Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH PERLINDUNGAN HUKUM PADA PASIEN PENGGUNA KARTU BPJS

KESEHATAN DI PUSKESMAS

OLEH:

dr. Tryda Meutia Anwar

23050101

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM


SEKOLAH TINGGI HUKUM MILITER
JAKARTA
2023
Pelaksanaan program BPJS didasari adanya kesepakatan antara peserta BPJS dengan
pemerintah yaitu sejak awal penetapan peserta sampai pembagian kartu peserta BPJS.
Kesepakatan ini berupa peserta setuju untuk mematuhi segala aturan yang dibuat pemerintah
yang berhubungan dengan pelaksanaan program BPJS. Disahkannya Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan
1
suatunupaya pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap warganya.

PT. Askes Indonesia (Persero) secara resmi


pada tahun 2014 berubah nama menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan sehingga seluruh masyarakat Indonesia berhak mendapatkan jaminan
pemeliharaaan kesehatan tanpa terkecuali. BPJS Kesehatan adalah badan hukum public yang
dibentuk untuk melaksanakan program jaminan kesehatan bagi warga negara Indonesia. Dalam
melaksanakan program jaminan kesehatan BPJS harus bekerja sama dengan fasilitas kesehatan
seperti puskesmas, klinik,, rumah sakit milik swasta ataupun rumah sakit pemerintahan.
Perjanjian kerja sama tersebut dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan
Kesehatan Nasional. Perjanjian kerja sama tersebut memuat hak dan kewajiban para
pihak, tak terkecuali hak pasien sebagai peserta BPJS Kesehatan.2

Peraturan Perundang-undangan yang memerintahkan dan memberi kewenangan


Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Terbentang luas, mulai dari
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 hingga Peraturan Menteri dan Lembaga.

a. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H dan Pasal 34 UUD 1945 adalah dasar hukum
tertinggi yang menjamin hak konsitusional Warga Negara atas pelayanan kesehatan dan
mewajibkan Pemerintah untuk membangun system dan tata Kelola penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang terintegrasi dengan penyelenggaraan jaminan social.
Pasal 28 H
Ayat 1 :
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan
Ayat 2:
“Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”
Ayat 3:
“Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”

Pasal 34 Ayat 1:
“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”
Ayat 2:
“Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”
Ayat 3:
“Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak”

b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN),
Undang-Undang SJSN menetapkan program JKN sebagai salah satu program jaminan
sosial dalam sistem jaminan sosial nasional yang mengatur mengenai asas, tujuan,
prinsip, organisasi, dan tata cara penyelenggaraan program jaminan kesehatan nasional.
c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS), Undang-Undang BPJS adalah peraturan pelaksanaan Undang-
undang SJSN. Undang-Undang BPJS menetapkan pembentukan BPJS Kesehatan
untuk penyelenggaraan program JKN dan BPJS Ketenagakerjaan untuk
penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan
pensiun, dan jaminan kematian.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan


Sosial Nasional, bangsa Indonesia telah memiliki sistem Jaminan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional perlu
dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum publik berdasarkan prinsip
kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan
bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya
kepentingan Peserta.

Diberlakukannya BPJS Kesehatan terdapat beberapa sejumlah persoalan terkait dengan


jasa pelayanan kesehatan yang diperoleh pasien BPJS seperti persoalan-persoalan yang
mengindikasikan ketidakpuaan masyarakat misalnya sistem pendaftaran BPJS yang rumit,
beberapa penyakit yang tidak di cover oleh BPJS, pasien yang membayar premi tingkat 1 namun
saat di rumah sakit ruangan penuh alhasil pasien harus dirawat dikelas 2 yang bukan sesuai
dengan haknya. Keluhan lain misalnya rujujan yang berjenjang dari fasilitas tingkat pertama untuk
ke rumah sakit lalu keluhan yang tidak diberikannya informasi oleh BPJS Kesehatan kepada
pengguna jasa seperti tidak mendapatkan sejumlah informasi yang jelas seperti ibu yang
melahirkan bahwa anak tidak ditanggung oleh pihak BPJS Kesehatan. Alhasil peserta yang sudah
berharap biaya anak dan ibu dipenuhi BPJS kesehatan tetapi nyatanya dikecewakan karena
hanya ibu yang dibiayai.3

Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, istilah konsumen sebagai definisi


yuridis normal yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 yang menyatakan,
konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Karena kedudukan pasien adalah sebagai konsumen jasa, maka pasien
mendapatkan perlindungan sesuai Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen yang berbunyi “Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan
melindungi konsumen yang telah ada pada saat Undang-Undang ini diundangkan, dinyatakan
tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini”

Oleh karena itu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
berlaku untuk jasa pelayanan kesehatan. aspek yuridis bagi pasien sebagai perlindungan pasien
selaku konsumen meliputi dua hal yaitu aspek hukum pidana perlindungan pasien dan aspek
hukum perdata perlindungan pasien. Jika dikaitkan dengan permasalahan pasien pengguna
BPJS secara hukum dilindungi oleh Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dalam hal mendapatkan advokasi, perlindungan, yang efektif keseluruh pasien tanpa
membeda-bedakan pelayanan BPJS dan mampu memproses secara cepat dalam Tindakan
penanganan yang preventif dan kuratif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mengacu kepada ketentuan Pasal 28 huruf h ayat 1 maka setiap warga negara berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada
Jaminan Kesehatan Nasional.
3. Keluhan-keluhan serupa masuk pada lembaga ombudsman di berbagai daerah di
Indonesia
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS)

Anda mungkin juga menyukai