Anda di halaman 1dari 12

BAB I

Pendahuluan
1. Latar Belakang
Perkawinan merupakan suatu tradisi dipersatukannya dua insan manusia dalam ikatan suci,
dan keduanya ingin mencapai tujuan yang sama yaitu menjadi keluarga yang harmonis. Perkawinan
merupakan salah satu bagian penting dari proses perjalanan hidup manusia. Melalui perkawinan
dibinalah suatu rumah tangga, untuk mencapai cita-cita kehidupan keluarga yang sejahtera baik secara
jasmani dan rohani.1 UU Dasar 1945 pasal 28b menjelaskan setiap orang berhak membentuk keluarga
dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah 2. Penciptaan manusia oleh Allah sangat
istimewa karena manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Kejadian 1:27) 3. Allah
menciptakan adam dan hawa dalam rencana-Nya untuk dunia ini, mereka diciptakan menjadi suami
dan isteri untuk seumur hidup mereka saling membantu, saling bergantung dan mereka adalah teman
sekerja Allah.
panggilan hidup untuk melakukan perkawinan juga untuk memenuhi visi dan misi Allah
dalam karya-Nya untuk dunia ini melalui mandat yang diberikan Allah agar beranak cucu,
memelihara, serta menguasai bumi. Dengan seksualitas dalam suatu perkawinan dapat menambah
keturunan dan juga menyatakan cinta kasih dan keintiman dengan pasangan serta tetap memelihara
kekudusannya. Namun tidak menjadi keharusan bagi mereka yang tidak mempunyai anak karena
panggilan hidup dalam perkawinan adalah untuk memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi
pasangan dan orang lain.4

Kudusnya suatu perkawinan mengharuskan agar pasangan memiliki kepribadian yang dewasa
yang mencakup kematangan jiwa dan dapat mengambil keputusan sendiri dengan baik. Hukum di
Indonesia UU No 9/ 1975 dalam pasal 6 ayat 2 juga menuliskan syarat-syarat pernikahan bahwa
memerlukan izin dari orang tua barang siapa yang belum mencapai umur 21 tahun, dalam adat batak
juga jika ingin melakukan perkawinan merlukan perencanaan yang sangat mendalam karena tidak
boleh menikah dengan saudara (semarga) dan melakukan beberapa tahapan agar dapat melakukan
perkawinan yang sah, artinya melakukan perkawinan memang haruslah benar-benar murni. Suami-
isteri adalah mitra dan menjadi satu dalam mewujudkan keluarga yang harmonis. Perkawinan kristen
haruslah saling mengasihi, menerima pendapat satu sama lain, berkomitmen dengan baik, saling
menghormati, saling mengobati, saling mendukung dan memberikan semangat, dan yang paling inti
berkomunikasi dengan baik untuk memelihara kehangatan relasi.

1
Yvonne Diana Taroreh-Loupatty, Kawin, Siapa Takut, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), 1.
2
UU Dasar 1945
3
Lembaga Alkitab Indonesia, 2007. Alkitab dengan Kidung jemaat, Jakarta :LAI
4
Noortje Lumbantoruan,” Pelayanan pastoral pra-nikah” dalam sekilas tentang pelayanan pastoral di Indonesia( : Jakarta :
GKI Menteng, , 2010). Hal 42

1
Dalam sebuah rumah tangga, pasangan suamiisteri memiliki tugas dan tanggung jawab
masing-masing. Seorang suami wajib menafkahi keluarga yakni anak dan isteri sehingga suami harus
bekerja mencari nafkah. Sementara isteri berperan dalam mengurus rumah tangga yakni suami dan
anak. Tugas dan tanggungjawab dari isteri tersebut saling melengkapi antara kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani/mental. Kebutuhan jasmani meliputi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan
perumahan. Sedangkan kebutuhan rohani/mental mencakup beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa,
rekreasi, hiburan, mendengarkan musik, bersosialisasi dan kebutuhan cinta kasih mencakup perhatian
pendidikan, pembinaan, dan perhatian terhadap anggota keluarga 5

Dewasa ini perkawinan tidak lagi harmonis karena banyak keributan yang terjadi dalam
keluarga, tujuan perkawinan tidak lagi untuk kemuliaan Tuhan dan tidak lagi menjadi berkat bagi
pasangan, hal ini dikarenakan pasangan yang tidak lagi dapat berkomunikasi dengan baik karena lebih
memfokuskan tujuan keluarga yang memiliki etos kerja agar dapat makan dari jeripayah sendiri,
pasangan menjadi sibuk dengan aktivitas masing-masing sehingga setelah selesai melakukan
pekerjaan tidak sempat untuk saling berbicara.
Komunikasi memegang peranan sangat penting dalam perkawinan. Banyak suami isteri
menghadapi berbagai permasalahan karena hambatan dalam komunikasi, 6 Perkawinan yang harmonis
dapat diciptakan dengan adanya keterbukaan dalam berkomunikasi pada pasangan suami istri, hal
tersebut mampu menumbuhkan kemampuan dalam diri pasangan untuk melihat hal yang benar dan
tidak benar. Jika tidak ada keterbukaan dalam berkomunikasi pada pasangan maka akan menyebabkan
permasalahan dalam perkawinan, seperti kesalah pahaman, kecurigaan. Hal inilah yang membuat
banyak permasalahan dalam sebuah perkawinan.
Keterbukaan suami atau isteri dalam berkomunikasi kepada pasangan dapat menumbuhkan
kemampuan percaya diri untuk melihat hal yang benar dan hal yang tidak benar, membangun konsep
diri dalam rumah tangga, mengaktualisasikan diri, dan yang lebih penting untuk diketahui fungsi dari
komunikasi dalam keluarga dapat memperoleh kebahagiaan dan terhindar dari tekanan hidup 7
Rumusan masalah :
1. Apa pengertian perkawinan ?
2. Bagaimana hubungan perkawinan dengan Agama ?
3. Bagaimana masalah yang terjadi dalam perkawinan ?

BAB II

5
Anjasmanangsang.blongspot.com/2012/08/kebutuhan-manusia-berdasarkan-sifat.html. (diakses pada, 25 Agustus 2012).
6
Steve & Mary Prokopchak. Called Together, Panduan Praktis Langkah demi Langkah Menuju Pernikahan yang Kokoh dan
Langgeng, (Yogyakarta: ANDI, 2011), 23.
7
Deddy mulyana,Komunikasi suatu pengantar (Bandung: PT remaja rosdakarya,2007), 8

2
PEMBAHASAN
1. Defenisi Perkawinan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perkawinan adalah ikatan hubungan
seorang pria dan wanita yang membentuk keluarga dengan sungguh-sungguh dilakukandilakukan
sesuai dengan cita-cita hidup berumah tangga yang bahagia. 8 Defenisi perkawinan menurut tokoh
psikologi yaitu Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa perkawinan merupakan kesatuan
dua individu lak-laki dan seorang perempuan menjadi satu kesatuan yang saling mencintai,
menginginkan kebersamaan, membutuhkan, memberi dukungan, melayani, yang kesemuanya
diwujudkan dalam kehidupan yang dinikmati bersama9.
Namun sebagian orang melakukan perkawinan dengan alasan-alasan yang egois karena
percaya bahwa perkawinan akan memuaskan beberapa kebutuhan dalam hidup mereka. Mereka
menginginkan keamanan dari perkawinan, kepuasan seksual dari perkawinan, anak-anak yang akan
dilahirkan dari perkawinan, dan kebahagiian yang dipercayai terkawit perkawinan.
Perkawinan menurut pendapat K. Wantjik saleh yang mengatakan bahwa perkawinan
merupakan suatu kesepakatan anatara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bertujuan
untuk saling mencintai satu sama lain dan berjanji untuk tidak mencintai orang lain lagi, saling
10
berbagi perasaan dan berbagi kebahagiaan . Dengan demikian dapat disimpulakn bahwa
perkawinan adalah suatu ikatan yang antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dimana yang
satu disebut suami dan yang satu lagi disebut isteri, yang hidup berpasangan dan berjanji untuk
hidup bersama-sama dan saling mengisi dalam kebutuhan biologis serta psikologis serta selalu
berusaha saling menciptakan kedamaian dan mempertahankan hubungan agar tetap terjalin baik,
mempertahankan kebahagiaan dan keharmonisan perkawinan sehingga tujuan dan harapan dapat
tercapai.
Hubungan yang telah terikat dalam sebuah perkawinan maka suami istri mempunyai tugas
dan tanggung jawab yang sanggat besar. Semua hal yang terjadi dalam perkawinan harus dihadapi
bersama baik suka ataupun duka mereka harus memiliki kesepakatan yang sama. Terkadang
mengapa suatu hubungan terjadi pertentangan atau konflik karena dalam hubungan tidak ada
kesepakatan. Kesepakatan adalah cara dimana suami dan isteri menjadi satu secara daging. Ada
enam batu fondasi dari kesepakatan :11
1. Kesepakatan untuk membangun pernikahanberdasarkan firman Allah
2. Kesempatan untuk meninggalkan masalalu
3. Kesepakatan yang berkelanjutan untuk “mengusahakan” pernikahan
4. Kesepakatan bhwa suami ataupun istri perlu “berubah”
5. Kesepakatan untuk tidak sepakat
6. Kesepakatan untuk memberikan seratus persen.
Ikatan perkawinan merupakan ikatan yang sakral yang diatur oleh undang undang dan
termasuk dalam norma budaya serta ajaran agama. Perkawinan bukan semata-mata untuk kebutuhan

8
Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), 456.
9
Singgih, D. Gunarsa, Asas-asas Psikologi Keluarga Idaman, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 18.
10
A. Bachtiar, Menikahlah, maka Engkau akan Bahagia, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 34.
11
Darrell L. Hines, Pernikahan Kristen konflik & solusinya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 43

3
biologis tetapi perkawinan juga untuk pemenuhan aspek psikologis yang meliputi pemenuhan cinta
kasih, rasa aman, perlindungan dan sbagainaya. Selain itu perkawinan juga mempunyai tujuan sosial
yakti terbentuknya keluarga yang bahagia. Keluarga merupakan kelompok terkecil dalam sebuah
tatanan masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, keluarga memiliki peranan pentingdalam
pendidikan termasuk pendidikan anak.
Perkawinan merupakan ikatan batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, saling
memiliki tugas yang dikerjakan bersama. Oleh karena itu diperlukan memcari pasangan yang terbaik
sebelum perkawinan. Mencari pasangan hidup biasanya didorong oleh keinginan atau hasrat dalam
hati sesorang. Keinginan untuk memiliki atas rasa kasih terhadap lawan jenis. Bukan atas dasar nafsu
yang mebutakan. Orang yang memilii kriteria berlebihan dalam mencari pasangan biasanya tidak
bahagia dalam perkawinana. Dengan alasan bahwa itu adalah ungkapan yang egosentris yang
membuat seseorang itu menjadi pusat perhatian bagi pasangannya.
Tidak selamanya mendapatkan pasangan dengan cara mencari namun ada juga yang melalui
perjodohan. Namun dalam perjodohan juga laki-laki dan perempuan harus saling mengenal dan
mencoba memahami. Perjodohan itu salah jika yang mengalami perkawinan tidak saling mencintai
apalagi tidak saling mengenal sehingga membuat keluarga tidak akur. Idealnya mencari pasangan
untuk perkawinan adalah atas dasar kasih kepada seseorang. Jika sudah ada kasih tidak akan ada lagi
yang namanya tidak menerima kekurangan, namun dengan kasih sebuah pasangan saling melengkapi
dalam perkawinan.
Ada beberapa komponen berpacaran sebelum menjalin perkawinan :
1. Saling percaya
2. Komunikasi yang baik
3. Keintiman atau dimensi kasih, dimana manusia diciptakan untuk berada dalam
hubungan, atau disebut juga mengenal orang lain dalam dirinya
4. Meningkatkan komitmen, baik itu komitmen untuk setia, komitmen untuk saling
menjaga, komitmen untuk bersama hingga akhir,
Menetapkan pilihan hidup memang sangatlh sulit, oleh karena itu setelah mendapatkan pasangan
hidup yang telah cocok dapat dilanjut dalam sebuah perkawinan, dimana dalam sebuah perkawinan
sangat perlu saling menjaga satu sama lain untuk dapat menempuh kebahagiaan dalam suatu
hubungan.

2. Tujuan dan Makna Perkawinan


Sesuai dengan ketentuan Undang-undang dasar perkawianan bahwa perkawinan bertujuan untuk
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang terdapat
12
pada pasal 1 UU No. 1 tahun Tahun 1974. dalam agama juga fungsi perkawinan sangat penting

12
http://repo.unand.ac.id/2798/1/1974_UU-1-TAHUN-1974_PERKAWINAN.pdf. (diakses pada, 05 Mei 2011)

4
untuk menjalankan mandat yang telah diberikan Allah dalam sebuah pasangan. Menurut sudiran
tujuan yang dicapai dalam perkawinan adalah sebagai berikut :
1. Menuruti hasrat perkawinan
2. Menurunkan keturunan untuk melestarikan jenis kelamin
3. Memperluas hubungan keluarga
4. Memperoleh kesenangan dalam hidupnya
5. Memperoleh kawan sehidup-semaati
6. Membimbing dan mendidik anak
Fungsi perkawinan bagi orang kristen adalah untuk membangun hidup saling mencerminkan kasih
karunia Allah dalam hidup bersama, ada beberapa fungsi lainnya :
1. Mewakili Tuhan dalam mengolah alam semesta (Kej 1:28)
2. Dengan adanya perkawinan terciptalah keluarga yang bhagia, dengan tujuan untuk menjadi
lembaga pendidik pertama dan utama (Ul 6:4-9)
3. Menjadi wadah bagi pasangan dalam mengekspresikan cinta, kesetiaan dan saling
menghormati.13
Pandangan Kristen terhadap tujuan perkawinan sebagai komunitas cinta kasih, yang artinya
komunitas yang bercirikan ikatan, yang mengikat dan melindungi bersama-sama orang-orang yang
membentuknya dan tidak mementingkan dirinya sendiri. Semua agama yakin bahwa kekuatan itu
adalah anugerah Tuhan, dan kerena itupula pengaturan hubungan seksualitas dan pemantapan sikap
hubungan laki-laki dengan perempuan termasuk hal yang suci, yang diterima oleh Tuhan apabila
disahkan dalam upacara perkawinan sesuai dengan yang diaturkan oleh agam

3. Hubungan perkawinan dengan agama


Perkawinan sangat penting di agama, karena perkawinan merupakan bentuk luhur realisasi
seksualitas, kekuatan pemberian Tuhan untuk menjamin keturunan. Perkawinan juga merupakan
ruang pemantapan sikap manusia paling luhurcinta yang mesra dan mendalam Semua agama yakin
bahwa kekuatan itu adalah anugerah Tuhan, dan kerena itupula pengaturan hubungan seksualitas dan
pemantapan sikap hubungan laki-laki dengan perempuan termasuk hal yang suci, yang diterima oleh
Tuhan apabila disahkan dalam upacara perkawinan sesuai dengan yang diaturkan oleh agama. Dalam
UU Perkawinan pasal 2 ayat 1 “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaannya itu.”14.
Indonesia sebagai negara yang berdasarkan pancasila yang terdapat pada sila pertama adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa, perkawinan pun mempunyai tujuan dan makna yang berhubungan erat
dengan agama sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/ jasmani, tetapi unsur
batin/rohani mempunyai peranann yang sangat penting. Dalam agama perkawinan dianggap sebagai
lambang yang suci . Adapaun tujuan dan makna perkawinan dalam sudut pandang berbagai agama
ialah sebagai berikut :
13
Anna Christina Vera pangaribuan, Konseling pastoral untuk pranikah dan keluarga, (Pematang siantar:
L-Sapa, 2015) , 31
14
Undang-undang republik indonesia nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan

5
A. Agama Islam
Menurut agama islam tujuan perkawinan untuk menegakkan agama, mendapatkan keturunan
yang sah dalam masyarakat, mencegah maksiat dan untuk membina keluarga (rumah tangga)
yang teratur dan damai dengan mentaati perintahNya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam hal
ini juga, makna perkawinan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan untuk
mendapatkan keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syari’atIslam.
Hukum perkawinan islam mengizinkan perceraian apabila salah satu atau semua dari tujuan
perkawinan itu tidak tercapai, suami berhak mencerai isteri yang mansul, tidak mau atau tidak
mampu lagi melakukan hubungan seksual, atau selalu menimbulkan cekcok.
B. Menurut Agama Kristen
Menurut Agama Kristen Protestan, tujuan suatu perkawinan untuk membentuk suatu
persekutuan hidup yang menjadi berkat antara pria dan wanita berdasarkan cinta kasih.
Perintah yang pertama sekali diberikan Allah kepada manusia adalah untuk mempertemukan
laki-laki dengan perempuan dalam sebuah ciptaan-Nya dibumi (kej 1:27). Alah sendirilah
yang menciptakan perkawinan dengan dicipta-Nya laki-laki dan perempuan. Selanjutnya
dalam kej 2:18 menjelaskan bahwa tidak baik kalau manusia itu hidup sendirian , Aku akan
menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia. Dalam teks ini perlu dicermati kata
“penolong” istilah ibrani untuk kata “penolong” adalah kata “ezer” yang memiliki pengertian
yaitu :
a. Tuhan memberi seorang penolong kepada laki-laki sebab Allah melihat bahwa laki-laki
itu belum lengkap tanpa satu penolong.
b. Kata “penolong” dpat diartikan sebagai penolong ilahi yang menyelamatkan laki-laki dari
kesepian. Jelas dikatakan bahwa pekawinan diciptakan untuk kebaikan manusia itu
sendiri
Penciptaan laki-laki dan perempuan eksistensinya adalah setara dihadapan Allahnamun
mempunyai peranan yang sangat berbeda. Dan setara ini hendap mengatakan kepada manusia
bahwa llaki-laki memberi hidup bagi perempuan dan sebaliknya tetapi perempuan
15
mempunyai sebuah keistimewaan yaitu menjadi ibu bagi semua orang jadi kedua-duanya
saling membutuhkan dalam segala hal, dengan demikian tidak ada lagi kata yang menganggap
satu pihak dari pasangan merasa hebat.
Bagi agama Kristen Protetan tujuan dari perkawinan :
1. Mewujudkan keluarga yang Takut akan Tuhan dan hidup menurut jalan yang
ditunjukkan-Nya
2. Mewujudkan keluarga yang memiliki etos kerja agar dapat makan dari hasil jeripayah
tangannya.
3. Mewjudkan keluarga yang harmonis dirumah (home sweet home) dengan tampil
sebagai pohon anggur atau tunas zaitun yaitu :
 Saling memelihar kehangatan relasi kasih dalam keluarga
 Saling memberikan semangat

15

6
 Saling mengobati (Maz 128:1-3)16
c. Agama Kristen Katolik
Agama Kristen katolik mempunyai dasar theologi tentang perkawinan yang sangat kuat
diantaranya Kejadian 1:26-28, kej 2:18-25, Maleakhi 2:10-16, Hosea 1-3 , Agama ini sangat
menguduskan pernikahan oleh karena itu agama katolik memilki sakramen pernikahan, yang
diberlangsungkan di gereja oleh uskup ketika ingin melakukan perkawinan. Menurut agama Kristen
Katolik, tujuan perkawinan untuk melahirkan anak dan mendidik anak serta saling tolong-menolong
antara suami istri dan obat nafsu17. Makna perkawinan bagi agama Katolik ialah persatuan seumur
hidup, yang diikat oleh perjanjian, antara seorang pria dan seorang wanita. Melalui perkawinan laki-
laki dan perempuan menjadi pasangan suami istri, berbagi kehidupan secara utuh, saling
mengembangkan diri secara penuh dan dalam cinta melahirkan dan mendidik anak-anak. Seringkali
perkawinan Kristen Katolik gagal dilaksanakan secara sah karena adanya halangan-halangan nikah
seperti umur belum cukup, impotensi, ikatan perkawinan yang masih ada, tahbisan, kaul kekal hidup
religius yang dilakukan secara publik, hubungan darah dalam tingkat tertentu.

Perkawinan Katolik hanya sah kalau dilangsungkan di hadapan uskup setempat, pastor paroki,
imam atau diakon yang diberi delegasi secara sah. Kalau tidak ada imam atau diakon, awam dapat
diberi delegasi hanya kalau diberikan oleh konferensi uskup-uskup. Dalam peneguhan perkawinan
harus ada dua saksi yang lain. Status perkawinan dalam agama ini sangat dimuliakan, sebagaimana
disebutkan bahwa oleh Kristus Tuhan, perkawinan antara orang-orang yang dibaptis diangkat ke
martabat sakramen.

C. Agama Budha

Tujuan perkawinan menurut agama Buddha untuk membentuk suatu keluarga (rumah tangga)
bahagia yang diberkahi oleh Shang Yang Adi Buddha atau Tuhan Yang Maha Esa, para Buddha dan
Bodhisatwa Mahatsatwa. Perkawinan menurut agama Buddha adalah suatu ikatan suci yang harus
dijalani dengan cinta dan kasih sayang seperti yang diajarkan oleh Buddha, atau dengan perkataan lain
perkawinan adalah ikatan lahir dan batin dari dua orang yang berbeda kelamin yang hidup bersama-
sama untuk selamanya untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan sekarang ini dan yang akan
datang. Dalam hal ini, perkawinan dapat dirumuskan sebagai hubungan pasangan suami istri untuk
memperoleh kesucian (vimakirti sutra). Salah satu pesan moral dari Lima Aturan yang menjadi
pedoman moral setiap umat Budha adalah “Mereka tidak boleh menyalahgunakan seks”.
A. Agama Hindu

16
Opcit, Anna Christina Vera pangaribuan, K,2015,p. 24
17
Al. Purwa Hadiwardoyo. Perkawinan menurut Islam dan Katolik: implikasinya dalam kawin campur,(Jakarta:
gramedia,2017), 27

7
Menurut agama Hindu, tujuan perkawinan untuk mendapatkan keturunan dan untuk menebus
dosa-dosa orang tua dengan menurunkan seorang putra (anak pria) yang
menyelamatkan arwah orangtuanya dari neraka. Makna perkawinan dalam agama Hindu merupakan
tanda dimulainya status “berumah tangga dan upacara samskara yang ke-13. Upacara perkawinan
dilaksanakan di sekitar api suci dan penuh dengan simbol-simbol. Dalam upacara, kedua mempelai
berjalan mengelilingi api suci tujuh langkah sambil bergandengan tangan, dan setiap langkah mereka
saling membuat janji. Hukum manu, suatu Kitab Suci, mengatakan bahwa seorang istri harus selalu
mencintai dan menghormati suaminya, dan umat Hindu Ortodoks tidak mengijinkan perceraian apa
pun alasannya. Agama Hindu memandang perkawinan sebagai sesuatu yang suci dan obligator
sifatnya karena dikaitkan dengan kewajiban bagi seseorang untuk mempunyai keturunan dan untuk
menebus dosa-dosa orang tua dengan menurunkan seorang putera. 18

4. Masalah yang terjadi dalam perkawinan


Spritualitas adalah cara bagaimana pengalaman akan Allah membentuk cara manusia dalam
memandang dunia juga cara berinteraksi dengan dunia termasuk dengan orang yang dikasihi. Salah
satu hubungan antara spritualitas dan keseimbangan hidup adalah komunikasi. Komunikasi sangat
penting diusahakan diantara suami isteri dalam keluarga dengan komunikasi yang baik sehingga
terciptalah keluarga yang harmonis. Hampir semua konflik antar pasangan terjadi karena komunikasi
yang buruk dalam buku Blending families mengatakan bahwa masalah komunikasi ini juga terjadi
karena pembahasan konflik diantara pasangan yang tidak selesai, saat ini suami ataupun isteri sering
menghindar atau mencari kesibukan sehingga tidak sempat untuk berkomunikasi, isteri secara
psikologis sangat membutuhkan telinga untuk mendengarkan mereka dan suami adalah satu-satunya
yang dapat menolong wanita.
Masalah yang paling umum terjadi dalam sebuah hubungan terutapa pada suami isteri adalah
kegagalan dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan kesalah pahaman diantara keduanya dengan
kurangnya berkomunikasi dalam keluarga akan mengakibatkan :

 kecurigaan
 saling menyalahkan
 pertengkaran
 perceraian
 perselingkuhan
 KDRT
Komunikasi haruslah membangun keterbukaan dan kepercayaan karena komunikasi adalah
jembatan penting dalam keluarga, tanpa berkomunikasi yang sehat keluarga berada di ambang
bahaya19.
Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya, ia
ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya,

18
http://www.jurnalmaman.com/2012/07/tujuan-perkawinan.html (diakses pada 14 Juli 2012).
19
Bambang & hanny Syumanjaya. Family Discovery way, (Jakarta.:PT Grramedia Pustaka Utama, 2009), 6

8
rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia perlu berkomunikasi, inilah juga yang terjadi dalam
pasangan jika tidak berkomunikasi dengan baik maka tidak akan tahu satu sama lain. 20

Sikap saling menyalahkan biasanya terjadi karena tidak adanya pengertian diantara keduanya.
Dalam sebuah hubungan komunikasi sangat penting untuk menjaga kepercayaan masing-masing.
Meskipun teknologi sangat memudahkan untuk berkomunikasi jarak jauh, masalah sekecil apapun
seharusnya mampu diselesaikan dengan komunikasi. Komunikasi yang baik akan membawa suatu
hubungan pada sebuah keharmonisan perkawinan dan meminimalisir terjadinya konflik. Setiap
perkawinan pasti akan mengalami konflik namun jika kedua belah pihak yaitu suami dan istri mampu
mengkomunikasinnya dengan baik, konflik tersebut akan terselesaikan dengan baik pula.
Komunikasi yang baik dengan oranglain akan membantu seseorang mempermudah mendapatkan
rezeki, sahabat dan pelanggan. Salah satu kunci keberhasilan relasi baik dalam keluarga pergaulan
maupun dunia bisnis adalah komunikasi, komunikasi memegang peranan sangat penting dalam
perkawinan. Dengan komunikasi yang baik seorang suami ataupunisteri dapat mengeri dan dimengerti
oleh pasangannya.
Mendengarkan sangatlah diperlukan oleh suami ataupun isteri karena dengan itu mereka akan
saling mengerti pikirannya, perasaannya, kemauan dan tindakan pasangan. Salah satu kesulitan dalam
relasi pasangan suami isteri adalah menerka apa yang sebenarnya dibutuhkan pasangan, ia
menganggap suami dan isteri mempunyai keinginan yang sama. Inilah yang mengakibatkan
kegagalan berkomunikasi dalam perkawinan, sehingga tidak lama hubungan berlangsung, akan sering
bertengkar dan akhirnya sampai pada titik perceraian.
Setelah perkawinan berlangsung pasangan perlu mengadakan banyak komunikasi terbuka, dengan
maksud menyesuaikan diri dan mulai mengerti sifat dari pasangan baru. Sebenarnya jika sebelum
melakukan perkawinan diadakan konseling pranikah itu sudah sangat menolong pasangan untuk
melakukan komunikasi terbuka, mereka secara tidak langsung sudah memberitahukan pendapat
masing-masing, dan berusaha mengerti pendapat pasangannya 21
Cara terbaik untuk suami isteri berkomunikasi :
1. Suami harus berempati dengan teman hidupnya, mencoba mengerti perasaan
pasangan. Ini terjadi waktu pasangan berusaha menempatkan diri kedalam situasi
teman hidupnya sehingga dia ebih memahami apa yang sedang diahadapi oleh
pasangannya.
2. Berkomunikasi adalah sengaja mendengarkan pendapat teman hidupnya, setiap
manusia mempunyai kebutuhan untuk dihargai dan dikasihi, mendengarkan
adalah salah satu menunjukkan kasih kepada pasangan
3. Suami dan isteri perlu secara sengaja berusaha menyampaikan hati mereka.

20
Hafield Cangara, pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT raja Grafindo persada,2007), 1
21
H.Norma Wright, Lanjutan komunikasi: Kunci pernikahan bahagia, (Yogyakarta: Yayasan Gloria,1998 ), 32

9
BAB III
Penutup
1. Kesimpulan
Perkawinan merupakan ikatan dari dua orang yang berbeda jenis kelamin. Perkawinan
mempunyai upaya untuk menyatukan diri antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah ikatan dengan
membawa sistem keyakinan masing-masing, berdasarkan latar belakang budaya sarta pengalamannya.
Dalam agama adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan sebagai suami isteri
untuk melestarikan dan melanjutkan ciptaan Tuhan di bumi.

Hubungan perkawinan dengan agama untuk pemantapan sikap manusia dalam hal saling
mengasihi dan mencintai seperti Tuhan kepada manusia. Menurut agama islam tujuan perkawinan
untuk menegakkan agama, mendapatkan keturunan yang sah dalam masyarakat, mencegah maksiat
dan untuk membina keluarga (rumah tangga) yang teratur dan damai dengan mentaati perintahNya
dan menjauhi larangan-Nya., Menurut Agama Kristen Protestan, tujuan suatu perkawinan untuk
membentuk suatu persekutuan hidup yang menjadi berkat antara pria dan wanita berdasarkan cinta
kasih. Perintah yang pertama sekali diberikan Allah kepada manusia adalah untuk mempertemukan
laki-laki dengan perempuan dalam sebuah ciptaan-Nya dibumi, Tujuan perkawinan menurut agama
Buddha untuk membentuk suatu keluarga (rumah tangga) bahagia yang diberkahi oleh Shang Yang
Adi Buddha atau Tuhan Yang Maha Esa, Menurut agama Hindu, tujuan perkawinan untuk
mendapatkan keturunan dan untuk menebus dosa-dosa orang tua dengan menurunkan seorang putra
(anak pria) yang menyelamatkan arwah orangtuanya dari neraka.

Banyak faktor yang mendorong terjadinya perkawinan diantaranya saling mencintai, namun
ada banyak juga yang menyebabkan permasalahan dalam perkawinan diantaranya perceraian,
pertengkaran, kesalah pahaman, kecurigaan dan KDRT , permasalahan ini diakibatkan kurangnya
komunikasi dalam pasangan.

10
2. Saran
1. Kepada Gereja hendaknya dilakukan dengan baik konseling pranikah
2. Kepada Gereja melakukan kunjungan Rumah tangga, mendengarkan perasaan masing-
masing pasangan
3. Kepada pemerintah lebih memperhatikan masalah perkawinan di Indonesia agar tidak
terjadi perceraian
4. Kepada pasangan agar lebih mengenal pasangannya sebelum melakukan perkawinan.

Daftar Pustaka
A. Bachtiar, Menikahlah, maka Engkau akan Bahagia, (Yogyakarta: Kanisius, 2004)
Anjasmanangsang.blongspot.com/2012/08/kebutuhan-manusia-berdasarkan-sifat.html. (diakses pada,
25 Agustus 2012)
Anna Christina Vera pangaribuan, Konseling pastoral untuk pranikah dan keluarga, (Pematang
siantar: L-Sapa, 2015)
Lembaga Alkitab Indonesia, 2007. Alkitab dengan Kidung jemaat, Jakarta :LAI
Al. Purwa Hadiwardoyo. Perkawinan menurut Islam dan Katolik: implikasinya dalam kawin
campur,(Jakarta: gramedia,2017)
Bambang & hanny Syumanjaya. Family Discovery way, (Jakarta.:PT Grramedia Pustaka Utama,
2009)
Hafield Cangara, pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT raja Grafindo persada,2007)
Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996)
Darrell L. Hines, Pernikahan Kristen konflik & solusinya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018)
Deddy mulyana,Komunikasi suatu pengantar (Bandung: PT remaja rosdakarya,2007)

H.Norma Wright, Lanjutan komunikasi: Kunci pernikahan bahagia, (Yogyakarta: Yayasan


Gloria,1998)

http://repo.unand.ac.id/2798/1/1974_UU-1-TAHUN-1974_PERKAWINAN.pdf. (diakses pada, 05


Mei 2011)

http://www.jurnalmaman.com/2012/07/tujuan-perkawinan.html (diakses pada 14 Juli 2012).

Noortje Lumbantoruan,” Pelayanan pastoral pra-nikah” dalam sekilas tentang pelayanan pastoral di
Indonesia( : Jakarta : GKI Menteng, , 2010)

Singgih, D. Gunarsa, Asas-asas Psikologi Keluarga Idaman, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002)

Steve & Mary Prokopchak. Called Together, Panduan Praktis Langkah demi Langkah Menuju
Pernikahan yang Kokoh dan Langgeng, (Yogyakarta: ANDI, 2011)

UU Dasar 1945

Yvonne Diana Taroreh-Loupatty, Kawin, Siapa Takut, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017)

11
12

Anda mungkin juga menyukai