Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya merupakan hakekat dari pembangunan Nasional yang tercantum dalam
UUD 1945. Dari berbagai sasaran pembangunan nasional : pembangunan dibidang
kesehatan yang senantiasa mendapatkan perhatian yang serius sebagai aspek yang
sangat penting dalam upaya peningkatan sumber daya manusia sebagai cermin dari
kualitas hidup masyarakat.
Upaya perkembangan kesehatan awalnya hanya difokuskan pada penyembuhan
saja kemudian berangsur-angsur berkembang mencakup upaya peningkatan kesehatan
(promotif), upaya pencegahan (preventif), upaya pengobatan (kuratif), upaya
pemulihan (rehabilitative). Dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
kesehatan telah membawa perubahan pada pelayanan kesehatan sebagai mana
tercantum dalam kemenkes 1363/MENKES/SK/2001 PASAL 1, Fisioterapi adalah
bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang
daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak,
peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.

B. Ruang Lingkup Pelayanan

Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit meliputi seluruh upaya

kesehatan pada umumnya, yaitu upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

1. Upaya Promotif

Penyuluhan, informasi dan edukasi tentang hidup sehat dan aktivitas yang tepat

untuk mencegah kondisi sakit.

2. Upaya Preventif

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 1


Edukasi dan penanganan yang tepat pada kondisi sakit / penyakit untuk mencegah

dan atau meminimalkan gangguan fungsi atau resiko kecacatan.

3. Upaya Kuratif

Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, dan upaya

rehabilitatif untuk mengatasi penyakit / kondisi sakit untuk mengembalikan dan

mempertahankan kemampuan fungsi.

4. Upaya Rehabilitatif

Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, keteknisan medik

dan upaya rehabilitatif lainnya melalui pendekatan psiko-sosio-edukasi-okupasi-

vokasional untuk mengatasi penyakit / kondisi sakit yang bertujuan

mengembalikan dan mempertahankan kemmapuan fungsi, meningkatkan aktivitas

dan peran serta / partisipasi di masyarakat.

C. Batasan Operasional
1. Pelayanan Rehabilitasi Medik
Adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang
diakibatkan oleh keadaan / kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui paduan
intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai
kemampuan fungsi yang optimal.
Gangguan fungsi berdasarkan international Classification Of Impairment
Disability And Handicap (ICDH), diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Imparment (hendaya)
Adalah keadaan kehilangan atau ketidaknormalan dari kondisi psikologis,
fisiologis, struktur anatomi atau fungsi.
b. Disability (disabilitas)
Adalah segala restriksi atau kekurangan kemampuan untuk melakukan
aktifitas dalam limgkup wajar bagi manusia yang diakibatkan impairmen.
c. Handicap (kecacatan)

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 2


Adalah hambatan dari individu yang diakibatkan oleh hendaya dan disabilitas
yang membatasi pemenuhan peran wajar seseorang sesuai dengan faktor
umur, seks, sosial, dan budaya.

2. Difabel
Adalah sebutan bagi seseorang yang mempunyai keterbatasan fungsional.

3. Pelayanan Fisioterapi (Definisi IFI)


Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi
tubuh sepanjang daur kehidupan tan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan
mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.

4. Pelayanan Terapi Wicara (Definisi IKATWI)


Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk memulihkan dan mengupayakan kompensasi / adaptasi fungsi
komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui pelatihan remediasi, stimulasi
dan fasilitasi (fisik, elektroterapeutis dan mekanis).

5. Pelayanan Terapi Okupasi (Definisi IOTI)


Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan atau
mengupayakan kompensasi / adaptasi untuk aktivitas sehari-hari (Activity Daily
Living), produktifitas dan waktu luang melalui pelatihan remendasi, stimulasi dan
fasilitas.
D. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2007 tentang Penyandang Cacat
3. Undang-undang Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
5. Undang-undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Kesejahteraan Sosial Penyandang
Cacat

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 3


6. Peraturan Pemerintah RI No.7 tahun 1987 Jo SKB No.48/KEMENKES/II/98
tentang penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah dalam Bidang Kesehatan kepada
Pemerintah daerah.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1045 tahun 2006 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 867 tahun 2004 tentang Registrasi dan Praktis
Terapi Wicara.
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 104 tahun 1999 tentang Rehabilitasi Medik
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan
Tindakan Medik
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b tahun 1988 tentang Rumah Sakit
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 749a tahun 1988 tentang Rekam Medis /
Medical Record
13. Kepmenkes No 1363 tahun 2001 tentang Registrasi dan Izin Praktek Fisioterapis
14. Kepmenkes No 1333 tahun 1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
15. Kepmenkes No 983 Tahun 1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
Umum

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 4


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia di Intsalasi Rehabilitasi Medik


Instalasi Rehabilitasi Medik merupakan sarana untuk memberikan pelayanan
Rehabilitasi Medik, yang dilaksanakan oleh Dokter SpRM / Dokter Umum Terlatih
Rehabilitasi Medik, dan tenaga kesehatan terkait yaitu : Fisioterapi, Okupasi terapis,
Terapi Wicara, Ortotis-Prostetis, Pekerja Sosial Medik, Perawat
Kualifikasi sebagai berikut :
1. Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik
Sesuai Standar Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia, Bagian / Departemen
/Instalasi Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit Umum kelas A, B Pendidikan Non
Pendidikan dan kelas C harus dipimpin oleh Dokter SpRM maka sementara dapat
diangkat oleh dokter umum terlatih Rehabilitasi Medik sebagai kepala.

2. SMF Rehabilitasi Medik adalah kelompok Dokter SpRM yang bekerja sesuai
standar profesi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dalam jabatan fungsional.
3. Perawat Rehabilitasi Medik adalah Perawat minimal lulusan D3 keperawatan
dengan pelatihan asuhan Rehabilitasi Medik

4. Tenaga keterapian fisik adalah tenaga keterapian lulusan minimal D3 Fisioterapi /


D3 Okupai Terapi / D3 Terapi Wicara.

5. Tenaga keteknisian medis adalah tenaga keteknisian lulusan STM / SMA dengan
Pelatihan Ortotis Prostetis.

6. Tenaga lain yang terkait (antara lain Psikolog, miniml D3 untuk Pekerja Sosial
Medik, S1 Pendidik Luar Biasa).

7. Penanggung jawab administrasi dan keuangan adalah tenaga lulusan D3


Perumahsakitan.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 5


8. Penanggung jawab pelayanan adalah Dokter SpRM / Dokter Umum / D3
Keterapian Fisik.

9. Penanggung jawab logistik adalah minimal tenaga lulusan SMA.

B. Distribusi Ketenagaan
Pelayanan di Instalasi Rehabilitasi Medik sebagai berikut :
1. Layanan Rehabilitasi Medik Spesialistik : 1 dr.Spesialis
2. Layanan Fisioterapis : 2 orang terapis
3. Layanan Okupasi Terapis : 1 orang
4. Layanan Terapis Wicara : 1 orang
5. Layanan Psikologi :-
6. Layanan Sosial Medik :-
7. Layanan keperawatan rehabilitasi :-
8. Layanan Ortotik Prostetik dengan bengkel :-
lengkap
9. Layanan konseling persiapan vokasional :-

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 6


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
1. Ruang Dokter / SMF
Ukuran : 2,7 x 2,7 Meter
Fasilitas :
a. Bed pemeriksaan 1 buah
b. Meja 1 buah
c. Kursi 1 buah
d. Wastapel 1 buah
e. Kipas angin 1 buah
2. Ruang Ka. Instalasi Rehabilitasi Medik
Ukuran : 2,7 x 4,2 Meter
Fasilitas :
a. Meja 1 buah
b. Kursi 3 buah
c. Kursi tamu 1 set
d. AC 1
3. Ruang Okupasi Terapi
Ukuran : 3,5 x 5 Meter
Fasilitas :
a. Lemari arsip 1 unit
b. Meja tulis 1 unit
c. Kursi 2 unit
d. Matras 2 unit
e. Kursi terapi 2 unit
f. Seluncuran dan tangga 1 unit
g. Feeding ustensile
h. Puzlle laki-laki
i. Puzzle perempuan
j. puzle geometri
k. hula hop

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 7


l. menara kunci geometri
m. menara donat plastik
n. puzle sekuen
o. kipas angin 1
4. Ruang Terapis Wicara
Ukuran : 2,7 x 3,5 Meter
Fasilitas :
a. Lemari 1 unit
b. Meja tulis 1 unit
c. Kursi 1 unit
d. Meja anak 1 unit
e. Kursi anak 2 unit
f. Kipas angin 1
5. Ruang Administrasi
Ukuran : 2 x 2 Meter
Fasilitas :
a. Computer 1 unit
b. CPU 1 unit
c. Meja komputer 1 unit
d. Meja tulis 1 unit
e. Kursi 3 unit
f. Gorden 1 set
6. Ruang Fisioterapi

Ruang Tindakan Modalitas

Ukuran : 3 x 10,5 Meter


Fasilitas :
1. Peralatan / Modalitas Fisioterapi
a. Traksi 1 unit
b. SWD 4 unit
c. MWD 1 unit
d. Ultra sound 2 unit
e. Elektro terapi 3 unit
f. Infra Red 4 unit

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 8


g. Parafin bath 1 unit
h. Laser 2 unit
i. Vibrator 1 unit
j. Paralel bar
k. Static cycle
2. Bed tindakan 4 unit
3. Meja 1 buah
4. Kursi 4 buah
5. Wastapel 1
6. AC 2 unit
7. Ruang Gudang
Ukuran 1,2 x 2,7 Meter
Tempat untuk penyimpanan barang-barang yang tidak terpakai atau rusak.
8. Ruang Tunggu
Ukiuran : 1,5 x 6 Meter
Fasilitas :
a. Kursi Panjang 4 buah
b. Tempat Sampah 1 unit
9. WC karyawan
Ukuran : 1,5 x 1,5 Meter
Fasilitas :
a. Closet jongkok
10. WC Umum / Pasien
Ukuran : 1,5 x 1,5 Meter
Fasilitas :
a. Closet duduk
b. Closet jongkok

A. Standar Fasilitas
1. Sistem Penyediaan Listrik
Sistem penyediaan listrik menggunakan saluran kabel langsung jenis NYY atau
NYFGBY (kabel tanah empat inti) dari panel induk utama rumah sakit ke panel
gedung Rehabilitasi Medik.
Catu daya listrik yang tersedia

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 9


a. Catu dari PLN sebagai suplay utama
b. Catu dari generator set sebagai supay cadangan apabila terjadi gangguan
PLN dengan selang waktu 15 menit.
c. Catu daya peralatan uniteruptible power supply (UPS) atau no break set (NBS
sebagai power back up power selama genereator set belum berfungsi.

2. Sistem Penyaluran / Distribusi Listrik


a. Sistem penyaluran listrik menggunakan system radial pada tegangan 400 volt
dengan tegangan jauh (voltage drop) tidak melebihi 5%, sedangkang
breaking capicity dari breaker yang dipakai adalah nilai diatas arus hubungan
singkat (lcs). Jika memungkinkan jarak dari panel induk utama ke panel
Rehabilitasi Medik, tidak melebihi 50 meter.
b. Penyaluran listrik ke peralatan di Rehabilitasi Medik menggunakan kabel
jenis NYFGBY jika ditanam dalam tanah atau jenis NYY (jika tidak
ditanam) dengan ukuran yang sesuai dengan kapasitas daya yang diperlukan
peralatan dari panel induk ke panel Rehabilitasi Medik dan dari panel
Rehabilitasi Medik ke panel alat.

3. Sistem Pengamanan Penggunaan Daya Listrik Untuk Peralatan


a. Pengamanan Jaringan
Yang perlu diperhatikan adalah kapasitas daya yang terpasang tergantung
dari besar daya peralatang yang digunakan oleh bagian Rehabilitasi Medis,
system tegangan yang digunakan e phase 220 volt/380 volt dengan frekuensi
50 hz atau 1 phase 220 volt.
Kerugian tegangan yang ditimbulkan sebagai akibat dari jarak jaringan atau
pengaruh induksi diukur dimulai dari titik sekunder trafo yang ada di rumah
sakit / sekitar rumah sakit sampai dengan panel peralatan yang ada di
Rehabilitasi Medik.
Toleransi jauh tegangan yang diijinkan untuk peralatan yang ada di
Rehabilitasi Medik MAKSIMUM 6.8 %.
Untuk mengamankan jaringan dari kerugian : memperpendek jarak – jarak
peralatan yang digunakana di Rehabilitasi Medik dengan Trafo/meter PLN,
menyediakan saluran / line husus kabel untuk peralatan di Rehabilitasi

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 10


Medik, memperbesar diameter / ukuran kabel yang digunakan untuk
peralatan rehabilitasi medik.
b. Pengaman Peralatan
Untuk mengamankan peralatan di Ruang Rehabilitasi Medik dari arus bocor
dengan system pembumian/ground.
Menggunakan kabel BC dengan diameter minimal 16mm2 dan pada ujung
kabel dipasang elektroda.
Kabel BC dan elektroda dimasukan ke dalam pipa galvanis yang terlebih
dahulu disolder dan kemudian dicor untuk mencegah korosi.
Pastikan nilai tahanan sesuai dengan ketentuan dengan mengukur besaran
nilai pembumian yang diijinkan.
Resistansi antara alat dan titik pembumian maksimum 0,15 OHM
Untuk menjamin nilai resistensi pembumian sesuai table / ketentuan, agar
pihak rumah sakit melaksanakan pengukuran nilai pembumian secara berkala
setiap setahun sekali.
Untuk mencapai nilai resistensi teresbut, dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa elektroda apabila 1 buah elektroda tidak mencapai
nilai yang diinginkan.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 11


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Ketentuan Umum Pelayanan


Untuk tertib-tertib penyelenggaraan pelayanan di Unit Rehabilitasi Medik RS
menetapkan ketentuan umum pelayanan sebagai berikut:
1. RS menerapkan pelayanan Rehabilitasi Medis yang adequate teratur dan nyaman
untuk memenuhi kebutuhan pasien.

2. Pelayanan Rehabilitasi Medis membuka pelayanan 6 hari kerja dari Senin s.d
Sabtu kecuali hari Libur Nasional dan Cuti Bersama yang ditetapkan oleh
pemerintah.

3. Kkegiatan Operasional Rehabilitasi Medis dari Senin-Kamis pukul 07.00-14.00


WIB, Jum’at pukul 07.00-11.00 WIB, Sabtu pukul 07.00-12.45 WIB.

4. Pada hari dan jam kerja Rehabilitasi Medik Melayani semua pasien baik dari
Rawat Inap, Rawat Jalan / Poliklinik, ICU, ICCU maupun Rujukan dari luar.

5. Poliklinik Rehabilitasi Medis yang terdiri dari Dokter Spesialis RM, Fisioterapi,
Okupasi Terapi, Terapi Wicara, Psikolog, Sosial Medik, Menerima pasien dengan
Rujukan dari poli Spesialis maupun dari fasilitas Kesehatan tingkat satu.

6. Dokter Spesialis RM dapat menerima pasien langsung tanpa rujukan.

7. Dokter Spesialis RM dapat mengkonsulkan ke poli Spesialis yang dan melakukan


pemeriksaan penunjang (Laboratorium, Rontgen).

8. Bagian pasien Rawat Inap, pembebanan biaya pemeriksaan dan tindakan Rehab
Medis dilaksanakan oleh petugas Administrasi melalui system komputer Rumah
Sakit.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 12


9. Pelayanan bagian pasien Rawat Jalan diberikan sesuai prosedur pelayanan Rawat
Jalan, baik Pasien Umum, Kontraktor, ODC maupun BPJS.

B. Persiapan Pelayanan di Instalasi Rehabilitasi Medik

Persiapan pelayanan di instalasi rehabilitasi medik dimulai dari pukul 07.00 WIB
s.d pukul 08.00 WIB. Beberapa hal yang dipersiapkan antara lain :

1. Membersihkan dan mempersiapkan ruang tindakan


2. Mempersiapkan beberapa instrumen dengan cara memanaskan beberapa alat yang
akan digunakan dalam proses pelayanan terutama alat-alat fisioterapi.
3. Mempersiapkan pengentryan data di komputer.
4. Melakukan pencatatan kunjungan pasien.
5. Mencatat kunjungan pasien baru.
6. Melakukan assesment dan pemeriksaan awal pada pasien baru.
7. Melakukan assesment ulang kepada pasien lama.

C. Pelaksanaan Pelayanan
1. Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
a. Melakukan assesment secara umum pada pasien baru dan assesment ulang
pada pasien lama.
b. Mengisi dan melengkapi status rekam medis.
c. Dokter spesialis rehabilitasi medik melakukan assesment sesuai standar
operasional prosedur pemeriksaan rehabilitasi medik spesialistik.
d. Dokter menulis semua hasil pemeriksaan assesment.
e. Dokter menegakkan diagnosis dari hasil assesment.
f. Dokter menulis rencana tindakan selanjutnya. Contoh : fisioterapi, okupasi
terapi, terapi wicara, psikolog, sosial medik, dll.
g. Dokter menuliskan resep untuk program medika mentosa.

2. Fisioterapi
a. Membaca status rekam medik pasien.
b. Melakukan assesment ulang pada pasien .
c. Menentukan rencana program tindakan / latihan.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 13


d. Melakukan aplikasi alat sesuai dengan standar prosedur operasional.
e. Melakukan program latihan dan edukasi.
f. Melakukan evaluasi dan re-evaluasi.
g. Menulis laporan di status pasien.
h. Melakukan entry data di bagian administrasi sebagai laporan harian.

3. Terapi Wicara
a. Membaca status rekam medik pasien .
b. Melakukan assesment ulang pada pasien.
c. Menganalisa masalah dan gangguan pasien.
d. Menentukan rencana program tindakan / latihan.
e. Melaksanakan program latihan dan edukasi.
f. Melakukan evaluasi dan re-evaluasi.
g. Menulis laporan d status pasien.

4. Okupasi Terapi
a. Membaca status rekam medik pasien .
b. Melakukan assesment ulang pada pasien.
c. Menganalisa masalah dan gangguan pasien.
d. Menentukan rencana program tindakan / latihan.
e. Melaksanakan program latihan dan edukasi.
f. Melakukan evaluasi dan re-evaluasi.
g. Menulis laporan d status pasien.

5. Psikolog
a. Membaca status rekam medik pasien .
b. Melakukan assesment ulang pada pasien.
c. Menganalisa masalah dan gangguan pasien.
d. Menentukan rencana program tindakan / latihan.
e. Melaksanakan program latihan dan edukasi.
f. Melakukan evaluasi dan re-evaluasi.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 14


g. Menulis laporan d status pasien.

6. Sosial medik
a. Membaca status pasien dari Dokter Rehab Medik.
b. Melakukan assesment ulang pada pasien.
c. Menggali sistem sumber yang ada di pasien dan keluarga.
d. Membantu memecahkan masalah sosial medik pasien.
e. Menghubungi pihak dinas sosial untuk membantu memecahkan masalah sosial
medik pasien.
f. Membuat surat rekomendasi ke dinas sosial.
g. Membuat berita acara pemulangan pasien jika pasien tidak ada keluarganya.

7. Administrasi
a. Menerima kartu pasien dari rekam medis.
b. Memilah status pasien untuk kebagian unit masing-masing.
c. Melakukan dan membuat rincian biaya.
d. Mencatat dibuku laporan harian.
e. Melakukan pengentryan data ke komputer.
f. Melakukan rekapan seluruh kunjungan pasien.
g. Melakukan rekapan seluruh tindakan.
h. Melakukan rekapan keuangan.

D. Pencatatan pelayanan
1. Pengkajian awal terhadap kondisi pasien
Assesment merupakan proses pengumpulan data baik data pribadi maupun
data pemeriksaan pasien yang kemudian menjadi dasar dari penyusunan program
terapi dan tujuan terapi yang disesuaikan dengan kondisi pasien serta lingkungan
sekitar pasien. Assesment dapat membantu semua profesi dalam team work rehab
medik mengidentifikasi permasalahan yang ada. Kemudian hasil dari identifikasi
ini akan menjadi dasar untuk menentukan rencana dan program, mengevaluasi
perkembangan penderita dan dengan assesment pula akan diketahui metode yang

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 15


sesuai dengan kebutuhan dan kondisi penderita. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam assesment meliputi:
a. Anamnesis
Anamnesis merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
antara terapis dengan sumber data. Dilihat dari segi pelaksanaannya
anamnesis dibedakan atas dua yaitu :
1) Autoanamnesis merupakan anamnesis yang langsung ditujukan kepada
pasien yang bersangkutan.
2) Alloanamnesis merupakan anamnesis yang dilakukan terhadap orang
lain yaitu keluarga, teman atau pun orang terdekat dengan pasien yang
mengetahui keadaan pasien tersebut.
Anamnesis yang dilakukan berupa anamnesis secara umum : nama,
tempat tanggal lahir, alamat, pekerjaan, pendidikan terahir, hobi,
diagnosis medik.
b. Diagnosa
Diagnosa didapat dari hasil pemeriksaan dan pengkajian seluruh assesment
yang dilakukan untuk itu identitas pasien dan assesment harus diisi dan dikaji
selengkap mungkin yang bertujuan untuk menegakkan hasil diagnosis yang
benar.
c. Rencana penanganan pasien.
Apabila diagnosis sudah ditegakkan maka dilakukan penanganan atau
tindakan yang sesuai dengan standar prosedur operasional (SPO) yang
berlaku.
d. Tindakan yang diberikan.
Program pelaksanaan tindakan didasarkan pada pengumpulan data program
dan tujuan yang harus dicapai yaitu tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
e. Evaluasi berkala / akhir keadaan pasien
Evaluasi dilakukan sebelum dan sesudah tindakan. Evaluasi berisi tentang :
S -> subjek / keluhan pasien saat ini
O -> objek / keadaan pasien saat ini
A -> assesment / kajian dari keadaan pasien saat ini
P -> planning / tindakan atau pelaksanaan saat ini.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 16


BAB V

LOGISTIK

A. Bahan Medis Habis Pakai


Bahan medis habis pakai dalam sebulan :
1. Jelly ultrasound : 1 galon
2. Tissu gulung : 20 gulung
3. Alkohol :2 liter
4. Baby oil : 1 liter
5. Sabun anti septik : 4 liter
6. Hand scoon : 100 pasang
7. Masker : 100 buah

B. Instrumen Fisioterapi
1. Instalasi listrik : 10.500 watt
2. Instalasi air
3. Tempat ruangan atau gedung
a. Ruang periksa
b. Ruang tindakan
c. Ruang latihan / gymnasium
4. Peralatan Fisioterapi
a. Diathermy
b. Traksi
c. Ultra sound
d. Elektro terapi
e. Bed periksa
5. Gymnasium
a. Paraler bar
b. Matras
c. Alat-alat exercise

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 17


BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Sasaran keselamatan pasien adalah mendorong peningkatan spesifik dalam
keselamatan pasien. Sasaran ini menyoroti area yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menguraikan tentang solusi atas konsensus yang berbasis bukti dan
keahlian tentang permasalahan keselamatan. Dengan pengakuan bahwa desain /
rancangan sistem yang baik menyatu dalam pemberian asuhan yang aman dan
bermutu tinggi yang bertujuan sasaran umumnya difokuskan pada solusi secara
sistem.

B. Tujuan
1. Untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang sesuai efektif dan episien.
2. Mengurangi atau mengeliminasi pengelolaan kesalahan pemakaian obat.
3. Mengurangi kesalahan pemakaian alat atau instrument.
4. Mengurangi resiko pasien jatuh.
5. Mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.

C. Tatalaksana Keselamatan Pasien


1. Meningkatkan ketepatan identifikasi pasien.
2. Meningkatkan komunikasi efektif.
3. Meningkatkan pengawasan pemakaian obat.
4. Mengurangi resiko infeksi.
5. Mengurangi resiko jatuh.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 18


BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Kecelakaan Kerja
Lingkungan kerja rumah sakit merupakan faktor yang sangat penting dalam
menjamin kesehatan dan keselamatan kerja karyawan, pengunjung maupun pasien.
Bahaya yang berhubungan dengan lingkungan kerja rumah sakit harus dikenal dan
dikoreksi, oleh sebab itu dalam pencegahan dan pengendaliannya perlu menggunakan
pendekatan teknis lapangan sesuai dengan kondisi yang berhubungan dengan faktor
fisik, kimia dan biologi.
Di samping itu pengendalian lingkungan merupakan metode teknis untuk
menurunkan tingkat faktor bahaya lingkungan sampai batas yang mmasih dapat
ditolerir manusia dan lingkungan atau Nilai Ambang Batas (NAB). Penilaian terhadap
lingkungan sangat diperlukan untuk mengetahui secara kuantitatif tingkat bahaya dari
lingkungan yang timbul dengan cara melakukan inspeksi, memeriksa dan pengecekan
efektifitas alat/mesin dalam mengurangi faktor bahaya lingkungan.
Petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit dan Keselamatan
Kesehatan Lingkungan Kerja perlu melakukan engineering surveillance system yang
ada dilingkungan rumah sakit yaitu :
1. Sistem Kelistrikan
Supply energi PLN, panel tegangan menengah, trafo, panel distribusi, instalasi
stop kontak, generator, UPS dan grounding.
2. Sistem Air Conditioning
Chiller, air handling unit, fan coil, ducting, diffuser/grille, filter, sistem sirkulasi
udara.
3. Sistem Distribusi Air Bersih
Suplai dari PAM / sumur, reservoir, water treatment, pompa pressure tank,
distribusi, outlaate, sanitair.
4. Sistem Pembuangan Air Kotor
Saluran pipa pembuangan, bak pengumpul, trap, STP atau IPAL.
5. Sistem Deteksi Kebakaran
Heat and smoke detector, alarm, announciator

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 19


6. Sistem Penanggulangan Kebakaran
Exthinguister, hydrant, sprinkle, peralatan evakuasi.
7. Sistem Medical Gas
O2, N2O, Compress air, Vaccum air.
8. Sistem Uap Dan Air Panas
Steam boiler, hot water tank, steam generator, steam trap.
9. Sistem komunikasi
PABX dan telepon, nurse call, pagging
10. Sistem audio dan video
TV, Sound Sistem
11. Sistem proteksi radiasi
12. Sistem security
CCTV, Magnetic card, infra red,
13. Sistem sterilisasi
14. Sistem bahan bakar
Solar, LPG, gas kota, minyak tanah, oil.
15. Pembuangan limbah
Bak sampah, jalur transportasi dan insenerator.

Sistem engineering tersebut mempunyai kemungkinan berakibat langsung


maupun tidak langsung bagi kegagalan dan kecelakaan kerja, oleh sebab itu sistem
engineering harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Kapasitas harus cukup episien.
2. Kualitas kemampuan harus baik.
3. Keandalan optimum.
4. Kesinambungan fungsi terjamin.
5. Keamanan dan keselamatan pengguna harus terjamin.

Bahaya yang timbul dari sistem engineering tersebut adalah kebakaran,


konsleting, kontak dengan cairan atau bahan panas, kebocoran radiasi, pengarih
medan magnet, ledakan, gangguan pencemaran, gangguan mekanis, infeksi
nosokomial, luka bakar dan lain sebagainya. Apabila semua pegawai sudah
mengetahui kemungkinan terjadinya bahaya tersebut maka mereka selalu akan
waspada dan siap menghadapi serta selain berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 20


dan resiko kecelakaan kerja. Semua karyawan perlu mengenal dan mengetahui
tempat-empat beresiko terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakan kerja di rumah
sakit antara lain :
1. Resiko Infeksi
a. Bangasal Perawatan
b. Ruang Isolasi
c. Instalasi Bedah Sentral
d. Pemulasaran Jenazah
e. Instalasi Gawat Darurat
f. Laboratorium
g. Bak Penampungan Limbah
h. Bak Penampungan Sampah
2. Resiko Kecelakaan
a. Radiologi
b. Farmasi
c. Laboratorium
d. Jalan menuju ruang I.I
e. Instalasi Bedah Sentral
f. Instalasi Gawat Darurat
g. Laundry
3. Resiko Kebakaran
a. Radiologi
b. Instalasi Gawat Darurat
c. ICU
d. Instalasi Bedah Sentral
e. Pantri / Gizi
f. Panel distribusi listrik
g. Instalasi stop kontak
h. Laundry
i. Tempat penyimpanan gas LPG, O2,N2O, bahan bakar
4. Resiko Radiasi
a. Radiologi
b. Instalasi Rehabilitasi Medik

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 21


5. Adanya curahan kaustik atau bahan kimia dalam jumlah banyak
a. Apotik
b. Gudang Farmasi
c. laboratorium

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 22


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Angka Kesalahan Tindakan


Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk
menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa pelayanan
yang diproduksi. Pengendalian kualitas pelayanan pada dasarnya adalah pengendalian
kualitas kerja dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan (quality of
customer’s satisfaction) yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian di RSUD
dr.Soekardjo Tasikmalaya.
Pengertian pengendalian kualitas pelayanan di atas mengacu pada siklus
pengendalian (control cycle) dengan memutar siklus “Plan-Do-Check-Action” (P-D-C-
A) = Relaksasi (rencanakan-laksanakan-periksa-aksi). Pola P-D-C-A ini dikenal sebagai
“siklus Shewart”, karena pertama kali ditemukan oleh Walter Shewhart beberapa puluh
tahun yang lalu. Namun dalam perkembangannya, metodologi analis P-D-C-A lebih
sering disebut “siklus Deming”. Hal ini karena Deming adalah orang yang
mempopulerkan penggunaannya dan memperluas penerapannya, dengan nama apapun
itu disebut, P-D-C-A adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara
terus menerus (continous improvement) tanpa berhenti.
Konsep P-D-C-A merupak panduan bagi setiap manajer untuk proses perbaikan
kualitas (quality improvement) secara terus menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke
keadaan yang lebih baik dan dijalankan diseluruh bagian organisasi, seperti tampak pada
gambar 1.
Dalam gambar 1 tersebut, pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan dan
pencarian sebab-sebabnya serta penentu tindakan koreksinya, harus selalu didasarkan
pada fakta. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur subyektifitas dan
pengambilan kkeputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang bersifat emosional.
Selain itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan dipecahkan dan sebagai
patokan perbaikan selanjutnya perusahaan harus menetapkan standar pelayanan.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 23


A P
Pemecaahan
Masalah dan
peningkatan

C D
A P

C D Standarv Pemecahan masalah


Dan peningkatan

Standar

Gambar 1. Siklus dan Proses Peningkatan PDCA

Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan menggunakan diagram sebab akibat atau
diagram tulang ikan (fish- bone). Diagram tulang ikan adalah alat untuk menggambarkan
penyebab-penyebab suatu masalah secara rinci. Diagram tersebut memfasilitasi proses
identifikasi masalah sebagai langkah awal untuk menentukan fokus perbaikan,
mengembangkan ide pengumpulan data, mengenali penyebab terjadinya masalah dan
menganalisa masalah tersebut. Diagram tulang ikan diperlihatkan pada hambar 2.

Materials methods Machines

Problem

Measurement Envinonment People

Time

Gambar 2. Diagram Tulang Ikan

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 24


Langkah – langkah menggambarkan diagram tulang ikan

1. Masalah yang akan dianalisa diletakkan di sebelah kanan (kepala tulang ikan).
2. Komponen struktur dan proses masalah diletakkan pada sirip ikan (manusia,
mesin/peralatan, metode, material, lingkungan).
3. Kemudian dilakukan diskusi untuk menganalisa penyebab masalah pada setiap
komponen struktur dan proses tersebut.

Hubungan pengendalian kualitas pelayanan dengan peningkatan perbaikan


berdasarkan siklus P-D-A-C (Relationship between control and improvement under P-D-
C-A cycle) diperlihatkan dalam gambar 2.

Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-A-C hanya dapat berfungsi jika sistem
informasi berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat dijabarkan dalam enam langkah
seperti diperlihatkan dalam gambar 2.

Plan Do Check Action

Follow-up
Corrective
Action

Imprivement

Gambar 3. Relationship Between Control and Improvement Under P-D-A-C Cycle

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 25


Action Plan
(6)mengambil (1)menentukan tujuan
Tindakan
Yang tepat

(2)menetapkan
metode untuk
mencapai
tujuan

(3)Menyelengg
arakan
pendidikan dan
latihan
(5)
Memeriksa (4)
Akibat pelaksana melaksana
Kan pekerjaan
Do

Check

Gambar 4. Sikluus PDCA

Keenam langkah P-D-C-A yang terdapat dalam gambar 4 diatas dapat dijelaskan sebagai
berikut :

1. Langkah 1 : menentukan tujuan dan sasaran Plan


Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Kepala RS atau Kepala Divisi. Penetapan
sasaran didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi. Sasaran ditetapkan
secara konkret dalam bentuk angka, harus pula diungkapkan dengan maksud tertentu
dan disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan yang
hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
2. Langkah 2 : menentukan metpde untuk mencapai tujuan Plan

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 26


Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa
disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode tang ditetapkan harus rasional,
berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk
menggunakannya. Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan
perlu pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti
oleh semua karyawan.
3. Langkah 3 : menyelenggarakan pendidikan dan latihan Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat
dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk
memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
4. Langkah 4 : melaksanakan pekerjaan Do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan
standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah. Oleh
karena itu, keterampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal dasar
untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena
ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.
5. Langkah 5 : memeriksa akibat pelaksanaan Check
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik atu
tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan. Hal yang harus
disampaikan kepada karyawan adalah atas apa dasar pemeriksaan itu dilakukan. Agar
dapat dibedakan manakah penyimpangan dan manakah yang bukan penyimpangan,
maka kebijakan dasar, tujuan, metode (standar kerja) dan pendidikan harus dipahami
dengan jelas baik oleh karyawan maupun oleh manajer. Untuk mengetahui
penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan
setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya.
6. Langkah 6 : mengambil tindakan yang teapat Action
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan
penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab timbulnya
penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar tidak
terulang lagi penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah
mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi yang penting dalam pengendalian
kualitas pelayanan.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 27


Konsep PDCA dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang
efektif untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang
akan dicapai diperlukan partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses.
Partisipasi semua karyawan dalam pengendalian kualitas pelayanan diperlukan
kesungguhan (sincerety), yaitu sikap yang menolak adanya tujuan yang semata-mata
hanya berguna bagi siri sendiri atau menolak cara berfikir dan dan berbuat yang semata-
mata bersifat pragmatis. Dalam sikap kesungguhan tersebut yang dipentingkan bukan
hanya sasaran yang akan dicapai, melainkan juga cara bertindak seseorang untuk
mencapai sasaran tersebut.

Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup semua


jenis kelompok karyawan yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas
kualitas pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam pengendalian
kualitas pelayanan dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya terhadap output, tetapi
terhadap hasil proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu pelayanan berkualitas
tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jika terhadap pengendalian kualitas dalam setiap
tahapan dari proses. Dimana dalam setiap tahapan proses dapat dijamin adanya
keterpaduan, kerjasama yang baik antara kelompok karyawan dengan manajemen,
sebagai tanggung jawab bersama untuk menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok.
Sebagai mata rantai dari suatu proses.

B. Angka Kecepatan Menjawab Konsul (Response Time)

Jumlah pasien dengan jawaban konsul < 24 jam

Jumlah pasien rawat inap yang dikonsulkan / jangka waktu tt.

Definisi operasional :

Kecepatan menjawab konsul dihitung dari saat penerimaan konsul sampai saat
pelaksanaan pemeriksaan RM, dihitung dalam satuan jam.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 28


BAB IX
PENUTUP

Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soekardjo telah menyelenggarakan pelayanan


Rehabilitasi Medik yang komprehensif sesuai dengan ketentuan dari pedoman pelayanan
Rehabilitasi Medik kelas A, B, C, dan D edisi ketiga Tahun 2007. Diharapkan dengan
tersusunnya buku pedoman pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik ini dapat menjadi standar
pelayanan dibidang kedokteran fisik dan rehabilitasi beserta layanan penunjangnya yaitu
keterapian fisik, keteknisian medis dan layanan lain yang terkait.
Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya sebagai sarana pelayanan
kesehatan untuk masyarakat umum, merupakan tempat berkumpulnya orang sakit maupun
orang sehat yang memungkinkan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan, gangguan
kesehatan dan atau didapat menjadi penyebab penularan penyakit.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang dalam kegiatan sehari-hari sebagai
penyedia pelayanan kesehatan dapat dipastikan menghasilkan berbagai jenis sampah ataupun
limbah baik berupa sampah/limbah domestik maupun sampah/limbah infeksius.
Sampah/limbah rumah sakit apabila tidak dikelola dengan baik dan benar akan menjadi
sumber penyakit bagi masyarakat dilingkungan Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soekardjo
Kota Tasikmalaya sendiri maupun masyarakat di luar lingkungan. Serta menjadi
berkembangbiaknya lalat, nyamuk, kecoa, tikus, kucing dan berbagai vektor penyakit di
samping menjadi sumber pencemaran terhadap air, tanah dan udara. Yang pada ahirnya
bermuara kepada penurunan derajat kesehtan terhadap masyarakat di luar Rumah Sakit.

DIREKTUR RSUD dr.SOEKARDO


KOTA TASIKMALAYA

Dr.H.WASISTO HIDAYAT, M.Kes

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 29

Anda mungkin juga menyukai