapa berwenang memeriksa
tuntutan terhadap beberapa sedangkan tuntutan lainnya
peristiwa hukum dalam hakim tidak berwenang,
satu gugatan. maka kedua tuntutan itu
- Penggabungan beberapa tidak boleh diajukan
tuntutan dalam satu bersama-sama dalam satu
gugatan diperkenankan jika gugatan.
penggabungan itu
menguntungkan 4. Tujuan Kumulasi Gugatan10
proses,yaitu antara tuntutan Tujuan diterapkanya kumulasi
yang digabungkan itu ada gugatan adalah untuk
koneksitas dan menyederhanaka proses
penggabungan akan mudah pemeriksaan dipersidangan dan
diperiksa serta akan dapat menghindari putusan yang saling
mencegah kemungkinan bertentangan. Adapun tujuan dari
adanya putusan-putusan kumulasi gugatan adalah:
a) Mewujudkan peradilan
7
Pasal 66 ayat (5) UU No.7 Tahun 1989 Tentang sederhana melalui sistem
peradilan agama. penggabungan beberapa
8
Pasal 86 ayat (1) UU No.7 tahun 1989 Tentang gugatan dalam satu gugatan,
peradilan agama. dapat dilaksanakan
9
Mahkamah Agung dan Direktorat Jendral Badan penyelesaian beberapa perkara
Peradilan Agama, Buku Pedoman
Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan
10
Agama,(Edisi Revisi 2010), 90-91 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata…, 104.
melalui proses tunggal, dan Terhadap perkara kumulasi
dipertimbangan serta isbat nikah dan cerai gugat hakim
diputuskan dalam satu putusan. juga berpendapat dalam
b) Menghindari putusan yang pertimbangan hukumnya,
saling bertentangan apabila sependapat dengan kaidah fikih
terdapat koneksitas antara yang berbunyi: “Menghindari
beberapa gugatan, cara yang kerusakan didahulukan dari pada
efektif untuk menghindari memperoleh kemaslahatan”.
terjadinya putusan yang Bahwa kaidah tersebut harus
saling bertentangan, dengan dimaknai dalam menjatuhkan
jalan menempuh sistem suatu putusan, hakim wajib
kumulasi atau penggabungan mempertimbangkan bahwa
gugatan. putusan yang dijatuhkannya itu
akan dapat memberikan
5. Perkara yang bisa kemaslahatan dan menghindari
Dikumulasikan timbulnya kemudharatan, dengan
Dalam pasal 66 ayat (5) dan mengabulkannya perkara kumulasi
pasal 86 ayat (1) dijelaskan bahwa isbat nikah dan cerai gugat, maka
perkara penguasaan anak, nafkah akan memberikan manfaat antara
anak, nafkah istri, dan harta lain kejelasan dan kepastian
bersama suami istri dapat diajukan hukum status perkawinan,
bersama-sama dengan gugatan sehingga hak-haknya akan
cerai ataupun permohonan cerai terlindungi.
talak.Jadi, dalam kedua pasal ini
terlihat bahwa saat pengajuan B. Dasar Hukum Kumulasi Itsbat
perkara gugat cerai ataupun Nikah dan Gugat Cerai
permohonan cerai talak dapat Hakim tidak boleh menolak
digabung dengan perkara mengadili suatu perkara dengan alasan
penguasaan anak, nafkah anak, hukum tidak mengatur atau kurang
nafkah istri, dan harta bersama jelas. Hakim wajib memeriksa dan
suami istri. Abdul Manan dalam memutus perkara yang diajukan
bukunya menjelaskan bahwa kepadanya karena hakim dianggap
dalam perkara wali adhal tahu akan hukum. Sebagaimana
dispensasi kawin dan izin kawin termaktub dalam Pasal 10 Ayat (1)
dapat digabungkan dalam satu Undang-Undang Nomor 48 Tahun
gugatan. 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Penggabungan perkara isbat yang menentukan bahwa “Pengadilan
nikah dan cerai gugat tidak ada dilarang menolak untuk memeriksa,
diatur secara khusus didalam mengadili, memutuskan suatu perkara
undang-undang. Dasar hukum yang yang diajukan dengan dalih, bahwa
digunakan Majelis Hakim dalam hukum tidak ada atau kurang jelas,
memeriksa perkara kumulasi isbat melainkan wajib memeriksa dan
nikah dan cerai gugat adalah mengadilinya”11. Sesuai dengan asas
Kompilasi Hukum Islam Pasal 7 ius curia novit bahwa hakim dianggap
Ayat (3) huruf (a), bahwa isbat
nikah dapat dikumulasikan dengan
11
perceraian sepanjang tidak Herri Swantoro, Harmonisasi Keadilan dan
bertentangan dengan hukum. Kepastian Dalam Peninjauan Kembali, cet. I (Jakarta:
Pranamedia Group, 2017), hlm. 27
tahu akan hukum, bagi hakim tidak Dasar hukum mengenai
ada alasan untuk mengatakan belum penggabungan isbat nikah dan cerai
mengetahui hukum, jadi hakim harus gugat tidak ada di dalam undang-
kreatif. undang ataupun tidak adanya
Berdasarkan asas ius curia novit, peraturan tertentu yang mengaturnya
hakim tidak diperkenankan untuk secara khusus. Berdasarkan Pasal 66
menolak suatu perkara yang diajukan Ayat (5) Undang-Undang Nomor 7
kepadanya dengan dalih belum atau Tahun 1989 mengatur mengenai hal
tidak ada hukum atau undang-undang “Permohonan soal penguasaan anak,
yang mengaturnya. Implementasi dari nafkah istri dan harta bersama suami
asas ius curia novit adalah kewajiban istri dapat diajukan bersama-sama
hakim untuk mencari dan menemukan dengan permohonan cerai talak
hukum dari suatu perkara yang ataupun sesudah ikrar talak diucapkan
diajukan kepadanya. Asas ius curia dan di dalam Pasal 86 Ayat (1) juga
novit juga dipadankan dengan menyatakan bahwa “Gugatan soal
beberapa asas lainnya, seperti da mihi penguasaan anak, nafkah anak, nafkah
factum, dabo tibi ius yang artinya istri dan harta bersama suami istri
berikan fakta pada hakim dan hakim dapat diajukan bersama- sama dengan
akan menetapkan hukumnya atau asas gugatan perceraian ataupun sesudah
narra mihi factum, narrow tibi ius putusan perceraian memperoleh
yang artinya kewajiban para pihak kekuatan hukum tetap”.13
untuk mengungkapkan fakta atau Menurut Pasal 66 Ayat (5) dan
perkaranya dan menetapkan hukum Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang
atas fakta-fakta tersebut adalah Nomor 7 Tahun 1989, tidak ada
kewajiban atau tanggung jawab ketentuan tentang diperbolehkan atau
hakim.12 dilarangnya mengenai penggabungan
Hakim yang tidak menemukan isbat nikah dan cerai gugat, dalam
hukum tertulis atau dengan dalih hukum positif HIR dan RBG maupun
bahwa hukum tidak ada atau kurang Rv juga tidak ada mengatur secara
jelas, maka hakim wajib menggali, tegas dan tidak pula melarang.
mengikuti, dan memahami nilai-nilai Berdasarkan Pasal 103 RV yang
yang hidup dalam masyarakat Pasal 5 dilarang adalah hanya terbatas pada
Ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 penggabungan tuntutan hak menguasai
Tahun 2009 tentang kekuasaan (bezit) dengan tuntutan hak milik,
Kehakiman. Hakim baru berkewajiban secara (a contrario in the opposite
mengadili dan mengikuti nilai-nilai sense) boleh menggabungkan gugatan.
hukum yang hidup dalam masyarakat, Mengacu pada Buku II Pedoman
manakala terhadap kasus yang Pelaksanaan Tugas Dan Administrasi
diajukan belum ada peraturannya, Peradilan Agama mencantumkan
apabila sudah ada peraturan yang tentang kumulasi gugatan bahwa
mengaturnya, maka secara yuridis penggabungan beberapa tuntutan
hakim harus berpedoman kepada dalam satu gugatan diperkenankan
peraturan tersebut karena merupakan apabila penggabungan itu
hukum positif (ius constitutum). menguntungkan proses, yaitu apabila

13
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada
12
Natsir Asnawi, Hukum Pembuktian Perkara Perdata Pengadilan Agama, cet. VI (Yogyakarta:Pustaka
di Indonesia (Yogyakarta: UII Press, 2013), hlm. 19 Pelajar, 2005), hlm. 44.
antara tuntutan itu ada koneksitas dan “itsbat” dan “nikah”. Kedua istilah
penggabungan akan memudahkan tersebut berasal dari bahasa arab.
pemeriksaan serta dapat mencegah Itsbat merupakan masdar dari kata
kemungkinan adanya putusan yang “atsbata yutsbitu itsbat” berarti
saling bertentangan. Dijelaskan juga, penetapan atau pembuktian. Dalam
bahwa dalam Pasal 7 Ayat (3) huruf Kamus Besar Bahasa Indonesia
(a) Kompilasi Hukum Islam, disebutkan bahwa itsbat nikah adalah
menyatakan isbat nikah yang diajukan penetapan, penyuguhan, dan
ke Pengadilan Agama terbatas penentuan. Sedangkan nikah adalah
mengenai hal-hal yang berkenaan akad yang sangat kuat antara seorang
dengan adanya perkawinan dalam laki-laki dengan perempuan sebagai
rangka penyelesaian perceraian. Pasal suami isteri dengan terpenuhinya
tersebut adalah dasar hukum bagi berbagai persyaratan dalam rangka
hakim dibolehkannya penggabungan mentaati perintah Allah dan
antara isbat nikah dalam rangka melakukannya merupakan ibadah.
perceraian.14 Itsbat nikah adalah tindakan
Perihal kumulasi gugatan juga hukum yang diajukan ke Pengadilan
terdapat dalam beberapa Agama guna menetapkan pernikahan
yurisprudensi, yaitu dalam putusan yang telah dilangsungkan, namun
Mahkamah Agung Nomor tidak dapat dibuktikan dengan akta
575K/Pdt/1983 yang menjelaskan nikah. Pasal 7 angka (1) dan (2) KHI
bahwa penggabungan benar-benar menyebutkan “perkawinan hanya
untuk menyederhanakan proses dapat dibuktikan dengan akta nikah
pemeriksaan, biayanya menjadi lebih yang dibuat oleh Pegawai Pencatat
murah, tidak banyak memerlukan Nikah” dan “dalam hal ini perkawinan
waktu dan menghindari terjadinya tidak dapat dibuktikan dengan akta
putusan yang saling bertentangan. nikah, dapat diajukan itsbat nikahnya
Adanya putusan dari Mahkamah ke Pengadilan Agama. Jadi, pada
Agung keberadaan kumulasi gugatan dasarnya itsbat nikah adalah penetapan
menjadi lebih jelas, karena di atas perkawinan seorang pria dengan
Indonesia yurisprudensi Mahkamah seorang wanita sebagai suami istri
Agung yang telah beberapa kali yang sudah dilaksanakan sesuai
digunakan sebagai acuan bagi para dengan ketentuan agama Islam yaitu
hakim untuk memutus suatu perkara sudah terpenuhinya syarat dan rukun
yang sama sehingga dapat menjadi nikah. Tetapi pernikahannya yang
sumber hukum yang memilki kekuatan terjadi pada masa lampau ini belum
mengikat secara relatif.15 atau tidak dicatatkan ke pejabat yang
berwenang, dalam hal ini pejabat yang
berwenang.
C. Itsbat Nikah Aturan itsbat nikah yang terdapat
dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Hukum perkawinan dikenal
perkawinan maupun UU No. 7 Tahun
adanya itsbat nikah, tidak terdapat
1978 tentang Peradilan Agama hanya
pengertian secara konseptual. Kata
terjadi pada kasus perkawinan bawah
itsbat nikah terdiri dari dua kata
tangan yang terjadi sebelum
14
diberlakukannya UU No. 1 Tahun
Mahkamah Agung RI, op. cit., hlm. 67
15 1974. Sedangkan pasal 7 ayat 2 dan 3
Soepomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negri
(Jakarta: Pradaya Paramita, 2002), hlm. 27. dalam KHI menerangkan
dibolehkannya itsbat nikah meski yang disebabkan karena perceraian
perkawinan berlangsung setelah dapat terjadi karena talak atau
berlakunya UU No. 1 Tahun 1974. berdasarkan gugatan perceraian (KHI
Dalam Pasal 6 menyebutkan Pasal 114). Talak adalah perceraian
bahwa setiap perkawinan harus karena suami atau kuasa hukumnya
dilangsungkan dihadapan dan dibawah yang mengajukan permohonan cerai
PPN, sedangkan perkawinan yang kepada Pengadilan. Sedangkan cerai
dilakukan diluar pengawasan PPN gugat yaitu gugatan perceraian yang
tidak mempunyai ketentuan hukum. diajukan oleh isteri atau kuasanya
Pasal 7 juga menyebutkan sebagai kepada Pengadilan yang daerahnya
berikut: meliputi tempat kediaman penggugat
a) Perkawinan hanya dapat (KHI Pasal 73 (1)).
dibuktikan dengan akta nikah yang Dalam KHI alasan cerai gugat
dibuat oleh Pegawai Pencatan harus sama dengan alasan perceraian,
karena cerai gugat adalah salah satu
Nikah.
bentuk dari perceraian. Alasan
b) Dalam hal perkawinan tidak dapat perceraian ini dijelaskan dalam KHI
dibuktikan dengan akta nikah Pasal 116. Dalam pasal ini dijelaskan
dapat diajukan itsbat nikahnya ke bahwa, perceraian dapat terjadi karena
Pengadilan Agama. alasan:
a) Salah satu pihak berbuat zina atau
c) Itsbat nikah yang dapat diajukan menjadi pemabuk, pemadat,
ke Pengadilan Agama terbatas penjudi dan lain sebagainya yang
mengenai hal-hal yang berkenaan sukar disembuhkan;
dengan : b) Salah satu pihak meninggalkan
pihak yang lain selama 2 tahun
a. Adanya perkawinan dalam berturut-turut tanpa izin pihak
rangka perceraian lain dan tanpa alasan yang sah
b. Hilangnya akta nikah atau karena hal yang lain diluar
kemampuannya;
c. Adanya keraguan tentang sah c) Salah satu pihak mendapat
atau tidaknya salah satu syarat hukuman penjara 5 tahun atau
perkawinan hukuman yang lebih berat setelah
perkawinan berlangsung;
d. Adanya perkawinan yang
d) Salah satu pihak melakukan
terjadi sebelum berlakunya UU kekejaman atau penganiayaan
No.1 Tahun 1974 berat yang mambahayakan pihak
e. Perkawinan yang dilakukan yang lain;
oleh mereka yang tidak e) Salah satu pihak mendapat cacat
badan atau penyakit dengan
mempunyai halangan
akibat tidak dapat menjalankan
perkawinan menurut UU No.1 kewajiban sebagai suami atau
Tahun 1974 isteri;
D. Gugat Cerai menurut Kompilasi f) Antara suami dan isteri terus
Hukum Islam menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada
Menurut Kompilasi Hukum harapan akan hidup rukun lagi
Islam (KHI), putusnya perkawinan dalam rumah tangga;
g) Suami melanggar taklik talak; lain kejelasan dan kepastian hukum status
h) Peralihan agama atau murtad perkawinan, sehingga hak-haknya akan
yang menyebabkan terjadinya terlindungi.
ketidakrukunan dalam rumah Putusnya perkawinan yang
tangga. disebabkan karena perceraian dapat
terjadi karena talak atau berdasarkan
E. Proses Persidangan Perkara gugatan perceraian. Talak merupakan
Komulasi Itsbat Nikah dan Gugat perceraian karena suami atau kuasa
Cerai hukumnya yang mengajukan
permohonan cerai kepada Pengadilan
Proses pemeriksaan dan Perihal kumulasi gugatan juga
penyelesaian perkara kumulasi isbat terdapat dalam beberapa yurisprudensi,
nikah dengan cerai gugat akan melalui yaitu dlam putusan Mahkamah Agung
dua tahap persidangan, yaitu tahap Nomor 575K/Pdt/1983 yang
persidangan yang pertama memeriksa menjelaskan bahwa penggabungan
benar-benar menyederhanakan proses
tentang permohonan isbat nikah dan
pernikahan, biaya menjadi lebih murah,
hakim berdasarkan pertimbangannya tidak memerlukan banyak waktu dan
akan memberikan penetapan tentang menghindari terjadinya putusan yang
sahnya suatu perkawinan dengan saling bertentangan. Adanya putusan
penetapan isbat nikah berupa putusan dari MA keberadaan kumulasi gugatan
sela yang tidak mengakhiri menjadi lebih jelas, karena di Indonesia
pemeriksaan, tetapi sangat yurisprudensi MA yang telah beberapa
digunakan sebagai acuan para Hakim
berpengaruh terhadap arah dan
untuk memutus suatu perkara yang
jalannya pemeriksaan selanjutnya. sama sehingga dapat menjadi sumber
Tahap persidangan yang kedua yaitu hukum yang memiliki kekuatan
perkara perceraian yang dilakukan mengikat secara relatif.
secara tertutup dan putusan mengenai
gugatan perceraian diucapkan dalam
5. REFERENCES
sidang terbuka untuk umum. Perkara
Book
kumulasi isbat nikah dengan cerai
Moh. Idris Ramulyo, 2002. Hukum
gugat, sebelum menjatuhkan putusan Perkawinan Islam Suatu Analisis
perceraian terlebih dahulu menetapkan dari Undang-Undang No. 1 Tahun
sahnya perkawinan antara Penggugat 1974 dan Kompilasi Hukum Islam
dan Tergugat yang tidak tercatat di Jakarta: Bumi Aksara
Kantor Urusan Agama, karena adanya Titik Triwulan Tutik, 2008. Hukum
Perdata dalam Sistem Hukum
perceraian diperlukan adanya bukti
Nasional Jakarta: Kencana
telah terjadi suatu perkawinan yang Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan
sah. Islam Jakarta: Bumi Aksara
M. Yahya Harahap, Hukum Acara
Perdata,Jakarta:Sinar Grafika
4. CONCLUSION
A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata
Demi mengabulkannya perkara pada Pengadilan Agama,
kumulasi isbat nikah dan cerai gugat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
maka akan memberikan manfaat antara
R. Soeparmono, Hukum Acara Perdata
dan Yurisprudensi, Bandung:
Bandar Maju
M. Yahya Harahap, Hukum Acara
Perdata,Jakarta:Sinar Grafika
A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata
pada Pengadilan Agama,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
R. Soeparmono, Hukum Acara Perdata
dan Yurisprudensi, Bandung:
Bandar Maju
Herri Swantoro, Harmonisasi Keadilan
dan Kepastian Dalam Peninjauan
Kembali, Jakarta: Pranamedia
Group
Natsir Asnawi, Hukum Pembuktian
Perkara Perdata di Indonesia
Yogyakarta: UII Press
Soepomo, Hukum Acara Perdata
Pengadilan Negri Jakarta: Pradaya
Paramita
Mahkamah Agung dan Direktorat Jendral
Badan Peradilan Agama, Buku
Pedoman Pelaksanaan Tugas dan
Administrasi Peradilan Agama,(Edisi
Revisi 2010), 90-91

Www
UU No.7 Tahun 1989 Tentang peradilan
agama :
hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_7_89.ht
m
Mahkamah Agung RI :
www.mahkamahagung.go.id/id

Journals
Isnawati Rais, 2014, Tingginya Angka Cerai
Gugat (Khulu’) Di Indonesia; Analisa
Kritis Terhadap Penyebab Dan
Alternatif Solusi Mengatasinya, AL-
‘ADALAH Vol. XII, No. 1
Sairah, 2019. Efektifitas Penggabungan
Perkara Isbat Nikah Dan Perceraian Di
Pengadilan Agama Polewali. Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Pare-pare

Anda mungkin juga menyukai