Anda di halaman 1dari 20

UNIT FISIOTERAPI

No. Dokumen:
B/FIS/001/05/2017
No. Revisi: 0
PEDOMAN
Tanggal diberlakukan:
01-05-2017
Halaman:1/20

PUSKESMAS dr. Efy Kusumawati, MKes


JATINOM NIP. 196810161997032003

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan , serta pelayanan yang
penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan dan kode etik profesi yang
telah ditetapkan. Adapun kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan tidak
lepas dari kesiapsiagaan sumber daya manusia dan sarana prasarana/alat dalam
melayani pasien.
Pelayanan Fisioterapi adalah pelayanan kesehatan yang mengupayakan
peningkatan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien sesuai dengan
potensi yang dimiliki untuk mempertahankan ataupun meningkatkan kualitas hidup.
Pelayanan fisioterapi merupakan bagian dari Rehabilitasi Medik dalam
mengupayakan peningkatan kualitas kesehatan dengan cara pencegahan,
peningkatan, penyembuhan dan pemulihan gangguan sistem gerak dan fungsi.
Puskesmas Jatinom menyediakan sarana dan prasarana fisioterapi yang memadai
standar pelayanan dan tenaga Fisioterapis profesional.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dapat dilakukan dari berbagai
aspek pelayanan seperti peningkatan kualitas fasilitas kesehatan, peningkatan
kualitas profesionalisme sumber daya manusia dan peningkatan kualitas
manajemen puskesmas. Pelayanan yang berkualitas harus dijaga dengan
melakukan pengukuran secara terus menerus, agar diketahui kelemahan dan
kekurangan dari jasa pelayanan yang diberikan dan dibuat tindak lanjut sesuai
prioritas permasalahannya.

B. TUJUAN
Sebagai acuan penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di Puskesmas Jatinom
untuk:
1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan fisioterapi sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peraturan
perundang-undangan.
2. Meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap pelayanan
fisioterapi di Puskesmas Jatinom.

C. SASARAN
Sasaran Pedoman Pelayanan Ruang Fisioterapi adalah Tenaga Fisioterapi
sebagai pelaksana kegiatan dan seluruh masyarakat. Baik yang berada di wilayah
kerja puskesmas Jatinom ataupun dari luar wilayah, baik yang mempunyai asuransi
kesehatan yang bekerja sama dengan puskesmas ataupun Umum.

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Pelayanan Ruang Fisioterapi adalah pelayanan di puskesmas
jatinom yang diberikan kepada pasien yang indikatif fisioterapi. Baik yang datang
atas kemauan sendiri, rujukan dari tenaga kesehatan lain, rujukan dari fasilitas
kesehatan lain ataupun rujukan intern dari ruang BP Umum, ruang KIA, rawat inap.

E. BATASAN OPERASIONAL
Adalah pelayanan fisioterapi yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fisik
dan kemampuan fungsional terutama pada gangguan gerak, untuk
mempertahankan ataupun meningkatkan kualitas hidup individu dengan cara
pencegahan, pemuli han, penyembuhan dan peningkatan derajat kesehatan.
Dengan menggunakan sarana prasarana dasar pelayanan fisioterapi.
Pencegahan dan peningkatan dapat dilakukan dengan cara edukasi, penyuluhan
dan atau bimbingan kepada pasien baik secara individu ataupun kelompok, agar
gangguan gerak dan fungsi tubuh dapat dicegah dan derajat kesehatan masyarakat
meningkat.
Sedangkan penyembuhan dan pemulihan dilakukan bagi mereka yang
mengalami gangguan gerak dan fungsi tubuh. Dengan menggunakan sarana,
prasarana dan peralatan dasar fisioterapi yang ada di puskesmas Jatinom.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Dalam melakukan pelayanan yang baik, tenaga fisioterapi harus memenuhi
kriteria-kriteria dibawah ini :
1. Harus memenuhi persyaratan administrasi dan memiliki kompetensi
dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dibidang
fisioterapi:
a. Memiliki ljazah dari institusi pendidikan yang terakreditasi.
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi dari Majelis Tenaga Kesehatan
Pusat.
c. Memiliki Surat ljin Praktik ataupun Surat Ijin Kerja dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Klaten.
2. Memiliki kesehatan fisik dan mental.
3. Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan pasien, masyarakat
dan profesi lain.
4. Berpenampilan profesional, bersih, rapi dan menggunakan atribut praktik
( tanda pengenal, papan nama dan lain-lain).

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pelayanan fisioterapi di Puskesmas Jatinom dilakukan oleh fisioterapis yang
hanya berjumlah satu orang saja, hal tersebut sesuai dengan PMK No 65 th 2015
tentang Standar Pelayanan Fisioterapi, BAB IV poin A, yaitu Pemenuhan sumber
daya manusia fisioterapis di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan berdasarkan
analisis beban kerja dan/atau rasio pelayanan pasien/klien per hari kerja (1
fisioterapis = 8-10 pasien/klien per hari kerja) dengan mempertimbangkan
kebutuhan kualifikasi fisioterapis yang sesuai.

C. JADWAL KEGIATAN PELAYANAN


1. Pelayanan hanya dilakukan pada hari kerja Senin s/d Kamis jam 07.30-
14.00, hari Jumat jam 07.30-11.00 dan hari Sabtu jam 07.30-12.30.
Pelayanan tidak dilakukan pada hari libur, cuti, ijin ataupun kegiatan
kedinasan.
2. Apabila petugas Fisioterapi tidak dapat melaksanakan tugas karena
melaksanakan tugas kedinasan atau ijin sakit atau cuti maka diberitahukan
kepada calon pasien fisioterapi dengan koordinasi Ruang Pendaftaran,
Ruang BP Umum, Ruang KIA dan Rawat Inap.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
1. Pintu
2. Tempat tidur dan bantal periksa
3. Troli/meja alat fisioterapi
4. Kursi pasien/keluarga
5. Meja
6. Kursi petugas
7. Sumber arus =

Denah Ruang Fisioterapi

4
1
5 6
4 UTARA
23

2
B. STANDAR FASILITAS

Fasilitas berupa sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia, yang


digunakan dalam rangka pelayanan fisioterapi dengan memperhatikan aspek
optimalisasi pelayanan tanpa mengesampingkan keselamatan.
1. Sarana dan Prasarana
Ketersediaan ruang pelayanan yang memadai dengan fasilitas seperti
tempat tidur periksa, meja dan kursi untuk kegiatan tulis menulis dan
anamnesa, meja troli untuk penempatan alat-alat fisioterapi. Ruang dan atau
kursi tunggu. Yang kesemuanya juga dapat mengakomodir pasien-pasien
yang difable/mengalami kecacatan.
Stop kontak sebagai sumber arus yang aman dan mudah dijangkau.
2. Alat fisioterapi
Peralatan fisioterapi yang tersedia pada Ruang Fisioterapi antara lain:
a. Electrical Stimulation.
b. Infra Red Therapy.
c. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation.
d. Stetoskop.
e. Meteran atau penggaris.
f. Tabung reaksi.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. RUANG LINGKUP.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh fisioterapi secara mendasar di
puskesmas Jatinom adalah preventif/pencegahan, promotif/peningkatan dan
curatif/penyembuhan serta rehabilitatif/pemulihan pada gangguan kapasitas fisik dan
kemampuan fungsional, terkhusus pada gangguan sistem gerak fungsional.

B. METODE.
Dibedakan menjadi dua macam berdasarkan tempat kegiatannya:
1. Didalam Gedung:
Kegiatan didalam gedung lebih ditekankan pada kuratif dan rehabilitatif
meskipun tidak meninggalkan aspek preventif dan promotif. Bentuk tindakan
kuratif dan rehabilitatif adalah intervensi yang dilakukan langsung terhadap
pasien dengan menggunakan modalitas fisioterapi yang ada di puskesmas.
Sementara aspek preventif dan promotif adalah pelatihan, pendampingan dan
penyuluhan serta pendidikan. Baik kepada pasien, keluarga pasien ataupun
masyarakat umum yang datang ke Puskesmas Jatinom.
2. Diluar Gedung:
Kegiatan diluar gedung menitik beratkan pada aspek preventif dan
promotif. Yaitu untuk pencegahan dan peningkatan disfungsi gerak pada
individu ataupun kelompok. Metode yang digunakan adalah pelatihan,
pendampingan dan penyuluhan serta pendidikan. Baik terhadap masyarakat
luas ataupun pada pasien dan keluarganya.

C. LANGKAH KEGIATAN.
Langkah Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Assesmen
Memuat data-data anamnesa seperti: identitas umum, vital sign,
riwayat keluhan, pemeriksaan-pemeriksaan khusus (seperti: nyeri,
LGS, antropometri, endurance, keseimbangan, dll) serta pemeriksaan
penunjang yang mungkin diperlukan (seperti: foto Rongent,
pemeriksaan laborat, MRI, dll)
b. Diagnosa Fisioterapi
Diagnosa Fisioterapi adalah pernyataan yang menggambarkan
keadaan pasien/klien yang dihasilkan dari analisis dari pemeriksaan
dan pertimbangan klinis fisioterapi yang dapat menunjukkan adanya
disfungsi/potensi disfungsi gerak mencakup gangguan fungsi tubuh,
struktur tubuh, keterbatasan aktifitas dan hambatan masyarakat.
c. Perencanaan Intervensi
Fisioterapis melakukan perencanaan intervensi dengan berdasarkan
pada hasil assesmen, diagnosis fisioterapi, prognosis dan indikasi-
kontra indikasi.
Perencanaan harus mengandung tujuan, rencana penggunaan
modalitas fisioterapi, dosis dan program. Dan harus diinformasikan
kepada pasien/klien dan atau keluarganya.
d. Intervensi
Berupa implementasi dan aplikasi dari Perencanaan Intervensi yang
mengutamakan hak, kenyamanan dan keselamatan pasien/klien.
e. Evaluasi/Re-evaluasi
Dilakukan sesuai dengan Perencanaan Intervensi berupa kesimpulan
dari hasil intervensi termasuk pada penghentian program dan atau
merujuk pada dokter atau profesi lain.
f. Komunikasi dan Edukasi
Dilakukan baik kepada profesi lain ataupun pasien dan atau
keluarganya.
Bila terfokus pada pasien dan keluarganya, kegiatan dapat berupa
komunikasi dua arah, penyuluhan dan edukasi tentang kondisi pasien,
diagnosa, perencanaan intervensi, intervensi dan home program serta
hasil yang diharapkan/direncanakan.
g. Dokumentasi
Pencatatan harus dilakukan secara lengkap, akurat dan final.
Dokumentasi ini dilakukan sebagai acuan dalam evaluasi/reevaluasi
dan dicatat pada lembar rekam medis, lembar resep dan buku register
fisioterapi.
BAB V
LOGISTIK

Di dalam ruang fisioterapi, sebagian besar pelayanan menggunakan aplikasi


alat-alat fisioterapi. Hal tersebut mengharuskan kita untuk menyediakan fasilitas.
Baik berupa peralatan/modalitas fisioterapi ataupun bahan habis pakai.
Bahan habis pakai yang digunakan di ruang fisioterapi adalah ultrasoundgell
dan tisue atau lap. Ultrasoundgell adalah gel dengan bahan dasar air yang
hypoalergen yang biasa digunakan untuk ultrasoundgraf, doppler, dll. Selain itu air
biasa dan air panas sebagai alat untuk tes sensibilitas kulit.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem di mana puskesmas


membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. Hak pengguna
2. Mendidik pengguna dan keluarga
3. Keselamatan pengguna dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pengguna
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pengguna
6. Mendidik staf tentang keselamatan pengguna
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pengguna
tindakan yang seharusnya diambil

Standar I. Hak Pengguna


Standar:
Pengguna dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria:
1.1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
1.2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
1.3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara
jelas dan benar kepada pengguna dan keluarganya tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pengguna termasuk
kemungkinan terjadinya insiden.

Standar II. Mendidik Pengguna dan Keluarga


Standar:
Puskesmas harus mendidik pengguna dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pengguna dalam asuhan pengguna.
Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pengguna yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu
di puskesmas harus ada sistem dan mekanisme mendidik pengguna dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pengguna dalam asuhan
pengguna.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pengguna dan keluarga dapat:
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pengguna dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Standar III. Keselamatan Pengguna Dalam Kesinambungan Pelayanan


Standar:
Puskesmas menjamin keselamatan pengguna dalam kesinambungan
pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria:
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pengguna
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pengguna keluar dari puskesmas.
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna
dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh
tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
Standar IV. Penggunaan Metode-metode Peningkatan Kinerja Untuk
Melakukan Evaluasi dan Program Peningkatan Keselamatan Pengguna
Standar:
Puskesmas harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pengguna.
Kriteria:
4.1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan pengguna,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat,
dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
4.2. Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.
4.3. Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4.4. Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.

Standar V. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pengguna


Standar:
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pengguna secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pengguna Puskesmas “.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pengguna dan program menekan atau mengurangi insiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pengguna.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji dan meningkatkan kinerja puskesmas serta meningkatkan
keselamatan pengguna.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja puskesmas dan keselamatan pengguna.
Kriteria:
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pengguna.
5.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden.
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan
pengguna.
5.4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pengguna yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis
Akar Masalah “Kejadian Nyaris Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan
informasi menggunakan criteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja puskesmas dan keselamatan pengguna, termasuk rencana
tindak lanjut dan implementasinya.
5.6. Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan
pengguna mulai dilaksanakan.
5.7. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan
dengan “Kejadian Sentinel”.
5.8. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan antar
disiplin.
5.9. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan keselamatan pengguna, termasuk
evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.

Standar VI. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pengguna


Standar:
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pengguna secara
jelas.
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pengguna.
Kriteria:
6.1. Setiap puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi
bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pengguna sesuai dengan
tugasnya masing-masing.
6.2. Setiap puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pengguna dalam
setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.
6.3. Setiap puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan
kolaboratif dalam rangka melayani pengguna.

Standar VII. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staff Untuk Mencapai


Keselamatan Pengguna
Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pengguna.
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragam terhadap


keselamatan, terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar gedung yang
dapat timbul dari lingkungan tempat kerja, proses kerja, cara kerja, alat dan bahan
kerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.
Tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang
ditimbulkannya adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian
resiko dengan benar sehingga terhindar dari berbagai masalah yang ditimbulkan
akibat pekerjaan
Di dalam pelayanannya, petugas fisioterapi menggunakan alat-alat dengan
kandungan arus listrik. Untuk menghindari terjadinya kejadian yang tidak diinginkan
maka harus dilakukan beberapa tindakan, antara lain:

1. Kalibrasi secara rutin terhadap alat-alat yang digunakan dalam pelayanan


fisioterapi dimana alat-alat tersebut menggunakan listrik sebagai sumber
daya. Terutama alat-alat pembangkit arus frekuensi tinggi, seperti Ultrasound
Terapi. Selain demi keamanan petugas fisioterapi, juga demi keamanan
pasien serta demi efektifitas dan efisiensi alat sesuai standart yang berlaku.
2. Pemeriksaan terhadap instalasi listrik di ruang fisioterapi, sehingga tidak
terjadi kebocoran arus, yang dapat mengakibatkan kejadian-kejadian yang
tidak diinginkan seperti tersengat listrik, luka bakar atau bahkan kematian.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Mutu adalah sesuatu tujuan yang harus diupayakan demi tercapainya pelayanan
prima yang efektif dan efisien. Dimana kesemuanya bermuara pada kepuasan
pelanggan yaitu pasien dan keluarga pasien.
Untuk mengendalikan mutu harus ada standarisasi yang baku yang menjadi
rujukan. Antara lain berupa:
1. Sumber Daya Manusia sebagai pelaksana fisioterapi dengan standar yang
baku seperti minimal pendidikan, syarat administrasi (STR, SIPF/SIK),
kewenangan, hak dan kewajiban, dll.
2. Adanya prosedur yang jelas berupa Pedoman, Panduan, KAK, SOP, dll.
3. Konsistensi dari pelaksanaan prosedur tersebut secara berurutan dan
menyeluruh.
4. Adanya Survey Kepuasan Pelanggan sebagai salah satu element
indikatornya.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Fisioterapi disusun agar terselenggara pelayanan


fisioterapi yang bermutu, terukur dan dapat dipertangungjawabkan, memperjelas
tugas dan fungsi fisioterapis sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya, serta
diperolehnya kesamaan persepsi dan interpretasi dalam menjalankan tugas, fungsi,
tanggung jawab serta hak dan kewajiban tiap individu di pelayanan fisioterapi.
Sehingga dapat memberikan kontribusi untuk mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal berorientasi pada keselamatan pasien/klien dan kepuasan
masyarakat.
Oleh karena itu, Pedoman Pelayanan Fisioterapi pada Pusat Kesehatan
Masyarakat Jatinom ini menjadi salah satu bagian penting dari upaya peningkatan
mutu pelayanan kesehatan secara keseluruhan dan akan dilakukan bimbingan,
monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
PEDOMAN PELAYANAN
UNIT FISIOTERAPI
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ___________________________________________________________ i


BAB I PENDAHULUAN _______________________________________________ 1
A. LATAR BELAKANG______________________________________________ 1
B. TUJUAN ________________________________________________________ 2
C. SASARAN_______________________________________________________ 2
D. RUANG LINGKUP________________________________________________ 2
E. BATASAN OPERASIONAL_________________________________________ 2

BAB II STANDAR KETENAGAAN______________________________________ 4


A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA __________________________ 4
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN_______________________________________ 4
C. JADWAL KEGIATAN _____________________________________________ 4

BAB III STANDAR FASILITAS__________________________________________ 6


A. DENAH RUANG__________________________________________________ 6
B. STANDAR FASILITAS_____________________________________________ 7

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN _________________________________ 8


A. RUANG LINGKUP ________________________________________________ 8
B. METODA ________________________________________________________ 8
C. LANGKAH KEGIATAN____________________________________________ 8

BAB V LOGISTIK ____________________________________________________ 11

BAB VI KESELAMATAN SASARAN ____________________________________ 12

BAB VII KESELAMATAN KERJA_______________________________________ 18

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ______________________________________ 19

BAB IX PENUTUP ____________________________________________________ 20

Anda mungkin juga menyukai