Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam proses perkembangan untuk meneruskan jenis

membutuhkan pasangan hidup yang memberikan keturunan sesuai yang di

inginkan. Perkawinan sebagai jalan untuk mewujudkan suatu keluarga bahwa

perkawinan hendak nya berlangsung seumur hidup dan tidak boleh berakhir

begitu saja. Menurut peneliti menikah merupakan ibadah yang agung di

hadapan Tuhan, menikah merupakan ibadah yang dapat menyempurnakan

iman dan takwa.1 Statistik kejadian pernikahan dini meningkat berlalunya

waktu. Terutama pasca beredarnya berbagai pemberitaan di seluruh jenis

media (audio, visual dan audiovisual) akan pernikahan dini yang dilakukan

tidak hanya 1-2 selebritis namun segelintir orang dengan tingkat pemberitaan

tinggi sehingga menyebabkan proses konditioning terjadi di masyarakat

konsumen berita.

Sebagai mana firman Allah dijelaskan dalam al – Qur’an surat Al–Asra

ayat 82.

1
Ady D Tulang, 2012, Manfaat caspleng menikah bagi kesehatan Edisi I, Yogyakarta, Flash
Book; 9.

1
2

" Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. "
“Pernikahan dini banyak terjadi dari dahulu sampai sekarang.
Kebanyakan para pelaku pernikahan dini tersebut adalah remaja desa yang
memiliki tingkat pendidikan kurang. Remaja desa kebanyakan malu untuk
menikah pada umur 20 tahun keatas. Anggapan remaja desa lebih
memungkinkan untuk menikah diusia muda karena disana ada anggapan atau
mitos bahwa perempuan yang berumur 20 tahun keatas belum menikah
berarti “Perawan Tua”. Persoalan mendasar dari seorang anak perempuan
yaitu ketika dia memasuki usia dewasa, banyak orang tua menginginkan
anaknya untuk tidak menjadi perawan tua. Menjadi perawan tua bagi
kebanyakan masyarakat dianggap sebagai bentuk kekurangan yang terjadi
pada diri perempuan. Untuk itu, dalam bayangan ketakutan yang tidak
beralasan banyak orang tua yang menikahkan anaknya pada usia muda.
Kondisi itulah yang menjadikan timbulnya persepsi bahwa remaja desa akan
lebih dulu menikah dari pada remaja kota”.2
Menurut peneliti, anggapan-anggapan tersebut muncul karena kurangnya

pengetahuan dari masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi remaja.

Dalam kehidupan rumah tangga pasti tidak dapat luput dari

permasalahan, salah satu sebab utama penyebab permasalahan dalam rumah

tangga adalah pasangan yang belum dewasa, faktor ketidak dewasaan ini

lebih nyata terdapat dalam pernikahan usia remaja. Pada remaja umumnya

belum memiliki kepribadian yang mantap dan kematangan berfikir.

Pernikahan pada usia belia tidaklah menguntungkan bahkan jelas merepotkan

bagi kaum hawa. Dalam usia masih muda, remaja dituntut untuk mengurus

rumah tangga, melayani suami, harus mengandung, melahirkan, merawat dan

2
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=796:pernikahan-dini-dalam-perspektif-agama-dan-
negara&catid=2&Itemid=101, 21 Desember 2015
3

membesarkan. Sedangkan mengandung usia muda dan melahirkan sangat

berisiko tinggi bagi kesehatan bisa menimbulkan kanker leher rahim.

“World Health Organisasi (WHO) tahun 2012 menunjukkan bahwa


sebanyak 16 juta kelahiran terjadi pada ibu yang berusia 15-19 tahun
atau 11% dari seluruh kelahiran di dunia yang mayoritas (95%) terjadi
di negara sedang berkembang. Di Amerika Latin dan Karibia, 29%
wanita muda menikah saat mereka berusia 18 tahun. Prevalensi tertinggi
kasus pernikahan usia dini tercatat di Nigeria (79%), Kongo (74%),
Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) . Menurut United Nations
Development Economic and Social Affairs, Indonesia merupakan negara
ke-37 dengan jumlah pernikahan dini terbanyak di dunia di tahun 2007.
Untuk level ASEAN (Association of Southeast Asian Nation), tingkat
pernikahan dini di Indonesia berada di urutan kedua terbanyak setelah
Kamboja”.3
Menurut peneliti, pernikahan dini yang terjadi didunia rata – rata terjadi

pada negara yang sedang berkembang, itu dikarenakan banyak factor yang

meliputi pergaulan anak dinegara tersebut, dan perkembangan yang terjadi

didunia tersebut.

“Menurut Riskesdas 2010, Perempuan muda di Indonesia dengan usia


10-14 tahun menikah sebanyak 0,2 % atau lebih dari 22.000 wanita
muda berusia 10-14 tahun di Indonesia sudah menikah. Jumlah dari
perempuan muda berusia 15-19 tahun yang menikah lebih besar jika
dibandingkan dengan laki-laki muda berusia 15-19 tahun (11,7 %
perempuan dan 1,6 % laki-laki usia 15-19 tahun)”.4
Menurut peneliti, pernikahan dini yang terjadi di Indonesia disebabkan

adat budaya yang berada didaerah atau diwilayah tersebut.

“Kepala Perwakilan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional


(BKKBN) Jatim, Dwi Listyawardani, mengatakan remaja Jatim yang
menikah dini di angka 53 per 1.000. Sementara angka rata-rata nasional 48
per 1.000. Menurut data tahunan pemerintah daerah Pujer Kabupaten

3
Gus Ipul, Angka Pernikahan dini di Indonesia Meningkat tajam dalam www. Rri. Co. id.
Infodispendukjatim, (15 November 2015)
4
Gus Ipul, Angka Pernikahan dini di Indonesia Meningkat tajam dalam www. Rri. Co. id.
Infodispendukjatim, (15 November 2015)
4

Bondowoso, tercatat jumlah pernikahan remaja yang menikah di bawah


usia 20 tahun pada 2014 sebanyak 129 orang remaja atau 44,17%, dari 292
orang , di tahun 2015 sebanyak 121 orang remaja atau 50,42% telah
menikah di bawah usia 20 tahun dan rata-rata menikah setelah lulus
SMA ataupun sebelum lulus SMA”.5
Menurut peneliti, pernikahan dini yang terjadi di wilayah Pujer

disebabkan banyak faktor tetapi faktor yang paling berpengaruh adalah adat

budaya, pengetahuan orang tua dan tingkat ekonomi. Para orang tua

beranggapan bahwa bila anak sudah menikah, orang tua akan lepas tanggung

jawab terhadap anaknya yang sudah menikah dan merupakan sepenuhnya

tanggung jawab suaminya.

“Faktor yang mempengaruhi usia rata-rata usia menikah pertama


perempuan adalah faktor sosial, ekonomi, budaya dan tempat tinggal
(desa/kota). Beberapa ahli menyatakan bahwa pernikahan dini sering
disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan
faktor orang tua . Selain itu pengetahuan tentang akibat pernikahan dini
dan kesiapan secara fisik merupakan salah satu hal yang harus
diperhatikan pada pasangan yang menikah diusia muda terutama pihak
wanitanya. Hal ini berkaitan dengan kehamilan dan proses
melahirkan. Secara fisik, tubuh mereka belum siap untuk untuk
melahirkan anak dan melahirkan karena tulang panggul mereka yang
masih kecil sehingga membahayakan persalinan. Hal tersebut sangat
mempengaruhi angka kematian ibu dan angka kematian bayi sebagai
standart derajat kesehatan suatu negara”.6
Menurut peneliti banyak factor yang mempengaruhi pernikahan dini dan

dari faktor tersebut menyebabkan masalah yang terjadi pada pasangan masing

– masing. Pada pihak perempuan masalah yang terjadi biasanya menyerang

organ reproduksi dan menyebabkan masalah dalam persalinan.

5
Gus Ipul, Angka Pernikahan dini di Indonesia Meningkat tajam dalam www. Rri. Co. id.
Infodispendukjatim, (15 November 2015)
6
Diyan Indriyani, S kep. M Kep. Sp Mat, Asmuji Skm. M. Kep, Buku ajar Kep. Maternitas Edisi I,
Sleman Yogyakarta, Arru Media; 99-100.
5

Di era modernisasi ini masih banyak yang melakukan pernikahan dini,

penyebab pernikahan dini di usia muda dipengaruhi oleh berbagai macam

faktor,rendah nya pendidikan mereka sangat mempengaruhi pola pikir dalam

memahami dan mengerti hakikat dan tujuan perkawinan. Diwilayah kec pujer

dengan jumlah penduduk 40365 jiwa hampir 50 % mengalami pernikahan

dini, ini disebabkan karena faktor ekonomi maupun lingkungan tempat

tinggal mereka bisa menjadi penyebab pernikahan dini. Menurut peneliti,

pernikahan yang terjadi dibawah umur 20 tahun menyebabkan kecemasan dan

kekecewaan yang berlarut – larut, itu disebabkan karena emosi yang labil dan

cara pikir yang belum matang. Pernikahan dini mempunyai banyak dampak

negatif dalam keluarga diantaranya yaitu ketidakharmonisan dalam membina

rumah tangga.

Oleh karenanya, pemerintah hanya mentolerir pernikahan diatas umur 19

tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.7

Keperawatan anak telah mengalami perubahan yang sangat mendasar,

arah tidak lagi di pandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

mahluk unik yang memiliki kepribadian fisik dan berbeda dengan orang

dewasa. Anak sakit yang dilakukan perawatan.

Dalam penelitian ini, penulis membahas tentang kecemasan yang

terjadi pada pasangan muda ketika merawat anak sakit, penulis tertarik pada

tema tersebut karena pada pasangan muda dalam merawat anak sakit
7
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=796:pernikahan-dini-dalam-perspektif-agama-dan-
negara&catid=2&Itemid=101, 21 Desember 2015
6

sangatlah sulit, karena dilihat dari kematangan psikis merupakan unsur yang

diperlukan, agar pasangan dalam merawat anak tidak merasakan banyak

kecemasan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh pernikahan dini tentang tingkat kecemasan

dalam menghadapi anak sakit di Puskesmas Pujer Bondowoso.

2. Bagaimanakah tingkat kecemasan pasutri usia dini sebelum diberikan

perawatan pada anak sakit di Puskesmas Pujer Bondowoso.

3. Bagaimanakah pengaruh pernikahan dini pada keluarga dengan anak sakit

terhadap tingkat kecemasan di Puskesmas Pujer Bondowoso.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh pernikahan dini tentang tingkat kecemasan dalam

menghadapi anak sakit di Puskesmas Pujer Bondowoso.

2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasutri usia dini sebelum diberikan

perawatan pada anak sakit di Puskesmas Pujer Bondowoso.

3. Menganalisa pengaruh pernikahan dini pada keluarga dengan anak sakit

terhadap tingkat kecemasan di Puskesmas Pujer Bondowoso.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan dalam bidang keshatan masyarakat, khususnya yang

berhubungan dengan masalah kesehatan jiwa yang terdapat di


7

masyarakat beserta peran serta keluarga dalam menerima dan mengatasi

kondisi tersebut. Dan hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai

refrensi untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan dukungan

keluarga.

2. Secara Praktisi

Hasil penelitian ini di harapkan memberikan informasi bagi program

jiwa di instalasi terkait dan dapat di jadikan acuan keluarga khususnya

dalam sikap positif yangdapat membantu dalam penyembuhan gangguan

jiwa.
8

Anda mungkin juga menyukai