Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN STRATEGIS

“MASALAH PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS”

Disusun Oleh :

VITLI DWI PUTRI ANGGRAINI


NIM : 204330765

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk sederhana.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kami

memohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenaan dihati pembaca. Serta masukan berupa

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada

umumnya.

Padang, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 1
C. Tujuan............................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan fungsi puskesmas.......................................................... 3


B. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh puskesmas................... 4
C. Masalah yang muncul dilingkup puskesmas..................................... 8
D. Faktor penghambat pelayanan puskesmas....................................... 10
E. Solusi mengatasi masalah yang muncul dipuskesmas..................... 13
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu wilayah yang tidak lain bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap anggotanya dalam koridor kebersamaan. Dalam angan
setiap anggota masyarakat, negara yang dibentuk oleh mereka ini akan melaksanakan fungsinya
menyediakan kebutuhan hidup anggota berkaitan dengan konstelasi hidup berdampingan dengan orang
lain di sekelilingnya. Di kehidupan sehari-hari, kebutuhan bersama itu sering kita artikan sebagai
“kebutuhan publik”. Salah satu contoh kebutuhan publik yang mendasar adalah kesehatan.

Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat kaitannya dengan kesejahteraan
masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat mutlak, negara dan aparaturnya berkewajiban untuk
menyediakan layanan yang bermutu dan mudah didapatkan setiap saat. Salah satu wujud nyata
penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya Puskesmas. Tujuan utama dari adanya
Puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun dengan biaya yanng relatif
terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah.

Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai “Pelayanan Puskesmas” karena Puskesmas sebagai
bentuk nyata peran birokrasi dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, khususnya dalam
bidang kesehatan sdan karena Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Puskesmas dan apa fungsi Puskesmas itu?

2. Bagaimana penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas?

3. Apa saja masalah-masalah yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di lingkup Puskesmas?

4. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah di lingkup Puskesmas?

5. Bagaimana solusi mengatasi masalah-masalah yang muncul di lingkup Puskesmas?

iii
C. Tujuan

1. Mengetahui definisi dan fungsi Puskesmas


2. Mengetahui penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas
3. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di lingkup
Puskesmas.
4. Mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah di lingkup
Puskesmas.
5. Mengetahui solusi mengatasi masalah-masalah yang muncul di lingkup Puskesmas.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Fungsi Puskesmas

a. Definisi Puskesmas (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008)

“Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda
terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan
pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah
kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak
mencakup aspek pembiayaan”.

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat ditengah-
tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan lainya (Rumah
Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi Puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang
disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek promotive, preventif, curative,
dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh Puskesmas harus diarahkan ke bentuk
pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan
pencegahan (public health service).

Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka Puskesmas dituntut untuk mandiri dalam
menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh
pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki Puskesmas juga meliputi :
kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan menentukan
kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta kewenangan menentukan target kegiatan
sesuai kondisi geografi Puskesmas. Jumlah kegiatan pokok Puskesmas diserahkan pada tiap Puskesmas
sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun Puskesmas tetap
melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.

Jadi, yang harus diketahui adalah bahwa peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam
mewujudkan kesehatan nasional secara komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan rehabilitatif saja
seperti di Rumah Sakit.

v
b. Fungsi Puskesmas (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008)

1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.


2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan
untuk hidup sehat
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya.

Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:

a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong
dirinya sendiri.
b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan
sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan
kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan.
d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program

B. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas

Visi dan misi Puskesmas di Indonesia merujuk pada program Indonesia Sehat 2010. Hal ini dapat
kita lihat pula dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal). Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar
dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang
berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup : jenis pelayanan, indikator, dan
nilai (benchmark). Pelaksanaan Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (UW-SPM) diatur dalam
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1457/MENKES/SK/X/2003 dibedakan
atas : UW-SPM yang wajib diselenggarakan oleh seluruh kabupaten-kota di seluruh Indonesia dan UW-
SPM spesifik yang hanya diselenggarakan oleh kabupaten-kota tertentu sesuai keadaan setempat. UW-
SPM wajib meliputi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar, penyelenggaraan perbaikan gizi
masyarakat, penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular, penyelenggaraan promosi kesehatan, dll.
Sedangkan UW-SPM spesifik meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan dan pemberantasan
penyakit malaria, dll. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun
2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standard Pelayanan Minimal.

vi
RANCANGAN KEWENANGAN WAJIB DAN STANDARD PELAYANAN MINIMAL

Kewenangan Wajib

Jenis Pelayanan

1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Dasar

 Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir


 Pelayanan kesehatan bayi dan anak pra sekolah
 Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja
 Pelayanan kesehatan usia subur
 Pelayanan kesehatan usia lanjut
 Pelayanan imunisasi
 Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat
 Pelayanan pengobatan / perawatan

2. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang

 Pelayanan kesehatan dengan 4 kompetensi dasar (kebidanan, bedah, penyakit dalam, anak)
 Pelayanan kesehatan darurat
 Pelayanan laboratorium kesehatan yang mendukung upaya kesehatan perorangan dan kesehatan
masyarakat
 Penyediaan pembiayaan dan jaminan kesehatan

3. Penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular

 Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)


 Pencegahan dan pemberantasan penyakit polio
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit TB paru
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit kusta
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV-AIDS
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit diare
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit fliariasis

vii
4. Penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat

 Pemantauan pertumbuhan balita


 Pemberian suplemen gizi
 Pelayanan gizi
 Penyuluhan gizi seimbang
 Penyelenggaraan kewaspadaan gizi

5. Penyelenggaraan promosi kesehatan

 Penyuluhan prilaku sehat


 Penyuluhan pemberdayaan masyarakat dalam upaya kesehatan

6. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar

 Pemeliharaan kualitas lingkungan fisik, kimia, biologi


 Pengendalian vector
 Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum

7. Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain

 Penyuluhan P3 NAPZA (Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA) yang


berbasis masyarakat

Program Pokok Puskesmas

Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun fasilitasnya, karenanya
kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas
yang lazim dan seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Kesejahteraan ibu dan Anak ( KIA )

2. Keluarga Berencana

3. Usaha Peningkatan Gizi

4. Kesehatan Lingkungan

5. Pemberantasan Penyakit Menular

viii
6. Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan

7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

8. Usaha Kesehatan Sekolah

9. Kesehatan Olah Raga

10. Perawatan Kesehatan Masyarakat

11. Usaha Kesehatan Kerja

12. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut

13. Usaha Kesehatan Jiwa

14. Kesehatan Mata

15. Laboratorium ( diupayakan tidak lagi sederhana )

16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan

17. Kesehatan Usia Lanjut

18. Pembinaan Pengobatan Tradisional

Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat
terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai
bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan
pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa ( PKMD ). Disamping penyelenggaraan usaha-
usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk
melaksanakan program kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat ( contoh: Pekan Imunisasi Nasional ).
Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah
Pusat bersama Pemerintah Daerah. Keadaan darurat mengenai kesehatan dapat terjadi, misalnya karena
timbulnya wabah penyakit menular atau bencana alam. Untuk mengatasi kejadian darurat seperti di atas
bisa mengurangi atau menunda kegiatan lain.

Azas Penyelenggaraan Puskesmas Menurut Kepmenkes No 128 Tahun 2004 :

1. Azas pertanggungjawaban wilayah

a. Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat


tinggal di wilayah kerjanya.

ix
b. Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung
c. Ditunjang dengan puskesmas pembantu, Bidan di desa, puskesmas keliling

2. Azas pemberdayaan masyarakat

a. Puskesmas harusmemberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan aktif dalam
menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas
b. Potensi masyarakat perlu dihimpun

3. Azas keterpaduan

Setiap upaya diselenggarakan secara terpadu

􀂉 Keterpaduan lintas program

UKS : keterpaduan Promkes, Pengobatan, Kesehatan Gigi, Kespro, Remaja, Kesehatan Jiwa

􀂉 Keterpaduan lintassektoral

- Upaya Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kades, pertanian,
pendidikan, agama, dunia usaha, koperasi, PKK
- Upaya Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kades, pertanian,
pendidikan, agama

4. Azas rujukan

Ø Rujukan medis/upaya kesehatan perorangan

- rujukan kasus
- bahan pemeriksaan
- ilmu pengetahuan

Ø Rujukan upaya kesehatan masyarakat

- rujukan sarana dan logistic


- rujukan tenaga
- rujukan operasional

C. Masalah-Masalah yang Muncul di Lingkup Puskesmas

x
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan bagi
masyarakat karena cukup efektif membantu masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama dengan
standar pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dikenal murah seharusnya menjadikan
Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat, namun pada kenyataannya
banyak masyarakat yang lebih memilih pelayanan kesehatan pada dokter praktek swasta atau petugas
kesehatan praktek lainnya. Kondisi ini didasari oleh persepsi awal yang negatif dari masyarakat terhadap
pelayanan Puskesmas, misalnya anggapan bahwa mutu pelayanan yang terkesan seadanya, artinya
Puskesmas tidak cukup memadai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik dilihat dari
sarana dan prasarananya maupun dari tenaga medis atau anggaran yang digunakan untuk menunjang
kegiatannya sehari-hari. Sehingga banyak sekali pelayanan yang diberikan kepada masyarakat itu tidak
sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) yang telah ditetapkan. Misalnya: sikap tidak disiplin
petugas medis pada unit pelayanan puskesmas Peudada, yang dikeluhkan masyarakat. Mereka selalu
diperlakukan kurang baik oleh para petugas medis yang dinilai cenderung arogan, berdalih terbatasnya
persediaan obat-obatan pada puskesmas telah menyebabkan banyak diantara pasien terpaksa membeli
obat pada apotik. Di samping itu, ketika membawa salah seorang warga yang jatuh sakit saat mengikuti
kegiatan perkampungan pemuda, kemudian warga yang lain mengantarnya ke Puskesmas Peudada, pasien
itu tidak dilayani dengan baik bahkan mereka (perawat-red) mengaku telah kehabisan stok obat. Hal
tersebut, tentu telah merusak citra Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat
yang dianggap dapat membantu dalam memberikan pertolongan pertama yang sesuai dengan standar
pelayanan kesehatan. Selain itu, tidak berjalannya tugas edukatif di Puskesmas yang berkaitan dengan
penyuluhan kesehatan yang sekaligus berkaitan dengan tugas promotif. Menurut masyarakat, petugas
puskesmas sangat jarang berkunjung, kalaupun ada, yaitu ketika keluarga mempunyai masalah kesehatan
seperti anggota keluarga mengalami gizi buruk atau penderita TB. Berarti tugas ini lebih untuk
memberikan laporan dan kuratif dibanding upaya promotif. Kemudian, perawat puskesmas biasanya aktif
dalam BP, puskesmas keliling, dan puskesmas pembantu. Jelas dalam tugas tersebut, perawat melakukan
pemeriksaan pasien, mendiagnosa pasien, melakukan pengobatan pada pasien dengan membuat resep
pada pasien. Namun, ketika melakukan tugas tersebut tidak ada supervisi dari siapapun, khususnya
penanggung jawab dalam tindakan pengobatan/medis. Tenaga perawat seolah-olah tidak menghargai
kegiatan-kegitan formalnya sendiri, karena mungkin tugas kuratif lebih penting. Hal ini berdampak
kepada status kesehatan masyarakat, status gizi, penyakit infeksi menular dan mungkin upaya kesehatan
ibu dan anak tidak mendapatkan porsi yang sesuai sehingga berdampak pada kondisi kesehatan
masyarakat. Kalaulah memang tugas tenaga kesehatan di Puskesmas lebih banyak ke arah kuratif, maka
Puskesmas menjadi unit dari pelayanan Rumah sakit karena Rumah Sakit akan memiliki banyak sumber
daya manusia dan fasilitas medik. Tapi kalaulah Puskesmas ini menjadi lebih dominan dalam tugas

xi
promotif dan preventif maka tugas eksekutif bagi perawat haruslah digiatkan, dan puskesmas menjadi
bagian dari unit Dinas kesehatan, atau bagian tersendiri yang memiliki otonomi yang kuat dalam
mengatur program-programnya, sedangkan Dinas kesehatan hanya sebagai regulator, pemberi dana dan
pengadaan petugas, untuk pelayanan kesehatan masyarakat diberikan kepada Puskesmas, atau pelayanan
kesehatan dapat ditenderkan kepada pihak swasta. Tidak hanya hal-hal yang telah diungkapkan di atas,
lebih dari itu, masih ada permasalahan yang muncul di lingkup puskesmas, misalnya: Jam kerja
Puskesmas yang sangat singkat hanya sampai jam 14.00 WIB, kemampuan keuangan daerah yang
terbatas, puskesmas yang kurang memiliki otoritas untuk memanfaatkan peluang yang ada, puskesmas
belum terbiasa mengelola kegiatannya secara mandiri, serta kurangnya kesejahteraan karyawan yang
berpengaruh terhadap motivasi dalam melaksanakan tugas di puskesmas

D. Faktor-Faktor Penghambat Pelayanan Puskesmas

Dalam realitanya pelayanan Puskesmas sekarang banyak memiliki masalah-masalah. Adapun masalah-
masalah yang telah diungkapkan di atas itu diakibatkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
(Tjiptoherijanto dan Said Zainal Abidin, 1993: 44-46)

Ø Faktor Internal

- Pelaksanaan Manajemen
Pelaksanaan manajemen merupakan hal penting yang menentukan dalam mencapai
tujuan yang efisien dan efektif dari tujuan Puskesmas. Dimana fungsi manajemen itu untuk
planning, organaizing, leading, dan controling. Pada kegiatan perencanaan setiap tahunnya sering
kali tidak berjalan sehingga kegiatan berjalan apa adanya sesuai kebiasaan yang dianggap
‘baik/sudah biasa’. Bahkan terasa sekali bahwa tidak pernah adanya upaya pengembangan. Serta
tidak pernah terpikir untuk mempersoalkan kendali mutu pelayanan yang disebabkan kurangnya
pengetahuan, peralatan, dan perhatian tersita pada upaya pengobatan. Dapat dikatakan bahwa
kepala Puskesmas lebih sibuk pada masalah-masalah manajerial daripada kasus-kasus klinik.
Dapat dikatakan juga bahwa kurangnya pengetahuan para Kepala Puskesmas dan rendahnya
disiplin/etos kerja staff, menjadikan unsur manajemen ini tidak berjalan. Tentu hal ini
menghambat kinerja Puskesmas untuk melayani masyarakat dalam bidang kesehatan.
- Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek terpenting dalam mencapai target dari
program-program Puskesmas. Tetapi apa yang terjadi pada Puskesmas di Indonesia terkesan tidak
diperhatian oleh pemerintah dengan alasan wilayah geografis yang sulit untuk dijangkau,

xii
sehingga sarana dan prasarana yang ada di dalam Puskesmas sangat terbatas, baik berupa alat
medis maupun obat-obatan. Hal ini terjadi akibat dari sumber keuangan yang dimiliki Puskesmas
terbatas sehingga mutu pelayanan puskesmas pun menjadi rendah karena tidak sesuai dengan
standart kesehatan.

- Tenaga medis
Jumlah tenaga medis yang sangat sedikit mengakibatkan ketidakmampuannya
melaksanakan program dari Dinas Kesehatan. Misalanya program Posyandu yang tidak tepat
sasaran. Jumlah tenaga medis sedikit karena insentif dari pemerintah daerah. Faktor kesejahteraan
pegawai memang hal penting karena berkaitan dengan satu-satunya pendapatan resmi mereka
adalah gaji. Untuk mencapai penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas di perlukan
pimpinan yang mau memotivasi pegawainya dengan cara memenuhi kebutuhan hidupnya.
- Sumber keuangan Puskesmas
Sumber keuangan dari pemerintah pusat maupun daerah yang didapat tidak sebanding
dengan pengeluaran operasional Puskesmas sehingga biaya pelayanan Puskesmas pun mahal
padahal sarana yang terdapat di sana tidak sebanding dengan apa yang harus dibayar sehingga hal
ini berdampak kepada masyarakat untuk beralih pergi ke Rumah Sakit saja yang fasilitas lebih
baik daripada Puskesmas. Adapun sumber-sumber keuangan Puskesmas sebagai berikut:

ð Pemerintah

Sumber biaya berasal dari Pemerintah Kabupaten yang dibedakan atas dana pembangunan dan dana
anggaran rutin. Dana ini diturunkan secara bertahap ke Puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kabupaten.

ð Retribusi

Retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan Puskesmas yang membiayai upaya kesehatan
perorangan yang pemanfaatanya dan besarnya ditentukan oleh Pemerintah Daerah.

ð PT. ASKES

Puskesmas menerima dana dari PT. ASKES yang peruntukannya sebagai imbal jasa kepada peserta
ASKES yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)

ð PT. JAMSOSTEK

xiii
Puskesmas menerima dana dari PT. JAMSOSTEK yang peruntukannya sebagai imbal jasa kepada peserta
JAMSOSTEK yaitu Pegawai / karyawan yang berada dibawah naungan Dinas Tenaga Kerja.

ð BPP (Badan Penyantun Puskesmas)

Dengan memberdayakan potensi yang dimiliki masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

Sumber-sumber keuangan Puskesmas ini ternyata tidak dapat membiayai operasinal dari program-
program Puskesmas. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu, birokratisasi penyaluran keuangan
dari pemerintah sampai ke Puskesmasnya dan rendahnya responsibilitas pengelola manajemen
Puskesmas.

- Psiko-sosial antara tenaga medis dengan penduduk


Perbedaan psiko-sosial antara tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas dengan
penduduk menimbulkan hambatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
Puskesma.Tenaga-tenaga yang diperbantukan di Puskesmas biasanya terdiri dari orang-orang
terpelajar dan bukan berasal dari daerah tersebut, sehingga penduduk menganggapnya sebagai
orang asing. Apalagi jika bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak dimengerti oleh
penduduk, maka akibatnya penduduk segan untuk datang ke Puskesmas.

Ø Faktor Eksternal

- Kondisi Geografis
Kondisi geografis Puskesmas umumnya terletak pada daerah pelosok atau setingkat
dengan kecamatan. Dimana kecamatan tiap-tiap daerah memilki keadaan yang berbeda-beda
dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan puskesmas. Memang ada kecamatan-kecamatan
yang hanya dengan satu Puskesmas sudah dapat menjangkau seluruh penduduk. Tetapi ada juga
puskesmas yang hanya dapat dijangkau oleh penduduk yang bermukim di dekatnya karena
penduduk yang lain bertempat tinggal jauh dari Puskesmas. Hal ini terkait pada dana yang tidak
cukup untuk menggunakan alat-alat transportasi atau memang tempat tinggalnya terpencil
sehingga penduduknya lebih senang tinggal di rumahnya daripada pergi ke Puskesmas.
- Pemerintah daerah
Peran Pemerintah Daerah yang terkesan gagap ini terlihat atas pemahaman pembangunan
kesehatan yang setengah-setengah dari pihak legslatif dan eksekutif yang tercermin dari

xiv
dijadikannya pelayanan kesehatan sebagai tulang punggung pendapatan daerah. Ini berarti orang
sakit dijadikan tualng punggung pendapatan daerah. Padahal upaya menyehatkan masyarakat
sejatinya termaktub dalam hakikat dan semangat UU. No.22 dan UU No. 25 tahun 1999 yang
pada intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mengembangkan
demokrasi menuju peningkatan kesejahteraan rakyat. Disamping itu alokasi anggaran kesehatan
berbagai daerah mencerminkan kurangnya perhatian terhadap investasi hak-hak dasar
pembangunan manusia diantaranya pelayanan kesehatan dasar.

- Keadaan Ekonomi Penduduk


Keadaan ekonomi penduduk memberikan andil dalam sulitnya mengupayakan pelayanan
kesehatan pada masyarakat. Jumlah warga negara Indonesia mayoritas bermata pencarian petani
dan nelayan yang mana kondisi ekonominya kurang memadai. Walaupun ada ketentuan yang
memperbolehkan mereka yang tidak mampu untuk tidak usah membayar retribusi di Puskesmas,
namun kenyataannya orang-orang yang demikian justru enggan datang ke Puskesmas.
- Kondisi Pendidikan Penduduk
Masalah pendidikan penduduk juga berperan dalam menghambat pelayanan yang
dihadapi oleh Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan pada tingkat pertama, karena pada
umumnya pendidikan masyarakat desa masih rendah, maka pola pikir mereka sangat sederhana
dan kurang atau bahkan belum paham akan arti kesehatan. Mereka cenderung mengikuti sifat-
sifat tradisional yang sejak dulu dipegang oleh masyarakat dan lingkungannya.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki tingkat pendidikan yang rendah yang
mana sebagian besar penduduk Indonesia lulusan SD terutama di daerah pelosok-pelosok
Indonesia, sehingga hal berdampak pada rendahnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia sehat terutama pada lembaga Puskesmas yang letaknya dekat dengan
masyarakat tersebut. Selain itu juga disebabkan Rumah Sakit lebih baik sarana dan prasarananya,
padahal Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang paling dasar dalam lingkungan
masyarakat setempat.
- Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan yang berada di Propinsi bekerja pada aspek melayani penyembuhan
penyakit yang sudah diderita oleh penduduk dibandingkan dengan melayani obat-obatan yang
dapat digunakan sebagai upaya pencegahan timbulnya suatu penyakit pada penduduk. Dengan
kata lain pelayanan kesehatan Puskesmas lebih banyak ditekankan pada tindakan kuratif
dibandingkan pada tindakan preventif apalagi promotif. Selain itu Dinas Kesehatan juga kurang

xv
melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap pelaksanaan program-program Puskesmas yang
sudah ada sehingga tidak terwujudnya pelayanan kesehatan di tingkat basis.

E. Solusi Mengatasi Masalah yang Muncul di Lingkup Puskesmas

Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan yang terinstitusionalisasi mempunyai kewenangan


yang besar dalam menciptakan inovasi model pelayanan kesehatan di daerah. Untuk itu dibutuhkan
komitmen dan kemauan untuk meningkatkan/meratakan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan
dengan melakukan revitalisasi sistem kesehatan dasar dengan memperluas jaringan yang efektif dan
efisien di Puskesmas, peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan/revitalisasi kader PKK,
pembentukan standar pelayanan kesehatan minimum untuk kinerja sistem kesehatan yang komprehensif,
serta memperbaiki sistem informasi pada semua tingkatan pemerintah. Dari banyak kasus yang terjadi
dibanyak daerah, jelas bahwa Puskesmas memiliki pencitraan yang rendah pada saat sekarang, terutama
jika dilihat dari sarana, Puskesmas tidak memiliki fasilitas yang lengkap walaupun sudah mendapat dana
dari Dinas Kesehatan.

xvi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat ternyata masih menyimpan
berbagai permasalahan yang kini banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Tidak hanya dilihat dari segi
sarana dan prasarana yang kurang memadai, tetapi juga dari segi tenaga medis yang demikian pula
adanya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat serta komitmen untuk merubah sistem pelayanan Puskesmas yang dinilai
buruk oleh masyarakat. Selain itu, Puskesmas juga harus memiliki standar pelayanan yang dapat
memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

B. Saran

1. Puskesmas harus lebih memfokuskan pada peningkatan pelayanan kesehatan dan


pengelolaan sistem kesehatan yang menyeluruh
2. Melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana Puskesmas demi terpenuhinya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
3. Merestrukturisasikan peran Puskesmas
4. Pemerintah harus memberikan otonomi kepada Puskesmas dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat
5. Mensosialisasikan program-program Puskesmas kepada masyarakat untuk mengubah
citra Puskesmas yang sudah dinilai buruk oleh masyarakat

xvii
DAFTAR PUSTAKA

Tjiptoherijanto, prijono, Said Z. Abidin, Reformasi Administrasi dan Pembangunan

Nasional. 1993. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta

xviii

Anda mungkin juga menyukai