Anda di halaman 1dari 26

Pemeriksaan Skrining

Hepatitis B Virus (HBV)


dan
anti-HCV (HCV)
pada Ibu Hamil di Puskesmas
menggunakan
RDT (Rapid Diagnostic Test)

Dr. Sondang Maryutka Sirait, SpPK


Deteksi antigen HBV (HBs Ag) dan antibodi (anti-HCV)
dengan metode :

 EIA ( Enzyme Immunosorbent Assay).


Pemeriksaan berdasarkan Enzyme Immunosorbant
Assay untuk mendeteksi antigen HBV spesifik dan
antibodi. Pemeriksaan awal dan bila positif harus
dikonfirmasi.

 RPHA (Reverse Passive Hemagglutination Assay).


Pemeriksaan ini dapat mendeteksi HBs Ag melalui
reaksi aglutinasi dengan anti-HBs. Sensitifity : 25ng/ml
dan Spesifisity 95-98%. Tetapi False Positifnya 10-20%.

 PHA ( Passive Hemagglutination Assay).


Digunakan untuk mendeteksi anti-HBs melalui reaksi
aglutinasi dari HBs Ag dan HDP (high density particle).
Sensitifity : 80 mIU/ml dan Spesifisity : 80-90%. False
Positifnya adalah 10 – 20%.

www.standardia.com
 RIA (Radio Immuno Assay).
Dapat mengidentifikasi HBs Ag atau anti-HBs
dengan reaksi antara radioisotop menggantikan
enzym.

 CLIA ( Chemoluminescence Immunoassay).


Menggunakan bahan kimia yang berluminesens
dan konsentrasi dibaca dengan alat CLIA analiser.

 ICA (Immunochromatography Assay )= Rapid test.


Dibuat untuk deteksi kualitatif dari antigen HBV
(HBsAg) atau antibodinya menggunakan konjugasi
emas.
Waktu pemeriksaan hanya 5 – 20menit.

www.standardia.com
1. Akurat.
Sensitivity dan specificity yang tinggi.
Berkorelasi baik dengan ELISA, PHA, RIA dan CLIA

2. Hasil yang cepat diperoleh


Dapat dibaca dalam waktu 20 menit.

3. Sederhana dan gampang digunakan dimana saja.


Hanya selangkah saja mengerjakannya sesudah
pengumpulan sample. Tidak memerlukan peralatan
yang rumit di tempat pemeriksaan.

4. Biaya lebih irit.


Biaya yang lebih murah dan waktu pemeriksaan yang lebih
cepat.
www.standardia.com
Koloid emas

Antigen
Prinsip :
Sample Conjugate Patient Control
pad pad Window Window
Patient   Control
Serum Selenium colloid Recombinant
HBsAg antigen conjugate antibodi &
synthetic
peptides

 Serum pasien dengan HBsAg berikatan dengan Selenium colloid antigen


conjugate dan kemudian berikatan juga dengan antibodi yang terdapat di
jendela pasien sehingga terbentuk garis merah pada jendela pasien

 Jika serum tidak mengandung HBsAg , Selenium colloid antigen conjugate


mengalir melewati jendela pasien sehingga tidak terbentuk garis merah
pada jendela pasien

 Pada jendela kontrol: selalu terbentuk garis merah


 Darah vena diambil dengan tehnik
phlebotomi oleh tenaga terlatih.
 Darah vena didiamkan selama 20 – 30 menit
kemudian pemisahan serum dilakukan
dengan sentrifugasi 5 menit, kecepatan
sentrifus 3000 rpm.
 Serum tidak boleh hemolisa.
 Pisahkan serum menggunakan pipet Pasteur
atau mikropipet ke dalam tabung serum.

www.standardia.com
 Prinsip :
Melakukan penusukkan pada bagian ujung
jari secara aseptis untuk mendapatkan
sampel darah perifer.

 Alat – alat / bahan :


◦ Lancet steril.
◦ Kapas alkohol.
◦ Tabung penampung ukuran mikro.
◦ Kapas kering.
◦ Mikropore.
. www.standardia.com
1. Dibersihkan dengan kapas alkohol 70 % bagian yang akan
ditusuk, biarkan kering dengan sendirinya.
2. Bagian jari yang akan ditusuk dipegang agar tidak bergerak
dan jangan diremas.
3. Tusuk dengan cepat memakai lancet steril dengan posisi lancet
tegak lurus.
4. Tetes darah pertama di lap dengan kapas kering, tetes
berikutnya diperlukan sebagai sampel sesuai keperluan
pemeriksaan.
5. Setelah selesai di ambil darahnya, bekas luka ditutup dengan
kapas kering dan di plester dengan mikropore.

www.standardia.com
 Prosedur pemeriksaan disesuaikan dengan
keterangan pada Kit Insert.

www.standardia.com
Step 1 Step 2

Step 3
Result

10sec.

www.standardia.com
Positive

20 mins.
Negative

www.standardia.com
 Kondisi penyimpanan reagensia yang tidak normal atau tidak
sesuai dengan yang dianjurkan pada kit insert.

 Konsentrasi rendah dari HBV antigens


- Rapid : 1~5 ng/ml
(SD BIOLINE HBsAg Rapid – 2 ng/ml )
- Jadi, bila pemeriksaan HBsAg rapid test dengan konsentrasi
sangat rendah antara 0,1~1ng/ml, maka hasil False Negatif
bisa terjadi.

 Walaupun garis hasil yang sangat halus warnanya dapat


diinterpretasikan sebagai hasil (+).

www.standardia.com
PEMERIKSAAN SKRINING HCV
(ANTI-HCV)

www.standardia.com
Koloid emas

Antibodi
Prinsip :
Sample Conjugate Patient Control
pad pad Window Window
Patient   Control
Serum Anti Selenium colloid Recombinant
HCV antigen conjugate antigen &
synthetic
peptides

 Serum anti HCV berikatan dengan Selenium colloid antigen conjugate


dan kemudian berikatan juga dengan antigen yang terdapat di jendela
pasien sehingga terbentuk garis merah pada jendela pasien

 Jika serum tidak mengandung anti HCV, Selenium colloid antigen


conjugate mengalir melewati jendela pasien sehingga tidak terbentuk
garis merah pada jendela pasien

 Pada jendela kontrol: selalu terbentuk garis merah


1. Add 10㎕ of serum, plasma 2. Add 3 drops of assay diluent
to the sample well (s). Into the sample well (s).
POS NEG

( +++ ) ( ++ ) (+) weak(+) trace (-) Invalid


Apa yang menyebabkan hasil positif palsu?

Penyimpanan yang tidak dalam kondisi benar.

Bila kit tidak disimpan dalam temperatur yang dianjurkan


atau pembungkus aluminium rusak dan terpapar dengan
kelembaban yang tinggi, hasil false positif bisa terjadi. Kit
harus disimpan pada suhu 1~30℃ dan penutupnya harus
baik.
Apa yang meyebabkan hasil negatif palsu?

Konsentrasi yang rendah dari anti-HCV antibody


Penderita pada awal infeksi mungkin belum menghasilkan
konsentrasi antibodi yang tinggi sehingga tidak dapat
dideteksi. Juga ada penderita yang kekurangan respon
imun sehingga titernya rendah dan tidak dapat terdeteksi,
sehingga memberikan hasil Negatif. Sebagai tambahan,
beberapa penderita ada yang mempunyai kelemahan
respon imun dan bisa menyebabkan hasil yang False
Negatif.
Walaupun dengan hasil garis test yang sangat lemah bisa
dikatakan hasil Positif.
Bila spesimen memberikan titer mendekati nilai cut-off dan
titer antibodi anti-HCV mendekati batas deteksi bisa dibaca
sebagai ‘positif lemah”.
 APD (Alat Pelindung Diri) : sarung tangan, jas
lab.
 Desinfektan.
 Wadah limbah infeksius.
 Timer.
 Mikropipet dan tip.
 Spidol.
 Formulir hasil pemeriksaan.

www.standardia.com
 Gunakan kit RDT HBs Ag dan anti-HCV yang
belum kadaluarsa.
 Simpan kit reagen ditempat yang sesuai dengan
anjuran di kit insert dan jauhkan kit reagen dari
cahaya matahari .
 Teteskan volume serum sesuai prosedur dalam
kit insert.
 Baca hasil sesuai dengan batas waktu yang
ditetapkan dalam kit insert.
 Jangan gunakan serum yang hemolisa  positif
palsu.
 Gunakan 1 tip atau 1pipet Pasteur untuk satu
sample. www.standardia.com
 Ibu hamil (semua umur kehamilan) yang datang ke
puskesmas .
 Petugas laboratorium mengambil darah vena 6mL
dengan tehnik phlebotomi.
 Diamkan tabung darah selama (20-30) menit sebelum
disentrifugasi.
 Lakukan pemisahan serum dengan sentrifugasi
selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
 Pindahkan serum (± 3mL) ke tabung serum
menggunakan mikropipet atau pipet Pasteur.
 Beri label no tabung serum yang sama dengan tabung
darah.
 Lakukan pemeriksaan skrining HBV dengan
menggunakan rapid HBsAg dan anti-HCV.
www.standardia.com
 Catat semua data sample yang sudah dilakukan
skrining awal HBV dan HCV di formulir
pencatatan atau buku yang sudah disediakan
dengan nomor kode pasien sesuai dengan
propinsi-puskesmas- klinik KIA yang ditunjuk
mengikuti program ini.
 Laporkan hasil pemeriksaan yang reaktif ke
Dinkes Propinsi secara periodik supaya
pasien/bumil tersebut dirujuk ke RS Rujukan
Propinsi atau RSUD yang ditunjuk.

www.standardia.com
• Sample dengan hasil pemeriksaan HBs Ag dan
anti-HCV Positif/Reaktif : TIDAK dirujuk lagi ke
Labkes untuk pemeriksaan Konfirmasi seperti
program tahun lalu.
• Sisa sample bisa segera dimusnahkan sesuai
prosedur pemusnahan limbah atau bilamana
diperlukan dipakai untuk pemeriksaan lainnya.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai