Anda di halaman 1dari 14

PERNIKAHAN DINI MENURUT PANDANGAN FILSAFAT HUKUM

ISLAM DI INDONESIA

LATAR BELAKANG

Manusia merupakan mahluk Allah yang berimplikasi serta membutuhkan sifat


sosial dalam hidup bermasyarakat. Tentunya sifat sosial tersebut digunakan untuk
kelangsungan hidupnya yaitu berinteraksi bekerja sama serta mensejahterakan suatu
tujuan. Agama telah menyerukan kita yang telah disebutkan dalam Al-quran yaitu
untuk saling kenal mengenal, untuk saling membantu serta untuk saling mengasihi
(Muslim, 2017).

Indonesia merupakan negara dengan angka masyarakat yang menkkah dini


lumayan banyak. Biasanya pernikahan dini dilakukan oleh masyarakat yang primitif,
yang artinya masyarakat perdesaan yang beranggapan bahwa dengan menikah bahwa
mereka akan lebih aman, karena terbebas adri beban ekonomi, yaitu menghidupi naka
tersebut.

Manusia tentunya membutuhkan seseorang yang membantu dalam


mempertahankan kelanjutan keturunan dalam bingkai pandangan islam. Adapun salah
satu cara untuk melanjutkan serta menumbuhkan keturunan yang baru, maka
diperlukannya suatu hubungan resmi serta ikatan dan sering disebut dengan
pernikahan.

Pernikahan adalah ikatan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang


tujuan nya adalah untuk menyempurnakan sunah rasul serta melanjutkan keturunan.
Dan dalam islam pernikaha merupakan suatu sunah rasul yang dalam segala
perbuatannya mengandung pahala, dan apabila tidak dilakukan maka tidak apa-apa
karena hukum nikah adalah mubah. Batasan usia dalam pernikahan snagatlah penting
karena didalam satu tujuan dari pernikahan adalah adanya kematangan dalam hal
psikologis. Usia yang terlalu muda mengakibatka angka percerain di Indonesia
semakin meningkat, karena sedikitnya rasa peka terhadap dari tanggung jawab.
Artinya apabila seseorang perempuan sudah dinikahi maka semua tanggung jawab
dari orang tua lepas dan pindah tangan ke tangan suami. Dan apabila usia dalam
sebuh pernikahan terlalu dini maka ego dari masing-masin tersebut semakin yang
kemudian mengakibatkan hal yan tidak di inginkan. Dalam Al-quran juga dijalskan
bahwa dengan adanya pernikahan maka akan timbul rasa perdamaian apabila suda
berumur dan waktunya menikah. Di Indonesia pun batasa seseorang perempuan dan
laki-laki menikah adalah apabila umur nya diatas 18 Tahun.

Dewasa ini Indonesia sering dikabarkan mengenai pernikah muda. Pernikah


dini adalah pernikahan yang dalam cakupan umur belum mencukupi menurut standar
syarat menikah di Indonesia. Tentunya pernikahan dini memiliki nilai positif dan
negatifnya tersendiri. Dalam islam pernikahan memiliki banyak hukum serta
memiliki banyak pendapat dari berbagai perspektif baik itu dari persepketif
kesehatan, persepktif islam maupun perspektif lainnya.Saah satu perspektif dari
pernikahan dapat dikaji melalui persepktif Filsat Hukum Islam, karena tujuan dari
persepktif tersebut adalah memiilik kesan yang baik. Filsafat hukum islam adalah
suatu pembahasan suatu hukum yang dianalisis menurut islam , yang tujuannyaa
adalah untuk memecahkan masalah dari sebuah hukum islam. Dapat disimpulkan dari
pernyataan diatas bahwa Dalam penelitian ini akan mengkaji sebuah hukum islam
dari bingkai filsafat dalam pernikahan dini di Indonesia.

Dari latar belakang yang telah diuraikan bahwa penulis akan melakukan mini riset
yang berjudul “ Pernikahan Dini dalam Perspektif Filsafat Hukum Islam di
Indonesia”

RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat ditentukan rumusan masalah
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Bagaimanakah pendapat tentang pernikahan dini menurut perspektif filsafat
hukum islam di Indonesia?

TELAAH PUSTAKA

Telaah pusataka merupakan studi literatur review pada suatu penelitian yaitu
dengan melihat pendapat-pendapat hasil penelitian dari masing pakar-pakar. Adapun
tujuan dari telaah pustaka adalah menyampaikan sebuah pengetahuan srta ide-ide
yang tekah dibahasa oleh peneliti sebelumnya. Dengan ini dapat diketahui tentang
seberapa jauh penelitian tersebut dilakukan, tentunya dalam sebuah penelitian harus
memberikan batasan-batasan yang jelas dari topok tertentu. Berikut ini adalah studi
telaah pusataka pada topik “Pernikahan Dini dalam Perspketif Filsafat Hukum Islam
di Indonesia”, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sabri (2020), yang dilakukan penelitian


tentang tinjauan hukum islam terhadap upaya keutuhan keluarga pada
pernikahan dini. Adapun penelitian tersebut dilakukan pada desa Koto
kabupaten Kampar. Hasil dari penelitian tersebut ini adalah dalam pernikahan
memiliki berbagai manfaat serta dampak, namun hasil dari penelitian yang
dilakukan adalah memiliki dampak yang baik yaitu menghindari dari
perzinaan serta apabila terjadi suau permasalahan maka harus diselesaikan
dengan bermusyawarah, sehingga terjadi hubungan antara masing-masing
keluarga yang sakinah mawaddah dan warohmah.
2. Penelitian terdahulu selanjutnya dilakukan oleh Setiawan (2020) tentamg
pernikaha dini dalam pandangan hukum islam. Dalam penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa hukum dari pernikahan dini dalam islam adalah
terdapat berbagai macam hukum. Yang salah satu hukum dari nikah adalah
madzhub atau lebih dikenal dengan kata lain yaitu boleh. Namun selain
hukum nikah adalah mubah terdapat hukum lain yaitu wajib,haram dan
makruh.
3. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Rifiani (2011) yag dilakukan sebuah
penelitian dalam memberi hukum dari pernikahan dini menurut hukum islam.
Serta mendapatkan hasil bahwa hukum dari pernikahan dini sesuai dengan
konteks serta keadaan tertentu. Pernikahan tersebut bisa berstigma negatif dan
berstigma positif. Namun dari hasil penelitian yang mendalam menjelaskan
bahwa pernikahan dini menurut hukum islam di Indonesia memiliki stigma
negatif khusunya di tanah jawa. Karena pernikahan dini merupakan suatu
keadaan dimana masing-masing dari pasangan tersebut masih memiliki ego
yang besar.
Dengan ini dapat disimpulka bahwa terdapat perbedaan pendapat dalam
memberikan hukum dari pernikahan dini. Dan hukum dari pernikahan dini
bisa dilihat dari kemanfaatanya dari segi psikologis, ekonomi serta psikis.

PERANGKAT TEORI

1. Pengertian Pernikahan
Pernikahan menurut bahasa artinya berkumpul atau bercampur.
Sedangkan arti pernikahan menurut syara’ atau istilah adalah serangkaian ijab
qabul untuk memberikan label persetubuhan antara laki-laki dan perempuan
yang dilakukan dengan cara mengucapkan kata-kata yang telah ditetapkan,
yang pastinya ketetapan tersebut adalah menurut syariat islam. Kata nikah
menurut bahasa al-jam’u dan aldhamu yang artinya kumpul. Makna nikah
(zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah. juga
bisa diartikan (wath’u alzaujah) bermakna menyetubuhi istrinya (Mathlub,
2005).
Dalam arti bahasa Indonesia arti dari pernikahan adalah membentuk
suatu ikatan dengan lawan jenis, melakukan hubungan intim serta bersetubuh.
Maka dari itu diperlukannya suatau akad yang bertujuan untuk memberikan
kehalalan dari hubungan tersebut. Tentunya tujuan dari pernikahan adalah
membentuk keturunan yang berkelanjutan serta membentuk keluarga yang
Sakinah,mawaddah dan warohmah. Pernikahan merupakan salah satu sunah
rasul, karena rasul pun melakukan pernikahan tersebut dengan tujuan adalah
melangsungkan keturunannya guna untuk mengemban dakwah islam. Akan
tetapi orang yang tidak menikah maka tidak akan berdosa karena hukum dari
nikah adalah mubah (At-tihami, 2004).

2. Pengertian Pernikahan Dini


Pernikahan dini adalah suatu hubungan pernikahan yang dilakukan
oleh sebuah pasngan di bawah usia produktif. Adapun usia produktif menikah
bagi pria adalah 20 tahun sedangkan untuk wanita adalah 25 tahun
(Handayani, 2018). Sedangkan pengertian pernikahan dini menurut Undang-
undang Pasal 7 ayat (1) tentang Undang- Undang perkawinan No.1/1974
menetapkan bahwa perkawinan dini merupakan sebuah perkawinan di bawa
usia produktif. Adapun usia yang pasang untuk melangsungkan pernikahan
adalah untuk laki-laki berusia 19 tahun dan untuk perempuan 16 tahun

Pernikahan usia dini merupakan pernikahan di bawah usia karena


dalam umur ini perubahan sikap pada anak remaja beleum begitu maksimal,
baik dari hati, psikis serta materinya. Maka hendakanya tidak terlalu tergesa-
gesa untuk menikah.

3. Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menikah dini
atau menikah di bawah umur. Dalam budaya jawa khususnya nikah dini
adalah hal yang biasa, namun hal kebiasaan tersebut menjadi tidak lumrah
apabila terjadi pada masa kini. Karena apabila terdapat seseorang yang
menikah dini maka akan digiring ke isu negatif. Maka berikut ini adalah
faktor-faktor yang melatar belakangi dorongan untuk menikah dini adalah
sebagai berikut:
a. Faktor Ekonomi
Kesulitan dalam ekonomi merupakan salah satu hl yang bisa melatar
belakangi terjadinya pernikahan dini, karena sebuah keluarga yang telah
terjerat pada ekonomi maka biasanya akan menikahkan anaknya di usia
muda. Yang tujuannya agar terlepas dari tanggung jawabnya serta
menginginkan kehidupan yang lebih maju, karena dirasa diriny tidak
mampu memberikan hal materi (Mubasyaroh, 2018). Jadi salah satu
permasalahan dari dorongan untuk nikah muda biasanya terjadi penurunan
pendapatan orang tua serta kemiskinan keluarga dengan tujuan untuk
mengurangi beban keluarga.
b. Faktor Pendidikan
Pendidikan remaja memiliki hubungan sebab akibat terhadap kejadian
pernikahan dini. Remaja yang berpendidikan rendah mempengaruhi
kejadian pernikahan usia dini, semakin rendah pendidikan remaja maka
semakin beresiko untuk melakukan pernikahan usia dini karena kurangnya
kegiatan atau aktifitas remaja sehari-hari sehingga remaja memilih
melakukan pernikahan usia dini. Begitu juga sebaliknya semakin tinggi
pendidikan remaja maka semakin lama untuk melakukan pernikahan,
sehingga remaja terhindar dari pernikahan usia dini. Jadi tingkat
pendidikan yang rendah atau tidak melanjutkan sekolah lagi bagi seorang
remaja dapat mendorong seseorang untuk cepatcepat menikah
(Handayani, 2018).
c. Faktor Orang Tua
Pernikahan dini juga dapat disebabkan karena pengaruh bahkan paksaan
orang tua. Ada beberapa alasan orang tua menikahkan anaknya secara
dini, karena khawatir anaknya terjerumus dengan pergaulan bebas dan
berakibat negatif, orang tua ingin melanggengkan hubungan dengan relasi
atau anak relasinya, menjodohkan anaknya dengan anak saudara dengan
alasannya agar harta yang dimiliki tidak jatuh ke orang lain, tetapi tetap
dipegang oleh keluarga (Mubasyaroh, 2018). Namun dalam suatu
penelitian yang dilakukan pada desa Landak mendeskripsikan bahwa
tingkat rendahnya orang tua merupakan salah satu faktor dari pernikahan
di usia dini, biasanya orang tua dengan tingkat pendidikan yang rendah di
segerakan untuk menikah (Juhaeria & Syahrani, 2014).
d. Faktor adat istiadat
Adat istiadat yang diyakini masyarakat tertentu semakin menambah
persentase pernikahan dini. Misalnya keyakinan bahwa tidak boleh
menolak pinangan seseorang pada putrinya walaupun masih dibawah
umur usia 18 (delapan belas) tahun, karena hal tersebut akan dianggap
menghina pihak yang melamar sehingga hal tersebut menyebabkan orang
tua menikahkan putrinya. Selain itu pada beberapa keluarga tertentu, dapa
dilihat ada yang memiliki tradisi atau kebiasaan menikahkan anaknya pada
usia muda, dan hal ini berlangsung terus menerus, sehingga anak-anak
yang ada pada keluarga tersebut secara otomatis akan mengikuti tradisi
tersebut.Jadi kebiasaan dan adat di lingkungan setempat mempengaruhi
kebiasaan warganya untuk menikah di usia dini. alasan mereka menikah di
usia dini agar tidak dikatakan perawan tua, dan orang yang di lamar
dilarang menolak karena bisa menimbulkan sulit mendapat jodoh
e. Menikah karena kecelakaan
Menikah karena kecelakaan sering kali terjadi di kalangan remaja, dengan
nafsu belak yang sampe mengakibatkan hamil . maka dari itu kedua belah
pihak tersebut harus di nikahkan karena harus bertanggung jawab atas
janin tersebut. Hamil di luar nikah tersebut merupakan salah satu faktor
dari pernikahah dini, dalam usia berapa pun apabila dia hamil di luar nikah
maka harus dinikahkan.
4. Hukum Pernikahan menurut pandangan Islam
Islam memiliki beberapa pandangan dalam mengukumi pernikahan, namun
sering kali disebut hukum bernikah adalah sunat maksudnya adalah apabila
orang tersebut menikah maka akan mendapatkan pahala, karena segala
perbuatannya akan diberikan pahala, dan apabila tidak menikah maka tidak
apa-apa. Namun jumhur ulama berpendapat bahwa hukum dari bernikah
adalah berbeda-beda ada yang berpendapat sunat, mubah, wajib, makruh dan
hram. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing hukum tersebut:
a. Wajib
Pernikahan dapat dianggap wajin adalah apabila seseorang tersebut dilihat
dari pertumbuhan fisiknya serta kecocokan dalam menikah, memiliki
cukip dalam hal biaya, beragama, dan apabila orang tersebut tidak
menikah maka akan terjatuh dalam jurang perzinahan (Handayani F. ,
2020)
b. Sunat
Sebagian jumhur ulama’ menghukumi bahwa pernikahan adalah sunat,
artinya seseorang tersenut telah memiliki kemauan dalam kemapuan untuk
melakukan perkwinan tetapi kalau tidak maka yang dikhawatirkan adalah
berbuat zina (Al-Mawardi, 1998).
c. Makruh
Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan perkawinan
juga cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri sehingga tidak
memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya tidak kawin.
Hanya saja orang ini tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk dapat
memenuhi kewajiban sebagai suami istri yang baik.
d. Haram
Pernikahan di hukumi haram adalah apabila seseorang tersebut berniat
menikah untuk memukuli, menganiaya, serta tidak diberikan nafkah, maka
hukum dari pernikahan tersebut dianggap haram. Karena niat awalnya
adalah tidak untuk mengikuti sunah rasul.
e. Mubah
Mubah disini diberikah hukum apabila orang tersebut memiliki
kemampuan untik melakukannya, akan tetapi tidak melakukannya . maka
yang dikhawatirkan adalah berbuat zina. Pernikahan tersbeut didasari
adanya untuk memenuhi kepuasan nafsu tidak untuk menjaga kehormatan
agamanya.
5. Hukum Pernikahan Dini menurut Hukum Islam
Menikah dini dalam islam hukumnya sunnah atau mandhub. Seperti yanh
telah diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dengan penjelasan sebagai
berikut : barang siapa yang sudah siap menikah maka menikahlah, karena
menikah dapat menundukkan pandangan dan akan menjaga kehormatan.
Dari hadits tersebut dapat dijelaskan bahwa nikah itu bagi yang mampu dan
siap, dan apabila dirasa belum siap maka jangan terburu-buru untuk menikah.
Kesiap sediaan dalam islam itu ada 3 hal yang pertama adalah siap dalam
masalah agama, maksudanya adalah dia memiliki ilmu agama yang cukup
untuk membina rumah tangganya, kedua adalah siap akan materinya, yang
dimaksud adalah siap dalam masalah harta guna mencukupi kebutuhan pasca
menikah. Yang ketiga adalah siap dalam fisiknya, maksudnya adalah badanya
sehat dan tidak impoten, karena hal ini adalh untuk memberikan kesenangan
terhadap pasangannya.
Akan tetapi walaupun diperbolehkan untuk menikah muda, maka kita harus
mempertimbangkan keputusan menikah tersebut. Karena dengan menikah
maka semua tanggung jawab serta kesiapa apapun harus dilakukan secara
bersama-sama. Akan tetapi tidak menikah pun memiliki dampak negatov
yaitu lamanya waktu untuk menghasilkan keturunan, dan tentunya akan
berdampak ke citra dari masing-masing keluarga.

PEMBAHASAN

Analisis Pernikahan Dini Menurut Filsafat Hukum Islam di Indonesia

Berikut ini adalah analisis pernikahan dini dalam filsafat hukum islam dengan
tinjauan bayani,burhani dan irfani. Berikut adalah penjelasalannya:

a. Teori Bayani
Teori bayani merupakan salah teori dalam filsafat yang dalam cara
pendekatan analisisnya adalah dengan teks. Dalam islam sumber teks tersebut
ada dua yaitu Al-Qur’an dan hadits serta perkataan-perkataan ulama’.
Biasanya dalam analisis dengan teori bayani yang digunakan adalah mecari isi
serta makna dari teks tersebut. Berikut ini adalah penjelasan pernikah dini
dengan dikaji dengan teori bayani:
Analisis pernikahan dini dengan teori bayani dengan menggunakan teks
nash yaitu Al-Quran dan hadits
Dalam alquran surat Annisa ayat 6 yang menjelaskan tentang tolak
ukur sesorang untuk bernikah, namun dalam ayaut tersebut dijelaskan
bahwa apabila seseorang telah mampu dalam materinya, fisiknya serta
mampu dalam segalanya maka orang tersebut diperbolehkan untuk
menika. Namun dijelaskan dalama kitab Anwaru al tanzil wa asraru al
ta’wil li al baidawi dijelaskan secara nyata bahwa seseorang dikatakan
mencapai batas usia menikah apabila ia mencapai usia dewasa, dalam
islam ukuran diwasa adalah dalam telah mimpi basah dan sempurna umur
nya yaitu 15 tahun untuk laki-laki serta bagi perempuan adalah telah haid
(Al-Baidawi). Seperti ayng telah dijelaskan oleh nabi Muhammda SAW
bahwa “ apabila seseorang telah genap umur 15 tahun , maka mewajibkan
orang tersebut untuk menyerahkan hartanya dan menegakka hukum
atasnya.
Al-razi berpendapat bahwa ukuran sesorang dianggap dewasa adalah ketia
dia sudah bermimp basah, dari pendapat diatas dijelaskan bahwa batasan
usia dalam pernikahan dalam islam ad umur 15 tahun dan dia mampu
untuk mencukupi segalanya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang boleh
untuk melakukan pernikahan dengan syarat sesorang tersebut telah
mencapai usia 15 tahun atau mimpi basah serta syarat selanjutnya adalaha
telah mampu mencukupi kebutuhan pasca menikah. Karena dalam al-
quran dan hadits serta pendapay ulama’ tidak terdapat larangan untuk
menikah akan tetapi dengan ketentuannya masing-masing.
b. Teori Burhani
Teori burhani merupakn salah cabang dalam filsafat yang menjelaskan
bahwa ilmu pengetahuan adalah akal. Maka dari itu dalam analisis pernikahan
dini dalam kajian burhani adalah dengan melihat pendapat serta kajian-kajian
dari pemikir serta orang-orang yang berpendapat tentang pernikahan dini
walaupun tidak dibuktikan dengan data yang empiris. Berikut adalah
penjelasan pernikahan dini dikaji dengan filsafat hukum islam dengan teori
burhani adalah sebagai berikut:
Pernikahan merupakan salah satu tradisi sakral yang akan dialami oleh semua
manusia. Namun dilihat dari kacamata lain menikah tersebut membutuhkan
kesiapan dalam beberapa hal yang diantara lain adalah ilmu, harta dan badan.
Melihat fenomena pernikahan dini yang terjadi di Indonesia maka sangat
kritis, karena angka remaja yang menikah dibawah umur sangat meningkat.
Hal tersebut justru tidak membuat keharmonisan keluarga melainkan
menjadikan meningkatnya angka perceraian di Indonesia
Indramayu merupakan slaah satu kabupaten di Indonesia dengan jumlah
penduduk yang menikah di usia muda yang tertinggi dan juga angka
perceraian pada remaja tertinggi. Hal tersebut dibuktikannya dengan data
yang di catat di MUI. Hal tersebut membuktikan bahwa pernikhan dini di
Indonesia menggiring ke arah negativ , maka sebaiknya kita menikah di usia
produktif dan di usia yang telah di putuskan oleh Undang- Undang di
Indonesia tentang pembatasa usia untuk menikah. Pembatasan usia menikah
tersebut bertujuan untuk memberikan kesiapan masing-masing sebelum
menikah.
c. Teori Irfani
Pernikahan dini dalam perspektif filsfata hukum islam dengan kajia
teori irfani tersebut menganlisis terkait tentang kejadian hukum islam
sebelumnya datangnya islam. Dalam teori irfani tersebut alat yang digunakan
adalah berupa nalar dalam berpikir.
Pernikahan dini apabila dtinjau dari teori irfani mendapatkan hasil bahwa
pernikahan dini merupakan pernikahan yang dibawha umur , dna hukumnya
dapat berubah-ubah tergantung situasi serta keadaan dari pernikahan tersebut.

KESIMPULAN

Pernikahan merupakan terikatnya hubungan antara laki-laki dna perempuan


untuk menjalin hubungan hidup secara bersama-sama. Hukum dari pernikaha terdapat
beberapa hukum yang diantara lain adalah sunah, wajib,makruh, haram dan mubah.
Hukum tersebut tentunya tergantung dari situasi serta kondisi.

Pernikahan dini merupakan salah satu hal yang sangat diperbincangkan di


media masa baik itu dari mulut ke mulut dan dari media internet. Di Indonesia apabila
seseorang melakukan pernikahan dini maka masyarakat akan digiring ke arah yang
negatif, dengan ini membuktikan bahwa pernikahan dini adalah hal yang sangat tidak
baik. Namun dalam tinjauan filsafat hukum islam yang dikaji dengan teori bayani,
burhani dan irfani menjelaskan bahwa hukum dari pernikahan dini adalah boleh-
boleh saja dengan syarat-syarat tertentu sesuai syariat islam. Namun di Indonesia
lebih baiknya adalah menikah sesuai dengan standar batas untuk menikah sesuai
dengan Undang-Undang. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga keberlangsungan
dalam berumah tangga serta mendapatkan keturunan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Baidawi. (t.thn.). Anwaru al tanzil wa asraru al ta’wil li al baidawi Juz 1 . Beirut:


Dar al Fikr.

Al-Mawardi. (1998). Hukum Perkawinan dalam Islam. Yogyakarta: BPFE.

At-tihami, M. (2004). Merawat Cinta Kasih Menurut Syriat Islam. Surabaya: Ampel
Mulia.

Handayani, E. Y. (2018). Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini


pada Remaja Putri Di Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Hulu.
journal.iainsambas.

Handayani, E. Y. (2018). Faktor Yang Berhubungan DenganPernikahan Usia Dini


Pada Remaja Putri Di Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu.
Jurnal Maternity and Neonatal, 1.

Handayani, F. (2020). Pernikahan Dalam Islam. ejournal-iainmetro.

Juhaeria, J., & Syahrani, I. (2014). Hubungan Pernikahan (16-20 Tahun) dengan
Konsep Diri Pada Remaja Wanita di Desa Langensari Wilayah Kerja
Puskesmas Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang. Jurnal
Kesehatan Pringan.

Mathlub, A. M. (2005). Panduan Hukum Keluarga Sakinah. Solo: EraIntermedia.

Mubasyaroh. (2018). Analisis Faktor Penyebab Pernikahan Dini dan Dampaknya


bagi Pelakunya. ejournal.iainsambas, 16-17.

Muslim. (2017). PERNIKAHAN USIA DINI DI DESA BUKIT PAYUNG. JOM


FISIP Universitas Riau.
Rifiani, D. (2011, Desember). PERNIKAHAN DINI DALAM PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM. de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, 3.

Sabri, K. (2020). TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAYA KEUTUHAN


KELUARGA DALAM PERNIKAHAN DINI (STUDI KASUS DI DESA
KOTO PERAMBAHAN KECAMATAN KAMPA KABUPATEN
KAMPAR). ejournal.uinssukariau.

Setiawan, H. (2020). Pernikahan Usia Dini menurut Pandangan Hukum Islam.


BORNEO:Journal of Islamic Studies.

Anda mungkin juga menyukai