Anda di halaman 1dari 32

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI REHAB MEDIK RS. BHAKTI MEDICARE 2018

RUMAH SAKIT

Jln. Raya Siliwangi No. 186 B Cicurug – Sukabumi 43359


DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................. i
Daftar Isi ..................................................................................................... ii
BAB I. Pendahuluan ................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2. Tujuan Pedoman................................................................................... 1
1.3. Ruang Lingkup Pelayanan ................................................................... 2
1.4. Batasan Operasional............................................................................. 2
1.5. Falsafah Pelayanan Rehabilitasi Medis................................................ 3
1.6. Landasan Hukum ................................................................................. 3

BAB II. Standar Ketenagaan....................................................................... 4


2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ...................................................... 4
2.2. Distribusi Ketenagaan .......................................................................... 4
BAB III. Standar Fasilitas ........................................................................... 6
3.1. Denah Ruang........................................................................................ 6
3.2. Standar Fasilitas ................................................................................... 6
BAB IV. Tata Laksana Pelayanan .............................................................. 12
4.1. Pelayanan Fisioterapi ........................................................................... 12
4.2. Pelayanan Okupasi Terapi.................................................................... 18
4.3. Pelayanan Terapi Wicara ..................................................................... 18
BAB V. Logistik ......................................................................................... 20
BAB VI. Keselamatan Pasien ..................................................................... 22
6.2. Tujuan .................................................................................................. 22
6.3. Standar Patient Safety.......................................................................... 22
BAB VII. Keselamatan Kerja ..................................................................... 25
7.1. Pengertian............................................................................................. 25
7.2. Tujuan .................................................................................................. 25
7.3. Tata Laksanana Keselamatan Karyawan ............................................. 25
BAB VIII. Pengendalian Mutu ................................................................... 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Rumah sakit sebagai sarana kesehatan yang mempunyai fungsi rujukan harus
menyediakan pelayanan yang bermutu,tidak terkecuali pada mereka yang
memiliki gangguan fungsional dengan menyediakan pelayanan Rehabilitasi
Medik.Tetapi dengan adanya perbedaan kemampuan (SDM,fasilitas/sarana) ditiap
rumah sakit,maka strata pelayanan yang diberikanpun akan berbeda.
Pelayanan Rehabilitasi Medik ini sifatnya komprehensif mulai dari
promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif.Paradikma pelayanan Rehabilitasi
Medik yang dianut saat ini dititik beratkan pada strategi rehabilitasi pencegahan
(prevention rehabilitation strategy),artinya pencegahan ketidak mampuan
(disabilitas) harus dilakukan sejak dini.Apabila tidak dapat dicegah,tetap
diupayakan pencegahan tingkat kemandirian seoptimal mungkin,sesuai dengan
potensi yang dimiliki.
Untuk memberikan pelayanan Rehabilitasi Medik ini maka RS Bhakti
Medicare menyusun pedoman pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit
Bhakti Medicare yang sebagai Rumah Sakit kelas C. Tetapi dengan adanya
kemajuan IPTEK di bidang kessehatan,perubahan kebutuhan layanan dsb,maka
pedoman ini perlu disempurnakan,sehingga dapat menjadi acuan dalam
melaksanakan pelayanan Rehabilitasi Medik yang bermutu dan yang berorientasi
pada patien safety.

1.2. Tujuan Pedoman.


1. Memberi acuan bagi pelaksanaan pelayanan Rehabilitasi Medik di
Rumah Sakit.
2. Meningkatkan mutu pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit.
3. Menjadi acuan pengembangan pelayanan Rehabilitasi Medik di
Rumah Sakit

1
1.3. Ruang Lingkup Pelayanan.
Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit meliputi seluruh upaya
kesehatan pada umumnya,yaitu upaya promotif,preventif,kuratif dan
rehabilitatif.
1. Upaya Promotif. Penyuluhan,informasi dan edukasi tentang hidup
sehat dan aktifitas yang tepat untuk mecegah kondisi sakit.
2. Upaya preventif. Edukasi dan penanganan yang tepat pada kondisi
sakit/penyakit untuk mencegah dan atau meminimkan gangguan fungsi
atau resiko kecacatan.
3. Upaya kuratif. Penanganan melalui paduan intervensi
medik,keterapian fisik,dan upaya rehabilitatif untuk mengatasi
penyakit/kondisi sakit untuk mengembalikan dan mempertahankan
kemampuan fungsi.

1.4. Batasan Operasional.


1. Layanan dr SpKFR. Adalah semua tindakan yang ditujukan untuk
mengurangi dampak keadaan cacat dan handikap serta meningkatkan
kemampuan penyandang cacat mencapai integrasi sosial.Program
Rehabilitasi mengandung unsur pemulihan kondisi fisik,pemulihan
kondisi psikologik serta membantu pasien mengembalikan
kepercayaan diri.
2. Layanan Fisioterapi. Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang
ditujukan kepada individu dan atau bentuk kelompok untuk
mengembangkan,memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi :
tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan
secara manual,peningkatan gerak,peralatan (fisik,elektroterapeutis dan
mekanis),pelatihan fungsi,dan komunikasi.
3. Layanan Terapi Wicara. Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang
ditujukan kepada individu dan kelompok untuk memulihkan fungsi
dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi,bicara
dan menelan dengan melalui pelatihan remediasi,stimulasi dan
fasilitasi (fisik,elektroterapeutis dan mekanis).

2
4. Layanan Terapi Okupasi. Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang
ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk
mengembangkan,memelihara,memulihkan fumgsi dan atau
mengupayakan kompensasi/adaptassi untuk aktifitas sehari – hari
(aktivity Day Life),produktifitas dan waktu luang melalui pelatihan
remediasi,stimulasi dan fasilitasi.

1.5. Falsafah Pelayanan Rehabilitasi Medik.


Adalah pelayanan holistik untuk mengembalikan kemampuan fungsi yang
optimal,atau kemandirian dan atau mencapai hidup yang berkualitas.

1.6. Landasan Hukum.


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/Menkes/PER/IX/1989
tentang Persetujuan Tindakan Medik.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 104/Menkes/PER/II/1999 tentang Rehabilitasi Medik.
7. Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di RS Kelas A, B dan C,
Departemen Kesehatan 1997.
8. Standar Operasional Prosedur Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan 2002.
9. Indikator Klinik Pelayanan Rehabilitasi Medis di Rumah
Sakit, Departemen Kesehatan 2002.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.

JUMLAH
PENDIDIKAN SERTIFIKASI
NAMA JABATAN KEBUTUHAN
Dr penanggung jawab dr SpKFR 1
Penanggung jawab D III Fisioterapi 1
pelayanan dan
administrasi
Fisioterapis D III Fisioterapi 2
D III OT -
D III TW -
Asisten Terapis SMA 2

2.2. Distribusi Ketenagaan.


KUALIFIKAS
I WAKTU JUMLAH
NO NAMA JABATAN
FORMAL KERJA SDM
DAN
1 Ka Instal DIII Fisioterapi Senin – jumat 1
08:00-15:00
Sabtu
08:00-13:00
2 Dr SpKFR Dr.SpKFR Senin,Rabu,Jum’at 1
10:00 – 13:00
3 Fisioterapis DIII Fisioterapi Senin-jumat 2
08:00-15:00
Sabtu
08:00-13:00
4 Okupasi Terapi Okupassi Terapi Senin-Sabtu 1
07:00-14:00
5 Terapi Wicara Terapi Wicara Kamis- 1

4
Jum’at
08:00-13:00
6 Pembantu Terapis SMA Sederajat Senin-Sabtu 2
08:00-13:00

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1. Denah Ruang.


(Terlampir)

3.2. Standar Fasilitas.


1. Ruangan dan Gedung.
a. Lokasi
Lokasi gedung sangat ideal terletak dengan rawat inap,rawat jalan
serta UGD sehingga mempermudah akses pasien untuk mencapai
lokasi,gedung juga terletak di lantai dasar sehingga pasien tidak
perlu naik turu tangga untuk mencapai lokasi Rehabilitasi Medik.
b. Ruang Tunggu
Ruang tunggu bersih dan cukup luas,aman serta nyaman baik untuk
pasien yang memakai kursi roda, serta alat bantu lainya.Ruang
tunggu juga dilengkapi dengan fasilitas majalah,koran baru serta
televisi.
c. Ruang Pendaftaran dan adminiistrasi
Ruangan cukup luas,terrdapat meja tulis,kursi petugas dan juga
untuk pasien,terdapat lemari untuk penyimpanan status pasien juga
untuk penyimpanan berkas-berkas pasien askes,surat kembali
kontrol,surat rujukan,surat isatirahat dll.
d. Ruang Periksaan / Asesmen
Ruangan yang ada cukup luas untuk keperluan mobilitas pasien
dengan kursi roda serta memadai untuk asesmen pola jalan,tersedia
tempat tidur serta meja tulis, ,hand rub,serta penyimpanan surat-
surat lainya.
e. Ruang Staf
Berupa ruangan untuk istirahat serta meyimpan barang-barang staf,
f. Ruang Untuk Terapi
• Ruangan dengan pencahayaan serta ventilasi yang cukup

6
• Ruangan cukup dengan tempat tidur,alat
modalitas,
• Tiap ruangan disekat dengan tirai yang rapi sehingga
mempermudahkan pasien dengan kursi roda dan alat bantu
lainya mudah untuk masuk dan keluar,serta tiap ruangan
disediakan tempat duduk untuk keluarga pasien 1 orang
• Alat terapi yang mengandung radiasi sudah disendirikan
sehingga tidak menggangu kerja alat yang lainya,serta yang
peka terhadap naik turun tegangan listrik sudah
disambungkan stabilizer.

Standar Fasilitas.
No Jenis Kelengkapan Standar Jumlah yang dimiliki
I.Dokter
1 Stetoskop 1 2
2 Tensimeter 1 1
3 Foto viewer 1 1
4 Reflex hammer 1 1
5 Goniometer 1 1
6 Stopwatch 1 1
7 Meteran gulung 1 1

7
II.Fisioterapi
1 Stetoskop dan tensimeter 1 1
2 Goniometer 1 1
3 Meteran gulung 1 1
4 Walker dewasa dan anak 1 1
5 Tongkat ketiak 0 0
6 Rollator 0 1
7 Tripod 0 0
8 Quad cane 0 0
9 Kursi roda 1 0
10 Paralel bar 0 0
11 Tangga,tikungan,tanjakan 0 1
12 Pulley 1 0
13 Shoulder wheel 1 0
14 Wall bar 1 0
15 Step Ladder 1 0
16 Springpull Execiser 1 0
17 Theraband Exerciser 1 0
18 Legskate 1
19 Grip Exerciser 1 3
20 Matras 1 1
21 Strap/sabuk 1 0
22 Sandbag 1 2
23 Fhysioball 1 `
24 Nebulaizer jet 0 2
25 Nebulaizer Ultrasound 1 0

8
26 Ultrasonic Diatermy 1 1
27 Shortwave Diatermy 1 0
28 Microwave Diatermy 1 1
29 TENS 1 1
30 Laser 0 1
31 Infra Red 1 1
32 Ultra Violet 1 0
33 Hot packs 1 0
34 Cold packs 1 0
35 Parafin bath 1 0
36 Steamer 0 1
0
37 Traksi lumbal/Cervikal 1 0
38 Bed Exercise 1 1
39 Cermin sikap 1 1
40
III.Okupasi Terapi
1 Stetoskop dan tensimeter 1 1
2 Stopwatch 1 0
3 Goniometer besar dan 1 1
kecil
4 Meteran gulung 1 1
5 Hand Dynamometer 1 0
6 Virgorymeter 1 0
7 Peg board 0 1
8 Puzzle 1 2
9 Timer 1 2
10 Pararel bar besar 1 1
11 Wallker dewasa dan anak 1 1
12 Hand sling 1 1
13 Sand bag (bermacam 1 2
ukuran)

9
14 Wax 1 0
15 Grip exercise 1 3
16 Exercise board 1 0
17 Matras 1 2
18 Kursi latihan duduk 1 0
19 Physioball 0 1
20 Geometric shape crawling 1 0
form
21 Tricycle 1 1
22 Floor sitter 1 0
23 Meja periksa 1 1
24 Prismatic glasess 1 0
25 Bantal dan guling 0 1
26 Adjustable table 1 1
27 Perangkat rekreasi 0 1
28 Ruang dan alat simulasi 0 1
ADL
29 Alat bantu adaptasi 0 2

IV. Terapi Wicara


1 Cermin (50 x 60 cm) 0 1
2 White board 0 0
3 Papan flanel 0 0
4 Form board (orang) 0 1
30 x 40 cm
5 Form board (binatang) 0 0
30 x 40 cm
6 Form board (buah-buah) 0 1
30 x 40 cm
7 Form board (tumbuhan) 0 0
30 x 40 cm

1
8 Form board (alam benda) 0 0
30 x 40 cm
9 Tancapan (diameter 2 0 0
cm,18 lubang,6 warna)
10 Balok ukur (terpendek 1 0 0
cm,terpanjang 40 cm)

1
BAB IV
TATA LAKSANA
PELAYANAN

4.1. Pelayanan Fisioterapi.


Pelayanan fisioterapi mencakup fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan
dengan menggunakan penanganan secara manual maupun menggunakan
peralatan fisik,mekanis maupun elektroterapi.
a. Microwaves Diatery (SWD)
SWD merupakan aplikasi terapeutik dengan menggunakan radiasi
gelombang elektromagnetik,kwrena gelombang ini bias merusak
peralatan elektronik yang lain, maka SWD harus ditempatkan
diruangan yang tersendiri.
SWD digunakan untuk kasus – kasus kekakuan sendi seperti frozen
shoulder,spasme otot,myalgia,muscle strain/sprain,peradangan
akut/kronik seperti sinusitis dan bursitis.
Penggunaan SWD sangat dihindari untuk kasus – kasus
tertentu,seperti:
1. Penggunaan pada kasus kehamilan
2. Pasien yang memakai pacemaker,implant metalik dan brace
3. Pasien dengan kasus keganasan
4. Kencenderungan terjadi pendarahan
5. Gangguan sensibilitas
6. Keadaan akut/nyeri hebat
7. Jaringan yang banyak cairan (mata/luka basah)

Lamanya penggunaan SWD antara 10-15 menit,dengan intensitas


sesuai toleransi pasien karena berhubungan tingkat sensitinvitas kulit
pasien.Yang perlu diperhatikan saat proses terapi adalah mengecek
tingkat sensasi yang dirasakan oleh pasien,dan selalu member
pengertian kepada pasien bahwa sensasi yang ditimbulkan adalah
hangat bukan
panas.

1
b. Microwave Diatermy (MWD)
Merupakan aplikasi terapeutik yang berbentuk gelombang
elektromagnetik yang akan dikonversi dalam bentuk panas.Untuk alat
MWD harus mempergunakan tempat tidur yang terbuat dari kayu
bukan dari logam. Penggunaan MWD diindikasikan untuk kasus-kasus
seperti dibawah ini:
1. Spasme otot
2. Sendi IP,MCP & pergelangan tangan
3. Kelaian tulang,sendi otot (RA,OA)
4. Kelainan saraf perifer (neuralgia neuritis)

Sedangkan untuk kontra indikasi MWD antara lain:

1. Adanya logam,implan metalik dan pacemaker pada bagian tubuh


yang diterapi
2. Pasien dengan gangguan sesibilitas
3. Jaringan yang banyak cairan (mata,luka basah)
4. Kanker atau keganasan yang lainya
5. Pasien saat menstruasi
6. Pemberian pada daerah pinggang pada pasien yang sedang hamil
7. Pasien yang baru mendapatkan pemeriksaan rontgen karena bisa
menyebabkan konsentrasi EM berlebihan.

Untuk proses penggunaan MWD daerah yang diterapi harus bebas


pakaian,sedangkan jarak atara alat dengan daerah yang diterapi 5-10
cm,l amanya penggunaan MWD antara 10-15 menit,dengan intensitas
sesuai toleransi pasien karena berhubungan tingkat sensitinvitas kulit
pasien.Yang perlu diperhatikan saat proses terapi adalah mengecek
tingkat sensasi yang dirasakan oleh pasien serta ada keringan atau
tidak jika ada segera dikeringkan,dan selalu member pengertian kepada
pasien bahwa sensasi yang ditimbulkan adalah hangat bukan panas.

1
c. Trans Electrical Nerve Stimulation (TENS)
TENS merupakan stimulasi listrik yag sudah dimodifikasi sedemikian
rupa sehingga dapat berfungsi mengurangi nyeri atau untuk stimulasi
terhadap otot yang mengalami kelumpuhan.Yang sangat penting utuk
diberi tahukan kepada pasien bahwa arus listrik yang digunakan aman
karena arus yang digunakan hanya minimal.
Penggunaan TENS harus dihindari pada area jatung,didaerah yang
terdapat kulit baru atau luka serta seluruh tubuh pasien yag
menggunakan pacemaker jantung.Lama terapi sekitar 15 menit dengan
dosis toleransi pasien dengan acuannya adalah rasa nyaman pada pada
pasien.
Selama proses terapi perlu deperhatikan apakah pasien masi terasa atau
sudah hilang,bila sudah berkurang intensitas dapat dinaikkan secara
perlahan-lahan.Setelah selesai terapi perlu dicek apakah ada merah
pada kulit pasien yang diterapi atau keluhan subyektif pasien.

d. Ultrasoud
Merupakan terapi menggunaka gelombang suara tinggi dengan
penggunaan transducer yang bergerak dinamis dan mengunakan media
sebagai penghantar arus US.
Metode penggunaan US yang dipergunakan di RS Baptis Batu dengan
kontak langsung dengan media gel yangg steril serta bisa
dikombinasikan dengan obat-obatan dari dr.Kontak langsung
dilakukan dengan dinamis secara terus-menerus dengan tekanan yang
gentle dengan tekanan minimal.
Efek yang ditimbulkan dari US adalah efek micro
massage,menimbulkan panas sehigga komunikasi dengan pasien harus
terus terjalin.Indikasi dari modalitas US antara lain:
1. Kondisi spasme pada otot,tulang dan sendi (RA,OA,LBP,Tennis
Elbow,Frozen Shoulder,triger finger)
2. Odema karena gangguan sirkulasi darah
3. Gangguan neurologis seperti : neuropati,HNP

1
4. Kelukaan/penyakit pada kulit
5. Odema karena cairan

Untuk konta indikasi yang absolut antara lain:

1. Daerah mata
2. Pada daerah uterus
3. Pada testis
4. Daerah tumor yang ganas

Untuk kontra indikasi yang relatif adalah ganguan sesibilitas,adanya


protease serta daerah yang terdapat varises.

e. Infra Red Radiation (IRR)


IRR adalah pemanasan superficial (kedalaman penetrasi hanya
permukaan kulit).Modalitas ini lebih sering diberikan pada daerah
wajah serta sebelum melakukan terapi latihan.Efek dari IRR adalah
meningkatkan kerja kelenjar keringat,sehinggadapat meningkatkan
metabolisme sehingga meningkatkan suplai darah dan merelaksasikan
otot.
Kontra indikasi dari IRR adalah gangguan sesibilitass kulit,dimana
ditakutkan terjadinya luka bakar serta kecenderungan terjadinya
pendarahan.
f. Traksi Cervical dan Lumbal
Traksi adalah aplikkasi terapi yang memisahkan antara permukaan
tulang sehingga meregangkan otot,ligament dan segmen
spinal,melebarkan celah discus dan mengimobilisasi sendi.
Sebelum prosedur terapi petugas perlu memberi tahu sensasi yang akan
dirasakan pasien selama terapi,serta pastikan posisi pasien sudah
senyaman mungkin.Dosis untuk traksi lumbal ½ berat badan,untuk
cevical 1/7 berat bandan.
Untuk kontra indikasi traksi antara lain :
1. Osteoporosi
2. Keganasan

1
3. Keadaan yang akut (terdapat nyeri hebat)
g. Hb
Pada dasarnya penggunaan HB sama dengan IRR,dari fungsi juga
hampir sama,hanya saja HB dapat mengenai selurh tubuh sehingga
didapatkan hasil yang maksimal pada seluruh tubuh.Untuk penggunaan
HB panas yang dihasilkan lebih stabil sehingga lebih nyaman bagi
pasien.
h. Laser (Light Amplification by Stimulated Emission and radiation)
Bila dibandingkan dengan sinar pada umumnya,maka laser dengan
proses pembuatanya mempunyai frekuensi yang sangat tinggi sehingga
apabila dikenakan pada siatu jaringan justru akan mempunya efek
merusak.untuk itu sangat penting untuk mengetahui inikasi dan kontra
indikasi dari penggunaan laser.
1. Indikasi laser
a. Pada kerusakan kulit,seperti pada kasus dermatological
disorder
b. Pada kondisi reumatoid,terutama rematoid pada jaringan lunak.
c. Pada gangguan atau kelainan post traumatic.
d. Pada gangguan sirkulasi,seperti pada oedem
e. Kelainan – kelainan yang merupakan indikasi terapi melalui
trigger poin.
2. Kontra indikasi laser
a. Penyinaran langsung pada mata
b. Sekurang – kurangnya 4-6 bulan setelah pemberian radioterapi
c. Kelenjar endokrin (lokal)
d. Epilepsi,demam,tumor,kehamilan.
i. Akupuntur
j. Codman pendulum
Modalitass ini bertujuan untuk mencegah perlengketan pada sendi
bahu dengan melakukan gerakan sedini mungkin yang dilakukan
pasien secara pasif dan aktif. Gerak pasif dilakukan untuk
mempertahankan pergerakan pada sendi dan mencegah perlengketan

1
permukaan sendi. Sedangkan gerakan aktif adalah untuk mencegah
terjadinya kontraktur otot-otot rotator cuff dan abduktor bahu.

k. Terapi latihan
Terapi latihan adalah suatu program latihan yang bertujuan terapeutik /
penyembuhan / pemulihan,secara garis besar dapat dibagi sebagai
berikut:
1. Latihan mobilisasi sendi / mobility exercise / latihan luas gerak
sendi
2. Latihan penguatan / srengthening exercise
3. Latihan daya tahan / endurance exercise
4. Latihan koordinasi / coordination exercise
5. Latihan dengan sasaran khusus : ADL,breating exercise.
6. Latihan pola khusus : William’s Flexion Exercise, codman’s
pendulum exercise dll.

1
4.2. Pelayanan Okupasi Terapi.
Merupakan satu jenis terapi yang membantu dalam hal meningkatkan
kemampuan fungsi tangan termasuk motorik halus dimana kelak akan
dipakai dalam aktifitas sehari – hari,secara garis besar tujuan dari
pelayanan OT adalah memaksimalkan fungsonal untuk mencapai
kemandirian,mencegah kecacatan dan mempertahankan kesehatan.
Berikut ini peran spesifik dari Okupasi Terapi :
a. Melatih keterampilan sehari – hari (ADL) untuk kemandirian pasien.
b. Mengembangkan keterampilan persepsi gerak.
c. Mengembangkan keterampilan bermain.
d. Mengembangkan kemampuan somatosensori
e. Mengadaptasi alat bantu pada pasien yang mengalami handycap

4.3. Pelayanan Terapi Wicara.

Peran terapi wicara dalam memulihakan adaptasi fungsi kominikasi,bicara


dan menelan dengan melalui pelatihan remediasi,stimulasi dan fasilitasi sangat
membantu untuk kemandirian pasien.berikut ini beberapa jenis penanganan yang
dilakukan petugas :

a. Penanganan Disaudia
Penanganan Disaudia meliputi latihan oral motor baik secara stimulus
atau membaca stimulus atau membaca ucapan bibir serta latihan
artikulasi.
b. Penanganan Dislalia
Pada penanganan ini yang dilatih adalah latihan koodinasi gerak
wicara dan artikulasi
c. Penanganan Dislolia
Penanganan ini meliputi latihan koordinasi gerakan wicara,latihan
artikulasi dan latihan penambahan kosa kata.
d. Penanganan Disfagia
Penanganan ini meliputi latihan pada oral motor,pergerakan
lidah,latihan rahang dan leher serta latihan menelan.

1
e. Penanganan Afasia Perkembangan dan Dewasa,
Pada penanganan ini hampir sama dengan penanganan yang lainya
hanya berbeda pada tingkat penambahan kosa kata.
f. Penanganan Disfonia
Latihanya meliputi laihan respirasi,latihan kecepatan bicara,latihan
pengaturan nada serta latihan resonansi dan fonasi.
g. Penanganan Afonia
Latihan pada penanganan ini meliputi latihan kenyaringan dan
pengaturan nada serta latihan resonansi dan respirasi.
h. Penanganan Cluttering
Latihannya meliputi latihan relaksasi,konsentrasi,latihan mengucapkan
kata-kata yang dianggap tabu,latihan melaksanankan perintah secara
spontan dan menirukan ekspresi wajah.
i. Penanganan Disatria
Meliputi latihan koordinasi gerakan wicara serta latihan penambahan
kosa kata baik dari tingkat suku kata,frase dan kalimat
j. Penanganan Dislogia
Pada penanganan Dislogia meliputi latihan koordinasi gerakan wicara,
latihan oral motor exercise serta latihan artikulasi.

1
BAB V
LOGISTIK

PERSEDIA JUMLAH
NO AN
BARAN
AT
K
Tipe – EX 3
Alkaline A2 2
Alkaline A3 4
Isi Cutter besar 1
Baby oil 200ml 3
Bolpoin Hitam 2
Calculator 0
Isi Staples Kecil 1
isolasi daimaru 2cm 2
Pensil 2B 1
Kertas Foto Copy
70gr 4
lem vopinol 0
Penggaris 30 cm 2
Penghapus stadler 2
Spidol Merah kecil 0
Printer 0
Otner folio 2

RUMAH
TANGGA

Tissu Kotak 2
Tissu Roll No brand 2
Kresek Hitam besar 2
Jam dinding 1

2
CETAKAN

Sensus Pasien Rawat 1


Jalan
Slip pembayaran 10
Surat rujukan
Fisioterapi 5

Form permintaan
barang
2
Form Assessment
Poliklinik
2

MED
Jelly USG 5l 2
Masker Ear Loop 10
Microsield
Handrub
6
500ml
Sensi Glove 1

21
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

6.1. Definisi.

Keselamatan pasien telah menjadi isu global dan merupakan prioritas


utama untuk rumah sakit dan keselamatan pasien juga merupakan prioritas utama
karena terkait tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang mereka terima
dan terkait dengan mutu dan citra rumah sakit, disamping itu keselamatan pasien
juga dapat mengurangi KTD di Rumah Sakit.

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system


dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

6.2. Tujuan.
- Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
- Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien
dan masyarakat
- Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) di RS
- Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan

6.3. Standar Patient Safety.

Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk instalasi rehabilitasi


medik adalah:

2
1. ketepatan Identitas
Target 100% label identitas tidak tepat apabila tidak terpasang,salah
pasang,salahpenulisan nama,salah penulisan gelar (Tn/Ny/An),salah jenis
kelamin,salah alamat.
2. Pasien jatuh
Suatu prosedur yang dilakukan di instalasi rehabilitassi medik dalam
rangka mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan yaitu adanya
pasien jatuh saat menjalani program fisioterapi mulai saat pasien datang
sampai saat pasien meninggalkan instalasi rehabilitasi medik.
Program pencegahan pasien jatuh petugas instalasi rehabilitasi medik
memastikan pasien ditempatkan ditempat tidur,diruang tunggu sesuai
dengan kondisi umum sipasien,petugas juga harus menentukan apakah
sipasien harus didampingi keluarga selama menjalani proses terapi dan
petugas juga harus memastikan keamanan pasien saat menuju tempat tidur
sampai meninggalkan tempat tidur.
Pasien
3. Tidak Ada Kesalahan Pemberian Kartu Kembali Kontrol.
Pemberian kembali kontrol dengan identitas yang benar akan sangat
menentukan saat pasien datang kembali,sehingga tidak akan terjadi
kesalahan pengambilan status oleh petugas Medical Record dan tidak akan
ada kesalahan pemberian tindakan di Instalasi Rehabilitasi Medik.
Saat memberikan kartu kembali control petugas membuat identitas
menggunakan label yang telah disediakan agar tidak terjadi kesalahan
dalam penulisan identitas serta selalu mengklarifikasi kembali nama dan
alamat pasien.
4. Tidak Adanya Kesalahan Pemberian Tintakan.
Untuk mencegah kejadian yang tidak diharapkan saat proser pelayanan
Rehabilitasi Medik maka pemberian tindakan Rehabilitasi Medik
diharapkan tidak ada kesalahan agar tercapai pelayanan yang maksimal
seperti yang kita cita – citakan.
Mencegah terjadinya kesalahan pemberian tindakan Rehabilitasi Medik
harus 0 %,oleh sebab itu semua pemberian tindakan berdasarkan

2
permintaan dr SpKFR,oleh karena itu dalam proses pelayanan Rehabilitasi
Medik setiap akan memberikan tindakan petugas harus mengacu pada
permintaan dr yang ada di status pasien juga saat pergantian program
terapi petugas harus mengacu pada permintaan dr.
5. Pasien Dengan Alat Bantu Dibuat Tempat Menunggu Tersendiri.
Program ini dimaksutkan agar pasien yang datang dengan kursi roda
ditempatkan pada tempat yang sudah ditentukan,dimana tempat ini mdah
untuk diawasi oleh petugas,tidak terganggu oleh mobilitas pasien yang lain
serta lebih nyaman dan aman.
Dalam program ini pasien dengan alat bantu kursi roda arus mendapat
pegawasan dari putugas maupun keluarganya,yang perlu diperhatikan
adalah kondisi umum pasien.
6. Pencegahan Resiko Infeksi.
Dalam rangka pencegahan resiko infeksi di Instalasi Rehabilitasi Medik
maka setiap peralatan yang kontak dengan kulit pasien harus segera
dibersihkan setelah digunakan,dalam proses terapi harus dihindari daerah
yang terbuka.

2
BAB VII
KESELAMATAN
KERJA

7.1. Pengertian.

Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat


kerja / aktifitas karyawan lebih aman,aman terhadap petugas itu sendiri,terhadap
pasien dan keluarganya serta kepada keluarga petugas dirumah.Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
pribadi ataupun rumah sakit.

7.2. Tujuan.
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS. Bhakti Medicare
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

7.3. Tata Laksana Keselamatan Karyawan.


1. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip
pencegahan infeksi, yaitu :
a. Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat
menularkan infeksi.
b. Menggunakan alat pelindung sarung tangan dan masker saat
menangani pasien yang diindikasikan dapat menular atau saat
petugas yang bersangkutan sedang terkena flu atau lainya.
c. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah
menangani pasien
2. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.
3. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip bersih yaitu :
a. Pencucian dengan sabun.

2
b. Pengeringan.
4. Menggunakan baju kerja yang bersih.

2
BAB VIII
PENGENDALIAN
MUTU

1. Pemberi Pemberi Pelayanan Rehabilitasi Medik

Judul Pemberi Pelayanan Rehabilitasi Medik


Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam menyeddiakan pelayanan
rehabilitasi medik
Definisi Operasional Pemberian pelayanan rehabiliasi medik adalah dokter
spesialis rehabilitassi medis,dan fisioterapis yang
mempunyai kompetensi sesuai yang dipersyaratkan
dalam persyaratan kelas rumah sakit
Frekuensi Tiga bulan sekali
Pengumpulan Data
Priode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah dan jenis tenaga pelayanan rehabilitasi medik
Denominator Tidak ada
Sumber data Unit pelayanan
Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung jawab Kepala instalasi
pengumpulan data

2. Ketersediaan Fasilitass dan Peralatan Rehabilitasi Medik


Judul Ketersediaan Fasilitass dan Peralatan Rehabilitasi Medik
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan fasilitas dan peralatan rumah sakit untuk
memberikan pelayanan rehabilitasi medik
Definisi Operasional Fasilitas dan peralatan pelayanan intensif adalah
ruang,mesin,dan peralatan yang harus tersedia untuk
pelayanan rehabilitasi medik sesuai dengan persyaratan
kelas rumah sakit

2
Frekuensi Tiga bulan sekali
Pengumpulan Data
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jenis dan jumlah fasilitas dan peralatan pelayanan
rehabilitasi medik
Denominator Tidak ada
Sumber Data Inventaris instalasi rehabilitasi medik
Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung jawab Kepala instalasi rehabilitasi medik
pengumpul data

3. Tidak Ada Kejadian Kesalahan Tindakan Rehabilitasi Medik

Judul Tidak Ada Kejadian Kesalahan Tindakan Rehabilitasi


Medik
Dimensi mutu Keselamatan dan kenyamanan
Tujuan Tergambarnya kejadian kesalahan klinis dalam
rehabilitasi medik
Definisi operasional Kesalahan tindakan rehabilitasi medik adalah
memberikan atau tidak memberikan tindakan rehabilitasi
medik yang diperlukan yang tidak sesuai dengan rencana
asuhan dan atau tidak sesuai dengan pedoman / standar
pelayanan rehabilitasi medik
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah seluruh pasien yang diprogram rehabilitasi medik
dalam 1 bulan dikurangi jumlah pasien yang mengalami
kesalahan tindakan rehabilitasi medik dalam 1 bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien yang diprogram rehabilitasi medik
dalam 1 bulan.
Sumber data Rekam medis

2
Standar 100 %
Penanggung jawab Kepala instalassi rehabilitasi medik

4. Kejadian Drop Out Pasien Terhadap Pelayanan Rehabilitasi Medik Yang


Direncanakan

Judul Kejadian Drop Out Pasien Terhadap Pelayanan


Rehabilitasi Medik Yang Direncanakan
Dimensi mutu Kesinambungan pelayanan dan efektifitas
Tujuan Tergambarnya kesinambungan pelayanan rehabilitasi
sesuai yang direncanakan
Definisi operasional Drop out pasien terhadap pelayanan rehabilitasi yang
direncanakan adalah pasien tidak bersedia meneruskan
program rehabilitasi yang direncanakan
Frekuensi 3 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 6 bulan
Numerator Jumlah seluruh pasien yang drop out dalam 3 bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien yang diprogram rehabilitasi medik
dalam 3 bulan
Sumber data Rekam medis
Standar ≤ 50 %
Penanggung jawab Kepala instalasi rehabilitasi medik

5. Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan
rehabilitasi medik
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh
pelanggan terhadap pelayanan rehabilitasi medik
Frekuensi 1 bulan

2
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien
yang disurvei (dalam prosen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minimal 50)
Sumber data Survei
Standar ≥ 80 %
Penanggung jawab Kepala instalasi rehabilitasi medik

Anda mungkin juga menyukai