Anda di halaman 1dari 21

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional, dalam

pembangunan kesehatan tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatan derajat

kesehatan masyarakat yang optimal.1 Keseriusan dan perhatian pemerintah

terhadap pembangunan dalam sistem kesehatan ini menguat dengan menempatkan

jaminan kesehatan perlindungan sosial pada perubahan UUD 1945 Pasal 34 ayat

2, yaitu menyebutkan bahwa: “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia”2. Sistem Jaminan Sosial sebagaimana dalam

perubahan UUD 1945 ditindaklanjuti dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya disebut UU SJSN,

sebagai bukti bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan terkait memiliki

komitmen yang besar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh

rakyatnya3. Penguatan regulasi bagi sistem jaminan sosial nasional serta untuk

mempercepat terselenggaranya sistem jaminan sosial nasional bagi seluruh rakyat

Indonesia maka dipandang perlu membentuk suatu Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 yang bertujuan untuk

mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar

hidup yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia.4

1 Sundoyo, Jurnal Hukum Kesehatan, Biro hukum dan Organisasi Setjen Departemen Kesehatan RI,

Jakarta, 2009, hlm. 1


2
UUD RI 1945
3
Sundoyo, op. cit h.3
4 Lihat konsideran UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

1
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS

adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan


5
sosial . BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk

menyelenggarakan program jaminan kesehatan6. Jaminan Kesehatan adalah

jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau

iurannya dibayar oleh pemerintah.7

Masyarakat sebagai peseerta BPJS sekaligus pengguna jasa pelayanan

persalinan tentu saja mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai

dengan apa yang mereka harapkan8. Dalam pelaksanaannya peraturan yang

ditetapkan oleh BPJS kesehatan seringkali menimbulkan permasalahan maupun

medis. Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) menemukan 86 permasalahan dari

hasil monitoring dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang

dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan9 diantaranya ketidak puasan pasien yang

melakukan persalinan dimana mereka tidak mempunyai hak untuk memilih

tempat dan layanan persalinan yang mereka inginkan, sehingga kadang

permasalahan ini menjadi salah satu kelemahan penerapan system BPJS.10

Hal ini dapat kita lihat pada kasus Bapak Luki Arya dimana dia dan

istrinya mengaku yang awalnya peserta ASKES yg sekarang sudah lebur jadi satu

5
UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
6
Ibid
7 http://dudung1010.blogspot.com/, diakses tanggal 23 Agustus 2015, jam 11.30
8
http://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/berita/1494-djsn-temukan-86-masalah-
dalam-program-jkn, diakses tanggal 23 Agustus 2015, jam 11.45
9 Ibid
10
Ibid, h.2

2
dengan BPJS, dimana Prosedur dan fasilitas ASKES (dulu) untuk pelayanan

persalinan sangat mudah dan baik. Ibu yg mau bersalin tinggal datang ke RS,

kemudian klaim bisa dilakukan setelah persalinan, mengenai biaya bisa tanpa

bayar sepeserpun (utk persalinan normal, kelas kamar sesuai ketentuan Golongan)

2 kakak saya memakai fasilitas ASKES cuma nombok sedikit, itu pun karena

minta kamar diatas jatah standar golongan (standarnya kelas 1 kakak saya minta

paviliun)di RS Negeri. Dalam waktu dekat ini semula saya juga ingin

memanfaatkan ASKES/BPJS untuk persalinan istri saya nanti. Saat

mengumpulkan informasi dari kantor pelayanan BPJS di daerah saya ternyata

prosedurnya sekarang berbeda, sekarang peserta BPJS untuk persalinan normal

dapat ditanggung/diklaim bila bersalin di Puskesmas atau klinik bersalin yg

bekerja sama dgn BPJS atau disarankan ke RS negeri tipe C Sedangkan rencana

saya semula akan bersalin di RSUP tipe A di kota kami Ternyata bila tetap

bersalin di sana tidak ditanggung, kecuali persalinan dengan komplikasi, SC pun

bila kasusnya ringan (terbelit usus atau sungsang) tidak ditanggung/tdk bisa

diklaim. Saya di sarankan ke puskesmas daerah atau RS tipe C, sedikit kecewa

saya dengan prosedur BPJS sekarang ini, kenapa pelayanannya diturunkan

standarnya padahal kami memperolehnya juga tidak gratis alias rela potong gaji

untuk iuran kesehatan ini. Akhirnya dengan terpaksa kami putuskan untuk tidak

jadi menggunakan hak pelayanan kesehatan kami, karena berfikir daripada nanti

dipersulit dalam pengurusannya maupun dalam pelayanannya Akhirnya biaya

3
bukan prioritas kami tetapi demi keselamatan dan kenyamanan ibu dan baby

nanti11

Pasien sebagai konsumen jasa pelayanan persalinan dalam kasus diatas

tidak mempunyai kebebasan mendapatkan haknya untuk menentukan tempat

persalinan yang mereka inginkan, padahal pasien secara umum dilindungi dalam

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan secara

khusus dilindungi dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan12.

Hak warga negara adalah apa saja yang diperoleh dari negara, misalnya:

memperoleh pekerjaan, memperoleh pendidikan, memperoleh pelayanan

kesehatan, dan sebagainya13 Pasien pengguna BPJS Kesehatan, selain diberikan

perlindungan hukum berdasarkan Undang-Undang Kesehatan dan juga Undang-

Undang Perlindungan Konsumen, pasien dalam hal ini selaku konsumen, yaitu

diartikan “setiap pemakai atau pengguna barang dan/atau jasa baik untuk

kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak

untuk diperdagangkan” haruslah diperhatikan hak-haknya oleh para pihak

penyelenggara kesehatan dalam hal ini pemerintah.14

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menulis

makalah tentang “Perlindungan Hukum Terhadap Peserta BPJS Kesehatan Dalam

Jasa Pelayanan Persalinan Dihubungkan Dengan Hukum Perlindungan Konsumen

11 http://ibuhamil.com/diskusi-umum/57855-ruwetnya-bpjs-untuk-pelayanan-persalinan.html
12
Sudikno Martokusumo, Mengenai Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty.1999. Hlm 24
13. Ibid, h. 17
14
http//ibumil.com, op. cit

4
(Studi tentang Aspek hukum perlindungan konsumen sebagai peserta BPJS

Kesehatan pengguna layanan persalinan)”

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana perlindungan hukum peserta BPJS Kesehatan sebagai jasa

pelayanan persalinan?

2. Bagamana hubungan peserta BPJS kesehatan sebagai jasa pelananan

persalinan dengan Hukum Perlindungan Konsumen?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERLINDUNGAN HUKUM

Kata perlindungan menurut kamus umum bahasa Indonesia berarti tempat

berlindung atau merupakan perbuatan (hal) melindungi, misalnya member

perlindungan pada orang yang lemah.15 Menurut Sudikno Mertokusumo yang

dimaksud dengan hukum adalah kumpulan peraturan atau kaedah yang yang

mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif, umum karena berlaku bagi

setiap orang dan normatif karena menentukan apa yang seyogyanya dilakukan,

apa yang tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana

caranya melaksanakan kepatuhan kepada kaedah-kaedah.16 Dengan demikian,

perlindungan hukum dapat diartikan sebagai suatu perbuatan hal melindungi

subjek-subjek hukum dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan

pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan suau sanksi.17 Perlindunganhukum

dapat pula diartikan dengan segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya

kepastian hukum, untuk memberi perlindungan kepada warganya agar hak-haknya

sebagai seorang warga negara tidak dilanggar, dan bagi yang melanggarnya akan

dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.18

Pemaknaan kata perlindungan konsumen secara kebahasaan mencakup

unsur-unsur, yaitu: 1) unsur tindakan melindungi; 2) unsur pihak-pihak yang

melindungi; dan 3) unsur cara-cara melindungi, dengan demikian, kata


15 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Cetakan IX, Balai Pustaka:Jakarta, 1986,
hlm.600
16 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty: Yogyakarta,1991, hlm.38
17 Khrisine Agustine, Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum Konsumen dalam Karcis Parkir,
Universitas Indonesia: Depok, 2010, hlm.13,
18 DH Simandjuntak, Tinjauan UmumTentang Perlindungan Hukum dan Kontrak Franchise,

Universitas Sumatra Utara: Medan

6
perlindungan mengandung makna, yaitu suatu tindakan perlindungan atau

tindakan melindungi pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak tertentu

dengan menggunakan cara-cara tertentu.19

Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai perlindungan oleh hukum

atau perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum20. Hukum

dalam memberikan perlindungan dapat melalui cara-cara tertentu, yaitu dengan:

a. Membuat Peraturan (by giving regulation), bertujuan untuk:

1. Memberikan hak dan kewajiban.

2. Menjamin hak-hak para subyek hukum.

b. Menegakkan peraturan (by law enforcement), melalui:

1. Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah (preventif)

terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen dengan perjanjian dan

pengawasan.

2. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive)

pelanggaran hak-hak konsumen listrik, dengan mengenakan sanksi pidana

dan hukuman.

3. Hukum perdata berfungsi untuk memulihkan hak (curative; recovery;

remedy), dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.21

B. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi

anggota-anggotanya untuk resiko-resiko atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan

19 Wahyu Sasongko, 2007, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Penerbit

UNILA, Bandar Lampung, Hlm. 30


20
DH Simanjuntak, op. cit, h. 23
21
Ibid, hlm 35

7
tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat

mengakibatkan hilangnya atau turunya sebagian besar penghasilan, dan untuk

memberikan pelayanan medis dan/atau jaminan keuangan terhadap konsekuensi

ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga

dan anak.22 Secara singkat jaminan sosial diartikan sebagai bentuk perlindungan

sosial yang menjamin seluruh rakyat agar dapat mendapatkan kebutuhan dasar yang

layak23.

Di dalam program BPJS jaminan sosial dibagi kedalam 5 jenis program

jaminan sosial dan penyelenggaraan yang dibuat dalam 2 program penyelengaraan,

yaitu :

1. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, dengan programnya adalah

Jaminan Kesehatan yang berlaku mulai 1 Januari 2014.

2. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan, dengan programnya

adalah Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan

Jaminan Kematian yang direncanakan dapat dimulai mulai 1 Juli 2015. 24

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan

hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah peleburan 4 (empat) badan usaha

milik negara menjadi satu badan hukum, 4 (empat) badan usaha yang dimaksud

adalah PT TASPEN, PT JAMSOSTEK, PT ASABRI, dan PT ASKES. Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial ini berbentuk seperti asuransi, nantinya semua

warga indonesia diwajibkan untuk mengikuti program ini. Dalam mengikuti

22 Zaeni Asyhadie, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, Rajawali Pers,

Mataram. 2007. Hlm. 33.


23
Ibid, hlm 35
24
Ibid, h 30

8
program ini peserta BPJS di bagi menjadi 2 kelompok, yaitu untuk mayarakat

yang mampu dan kelompok masyarakat yang kurang mampu25.

Peserta kelompok BPJS di bagi 2 kelompok yaitu:

a. PBI (yang selanjutnya disebut Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan,

yaitu PBI adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak

mampu sebagaimana diamanatkan Undang-undang SJSN yang iurannya

dibayarkan oleh pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.

Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur

melalui Peraturan Pemerintah

b. Bukan PBI jaminan kesehatan.26

Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip

asuransi sosial dan prinsip ekuitas, serta diselenggarakan dengan tujuan menjamin

agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan

dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan27. Maksud dari prinsip asuransi

sosial disini meliputi :

1. kegotong-royongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang

tua dan muda, dan yang berisiko tinggi dan rendah;

2. kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif;

25
Ibid, h. 37
26 http://www.antaranews.com/berita/376166/tanya-jawab-bpjs-kesehatan di akses tanggal 30
maret 2014 pukul 14:53 wib
27
Tim Penyusun Bahan Advokasi dan Sosialisasi JKN, Buku Pegangan Sosialisasi JKN, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta,2014,hlm.17

9
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai berlaku di Indonesia pada

tanggal 1 Januari 2014 serta mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) berikut28:

a. Prinsif Kegotongroyongan

b. Prinsif Nirlaba

c. Prinsif Portabilitas

d. Prinsif Kepesertaan bersifat wajib

e. Prinsif dana amanat

f. Prinsif Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial29

Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih

ada manfaat yang tidak dijamin meliputi30:

a) Tidak sesuai prosedur;

b) Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS;

c) Pelayanan bertujuan kosmetik;

d) General checkup, pengobatan alternatif;

e) Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi;

f) Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan

g) Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk

menyiksa diri sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba.

28. Ibid
29 Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial
Nasional, Hlm.17.
30 Ibid, hlm. 31

10
C. Pelayanan Persalinan Menurut Peraturan BPJS Kesehatan

Menurut peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan No. 1

tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan pasa 51, mengatakan

bahwa :

(1) Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama mencakup :

a. rawat inap pada pengobatan/perawatan kasus yang dapat diselesaikan

secara tuntas di pelayanan kesehatan tingkat pertama;

b. pertolongan persalinan pervaginam bukan risiko tinggi;

c. pertolongan persalinan dengan komplikasi dan/atau penyulit pervaginam

bagi puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED);

d. pertolongan neonatal dengan komplikasi; dan

e. pelayanan transfusi darah sesuai kompetensi fasilitas kesehatan dan/atau

kebutuhan medis.

(2) Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan

non spesialistik yang mencakup :

a. Administrasi pelayanan terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan biaya

administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan atau pelayanan

kesehatan pasien

b. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

c. perawatan dan akomodasi di ruang perawatan; tindakan medis

kecil/sederhana oleh Dokter ataupun paramedis;

d. persalinan per vaginam tanpa penyulit maupun dengan penyulit;

e. pemeriksaan penunjang diagnostik selama masa perawatan;

11
f. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai selama masa perawatan; dan

g. pelayanan transfusi darah sesuai indikasi medis.31

D. Pasien Sebagai Konsumen

Menurut Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Republik Indonesia No. 29

Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, menyatakan:”Pasien adalah setiap orang

yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan

kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada

dokter atau dokter gigi”.32

Secara harafiah arti kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap

orang yang menggunakan barang. Tujuan penggunaan barang atau jasa ini nanti

menentukan termasuk konsumen kelompok mana pengguna tersebut .33Menurut

Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Perlindungan Konsumen, dijelaskan bahwa

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, ntaupun

makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Berdasarkan pengertian

tersebut, maka yang dimaksud konsumen adalah konsumen akhir34.

Pasien dalam hal ini adalah sebagai peserta dan konsumen jasa pelayanan

yang mempunyai hak untuk menentukan atau memilih tempat dan layanan yang

mereka inginkan.

31 PP No 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan


32 Undang-Undang RI No. 24 Tahun2004 tentang Praktik Kedokteran
33 A.Z Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta, 2001,

hlm 3
34
Ibid, h.5

12
E. Hukum Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen menurut Undang-Undang Perlindungan

Konsumen (UUPK), UU No. 8 Tahun 1999 Pasal 1 angka 1 adalah segala upaya

yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada

konsumen. Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam

Pasal 1 angka 1 UUPK telah memberikan cukup kejelasan. Kalimat yang

menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan

sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan

pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan konsumen.35

Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan,

keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum. Dan menurut Janus

Sidabalok dalam bukunya Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, hukum

perlindungan konsumen adalah hukum yang mengatur upaya-upaya untuk

menjamin terwujudnya perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen36.

Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen

dan menemukan kaidah hukum konsumen dalam berbagai peraturan perundangan

yang berlaku di Indonesia tidaklah mudah, hal ini dikarenakan tidak dipakainya

istilah konsumen dalam peraturan perundang-undangangan tersebut walaupun

ditemukan sebagian dari subyek-subyek hukum yang memenuhi kriteria

konsumen. Terdapat berbagai pengertian mengenai konsumen walaupun tidak

terdapat perbedaan yang mencolok antara satu pendapat dengan pendapat lainnya

Konsumen sebagai peng-Indonesia-an istilah asing (Inggris) yaitu consumer,

35 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2004), Hal. 1


36
Ibid, h.3

13
secara harfiah dalam kamus-kamus diartikan sebagai "seseorang atau sesuatu

perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu"; atau

"sesuatu atau seseorang yang mengunakan suatu persediaan atau sejumlah

barang". ada juga yang mengartikan " setiap orang yang menggunakan barang

atau jasa".37

Hubungan hukum menimbulkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban.

Demikian juga dengan hubungan antara pasien peserta BPJS dan pemerintah.

Hak-hak konsumen yang diatur dalam UUPK bersifat terbuka, artinya selain ada

hak-hak konsumen yang diatur dalam UUPK tetapi di atur dalam peraturan

perundangundangan lain di sektor tertentu . Hal ini merupakan konsekuensi logis

dari stasus UUPK sebagai ketentuan payung hukum (umbrella rule).38

Secara umum dikenal ada 4 (empat) hak dasar konsumen, yaitu :

1. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right to Safety);

2. Hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed);

3. Hak untuk memilih (the right to choose);

4. Hak untuk didengar the right to be heard.39

Empat hak dasar ini diakui secara internasional. Dalam perkembangannya,

organisasi-organisasi konsumen yang tergabung dalam The International

Organization of Consumer Union ( IOCU ) menambahkan lagi beberapa

37 Erman Rajagukguk, dkk, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2000),
hal 82
38
Wahyu Sasongko,Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen,
Bandar Lampung, Penerbit Universitas Lampung, 2007, hlm 58
39
Ibid, hlm 59

14
hak,seperti hak mendapatkan pendidikan konsumen,hak mendapatkan ganti

kerugian,dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat40.

Hak konsumen sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1999 adalah

sebagai berikut :

a. Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau

jasa;

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar,jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

yang dijanjikan;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas baran/atau jasa yang

digunakan;

e. Hak untuk dapat mendapatkan advokasi perlindungan dan upaya penyelesaian

sengketa ;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian, apabila

barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya;

i. Hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.41

40
Ibid, h.60

15
F. Hubungan Pasien BPJS kesehatan sebagai jasa pelananan persalinan

dengan Hukum Perlindungan Konsumen

Perlindungan hukum dikaitkan dengan pasien BPJS sebagai konsumen,

maka perlindungan hukum dapat diartikan sebagai perlindungan terhadap

konsumen jasa pelayanan persalinan. Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen adalah

setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik

bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain

dan tidak untuk diperdagangkan42. Peserta JKN selaku konsumen jasa pelayanan

persalinan dalam memperoleh pelayanan kesehatan, memiliki hak dan kewajiban

berdasarkan Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen43. Hak konsumen sebagai jasa pelayanan persalinan

adalah :

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan;

c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan;

41 Miru Ahmadi,Hukum Perlindungan Konsumen,(Jakarta: RajaGrafindo Persada,2004),hlm 37


42 Undangg-undang Republik Indonesia No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
43
Miru Ahmadi, h. 42

16
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaiansengketa perlindungan konsumen secara patut; ak untuk

mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

f. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

g. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila

barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya;

h. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya44.

Kewajiban konsumen adalah :

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara

patut.45

Pasien sebagai konsumen jasa pelayanan persalinan memiliki perlindungan

diri dari kemungkinan upaya pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab

seperti penelantaran. Pasien juga berhak atas keselamatan, keamanan, dan

kenyamanan terhadap pelayanan jasa kesehatan yang diterimanya. Oleh karena

44
Ibid, h. 17
45 idem

17
hak tersebut maka konsumen akan terlindungi dari praktik profesi yang

mengancam keselamatan dan kesehatan.46

Dari pernyataan di atas apabila dalam pelayanan penyelenggaraan Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) peserta JKN mengalami ketidakpuasan. Maka dapat

mengajukan keluhan ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan dan atau BPJS Kesehatan. Dapat dilihat disini bahwa peserta JKN telah

mendapat perlindungan hukum dengan adanya peraturan perundang-undangan

yang berlaku serta adanya sarana untuk mengajukan keluhan.

G. Perlindungan hukum peserta BPJS Kesehatan sebagai jasa pelayanan

persalinan

Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai perlindungan oleh hukum

atau perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Hukum

dalam memberikan perlindungan dapat melalui cara-cara tertentu, yaitu dengan:

a. Membuat Peraturan (by giving regulation), bertujuan untuk:

1. Memberikan hak dan kewajiban.

2. Menjamin hak-hak para subyek hukum.

b. Menegakkan peraturan (by law enforcement), melalui:

1. Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah (preventif)

terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen dengan perjanjian dan

pengawasan.

46 Darsono, Soerarjo. 1991. Aspek Hukum Pelayanan Kesehatan. Makalah. Yang diajukan d alam

Pelatihan Berjenjang Anaphilaktik Syok Bagi Petugas Kesehatan Dati II Diselenggarakan Oleh kanwil Depkes
Prop. Jateng 4 September di Semarang.

18
2. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive)

pelanggaran hak-hak konsumen listrik, dengan mengenakan sanksi pidana

dan hukuman.

3. Hukum perdata berfungsi untuk memulihkan hak (curative; recovery;

remedy), dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian47

Pasien sebagai peserta jaminan sosial saligus sebagai pengguna jasa pelayanan

persalinan mempunyai hak untuk di lindungi. Jaminan sosial adalah perlindungan

yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko atau

peristiwa-peristiwa tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari

peristiwa-peristiwa yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunya sebagian besar

penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis dan/atau jaminan keuangan

terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan untuk

tunjangan keluarga dan anak.48 Secara singkat jaminan sosial diartikan sebagai

bentuk perlindungan sosial yang menjamin seluruh rakyat agar dapat mendapatkan

kebutuhan dasar yang layak.

47
Op cit, wahyu saongko hlm 20
48Zaeni Asyhadie, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, Rajawali Pers,
Mataram. 2007. Hlm. 33.

19
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pelaksanaan JKN pada dasarnya merupakan amanat UU SJSN dan UU No.

24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), dimana

jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta

memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah

membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Secara sederhana JKN

yang dikembangkan oleh pemerintah merupakan bagian dari SJSN yang

diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang

bersifat wajib (mandatory)49. Pasien dalam hal ini mempunyai posisi sebagai

peserta Jaminan Sosial bukan berati haknya harus di batasi oleh pemerintah terkait

system yang berlaku dalam peraturan BPJS Kesehatan. Pasien juga disini berlaku

sebagai jasa konsumen layanan persalinan yang secara hukum perlindungan

konsumen mempunyai hak untuk memilih pelayanan yang dia inginkan, sehingga

hak dan kebutuhannya sebadai manusia yang ingin mendapatkan kenyamannan

dapat dipenuhi sesuai dengan teori Maslow dimana setiap orang mempunyai

kebutuhan akan rasa aman dan nyaman.50

B. SARAN

Pemerintah dalam ini sebagai penyelenggara Jaminan Sosial bidang kesehatan

kiranya perlu memperbaiki system yang dapat mengakomodir hak-hak dan

49
Ibid, h 28
50
Ibid, h. 25

20
kewajiban peserta untuk mendapatkan kenyamamnan sehingga masyarakat

Indonesia benar benar merasakan manfaat Jaminan Sosial sebagai amanat dari

UUD 1945.

21

Anda mungkin juga menyukai