Anda di halaman 1dari 13

234

MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 2, Juni 2014, Halaman 234-246

INFORMED CONSENT ATAS TINDAKAN KEDOKTERAN DI RUMAH SAKIT


GRHASIA PAKEM YOGYAKARTA*
Ninik Darmini** dan Rizky Septiana Widyaningtyas ***

Hukum Perdata, Program Studi Diploma 3 Hukum Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Jalan Kaliurang KM 1, Sekip Unit I, D.I. Yogyakarta 55281

Abstract
A written informed consent has been given for all medical acts in Ghrasia Hospital. This to be observed
such as the juridical force of informed consent which is given at the beginning of the medical treatment,
and the legal protection to Ghrasia Hospital Pakem Yogyakarta related to informed consent which is given
at the beginning of the medical treatment. This research shows that the informed consent was valid only
for medical acts performed as an initial treatment. Moreover, the hospital must tell the family about the
medical treatment that has been done.
Keywords: informed consent, medical acts.

Intisari
Sebuah informed consent tertulis diberikan untuk seluruh tindakan kedokteran di Rumah Sakit Ghrasia,
menimbulkan dua hal yang perlu diteliti, yaitu: kekuatan yuridis informed consent yang diberikan pada
saat permulaan pasien penderita gangguan jiwa akan menjalani perawatan pada Rumah Sakit Grhasia
Pakem Yogyakarta dan perlindungan hukum terhadap Rumah Sakit Grhasia Pakem Yogyakarta berkaitan
dengan diberikannya informed consent pada saat permulaan pasien penderita gangguan jiwa akan
menjalani perawatan. Hasil penelitian menyatakan bahwa: Pertama, informed consent hanya sah untuk
tindakan kedokteran yang dilakukan sebagai penanganan awal pasien. Kedua, rumah sakit wajib segera
memberitahukan kepada keluarga atas tindakan kedokteran yang telah dilakukan.
Kata Kunci: informed consent, tindakan kedokteran.

Pokok Muatan
A. Latar Belakang.................................................................................................................................... 235
B. Metode Penelitian............................................................................................................................... 236
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan....................................................................................................... 237
D. Kesimpulan......................................................................................................................................... 245

*
Hasil Penelitian Program Studi Diploma 3 Hukum Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Tahun 2012.
**
Alamat korespondensi: ninik.darmini@yahoo.com
***
Alamat korespondensi: rizkyseptiana39@yahoo.co.id
Darmini dan Widyaningtyas, Informed Consent Atas Tindakan Kedokteran di Rumah Sakit Grhasia Pakem 235

A. Latar Belakang kemampuan tersebut tidak dimiliki, misal dalam


Kesehatan adalah hak setiap orang yang keadaan tidak sadar, kesehatan mental terganggu,
dijamin oleh negara. Hak tersebut diatur dalam atau belum dewasa, maka keputusan tersebut dapat
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang diwakili oleh pihak ketiga yaitu wali, pengampu,
Kesehatan, yaitu setiap orang mempunyai hak yang atau keluarga terdekat.
sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3
Terdapat beberapa hak pasien yang harus dihormati Tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa mengatur bahwa
dalam pemberian pelayanan kesehatan, diantaranya untuk mendapatkan perawatan atau pengobatan
adalah hak untuk menentukan nasib sendiri dan pada suatu tempat perawatan harus ada permohonan
hak atas informasi. Informed consent merupakan dari salah seorang berikut: si penderita jika ia sudah
bentuk persetujuan atas tindakan kedokteran yang dewasa, suami/istri atau seorang anggota keluarga
akan dilakukan setelah mendapatkan penjelasan yang sudah dewasa, wali dan/atau yang dapat
yang lengkap mengenai tindakan kedokteran yang dianggap sebagai wali dari si penderita, Kepala
dimaksud, sampai sejauh mana risiko yang akan Polisi/Kepala Pamongpraja di tempat tinggal atau
dapat terjadi, mempunyai kedudukan yang penting di daerah di mana si penderita berada, dan Hakim
dalam perjanjian terapeutik yang bertumpu pada Pengadilan Negeri bila dalam suatu perkara timbul
dua macam hak di atas. Informasi yang diberikan persangkaan bahwa yang bersangkutan adalah
haruslah merupakan informasi yang jelas, terinci, penderita penyakit jiwa. Pasien penderita gangguan
dan lengkap. jiwa cenderung tidak dapat menginsafi segala hal
Hal yang paling utama dalam informed yang diperbuatnya, oleh karena itu ia digolongkan
consent adalah dapat dimengertinya informasi dalam orang yang tidak cakap, dalam hal ini
oleh pasien, oleh karena itu penting bagi dokter untuk memberikan persetujuan ataupun penolakan
yang akan melakukan suatu tindakan kedokteran terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan
menyampaikan penjelasan secara lengkap dengan terhadapnya setelah mendapat penjelasan yang
bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien. Pihak lengkap, maka persetujuan atau penolakan terhadap
yang bertanggungjawab menyampaikan penjelasan tindakan kedokteran tersebut dilakukan oleh pihak
adalah dokter yang akan melakukan tindakan ketiga sebagaimana telah dijelaskan di atas.
kedokteran, tetapi apabila yang bersangkutan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
berhalangan, penjelasan dapat disampaikan oleh oleh Samgar Siahaan mengenai Perlindungan
dokter lain dengan sepengetahuannya. Pen Hukum Hak-Hak Pasien Penderita Gangguan Jiwa
delegasian wewenang kepada perawat hanya terhadap Tindakan Kedokteran yang Menggunakan
dibenarkan apabila tindakan kedokteran tersebut Informed Consent di Rumah Sakit Grhasia Pakem
bukan merupakan tindakan bedah atau tindakan Yogyakarta, informed consent secara tertulis
invasif lainnya.1 Selanjutnya pihak yang berhak dalam bentuk surat pernyataan harus diisi dan
menyatakan persetujuan atas tindakan kedokteran ditandatangani oleh pihak keluarga/tetangga/wakil
tersebut pada dasarnya adalah pasien sendiri. Tentu instansi pemerintah pada hari dan tanggal pasien
saja untuk dapat menyatakan persetujuan secara masuk rumah sakit, bersamaan dengan pengisian
mandiri ini, yang bersangkutan harus dalam keadaan Surat Perjanjian Perawatan dan Surat Permohonan
mampu mengambil keputusan. Tetapi apabila dan Persetujuan Pembiayaan Perawatan.2 Informed

1
Azrul Anwar, Latar Belakang Pentingnya Informed Consent bagi Dokter, Makalah, Forum Diskusi Inform Consent: Informed Consent:
Persetujuan Tindakan Medis, Rumah Sakit Pusat Pertamina Bekerja Sama dengan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta,1991, hlm.
2.
2
Samgar Siahaan, 2012, Perlindungan Hukum Hak-Hak Pasien Penderita Gangguan Jiwa terhadap Tindakan Kedokteran yang Menggunakan
Informed Consent di Rumah Sakit Grhasia Pakem Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 73.
236 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 2, Juni 2014, Halaman 234-246

consent yang diberikan pada awal saat pasien mulai dengan cara mengumpulkan, mempelajari, dan
masuk rumah sakit untuk segala jenis tindakan menganalisis data tertulis yang terdapat dalam
kedokteran yang akan dilakukan kemudian hari peraturan, buku-buku, makalah, dan bahan-
menyebabkan timbulnya kekhawatiran akan adanya bahan lain yang berhubungan dengan masalah
pelanggaran terhadap hak-hak pasien, karena hal yang diteliti. Data yang diperoleh dari penelitian
yang demikian memberikan kewenangan yang kepustakaan adalah data sekunder yaitu data
luas kepada tenaga kesehatan dan membuka yang diperoleh dengan mempelajari peraturan
kemungkinan untuk dilakukannya tindakan- perundang-undangan, buku-buku, literatur-literatur,
tindakan kedokteran yang dapat merugikan pasien, yang berkaitan dengan permasalahan yang akan
misalnya dilakukannya tindakan yang bersifat diteliti. Data sekunder terdiri dari bahan hukum
invasif tanpa adanya informed consent lagi secara primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum
khusus atas tindakan tersebut. Sudah seharusnya primer adalah bahan hukum yang bersifat mengikat,
informed consent diberikan setelah dilakukan yang terdiri dari: Kitab Undang-Undang Hukum
diagnosa terhadap penyakit yang diderita oleh Perdata, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1966
pasien untuk kemudian ditentukan jenis tindakan tentang Kesehatan Jiwa, Undang-Undang Nomor 29
kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, Undang-
tersebut. Oleh karena itu penting untuk adanya Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
suatu perlindungan hukum atas hak-hak pasien, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
khususnya pada pasien gangguan jiwa sehingga Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
dapat meminimalkan tindakan sewenang-wenang 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan
oleh tenaga kesehatan terhadap pasien penderita Tindakan Kedokteran. Bahan hukum sekunder
gangguan jiwa. adalah bahan hukum yang memberi petunjuk dan
Berdasarkan uraian pada latar belakang di penjelasan terhadap bahan hukum primer, yang
atas, maka permasalahan yang diajukan dalam terdiri dari buku-buku yang membahas tentang
penelitian ini adalah: Pertama, bagaimanakah perjanjian, buku-buku yang membahas tentang
kekuatan yuridis dari informed consent yang kesehatan, buku-buku yang membahas tentang
diberikan pada saat permulaan pasien penderita rumah sakit, buku-buku yang membahas tentang
gangguan jiwa akan menjalani perawatan pada informed consent, hasil penelitian yang relevan
Rumah Sakit Grhasia Pakem Yogyakarta? Kedua, dengan penelitian ini.
bagaimanakah perlindungan hukum terhadap Dalam penelitian kepustakaan, teknik yang
Rumah Sakit Grhasia Pakem Yogyakarta berkaitan digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan
dengan diberikannya informed consent pada saat yaitu dengan studi dokumen. Dokumen-dokumen
permulaan pasien penderita gangguan jiwa akan yang dipelajari dan diteliti adalah dokumen yang
menjalani perawatan? memberikan penjelasan mengenai permasalahan
dalam penelitian ini. Hal tersebut dimaksudkan untuk
B. Metode Penelitian mendapatkan gambaran secara umum mengenai
Penelitian tentang Informed Consent Atas hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan
Tindakan Kedokteran di Rumah Sakit Grhasia ini. Penelitian lapangan merupakan penelitian
Pakem Yogyakarta merupakan penelitian yuridis- yang dilakukan dengan cara terjun langsung di
empiris. Untuk memperoleh jawaban dari perma lokasi penelitian dengan tujuan untuk memperoleh
salahan yang ada maka dilakukan penelitian. Jenis bahan-bahan atas informasi yang berkaitan dengan
penelitian yang digunakan meliputi penelitian permasalahan yang diteliti serta untuk melengkapi
kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian data dan bahan-bahan yang diperoleh dari penelitian
kepustakaan dilakukan dengan studi dokumen, kepustakaan. Data yang diperoleh dari penelitian
Darmini dan Widyaningtyas, Informed Consent Atas Tindakan Kedokteran di Rumah Sakit Grhasia Pakem 237

lapangan adalah data primer yaitu data yang di Fakultas Kedokteran UGM, yaitu dr. Risanto
diperoleh dari responden dan narasumber dalam Siswosudarmo, Sp.Og.
penelitian. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pengumpulan data dilakukan dengan cara
Grhasia Pakem Yogyakarta, dengan pertimbangan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap
sebagai berikut: Pertama, Rumah Sakit Grhasia responden dengan mengadakan tanya jawab secara
adalah rumah sakit khusus yang didirikan oleh langsung berdasarkan pedoman wawancara yang
Pemerintah sebagai institusi penyedia jasa layanan telah dibuat sebelumnya. Wawancara merupakan
kesehatan yang menangani pasien penderita cara yang paling efektif dalam pengumpulan data
gangguan atau penyakit jiwa. Kedua, Rumah Sakit primer di lapangan dan juga untuk memperoleh
Grhasia merawat banyak pasien penderita gangguan gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang
jiwa. Dalam penelitian ini cara pengambilan sampel diteliti. Alat pengumpulan data yang digunakan
yang digunakan dengan melakukan teknik non adalah pedoman wawancara berupa pertanyaan
random sampling, yaitu tidak setiap unit dalam yang telah disusun dalam suatu daftar yang bersifat
populasi mendapat kesempatan yang sama untuk terbuka dan disusun secara sistematis yang berkaitan
dipilih sebagai sampel. Jenis non random sampling dengan masalah yang diteliti. Pedoman wawancara
yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu hanya memuat garis besarnya saja sehingga tidak
metode pengambilan sampel yang didasarkan pada menutup kemungkinan diajukan pertanyaan lain
ciri-ciri, kriteria dan pertimbangan yang dianggap sepanjang masih berhubungan dengan masalah
mempunyai hubungan erat dengan tujuan penelitian yang diteliti. Data yang diperoleh dari penelitian
dan permasalahan yang diteliti. Responden yang lapangan disusun dan dikelompokkan sesuai materi
ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa menurut sumbernya, kemudian didukung dengan
responden berkaitan erat dan terlibat secara data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan
langsung dalam pelaksanaan informed consent selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan disajikan
pada tindakan kedokteran di Rumah Sakit Grhasia secara deskriptif.
Pakem Yogyakarta. Responden dalam penelitian
ini adalah pihak-pihak berkaitan erat dan terlibat C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
secara langsung dalam pelaksanaan informed Untuk mengetahui kekuatan yuridis dari
consent pada tindakan kedokteran di Rumah Sakit informed consent yang diberikan pada saat
Grhasia Pakem Yogyakarta, terdiri dari: 4 (empat) permulaan pasien penderita gangguan jiwa akan
orang Dokter Spesialis Jiwa yang bekerja pada menjalani perawatan pada Rumah Sakit Grhasia
Rumah Sakit Grhasia Pakem Yogyakarta yang Pakem Yogyakarta serta perlindungan hukum
melakukan tindakan kedokteran yang memerlukan terhadap Rumah Sakit Grhasia Pakem Yogyakarta
informed consent dan 1 (satu) orang Petugas Bagian berkaitan dengan diberikannya informed consent
Rekam Medis yang bekerja pada Rumah Sakit pada saat permulaan pasien penderita gangguan
Grhasia Pakem Yogyakarta yang memberikan Surat jiwa akan menjalani perawatan, maka dari hasil
Pernyataan Persetujuan atau Penolakan Informed penelitian diperoleh gambaran bahwa dari responden
Consent Tindakan Medis yang harus diisi oleh yang terdiri dari 4 (empat) orang dokter dan 1
keluarga pasien atau petugas Dinas Sosial pada saat (satu) orang petugas rekam medis menerangkan
pasien masuk rumah sakit untuk pertama kalinya. bahwa, ketika seorang pasien pertama kali akan
Narasumber dalam penelitian ini adalah 1 (satu) menjalani perawatan di Rumah Sakit Grhasia,
orang dokter yang telah berpraktik lebih dari 10 terdapat beberapa dokumen yang harus diisi oleh
tahun di Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta keluarga/instansi pemerintah yang bertanggung
yang telah melakukan tindakan kedokteran yang jawab atas diri pasien setelah dokter memberikan
memerlukan informed consent sekaligus pengajar diagnosa dan merekomendasikan untuk rawat inap,
238 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 2, Juni 2014, Halaman 234-246

yaitu berupa Surat Permohonan dan Persetujuan yang bertanggung jawab atas diri pasien berkaitan
Pembiayaan Perawatan, Persetujuan Perjanjian dengan perawatan pasien. Persetujuan Tindakan
Perawatan, dan Persetujuan Tindakan Medis/ Medis ini diberikan satu kali oleh keluarga/instansi
Penolakan Tindakan Medis.3 Surat Permohonan pemerintah yang bertanggung jawab atas diri pasien
dan Persetujuan Pembiayaan Perawatan berisi untuk seluruh tindakan kedokteran yang kemudian
permohonan supaya pasien mendapatkan perawatan akan dilakukan terhadap pasien selama pasien
di rumah sakit serta kesanggupan keluarga/instansi menjalani perawatan di rumah sakit. Persetujuan
pemerintah untuk menanggung biaya perawatan Tindakan Medis sebagai bentuk informed consent
yang timbul karenanya, sementara Surat Perjanjian diberikan untuk tindakan-tindakan kedokteran yang
Perawatan berisi kewajiban-kewajiban keluarga/ dilakukan pada Rumah sakit Grhasia berupa injeksi,
instansi pemerintah yang bertanggung jawab atas infus, isolasi, pengikatan, terapi kejang listrik, dan
diri pasien selama pasien menjalani perawatan di lain-lain. Untuk pasien yang tidak memerlukan
rumah sakit. Surat Persetujuan Tindakan Medis rawat inap di rumah sakit tidak perlu dilakukan
dan Penolakan Tindakan Medis merupakan bentuk pengisian terhadap Persetujuan Tindakan Medis
informed consent yang dinyatakan secara tertulis, secara tertulis.4
yaitu berupa persetujuan atau penolakan terhadap Persetujuan Tindakan Medis di Rumah
tindakan kedokteran terhadap pasien yang dalam Sakit Grhasia diberikan satu kali oleh keluarga/
hal ini diisi oleh keluarga/instansi pemerintah instansi pemerintah yang bertanggung jawab atas
yang bertanggung jawab atas diri pasien penderita diri pasien untuk seluruh tindakan kedokteran yang
gangguan jiwa setelah mendapat penjelasan yang akan dilakukan terhadap pasien selama menjalani
lengkap dari dokter mengenai tindakan kedokteran perawatan di rumah sakit dengan pertimbangan
yang akan dilakukan. Di Rumah Sakit Grhasia, yang bahwa ketika pasien sudah mulai menjalan
bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan rawat inap di rumah sakit biasanya keluarga sulit
mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan dihubungi untuk dimintai persetujuan kembali
terhadap pasien penderita gangguan jiwa adalah atas tindakan-tindakan kedokteran yang akan
dokter yang menangani pasien yang bersangkutan. dilakukan terhadap pasien, selain itu terkait dengan
Untuk pasien yang direkomendasikan untuk perkembangan jiwa pasien yang sulit diprediksi
menjalani rawat inap di rumah sakit harus mengisi sehingga terkadang diperlukan tindakan secara
lembar Persetujuan Tindakan Medis. Untuk pasien cepat yang tidak memungkinkan untuk menunggu
yang baru pertama kali akan menjalani perawatan di persetujuan dari keluarga/instansi pemerintah, serta
rumah sakit, sebelum dilakukan pengisian terhadap untuk efisiensi waktu dalam melakukan penanganan
lembar Persetujuan Tindakan Medis terlebih dahulu terhadap pasien. Tidak semua tindakan yang bersifat
dokter menjelaskan secara lengkap mengenai invasif dan mengandung risiko yang tinggi yang
hal-hal yang berkaitan dengan pengisian lembar dilakukan terhadap pasien di Rumah Sakit Grhasia
tersebut, mengenai jenis-jenis tindakan kedokteran memerlukan informed consent secara khusus karena
yang mungkin akan dilakukan terhadap pasien informed consent tertulis yang diberikan pada saat
di kemudian hari selama perawatan, sedangkan pertama pasien akan menjalani rawat inap sudah
untuk pasien lama yang sebelumnya sudah pernah mencakup untuk seluruh tindakan yang diperlukan
menjalani rawat inap di rumah sakit maka dokter dalam masa perawatan dan pasien memerlukan
memberikan penjelasan sebatas mengenai hal yang penanganan yang cepat. Pihak rumah sakit
belum diketahui oleh keluarga/instansi pemerintah melakukan pemberitahuan kepada keluarga instansi

3
Hasil wawancara dengan petugas bagian rekam medis tanggal 25 Oktober 2012.
4
Hasil wawancara dengan dokter spesialis kejiwaan pada tanggal 1 Oktober 2012.
Darmini dan Widyaningtyas, Informed Consent Atas Tindakan Kedokteran di Rumah Sakit Grhasia Pakem 239

pemerintah yang bertanggung jawab atas diri pasien yang membutuhkan dilakukannya
terhadap perkembangan pasien, dalam hal kondisi tindakan kedokteran; (4) prognosis
pasien menurun atau kondisi pasien sudah membaik apabila dilakukan tindakan dan
sehingga sudah dapat segera dibawa pulang.5 apabila tidak dilakukan tindakan; dan
Informed consent diatur dalam Peraturan (5) tata cara pelaksanaan tindakan apa
Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/ yang akan dialami pasien selama dan
PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan sesudah tindakan, serta efek samping
Kedokteran. Informed consent atau persetujuan atau ketidaknyamanan yang mungkin
tindakan kedokteran merupakan persetujuan yang terjadi.
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah b. Penjelasan tentang tujuan tindakan
mendapat penjelasan secara lengkap mengenai kedokteran yang akan dilakukan,
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang meliputi tujuan tindakan kedokteran
akan dilakukan terhadap pasien.6 Pihak yang yang dapat berupa preventif,
bertanggung jawab menyampaikan penjelasan diagnostik, terapeutik, ataupun
kepada pasien adalah dokter yang melakukan rehabilitatif.
tindakan kedokteran. Tetapi apabila dokter yang c. Penjelasan tentang alternatif tindakan
bersangkutan berhalangan untuk menyampaikan kedokteran lain yang tersedia dan
penjelasan, penjelasan dapat diwakilkan kepada risikonya masing-masing, meliputi:
dokter lain dengan sepengetahuan dokter yang (1) alternatif tindakan lain berikut
bersangkutan. Pendelegasian wewenang kepada kelebihan dan kekurangannya
perawat hanya dibenarkan apabila tindakan dibandingkan dengan tindakan
kedokteran tersebut bukan merupakan tindakan yang direncanakan; (2) risiko dan
bedah atau tindakan invasif7 lainnya.8 komplikasi yang mungkin terjadi pada
Berdasarkan Pasal 7 dan Pasal 8 Peraturan masing-masing alternatif tindakan;
Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER/ (3) perluasan tindakan yang mungkin
III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran, dilakukan untuk mengatasi keadaan
penjelasan yang disampaikan haruslah mudah darurat akibat risiko dan komplikasi
dipahami dan setidak-tidaknya berkisar pada hal- tersebut dan keadaan tak terduga
hal pokok sebagai berikut: 9 lainnya.
a. Penjelasan mengenai diagnosis dan d. Penjelasan tentang risiko dan
tata cara tindakan kedokteran, yang komplikasi yang mungkin terjadi ,
meliputi: (1) temuan klinis dari meliputi: (1) risiko dan komplikasi yang
hasil pemeriksaan medis hingga saat sudah menjadi pengetahuan umum;
tersebut; (2) diagnosis penyakit, atau (2) risiko dan komplikasi yang sangat
dalam hal belum dapat ditegakkan, jarang terjadi atau yang dampaknya
maka sekurang-kurangnya diagnosis sangat ringan; dan (3) risiko dan
kerja atau diagnosis banding; (3) komplikasi yang tidak dibayangkan
indikasi atau keadaan klinis pasien sebelumnya (unforeseeable).

5
Hasil wawancara dengan dokter spesialis kejiwaan pada tanggal 1 Oktober 2012.
6
Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
7
Tindakan invasif menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah
suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien.
8
Azrul Anwar, Loc.cit.
9
Pasal 7 dan Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
240 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 2, Juni 2014, Halaman 234-246

e. Penjelasan tentang prognosis penyakit mengatur bahwa penjelasan mengenai tindakan


apabila tindakan kedokteran tersebut kedokteran harus diberikan secara lengkap dengan
dilakukan atau tidak dilakukan, bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain
meliputi: (1) prognosis tentang hidup yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman.
dan matinya (ad-vitam); (2) prognosis Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh
tentang fungsinya (ad functionam); Soerjono Soekanto bahwa persetujuan dalam
dan (3) prognosis tentang kesembuhan informed consent terkadang menjadi suatu masalah
(ad sanationam). bagi pasien untuk memutuskan dirawat, karena
f. Perkiraan pembiayaan. terkadang pasien tidak dapat memahami informasi
Di Rumah Sakit Grhasia, yang bertanggung yang disampaikan oleh dokter atau informasi yang
jawab untuk memberikan penjelasan mengenai disampaikan dalam bentuk tertulis. Jika pasien
tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap tidak dapat memahami informasi yang diberikan
pasien penderita gangguan jiwa adalah dokter maka tidak akan ada informed consent. Oleh karena
yang menangani pasien yang bersangkutan. Untuk itu, informasi seharusnya diberikan dengan bahasa
pasien yang direkomendasikan untuk menjalani yang mudah dipahami oleh pasien sehingga dapat
rawat inap di rumah sakit harus mengisi lembar menjadi dasar persetujuan yang diberikan dalam
Persetujuan Tindakan Medis. Untuk pasien yang informed consent.10 Jusuf Hanafiah dan Amri
baru pertama kali akan menjalani perawatan di Amir menambahkan, bahwa informed consent
rumah sakit, sebelum dilakukan pengisian terhadap disampaikan setelah dokter memutuskan akan
lembar Persetujuan Tindakan Medis terlebih dahulu melakukan suatu tindakan yang bersifat invasif.
dokter menjelaskan secara lengkap mengenai Pasien atau keluarga pasien harus diberi waktu yang
hal-hal yang berkaitan dengan pengisian lembar cukup untuk menentukan keputusannya.11
tersebut, mengenai jenis-jenis tindakan kedokteran Pada dasarnya persetujuan yang diberikan
yang mungkin akan dilakukan terhadap pasien dapat berupa persetujuan tertulis dan persetujuan
di kemudian hari selama perawatan, sedangkan lisan. Pasal 3 ayat (1) sampai dengan ayat (5)
untuk pasien lama yang sebelumnya sudah pernah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/
menjalani rawat inap di rumah sakit maka dokter MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan
memberikan penjelasan sebatas mengenai hal yang Tindakan Kedokteran mengatur mengenai bentuk
belum diketahui oleh keluarga/instansi pemerintah persetujuan yang diberikan:12
yang bertanggung jawab atas diri pasien berkaitan (1) Setiap tindakan kedokteran yang
dengan perawatan pasien. mengandung risiko tinggi harus
Mengenai pentingnya penjelasan secara memperoleh persetujuan tertulis yang
lengkap ini ditegaskan dalam Pasal 45 ayat (2) ditandatangani oleh yang berhak
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang memberikan persetujuan.
Praktik Kedokteran, yang menyatakan bahwa (2) Tindakan kedokteran yang tidak
persetujuan atas setiap tindakan kedokteran termasuk dalam ketentuan sebagai
yang akan dilakukan oleh dokter terhadap pasien mana dimaksud pada ayat (1) dapat
diberikan setelah pasien mendapat penjelasan diberikan dengan persetujuan lisan.
secara lengkap. Pasal 9 Peraturan Menteri (3) Persetujuan tertulis sebagaimana
Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran bentuk pernyataan yang tertuang

10
Soerjono Soekanto, 1990, Segi-Segi Hukum Hak dan Kewajiban Pasien, Mandar Maju, Bandung, hlm. 22-23.
11
Jusuf Hanafiah, et al.,1999, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hlm. 70.
12
Pasal 3 ayat (1), (2), (3), (4), (5) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
Darmini dan Widyaningtyas, Informed Consent Atas Tindakan Kedokteran di Rumah Sakit Grhasia Pakem 241

dalam formulir yang dibuat untuk itu. para pihak telah terpenuhi. Artinya, persetujuan
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud diberikan setelah pihak yang memberikan
pada ayat (2) dapat diberikan dalam persetujuan tersebut memahami secara jelas
bentuk ucapan setuju atau bentuk mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan
gerakan menganggukkan kepala yang dan menetapkan keputusan secara mandiri yang
dapat diartikan sebagai ucapan setuju. menurut pertimbangannya terbaik bagi diri pasien.
(5) Dalam hal persetujuan lisan yang Oleh karena itu, jika keluarga/instansi pemerintah
diberikan sebagaimana dimaksud pada yang bertanggung jawab atas diri pasien tidak setuju
ayat (2) dianggap meragukan, maka dengan tindakan kedokteran yang akan dilakukan
dapat dimintakan persetujuan tertulis. terhadap pasien dapat dilakukan penolakan
Dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan terhadap tindakan kedokteran dengan cara mengisi
bahwa persetujuan secara tertulis diperlukan untuk lembar Penolakan Tindakan Medis. Wila Candra
tindakan kedokteran yang mengandung risiko Supriadi menjelaskan bahwa pihak pasien memiliki
tinggi, sedangkan untuk tindakan kedokteran yang hak untuk menolak pengobatan bagi diri pasien,
tidak mengandung risiko tinggi dapat diberikan meskipun hal ini dapat menjadi dilema bagi dokter
persetujuan secara lisan. Informed consent sebagai karena di satu sisi dokter memiliki kewajiban moral
suatu persetujuan merupakan satu bentuk dari untuk menolong pasien, sedangkan di sisi lain dokter
perjanjian yang harus memenuhi syarat sahnya harus menghormati hak pasien, termasuk menolak
perjanjian sebagaimana diatur dalam ketentuan memberikan persetujuan. Namun jika pihak pasien
Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu: sepakat mereka menolak tindakan kedokteran meskipun telah
yang mengikatkan dirinya, cakap untuk membuat diberi informasi tentang kemungkinan sembuh
suatu perikatan, suatu hal tertentu, suatu sebab yang dan tentang risiko jika tidak dilakukan tindakan
halal. Sepakat merupakan pernyataan kehendak kedokteran, maka dokter tidak dapat memaksakan
yang disetujui (overeenstemende wilsverklaring) kepada pasien untuk memberikan persetujuan.13
antara para pihak mengenai pokok perjanjian. Pada dasarnya informed consent atau perse
Untuk mencapai suatu kesepakatan dalam tujuan terhadap tindakan kedokteran diberikan oleh
mengadakan perjanjian, kedua pihak haruslah pasien yang bersangkutan setelah ia mendapat
mempunyai kebebasan kehendak dalam membuat kan penjelasan yang lengkap mengenai tindakan
suatu perjanjian. Para pihak tidak mendapat suatu kedokteran yang akan dilakukan terhadap
tekanan yang mengakibatkan cacat bagi perwujudan dirinya, hal ini berkaitan dengan hak pasien untuk
kehendak tersebut. Cacat kehendak dapat terjadi menentukan pilihan yang dianggapnya paling baik
apabila dalam pembuatan suatu perjanjian tersebut untuk dirinya sendiri. Mengenai kecakapan untuk
terdapat kekhilafan, paksaan, penipuan, ataupun melakukan perbuatan hukum termasuk memberikan
penyalahgunaan keadaan. Dalam pemberian persetujuan dalam informed consent, berkaitan erat
Persetujuan Tindakan Medis oleh keluarga/instansi dengan ketentuan pasal 1329 dan Pasal 1330 KUH
pemerintah yang bertanggung jawab terhadap diri Perdata. Pasal 1329 menyatakan, Setiap orang
pasien penderita gangguan jiwa di Rumah Sakit adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan
Grhasia dilakukan setelah mendapatkan informasi jika oleh Undang-Undang tidak dinyatakan tidak
yang lengkap mengenai tindakan kedokteran yang cakap. Selanjutnya Pasal 1330 mengatur:
akan dilakukan terhadap diri pasien maka untuk Tidak cakap untuk membuat perjanjian-
syarat sah perjanjian terkait dengan kesepakatan perjanjian adalah: (1) mereka yang belum

13
Wila Candra Supriadi, 2001, Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung, hlm. 68.
242 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 2, Juni 2014, Halaman 234-246

dewasa; (2) mereka yang ditaruh di bawah seorang anak yang belum dewasa harus diwakili
pengampuan; dan (3) orang-orang perempuan, oleh orang tua atau walinya, maka seorang dewasa
dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-
yang ditaruh di bawah pengampuan harus diwakili
undang, dan pada umumnya semua orang
kepada siapa undang-undang telah melarang, oleh pengampu atau kuratornya.
membuat perjanjian-perjanjian tertentu.14 Untuk dapat menyatakan persetujuan secara
mandiri ini pasien harus berada dalam keadaan
KUH Perdata memandang bahwa seorang
mampu untuk mengambil keputusan. Tetapi dalam
wanita yang telah bersuami tidak cakap membuat
hal kemampuan untuk mengambil keputusan
perjanjian. Dengan diundangkannya Undang-
tersebut tidak dimiliki,15 seperti pada pasien-pasien
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
penderita gangguan jiwa yang menjalani perawatan
yang mengatur bahwa suami dan istri memiliki hak
di Rumah Sakit Grhasia, maka keputusan tersebut
dan kewajiban yang seimbang serta masing-masing
dapat diberikan oleh keluarga atau instansi
pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum,
pemerintah yang bertanggung jawab atas diri
maka ketentuan Pasal 1330 angka 3 tersebut dicabut
pasien. Untuk memenuhi syarat sah perjanjian
dan tidak berlaku lagi. Mengenai batas kedewasaan
yang kedua yaitu mengenai kecakapan pihak yang
dalam lapangan hukum perdata telah diatur dalam
membuat perjanjian, maka keluarga atau wakil dari
beberapa ketentuan, di antaranya dalam KUH
instansi pemerintah yang memberikan persetujuan
Perdata yang mengatur bahwa seseorang telah
tersebut haruslah merupakan orang yang cakap
dewasa jika sudah berusia 21 tahun atau sudah
secara hukum, yaitu sudah dewasa (berusia 18 tahun
pernah melakukan perkawinan, kemudian Undang-
atau lebih atau sudah menikah) dan tidak berada di
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
bawah pengampuan.
mengatur batas usia kedewasaan adalah 18 tahun.
Syarat sah ketiga yang harus dipenuhi dalam
Dalam hal ini ketentuan yang berlaku adalah
suatu perjanjian adalah adanya suatu hal yang
ketentuan yang terbaru, yaitu Undang-Undang
tertentu, yang berkaitan dengan objek perjanjian.
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan karena
Dalam hal prestasi dalam suatu perjanjian atau
berlaku asas lex posteriori derogat legi priori, yaitu
objek perjanjiannya adalah berupa melakukan
jika beberapa ketentuan mengatur secara berbeda
suatu perbuatan tertentu, maka perbuatan yang
mengenai hal yang sama maka yang berlaku
diperjanjikan itu haruslah merupakan perbuatan
adalah ketentuan yang paling baru, jadi batas
yang mungkin untuk dilakukan. Jika dikaitkan
kedewasaan seseorang adalah berusia 18 tahun atau
dengan muatan dari informed consent, persetujuan
sudah pernah melakukan perkawinan. Selanjutnya
oleh pasien atau wakilnya setelah mendapat
menurut Pasal 433 KUH Perdata, orang-orang yang
penjelasan yang lengkap mengenai tindakan
diletakkan di bawah pengampuan adalah setiap
kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien,
orang dewasa yang selalu dalam keadaan dungu,
diberikan untuk setiap jenis tindakan kedokteran
sakit otak atau mata gelap dan boros. Orang yang
yang akan dilakukan terhadap pasien, terutama
tidak sehat pikirannya tidak mampu menginsafi
untuk tindakan kedokteran yang bersifat invasif
tanggung jawab yang dipikul oleh seorang yang
dan mengandung risiko yang tinggi harus dilakukan
mengadakan perjanjian. Orang yang ditaruh di
persetujuan dalam bentuk tertulis. Persetujuan
bawah pengampuan menurut hukum tidak mampu
Tindakan Medis tertulis di Rumah Sakit Grhasia
berbuat bebas dengan harta kekayaannya. Ia berada
diberikan satu kali pada awal pasien menjalani
di bawah pengawasan pengampuan. Kedudukannya
rawat inap untuk seluruh tindakan kedokteran yang
sama dengan anak yang belum dewasa. Kalau

14
Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
15
R. Subekti, 1987, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, hlm. 1.
Darmini dan Widyaningtyas, Informed Consent Atas Tindakan Kedokteran di Rumah Sakit Grhasia Pakem 243

akan dilakukan terhadap pasien selama menjalani Pentingnya diberikan penjelasan secara
perawatan. Informed consent sesungguhnya harus lengkap atas setiap tindakan kedokteran yang akan
diberikan untuk setiap tindakan kedokteran yang dilakukan terhadap pasien kemudian diperoleh
akan dilakukan terhadap pasien, artinya apabila suatu persetujuan adalah sebagai perlindungan
dalam suatu rangkaian upaya dalam penyembuhan terhadap hak pasien atas informasi kedokteran dan
pasien memerlukan beberapa macam tindakan hak untuk menentukan nasib sendiri. Lebih jauh
kedokteran, terutama yang bersifat invasif dan lagi, konsekuensi hukum atas tidak terlaksananya
mengandung risiko yang tinggi maka informed informed consent seperti yang diatur dalam Undang-
consent diberikan pada setiap tindakan kedokteran Undang Praktik Kedokteran, terutama untuk suatu
tersebut.16 Oleh karena itu, informed consent yang tindakan invasif (contohnya pembedahan, tindakan
diberikan oleh keluarga pasien/instansi pemerintah radiologi invasive) dan tindakan yang mengandung
pada awal pasien menjalani perawatan tersebut sah risiko tinggi yang dilakukan oleh pelaksana jasa
untuk tindakan kedokteran yang dilakukan sebagai tindakan kedokteran tanpa izin dari pihak pasien,
penanganan pertama terhadap pasien. Selanjutnya, maka pelaksanaan dari tindakan kedokteran
jika di kemudian hari diperlukan dilakukan tersebut dapat dituntut telah melakukan pelanggaran
tindakan-tindakan kedokteran lain, pada dasarnya terhadap Pasal 351 KUHP (Kitab Undang-Undang
perlu diberikan informed consent untuk setiap Hukum Pidana) tentang penganiayaan. Fred Ameln
tindakan, baik secara tertulis atau pun lisan. Khusus menjelaskan bahwa supaya seorang dokter tidak
untuk tindakan kedokteran yang mengandung dapat dikenakan Pasal 351 KUHP maka dalam
risiko yang tinggi harus memperoleh persetujuan melaksanakan tindakan kedokteran yang bersifat
secara tertulis, dan tidak dapat mendasarkan pada dapat menimbulkan luka terhadap seorang pasien
informed consent yang telah diberikan pada awal harus mendapatkan persetujuan dari orang yang
pasien menjalani perawatan di rumah sakit.17 dilukai tersebut (pasien), tindakan kedokteran
Pengecualian pemberian informed consent sebelum tersebut berdasarkan suatu indikasi medik dan
tindakan kedokteran dilakukan diatur dalam ditujukan pada suatu tujuan yang konkret, serta
ketentuan Pasal 4 Peraturan Menteri Kesehatan tindakan kedokteran yang dilakukan sesuai dengan
Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang ilmu kedokteran.18
Persetujuan Tindakan Kedokteran, bahwa dalam Persetujuan Tindakan Medis di Rumah
keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan Sakit Grhasia diberikan satu kali pada awal pasien
jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak menjalani rawat inap untuk seluruh tindakan
diperlukan persetujuan tindakan kedokteran, namun kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien
kemudian dokter atau dokter gigi wajib memberikan selama menjalani perawatan dikarenakan adanya
penjelasan sesegera mungkin kepada pasien setelah pertimbangan bahwa ketika pasien sudah mulai
pasien sadar atau kepada keluarga terdekat setelah menjalani rawat inap di rumah sakit biasanya
tindakan kedokteran dilakukan. Selanjutnya untuk keluarga sulit dihubungi untuk dimintai persetujuan
memenuhi syarat sah perjanjian yang keempat, kembali atas tindakan-tindakan kedokteran
yaitu mengenai sebab yang halal, hal-hal yang yang akan dilakukan terhadap pasien, selain itu
termuat dalam lembar Persetujuan Tindakan Medis terkait dengan perkembangan jiwa pasien yang
tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang, sulit diprediksi sehingga terkadang diperlukan
ketertiban umum dan kesusilaan. tindakan secara cepat yang tidak memungkinkan

16
Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Loc.cit.
17
Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
18
Fred Ameln, 1991, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Grafikatama Jaya, Jakarta, hlm. 43-44.
244 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 2, Juni 2014, Halaman 234-246

untuk menunggu persetujuan dari keluarga/ dr. Risanto Siswosudarmo, Sp.Og. yang merupakan
instansi pemerintah, serta untuk efisiensi waktu pengajar di Fakultas Kedokteran UGM dan dokter
dalam melakukan penanganan terhadap pasien. senior di Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta,
Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal bahwa jika pasien penderita gangguan jiwa
2 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor bersikap agresif sehingga sulit untuk dikendalikan
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan serta membahayakan orang di sekitarnya, maka
Tindakan Kedokteran, informed consent diberikan penanganan berupa pemberian tindakan kedokteran
untuk setiap tindakan kedokteran yang akan terhadap pasien yang demikian dapat segera
dilakukan terhadap pasien. Informed consent yang dilakukan tanpa didahului dengan informed consent.
diberikan oleh keluarga/instansi pemerintah pada Namun berdasarkan ketentuan Pasal 4 Permenkes,
awal pasien akan menjalani rawat inap di rumah setelah suatu tindakan kedokteran yang dilakukan
Sakit Grhasia hanya berlaku untuk tindakan awal karena adanya kondisi darurat, merupakan suatu
yang dilakukan oleh pihak rumah sakit terhadap kewajiban bagi pihak rumah sakit, termasuk Rumah
pasien. Untuk tindakan-tindakan lain yang Sakit Grhasia untuk segera memberitahukan kepada
diperlukan selama pasien dalam perawatan perlu keluarga/instansi pemerintah yang bertanggung
diberikan informed consent untuk setiap tindakan, jawab atas diri pasien atas segala tindakan
terutama untuk tindakan yang mengandung risiko kedokteran yang telah dilakukan tersebut.
tinggi dan tidak dapat mendasarkan pada informed Pada dasarnya rumah sakit tidak dapat
consent yang telah diberikan terdahulu. Sekalipun dipersalahkan ketika tindakan kedokteran telah
pasien yang menjalani perawatan pada Rumah dilakukan sesuai dengan standar prosedur dan
Sakit Grhasia mengalami gangguan jiwa, namun standar profesi, termasuk dengan adanya informed
pasien tersebut memiliki hak-hak yang harus consent yang diberikan oleh keluarga/instansi
dilindungi, dan pemberian informed consent ini pemerintah yang bertanggung jawab atas diri pasien.
merupakan salah satu upaya dalam memberikan Pihak rumah sakit juga tidak dapat dipersalahkan
perlindungan terhadap hak pasien, untuk mencegah jika tindakan invasif atau tindakan yang mengan
tindakan kedokteran yang dapat merugikan diri dung risiko yang tinggi yang seharusnya memer
pasien. Hanya saja khusus dalam keadaan gawat lukan persetujuan tertulis tidak dilakukan manakala
darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau terjadi keadaan darurat. Pihak rumah sakit
mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan seyogyanya berhati-hati dalam melakukan tindakan
tindakan kedokteran, namun kemudian dokter kedokteran sesuai dengan standar prosedur dan
atau dokter gigi wajib memberikan penjelasan perlu adanya informed consent yang diberikan
sesegera mungkin kepada pasien setelah pasien untuk tindakan-tindakan medis berikutnya setelah
sadar atau kepada keluarga terdekat setelah dilakukan tindakan awal ketika pasien penderita
tindakan kedokteran dilakukan. Hal ini didasarkan gangguan jiwa mulai menjalani perawatan, karena
pada ketentuan Pasal 4 Peraturan Menteri melalui informed consent pihak keluarga/instansi
Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 pemerintah dapat memahami dan memperoleh
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Gawat gambaran yang jelas mengenai prosedur tindakan
darurat di sini merupakan keadaan klinis pasien kedokteran serta akibat yang ditimbulkan dari
yang membutuhkan tindakan medis segera guna tindakan kedokteran tersebut. Pemberian informed
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan consent pada saat awal pasien mulai menjalani
lebih lanjut.19 Di samping itu menurut narasumber, perawatan pada rumah sakit, yang digunakan

19
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072).
Darmini dan Widyaningtyas, Informed Consent Atas Tindakan Kedokteran di Rumah Sakit Grhasia Pakem 245

sebagai dasar atas dilakukannya seluruh tindakan pasien, sedangkan untuk tindakan-tindakan kedok-
kedokteran selama pasien menjalani perawatan teran lain yang diperlukan pada masa perawatan
memberikan kewenangan yang luas kepada tenaga selanjutnya pada dasarnya memerlukan informed
kesehatan dan membuka kemungkinan untuk consent tersendiri untuk setiap tindakan kedokteran
dilakukannya tindakan-tindakan kedokteran yang yang dilakukan, terutama untuk tindakan yang si-
dapat merugikan pasien, misalnya dilakukannya fatnya invasif dan mengandung risiko yang tinggi
tindakan yang bersifat invasif dan mengandung harus didahului dengan pemberian informed con-
risiko yang tinggi tanpa adanya informed consent sent secara tertulis. Khusus dalam keadaan gawat
lagi secara khusus atas tindakan tersebut. Penting darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
untuk adanya suatu perlindungan hukum atas hak- mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan
hak pasien, khususnya pada pasien gangguan jiwa tindakan kedokteran, namun kemudian dokter atau
sehingga dapat meminimalkan tindakan sewenang- dokter gigi wajib memberikan penjelasan sesegera
wenang oleh tenaga kesehatan terhadap pasien mungkin kepada pasien setelah pasien sadar atau
penderita gangguan jiwa. Begitu pula pentingnya kepada keluarga terdekat setelah tindakan kedok-
dilakukannya pemberitahuan atas tindakan teran dilakukan.
kedokteran yang telah dilakukan terhadap pasien Kedua, pada dasarnya rumah sakit tidak
sesuai dengan ketentuan Pasal 4 Peraturan Menteri dapat dipersalahkan ketika tindakan kedokteran
Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 telah dilakukan sesuai dengan standar prosedur dan
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah standar profesi, termasuk dengan adanya informed
untuk memberikan perlindungan hukum terhadap consent yang diberikan oleh keluarga/instansi
Rumah Sakit Ghrasia Yogyakarta sebagai penyedia pemerintah yang bertanggung jawab atas diri pasien.
layanan kesehatan dan para dokter yang melakukan Pihak rumah sakit juga tidak dapat dipersalahkan jika
tindakan kedokteran, supaya tindakan kedokteran tindakan invasif atau tindakan yang mengandung
yang telah dilakukan terhadap pasien terlebih yang risiko yang tinggi yang seharusnya memerlukan
mengandung risiko yang tinggi atau bersifat invasif persetujuan tertulis tidak dilakukan manakala terjadi
tidak melanggar ketentuan Pasal 351 KUHP tentang keadaan darurat, namun setelah tindakan tersebut
penganiayaan. dilakukan pihak rumah sakit memiliki kewajiban
untuk segera memberitahukannya kepada keluarga/
D. Kesimpulan instansi pemerintah yang bertanggung jawab atas
Berdasarkan penelitian Informed Consent diri pasien untuk memberikan perlindungan hukum
atas Tindakan Kedokteran di Rumah Sakit Grhasia terhadap Rumah Sakit Ghrasia Yogyakarta sebagai
Pakem Yogyakarta maka dapat diperoleh kesim- penyedia layanan kesehatan dan para dokter yang
pulan sebagai berikut: Pertama, informed consent melakukan tindakan kedokteran, supaya tindakan
secara tertulis yang diberikan pada saat pasien per- kedokteran yang telah dilakukan terhadap pasien
tama kali akan menjalani rawat inap di Rumah Sakit terlebih yang mengandung risiko yang tinggi atau
Grhasia hanya sah untuk tindakan-tindakan kedok- bersifat invasif tidak melanggar ketentuan Pasal
teran yang dilakukan sebagai penanganan awal pada 351 KUHP tentang penganiayaan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Hanafiah, Jusuf, et al.,1999, Etika Kedokteran


Ameln, Fred, 1991, Kapita Selekta Hukum dan Hukum Kesehatan, Penerbit Buku
Kedokteran, Grafikatama Jaya, Jakarta. Kedokteran EGC, Jakarta.
246 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 2, Juni 2014, Halaman 234-246

Soekanto, Soerjono, 1990, Segi-Segi Hukum Hak Forum Diskusi Inform Concsent: Informed
dan Kewajiban Pasien, Mandar Maju, Consent: Persetujuan Tindakan Medis,
Bandung. Rumah Sakit Pusat Pertamina Bekerja
Subekti, R., 1987, Hukum Perjanjian, Intermasa, Sama dengan Fakultas Hukum Universitas
Jakarta. Indonesia, Jakarta,1991.
Supriadi, Wila Candra, 2001, Hukum Kedokteran,
Mandar Maju, Bandung. D. Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
B. Hasil Penelitian
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 44 Tahun
Siahaan, Samgar, 2012, Perlindungan Hukum
2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Hak-Hak Pasien Penderita Gangguan
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
Jiwa terhadap Tindakan Kedokteran yang
153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Menggunakan Informed Consent di Rumah
Indonesia Nomor 5072).
Sakit Grhasia Pakem Yogyakarta, Skripsi,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,
MENKES/PER III/2008 tentang Persetujuan
Yogyakarta.
Tindakan Kedokteran.
C. Makalah
Anwar, Azrul, Latar Belakang Pentingnya
Informed Consent bagi Dokter, Makalah,

Anda mungkin juga menyukai