No. Dokumen:
B/FIS/001/05/2017
No. Revisi: 0
PEDOMAN
Tanggal diberlakukan:
01-05-2017
Halaman:1/20
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan , serta pelayanan yang
penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan dan kode etik profesi yang
telah ditetapkan. Adapun kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan tidak
lepas dari kesiapsiagaan sumber daya manusia dan sarana prasarana/alat dalam
melayani pasien.
Pelayanan Fisioterapi adalah pelayanan kesehatan yang mengupayakan
peningkatan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien sesuai dengan
potensi yang dimiliki untuk mempertahankan ataupun meningkatkan kualitas hidup.
Pelayanan fisioterapi merupakan bagian dari Rehabilitasi Medik dalam
mengupayakan peningkatan kualitas kesehatan dengan cara pencegahan,
peningkatan, penyembuhan dan pemulihan gangguan sistem gerak dan fungsi.
Puskesmas Jatinom menyediakan sarana dan prasarana fisioterapi yang memadai
standar pelayanan dan tenaga Fisioterapis profesional.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dapat dilakukan dari berbagai
aspek pelayanan seperti peningkatan kualitas fasilitas kesehatan, peningkatan
kualitas profesionalisme sumber daya manusia dan peningkatan kualitas
manajemen puskesmas. Pelayanan yang berkualitas harus dijaga dengan
melakukan pengukuran secara terus menerus, agar diketahui kelemahan dan
kekurangan dari jasa pelayanan yang diberikan dan dibuat tindak lanjut sesuai
prioritas permasalahannya.
B. TUJUAN
Sebagai acuan penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di Puskesmas Jatinom
untuk:
1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan fisioterapi sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peraturan
perundang-undangan.
2. Meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap pelayanan
fisioterapi di Puskesmas Jatinom.
C. SASARAN
Sasaran Pedoman Pelayanan Ruang Fisioterapi adalah Tenaga Fisioterapi
sebagai pelaksana kegiatan dan seluruh masyarakat. Baik yang berada di wilayah
kerja puskesmas Jatinom ataupun dari luar wilayah, baik yang mempunyai asuransi
kesehatan yang bekerja sama dengan puskesmas ataupun Umum.
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Pelayanan Ruang Fisioterapi adalah pelayanan di puskesmas
jatinom yang diberikan kepada pasien yang indikatif fisioterapi. Baik yang datang
atas kemauan sendiri, rujukan dari tenaga kesehatan lain, rujukan dari fasilitas
kesehatan lain ataupun rujukan intern dari ruang BP Umum, ruang KIA, rawat inap.
E. BATASAN OPERASIONAL
Adalah pelayanan fisioterapi yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fisik
dan kemampuan fungsional terutama pada gangguan gerak, untuk
mempertahankan ataupun meningkatkan kualitas hidup individu dengan cara
pencegahan, pemuli han, penyembuhan dan peningkatan derajat kesehatan.
Dengan menggunakan sarana prasarana dasar pelayanan fisioterapi.
Pencegahan dan peningkatan dapat dilakukan dengan cara edukasi, penyuluhan
dan atau bimbingan kepada pasien baik secara individu ataupun kelompok, agar
gangguan gerak dan fungsi tubuh dapat dicegah dan derajat kesehatan masyarakat
meningkat.
Sedangkan penyembuhan dan pemulihan dilakukan bagi mereka yang
mengalami gangguan gerak dan fungsi tubuh. Dengan menggunakan sarana,
prasarana dan peralatan dasar fisioterapi yang ada di puskesmas Jatinom.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pelayanan fisioterapi di Puskesmas Jatinom dilakukan oleh fisioterapis yang
hanya berjumlah satu orang saja, hal tersebut sesuai dengan PMK No 65 th 2015
tentang Standar Pelayanan Fisioterapi, BAB IV poin A, yaitu Pemenuhan sumber
daya manusia fisioterapis di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan berdasarkan
analisis beban kerja dan/atau rasio pelayanan pasien/klien per hari kerja (1
fisioterapis = 8-10 pasien/klien per hari kerja) dengan mempertimbangkan
kebutuhan kualifikasi fisioterapis yang sesuai.
4
1
5 6
4 UTARA
23
2
B. STANDAR FASILITAS
A. RUANG LINGKUP.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh fisioterapi secara mendasar di
puskesmas Jatinom adalah preventif/pencegahan, promotif/peningkatan dan
curatif/penyembuhan serta rehabilitatif/pemulihan pada gangguan kapasitas fisik dan
kemampuan fungsional, terkhusus pada gangguan sistem gerak fungsional.
B. METODE.
Dibedakan menjadi dua macam berdasarkan tempat kegiatannya:
1. Didalam Gedung:
Kegiatan didalam gedung lebih ditekankan pada kuratif dan rehabilitatif
meskipun tidak meninggalkan aspek preventif dan promotif. Bentuk tindakan
kuratif dan rehabilitatif adalah intervensi yang dilakukan langsung terhadap
pasien dengan menggunakan modalitas fisioterapi yang ada di puskesmas.
Sementara aspek preventif dan promotif adalah pelatihan, pendampingan dan
penyuluhan serta pendidikan. Baik kepada pasien, keluarga pasien ataupun
masyarakat umum yang datang ke Puskesmas Jatinom.
2. Diluar Gedung:
Kegiatan diluar gedung menitik beratkan pada aspek preventif dan
promotif. Yaitu untuk pencegahan dan peningkatan disfungsi gerak pada
individu ataupun kelompok. Metode yang digunakan adalah pelatihan,
pendampingan dan penyuluhan serta pendidikan. Baik terhadap masyarakat
luas ataupun pada pasien dan keluarganya.
C. LANGKAH KEGIATAN.
Langkah Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Assesmen
Memuat data-data anamnesa seperti: identitas umum, vital sign,
riwayat keluhan, pemeriksaan-pemeriksaan khusus (seperti: nyeri,
LGS, antropometri, endurance, keseimbangan, dll) serta pemeriksaan
penunjang yang mungkin diperlukan (seperti: foto Rongent,
pemeriksaan laborat, MRI, dll)
b. Diagnosa Fisioterapi
Diagnosa Fisioterapi adalah pernyataan yang menggambarkan
keadaan pasien/klien yang dihasilkan dari analisis dari pemeriksaan
dan pertimbangan klinis fisioterapi yang dapat menunjukkan adanya
disfungsi/potensi disfungsi gerak mencakup gangguan fungsi tubuh,
struktur tubuh, keterbatasan aktifitas dan hambatan masyarakat.
c. Perencanaan Intervensi
Fisioterapis melakukan perencanaan intervensi dengan berdasarkan
pada hasil assesmen, diagnosis fisioterapi, prognosis dan indikasi-
kontra indikasi.
Perencanaan harus mengandung tujuan, rencana penggunaan
modalitas fisioterapi, dosis dan program. Dan harus diinformasikan
kepada pasien/klien dan atau keluarganya.
d. Intervensi
Berupa implementasi dan aplikasi dari Perencanaan Intervensi yang
mengutamakan hak, kenyamanan dan keselamatan pasien/klien.
e. Evaluasi/Re-evaluasi
Dilakukan sesuai dengan Perencanaan Intervensi berupa kesimpulan
dari hasil intervensi termasuk pada penghentian program dan atau
merujuk pada dokter atau profesi lain.
f. Komunikasi dan Edukasi
Dilakukan baik kepada profesi lain ataupun pasien dan atau
keluarganya.
Bila terfokus pada pasien dan keluarganya, kegiatan dapat berupa
komunikasi dua arah, penyuluhan dan edukasi tentang kondisi pasien,
diagnosa, perencanaan intervensi, intervensi dan home program serta
hasil yang diharapkan/direncanakan.
g. Dokumentasi
Pencatatan harus dilakukan secara lengkap, akurat dan final.
Dokumentasi ini dilakukan sebagai acuan dalam evaluasi/reevaluasi
dan dicatat pada lembar rekam medis, lembar resep dan buku register
fisioterapi.
BAB V
LOGISTIK
Mutu adalah sesuatu tujuan yang harus diupayakan demi tercapainya pelayanan
prima yang efektif dan efisien. Dimana kesemuanya bermuara pada kepuasan
pelanggan yaitu pasien dan keluarga pasien.
Untuk mengendalikan mutu harus ada standarisasi yang baku yang menjadi
rujukan. Antara lain berupa:
1. Sumber Daya Manusia sebagai pelaksana fisioterapi dengan standar yang
baku seperti minimal pendidikan, syarat administrasi (STR, SIPF/SIK),
kewenangan, hak dan kewajiban, dll.
2. Adanya prosedur yang jelas berupa Pedoman, Panduan, KAK, SOP, dll.
3. Konsistensi dari pelaksanaan prosedur tersebut secara berurutan dan
menyeluruh.
4. Adanya Survey Kepuasan Pelanggan sebagai salah satu element
indikatornya.
BAB IX
PENUTUP