A. Pengertian
Selulitis adalah suatu infeksi yang menyerang kulit dan jaringan subkutan. Tempat yang
paling sering terkena adalah ekstremitas, tetapi juga dapat terjadi di kulit kepala, kepala, dan
leher (Cecily, Lynn Betz., 2009). Selulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan subkutan
yang pada orang-orang dengan imunitas normal, biasanya disebabkan oleh Streptococcus
pyrogenes (Graham & Robin., 2005). Selulitis adalah infeksi lapisan dermis atau subkutis
oleh bakteri. Selulitis biasanya terjadi setelah luka, gigitan di kulit atau karbunkel atau
furunkel yang tidak teratasi (Corwin, Elizabeth J., 2009).
D. Patofisiologi
Bakteri pathogen yang menembus lapisan epidermis kulit menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Selulitis biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri pada luka, luka bakar, atau infeksi kulit lainnya, terutama oleh Streptococcus grup A
dan Staphylococcus aureus, tetapi dapat pula timbul pada pejamu (host) dengan tanggap imun
yang lemah (immunodeficiency) atau menyertai erisipelas. Penyakit ini cenderung menyebar
ke rongga jaringan dan dataran cekung karena pelepasan sejumlah besar hialuronidase yang
memecahkan zat dasar polisakarida. Selain itu juga terjadi fibrinolitik yang mencernakan
barier fibrin dan lesitinase yang menghancurkan membran sel oleh bakteri.
Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang
dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat. Selulitis yang tidak
berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A, streptokokus lain atau
Stafilokokus aureus
F. PENATALAKSANAAN
1) Pada pengobatan umum kasus selulitis, faktor hygiene perorangan dan lingkungan harus
diperhatikan.
2) Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan selulitis
Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a) Penisilin G prokain
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan obat
pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besr perlu dipertimbangkan
kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM
dengan dosis tinggi, dan semakin sering terjadi syok anafilaktik.
b) Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-100 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 4 dosis.
c) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi
dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis
kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anak-anak adalah
6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000,
larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yang dilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih
efektif, hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai
kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.
4) Pada kasus yang berat, dengan kematian jaringan 30 % (necrotizing fasciitis) serta
memiliki gangguan medis lainnya, hal yang harus dilakukan adalah operasi pengangkatan
pada jaringan yang mati ditambah terapi antibiotik secara infuse, pengangkatan kulit,
jaringan, dan otot dalam jumlah yang banyak, dan dalam beberapa kasus, tangan atau kaki
yang terkena harus diamputasi.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level
c. Kreatinin level
d. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
e. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah
penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula.
f. Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi beberapa
kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak terasa sakit, tidak ada tanda sistemik
(demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko.
2. Pemeriksaan Imaging
a. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap (seperti kriteria
yang telah disebutkan)
b. CT (Computed Tomography)
Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata klinis
menyarankan subjucent osteomyelitis.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis infeksi selulitis
akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis
dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
H. Pengkajian Fokus
a. Biodata
Berisikan nama,tempat tangal lahir,jenis kelamin,umur,alamat,suku bangsa, dan penyakit ini
dapat menyerang segala usia namun lebih sering menyerang usia lanjut.
b. Keluhan utama
Pasien merasakan demam,malaise,nyeri sendi dan menggigil.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan badanya demam,malaise,disertai dengan nyeri sendi dan menggigil dan
terjadi pada area yang robek pada kulit biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini apakah pasien alkoholisme
dan malnutrisi
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang mengalami sekit yang sama sebelumnya,apakah keluarga ada riwayat
penyakit DM, dan malnutrisi
f. Kebiasaan sehari-hari
Biasanya selulitis ini timbul pada pasien yang higine atau kebersihanya jelek
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Cukup baik
2) Kesadaran : composmetis, lemah, pucat
3) TTV : biasanya meningkat karena adanya proses infeksi
4) Kepala : rambut bersih tidak ada luka
5) Mata : Konjungtiva anemis,skela tidak ikterik
6) Hidung : tidak ada polip,hidung bersih
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8) Dada :
• I : datar,simetris umumnya tidak ada kelainan
• Pa : ictus cordis tidak tampak
• Pe : sonor tidak ada kelainan
• A : tidak ada whezing ronchi
9) Abdomen :
• I : supel datar tidak ada distensi abdomen
• Pa : tidak ada nyeri tekan
• Pe : tidak ada kelainan atau tympani
• A : bising usus normal atau tidak ada kelainan
10) Ekstremitas bawah : Adakah luka pada ekstremitas serta oedem
11) Ekstremitas atas : Adakah luka pada ekstremitas serta oedem
12) Genetalia : tidak ada kelainan
13) Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu
daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak
seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d’orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa
ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang
bisa pecah.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor
3. Resiko infeksi