TINJAUAN PUSTAKA
A. DASAR HUKUM
Peraturan perundang-undangan yang memerintahkan dan memberi
kewenangan penyelenggaraan JKN terbentang luas, mulai dari UUD NRI 1945
hingga Peraturan Menteri dan Lembaga. Pemerintah telah mengundangkan 22
(dua puluh dua) Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar hukum
penyelenggaraan program JKN dan tata kelola BPJS Kesehatan.
Hingga akhir Februari 2014, dasar hukum penyelenggaraan program JKN
dan tata kelola BPJS Kesehatan diatur dalam 2 (dua) Pasal UUD NRI 1945, 2
(dua) buah UU, 6 (enam) Peraturan Pemerintah, 5 (lima) Peraturan Presiden, 4
(empat) Peraturan Menteri, dan 1 (satu) Peraturan BPJS Kesehatan.
1. UUD NRI 1945
Pasal 28H dan Pasal 34 UUD NRI 1945 adalah dasar hukum tertinggi
yang menjamin hak konstitusional warga negara atas pelayanan kesehatan
dan mewajibkan Pemerintah untuk membangun sistem dan tata kelola
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang terintegrasi dengan
penyelenggaraan program jaminan sosial.
a. Pasal 28H
Ayat (1): Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Ayat (2): Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan
khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan.
Ayat (3): Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
a. Pasal 34
Ayat (1): Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Ayat (2): Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Ayat (3): Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
B. PERATURAN TERKAIT
Terdapat berbagai ayat, pasal atau bagian dari peraturan
perundangundangan lain yang memiliki keterkaitan materi dengan
peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan SJSN dan
JKN.
1. PERATURAN TENTANG PELAYANAN KESEHATAN
1a. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (UU Kesehatan)
mengatur pembangunan kesehatan dan tata kelola penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Keterkaitan UU Kesehatan dengan
penyelenggaraan program JKN diatur dalam ketentuan antara lain
sebagai berikut:
(1) Kewajiban setiap orang untuk turut serta dalam program jaminan
kesehatan sosial (Pasal 13 ayat (1) dan (2)).
(2)Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan program jaminan
kesehatan sosial bagi pelayanan kesehatan perorangan (Pasal 20).
(3) Sistem jaminan sosial nasional berfungsi untuk memobilisasi dana
masyarakat bagi pembiayaan kesehatan bersumber dana
masyarakat (Pasal 173).
(4) Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan fasilitas kesehatan,
dan upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau
(Pasal 17 dan 19).
(5) Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan,
pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan (Pasal 21).
(6) Pemerintah menyusun daftar dan jenis obat yang secara esensial
harus tersedia bagi kepentingan masyarakat (Pasal 40).
(7) Pemerintah membentuk lembaga yang bertugas dan berwenang
melakukan penapisan, pengaturan, pemanfaatan, serta pengawasan
terhadap penggunaan teknologi dan produk teknologi (Pasal 43).
(8) Ketentuan mengenai penyelenggaraan upaya kesehatan dan
pelayanan kesehatan (Pasal 46-162).
1b. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit (UU Rumah Sakit)
adalah landasan hukum bagi penyelenggaraan rumah sakit. Kontrak
antara BPJS Kesehatan dengan Fasilitas Kesehatan mengacu pada
norma, standar dan kriteria yang ditetapkan dalam UU Rumah Sakit.
1c. UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran (UU Praktek
Kedokteran) mengatur penyelenggaraan praktek kedokteran, yaitu
praktek dokter dan dokter gigi. Kontrak antara BPJS Kesehatan dengan
Fasilitas Kesehatan merujuk pada standar pelayanan, standar profesi
dan standar mutu yang ditetapkan dalam UU Praktek Kedokteran.
1d. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 5 Tahun 2014 Tentang
Panduan Klinis Praktek Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer bertujuan untuk memberikan acuan bagi dokter
dalam memberikan pelayanan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
baik milik pemerintah maupun swasta dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan sekaligus menurunkan angka rujukan.
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer meliputi pedoman penatalaksanaan terhadap penyakit
yang dijumpai dilayanan primer berdasarkan kriteria:
(1) penyakit yang prevalensinya cukup tinggi;
(2) penyakit dengan risiko tinggi; dan
(3) penyakit yang membutuhkan pembiayaan tinggi.
1e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 5 Tahun 2014 Tentang Klinik
Peraturan ini adalah perubahan terhadap Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 028/MENKES/PER/I/2011 tentang Klinik. Peraturan
ini mengatur jenis klinik, persyaratan klinik, ketenagaan, peralatan,
kefarmasian, laboratorium, perizinan, penyelenggaraan, pembinaan dan
pengawasan.
2. PERATURAN TENTANG HAK WARGA NEGARA ATAS
PELAYANAN KESEHATAN DAN JAMINAN SOSIAL
2a. UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM)
Jaminan sosial dan pelayanan kesehatan adalah hak asasi manusia.
Pasal 41 ayat (1): “Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang
dibutuhkan untuk hidup layak serta untuk perkembangan pribadinya
secara utuh.” Yang dimaksud dengan “berhak atas jaminan sosial”
adalah bahwa setiap warga negara mendapat jaminan sosial sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kemampuan
negara.
UU HAM menegaskan bahwa anak berhak atas pelayanan
kesehatan dan jaminan sosial. Pasal 62: “Setiap anak berhak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial secara layak,
sesuai dengan kebutuhan fisik dan mental spiritualnya.”
UU HAM mempertimbangkan Deklarasi Universal tentang Hak
Asasi Manusia (HAM) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-
bangsa atau Universal Independent of Human Right. Konsideran
menimbang UU HAM salah satu diantaranya menguraikan pokok
pertimbangan dan alasan pembentukan UU HAM:
“bahwa bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung
tinggi dan melaksanakan Deklarasi Universal tentang Hak Asasi
Manusia yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta
berbagai instrument internasional lainnya mengenai hak asasi manusia
yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia.”
“Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan
di luar kekuasaannya.”
Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952, The Social Security (Minimum
Standards)
Convention, 1952 (C. 102), mengatur standar minimum
penyelenggaraan program jaminan sosial di suatu negara. Konvensi 102
adalah pedoman bagi semua konvensi dan rekomendasi ILO di bidang
perlindungan sosial. Konvensi 102 menetapkan Sembilan program
jaminan sosial yaitu, pelayanan kesehatan, santunan sakit, jaminan
kecelakaan kerja, jaminan hari tua, santunan pengangguran, santunan
keluarga, pelayanan kesehatan kehamilan dan persalinan, santunan
cacat, dan santunan bagi ahli waris. Negara-negara meratifikasi paling
sedikit tiga dari sembilan program tersebut. Indonesia belum
meratifikasi Konvensi ini. Konvensi 102 meletakkan prinsip-prinsip
bagi keberlanjutan dan tata kelola penyelenggaraan jaminan sosial.
Indikator yang digunakan mencakup persentase minimal penduduk
yang mengikuti program, batas terendah manfaat yang akan disediakan,
serta kondisi untuk memperoleh manfaat jaminan sosial.
Konvensi ILO No. 130 Tahun 1969 tentang Pelayanan Kesehatan dan
Santunan Sakit (Medical Care and Sickness Benefits Convension), 1969
(C.130), mengatur prinsip-prinsip perlindungan kesehatan. Konvensi
130 menentukan cakupan minimal kepesertaan, manfaat dasar, dan
fasilitas kesehatan.
Rekomendasi ILO No. 202 Tahun 2012 tentang batasan dasar nasional
program perlindungan sosial (National Floors of Social Protection).
Rekomendasi No. 202/2012 yang populer dengan sebutan Social
Protection Floor (SPF) 2012 merekomendasikan negara-negara anggota
ILO untuk menjamin perlindungan dasar dalam sistem jaminan sosial
nasional, dan meningkatkan manfaatnya secara progresif hingga
menjangkau sebanyakbanyaknya penduduk. SPF 2012 menetapkan 18
(delapan belas) prinsip penyelenggaraan perlindungan sosial.
5. RESOLUSI WHA KE-58 TAHUN 2005 ON SUSTAINABLE
HEALTH INSURANCE