Anda di halaman 1dari 22

KEWENANGAN PEMBERIAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED

CONSENT) TERHADAP PASIEN YANG TIDAK CAKAP SECARA HUKUM (SUATU


PERBANDINGAN COMMON LAW SYSTEM DAN CIVIL LAW SYSTEM)

Christian
Program Magister Hukum Fakultas Pascasarjana Universitas Pasundan

Dengan banyaknya tindakan medis yang dilakukan oleh pasien dan meningkatnya gugatan
malpraktik terhadap tenaga kesehatan membuat Dewan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah
membuat banyak regulasi untuk melindungi pihak dokter dan institusi kesehatan dan juga pihak
pasien yang salah satunya adalah UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Pada pasal
45 UUPK telah diatur mengenai persetujuan tindakan medik yang diturunkan dalam Peraturan
Mentri Kesehatan No. 290 Tahun 2008 Tentang Persetujuan Tindakan Medik. Namun dalam
pelaksanaannya terdapat masih terdapat masalah informed consent di lapangan yang belum
terakomodir yaitu mengenai kebingungan tenaga kesehatan dalam menghadapi pasien yang tidak
cakap secara hukum dan tidak ada yang mau memberikan persetujuan dalam informed consent.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. bagaimana perbedaan pemberian infomed consent dalam common law dan civil law? 2.
Bagaimana pemberian informed consent pada pasien yang tidak cakap secara hukum dalam
common law dan civil law? 3. Bagaimana kelebihan informed consent pada common law yang
dapat diadopsi di civil law?Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis, dengan
metode pendekatan yuridis normatif dengan pendekatan lain dengan metode perbandingan dengan
menggunakan sumber utama data sekunder atau bahan pustaka. Tahap penelitian ini dilakukan
melalui penelitian kepustakaan, dengan tujuan untuk memperoleh data sekunder melalui studi
dokumen, yang didukung dengan melakukan wawancara. Sebagai cara untuk menarik kesimpulan
dari hasil penelitian yang dilakukan digunakan analisis yuridis kualitatif yang didukung dengan
data yang diperoleh melalui hasil perbandingan hukum. Hasil yang diperoleh penulis dari
penelitian ini adalah terdapat sedikit perbedaan terutama mengenai informasi yang disampaikan
dalam informed consent namun pada prinsipnya hampir sama antara common law dan civil law
yaitu mengenai diagnosis dan prosedur tindakan, tujuan tindakan, alternative dan risikonya, risiko
dan komplikasi tindakan, prognosis, serta perkiraan pembiayaan. Dalam kecakapan hukum,
informed consent pada common law mengakomodir persetujuan tindakan medik pada anak berusia
16-18 tahun dengan menguji kompetensi Gillick, pada pasien dengan gangguan jiwa menguji
kapasitas mental, dan pada pasien unbefriended mempunyai alternatif dengan advance decision,
LPA, deputi, keputusan pengadilan, dan IMCA. Hal yang dapat diadopsi adalah uji kompetensi
Gillick, uji kapasitas mental, serta IMCA.

Kata Kunci : informed consent, tidak cakap hukum, common law system, civil law system

Latar Belakang Penelitian tindakan kedokteran. Gejala ini bermula dari


dunia kedokteran Barat, dikarenakan
Banyak tindakan-tindakan penting masyarakat yang mempunyai pendidikan
yang ada dalam dunia kedokteran. Dan akhir- lebih tinggi. Di Indonesia karena kemajuan
akhir ini banyak kasus yang ada di pendidikan dan teknologi membuat
masyarakat mengenai malpraktik terhadap masyarakat lebih kritis terhadap segala
tindakan yang dilakukan oleh seorang dokter terdekat antara lain suami/istri, ayah/ibu
dan institusi kesehatan. kandung, anak-anak kandung atau saudara
Hal ini juga terjadi karena terjadi saudara kandung. Dalam keadaan gawat
perubahan hubungan pola dokter pasien dari darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien
hubungan yang paternalistik menjadi tidak diperlukan persetujuan. Namun, setelah
hubungan yang sederajat sehingga pasien pasien sadar atau dalam kondisi yang sudah
memiliki hak dalam memberikan memungkinkan, segera diberikan penjelasan
pendapatnya dalam terapi yang diberikan dan dibuat persetujuan.1
kepadanya. Namun hal tersebut perlu Dalam hal pasien adalah anak-anak
dilindungi hubungan tersebut dengan atau orang yang tidak sadar, maka penjelasan
regulasi yang ada. diberikan kepada keluarganya atau yang
Dewan Perwakilan Rakyat bersama mengantar. Apabila tidak ada yang
Pemerintah telah membuat banyak regulasi mengantar dan tidak ada keluarganya
untuk melindungi pihak dokter dan institusi sedangkan tindakan medis harus dilakukan
kesehatan dan juga pihak pasien. Berbagai maka penjelasan diberikan kepada anak yang
regulasi yang telah dikeluarkan oleh bersangkutan atau pada kesempatan pertama
Pemerintah bersama Dewan Perwakilan pasien sudah sadar.
Rakyat seperti Undang-Undang No. 8 Tahun Sudah menjadi jelas bagi pasien yang
1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dalam pengampuan adalah seorang anak,
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang maka keluarga terdekat mempunyai hak
Praktek Kedokteran, Undang-Undang No. 36 untuk memberikan persetujuan setelah
Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Undang- diberikan informasi medis, dikarenakan
Undang No.36 Tahun 2014 Tentang Tenaga anak-anak belum memiliki kemampuan
Kesehatan, dll. Salah satu hal penting dalam untuk mengerti tentang informasi medis yang
melindungi dalam melakukan pelayanan disampaikan dan dalam menentukan yang
kesehatan adalah persetujuan tindakan medis terbaik bagi dirinya.
(informed consent).
Yang menjadi pertanyaan adalah
Persetujuan merupakan bagian dari
seberapa jauh hak dari pada yang mengantar
perikatan yang terdapat dalam kitab undang-
dalam membuat persetujuan bagi pasien tidak
undang hukum perdata (KUH Perdata).
sadar terutama yang tidak ada keluarga atau
Dalam perikatan diperlukan dua pihak, dalam
saudaranya. Hal tersebut dapat terjadi pada
hal persetujuan tindakan medis yaitu
pasien dengan gangguan jiwa, pasien
hubungan dokter pasien. Hubungan dokter
kecelakaan yang tidak sadar dan tidak
dengan pasien merupakan hubungan
memiliki keluarga, anak jalanan yang tidak
terapetik, yang dalam hukum dikatakan suatu
memiliki keluarga.
perjanjian melakukan jasa-jasa tertentu.
Pada kenyataannya di lapangan untuk
Pada prinsipnya yang berhak
di Indonesia, masih banyak kendala dalam
memberikan persetujuan atau penolakan
melakukan persetujuan tindakan medis. Hal
tindakan medis adalah pasien yang
tersebut dapat dilihat dari penelitian yang
bersangkutan. Namun, apabila pasien yang
dilakukan oleh Juariah tahun 2009, Di RSU
bersangkutan berada di bawah pengampuan
Cibabat, RSKIA Astanaanyar dan RS
(under curatele) persetujuan atau penolakan
Muhammadiyah, Standar Operasional
tindakan medis dapat diberikan oleh keluarga
Prosedur (SOP) untuk pelayanan dan
1
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, Penjelasan Pasal 45 ayat (1),
Dunia Cerdas, Jakarta, 2013.
tindakan sudah tersusun dengan baik. Tetapi mengantarnya tidak bersedia menjadi wali
di RB Barokah, belum semua standar atau penanggung yang seringkali membuat
tersedia. Sedangkan, di Puskesmas Garuda petugas kesehatan kebingungan dalam
belum ada satu pun standar pelayanan yang pelaksanaan persetujuan tindakan medis
tersusun, yang di dalamnya termasuk tersebut karena hal tersebut tidak diatur
persetujuan tindakan medis2. Dan menurut dalam peraturan perundang-undangan yang
penelitian Titiek Soelistiyowati tahun 2011, ada di Indonesia.
di RSUD Tugurejo Semarang menyebutkan Untuk itu perlu digali lebih dalam
bahwa pelaksanaan persetujuan tindakan mengenai persetujuan tindakan medik yang
medis untuk KB sudah dilaksanakan dengan juga dilaksanakan di negara-negara common
baik namun terkendala dengan pemahaman law (dalam hal tulisan ini adalah Inggris dan
pasien, padahal pemahaman pasien menjadi Malaysia dengan penjelasan seperti yang
penting dalam persetujuan tindakan medis3. telah disebutkan sebelumnya) dalam
Dan pada penelitian Gloria G Yosephine mengatasi permasalahan-permasalahan di
tahun 2011 RSUP Dr. M Djamil Padang Indonesia terutama mengenai
menyebutkan bahwa pelaksanaan ketidakcakapan hukum pasien dalam
persetujuan tindakan medis juga belum memberikan persetujuan tindakan medis.
berlangsung dengan baik sesuai dengan Berdasarkan latar belakang tersebut
peraturan yang berlaku4. Dalam hal di atas, penulis akan menulis tesis ini dengan
penelaahan dokumen, peneliti sebagai judul : KEWENANGAN PEMBERIAN
instrument untuk mengobservasi juga PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
menemukan belum seragamnya formulir (INFORMED CONSENT) TERHADAP
standar baku persetujuan tindakan medik PASIEN YANG TIDAK CAKAP SECARA
yang belum sesuai dengan Undang-Undang HUKUM (SUATU PERBANDINGAN
No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan COMMON LAW SYSTEM DAN CIVIL LAW
Konsumen, Undang-Undang No. 29 Tahun SYSTEM)
2004 Tentang Praktik Kedokteran dan
Peraturan Mentri Kesehatan No. 290 Tahun IDENTIFIKASI MASALAH
2008 Tentang Persetujuan Tindakan Medis, Setelah penulis menguraikan latar belakang
yang belum memasukan unsur-unsur yang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
harus ada dalam persetujuan tindakan medis beberapa masalah yang dikaji dalam tesis ini
secara lengkap sehingga diperlukan evaluasi yaitu sebagai berikut :
dalam pembentukan perundang-undangan 1) Bagaimana perbedaan persetujuan
agar dapat lebih aplikatif dalam tindakan medis (Informed Consent) yang
pelaksanaanya. Kendala di lapangan adalah ada dalam negara common law system
untuk pasien yang tidak cakap secara hukum dan civil law system?
dan tidak ada wali/orang tua seperti orang 2) Bagaimana pemberian kewenangan
dengan gangguan jiwa, anak jalanan, orang persetujuan tindakan medis bagi pasien
yang kecelakaan yang tidak sadar tetapi tidak dalam keadaan tidak cakap secara hukum
dalam keadaan gawat darurat dan yang

2
Juariah, Pemenuhan Hak Konsumen di Institusi RS. Tugurejo Semarang, Jurnal Dinamika Kebidanan,
Kesehatan, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Volume 1, No.1, Tahun 2011.
4
Volume 3, No.6, Tahun 2009, hlm. 284. Gloria Gomgom Yosephine, Pelaksanaan
3
Titiek Soelistyowatie, Penerapan Hukum informed Persetujuan Tindakan Kedokteran di RSUP Dr. M.
Consent Terhadap Pelayanan Keluarga Berencana di Djamil Padang, Fakultas Hukum Universitas
Andalas, Padang, 2011, hlm. 1.
pada common law system dan civil law Studi dokumen dimaksudkan untuk
system? mengumpulkan data sekunder yang diperoleh
3) Bagaimana kelebihan persetujuan dari data tertulis dengan menggunakan
tindakan medis (Informed Consent) pada “content analysis” adalah teknik yang
common law system yang dapat diadopsi digunakan untuk membuat kesimpulan
pada persetujuan tindakan medis secara sistematik dan objektif dengan
terhadap civil law system? mengidentifikasi karakter khusus dari pesan
yang terkandung di dalamnya.6
METODE PENELITIAN Wawancara berencana (standardized
Spesifikasi penelitian yang interview), yaitu suatu wawancara yang
digunakan adalah deskriptif analitis, yaitu disertai dengan suatu daftar pertanyaan yang
menggambarkan berbagai peraturan disusun sebelumnya.7 Hal-hal yang masih
perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dianggap belum lengkap atau sempurna,
dengan teori-teori hukum dan praktek dilengkapi dengan wawancara ulang, dengan
pelaksanaan hukum positif yang terkait maksud utnuk mempertegas dari semua data
dengan permasalahan yang diteliti. dan informasi yang telah diperoleh.
Metode yang digunakan dalam Sebagai cara untuk menarik kesimpulan
penelitian ini adalah perbandingan hukum dari hasil penelitian yang telah dilakukan
(comparative study). Menurut Sunaryati digunakan analisis secara yuridis kualitatif.
Hartono dalam Kapita Selekta Hukum Disusun dalam bentuk uraian kalimat-
Perbandingan, perbandingan hukum kalimat.8
merupakan suatu metode dan bukan suatu Yuridis artinya penelitian ini bertitik
cabang ilmu hukum seperti anggapan orang, tolak pada peraturan perundang-udangan
metode perbandingan yang tidak terbatas yang ada sebagai bentuk hukum positif.
pada satu sistem saja tetapi dapat juga pada Kualitatif, artinya tanpa menggunakan
sistem hukum yang menyangkut lebih dari angka, rumus, statistik, dan matematik.9
satu bidang hukum, misalnya hukum antar Analisis dilakukan pula terhadap
golongan, hukum perdata internasional, dll5. pendapat para ahli (doctrine) yang bertujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan untuk mendapatkan jawaban atas
Penelitian kepustakaan (library research) permasalahan yang diteliti.
dengan studi dokumen, dan penelitian Penelitian dilakukan di perpustakaan
lapangan (field research), dilakukan untuk dan di Puskesmas Puter Dinas Kesehatan
mendapatkan data primer sebagai data Kota Bandung sebagai studi lapangan.
pendukung dan pelengkap atas data sekunder
dengan melakukan wawancara (indepth HASIL & PEMBAHASAN
interview) dengan narasumber sebagai Perbandingan Pemberian Informed
responden Consent pada common law dan civil law
system

5 8
Sunaryati Hartono, Kapita Selekta Perbandingan Lili Rasjidi, Liza Sonia Rasjidi, Monograf : Filsafat
Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm. 26- Ilmu, Metode Penelitian, dan Karya Tulis Ilmiah
27. Hukum, t.p., t.k., t.th, hlm. 25.
6 9
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Lili Rasjidi, Menggnakan Teori/Konsep Dalam
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, Analisis Di Bidang Ilmu Hukum, t.p.,t.k.,2007, hlm.
2006, hlm. 21-22. 7.
7
Amiruddin, Zainal Asakin, Pengantar Metode
Penelitian Hukum, Rajagrafindo Persada, Jakarta,
2016., hlm. 84.
1. Substansi Hukum an interest shall occur (Secara umum,
Dalam UU No. 29 Tahun 2004 persetujuan adalah persetujuan sukarela oleh
Tentang Praktik Kedokteran tidak disebutkan seseorang lain yang diajukan; keputusan atau
secara khusus mengenai definsi informed hasil kesepakatan; sebuah persetujuan
consent. Menurut Pasal 1 PMK No. 290 khendak; kemauan yang sebenarnya bahwa
Tahun 2008 Tentang Persetujuan Tindakan tindakan atau pelanggaran dari suatu
Kedokteran : Persetujuan tindakan kepentingan akan terjadi).
kedokteran adalah persetujuan yang Apabila dibandingkan maka dalam
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat definsi informed consent baik common law
setelah mendapat penjelasan secara lengkap dan civil law, keduanya menekankan
mengenai tindakan kedokteran atau mengenai pentingnya informasi yang
kedokteran gigi yang akan dilakukan disampaikan dan juga adanya kesepakatan
terhadap pasien. akan tindakan tersebut. Namun dalam civil
Berdasarkan hal tersebut persetujuan law menekankan pentingnya unsur
tindakan kedokteran dalam civil law kecakapan dalam hukum dalam definisi
(Indonesia) terdapat unsur sebuah informed consent.
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau Informasi yang diberikan dalam
keluarga terdekat atau wali setelah menerima informed consent mengacu pada Pasal 45
informasi yang cukup atau lengkap. ayat (3) UU No. 29 Tahun 2004 Tentang
Pada kasus Canterbury melawan Praktik Kedokteran yaitu mengenai diagnosis
Spence dinyatakan bahwa true consent to dan tata cara tindakan medis; tujuan tindakan
what happens to one's self is the informed medis yang dilakukan; alternatif tindakan
exercise of a choice, and that entails the lain dan risikonya; risiko dan komplikasi
opportunity to evaluate knowledgeably the yang mungkin terjadi; dan prognosis
options available and the risks attendant terhadap tindakan yang dilakukan. 11
upon each (persetujuan yang benar tentang Sedangkan menurut PMK No. 290 Tahun
apa yang terjadi pada seseorang adalah 2008 mengenai Persetujuan Tindakan Medik
informasi dari pilihan dan kesempatan untuk informasi yang harus diberikan mengenai
mengevaluasi pilihan tersebut dengan pilihan Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;
pengetahuan yang tersedia dan risiko yang Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
akan dihadapinya)10 Hal tersebut Alternatif tindakan lain, dan risikonya;
mengelaborasi definisi informed consent Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;
sebagai hak untuk diinformasikan mengenai dan Prognosis terhadap tindakan yang
risiko yang mungkin terjadi dan dilakukan.12
alternatifnya. Berdasarkan hal tersebut perbedaan
Sedangkan menurut Malaysian informasi yang harus diberikan pada UU No.
Medical Council , informed consent adalah 29 Tahun 2004 dan PMK NO. 290 Tahun
In general terms, CONSENT is the voluntary 2008 pada perkiraan pembiayaan.
acquiescence by a person to the proposal of Menurut Claudia Carr, setiap pasien
another; the act or result of reaching an mungkin ingin informasi lebih lanjut atau
accord; a concurrence of minds; actual kurang atau keterlibatan dalam pengambilan
willingness that an act or an infringement of keputusan tergantung pada keadaan mereka

10 11
Murray Earle, The Future of Informed Consent in Pasal 45 Ayat (3) UU No. 29 Tahun 2004 Tentang
British Common Law, European Journal of Health Praktik Kedokteran.
12
Law, Volume 6, Tahun 1999., hlm. 235-236. Pasal 7 PMK No. 290 Tahun 2008 Tentang
Terjemahan bebas. Persetujuan Tindakan Medik.
atau keinginan, beberapa informasi yang memungkinkan, segera diberikan penjelasan
harus diberikan kepada pasien meliputi13: dan dibuat persetujuan. Dalam hal pasien
a) diagnosis dan prognosis adalah anak-anak atau orang yang tidak
b) setiap ketidakpastian tentang diagnosis sadar, maka penjelasan diberikan kepada
atau prognosis, termasuk pilihan untuk keluarganya atau yang mengantar. Apabila
penyelidikan lebih lanjut tidak ada yang mengantar dan tidak ada
c) pilihan untuk mengobati atau mengelola keluarganya sedangkan tindakan medis harus
kondisi, termasuk pilihan untuk tidak dilakukan maka penjelasan diberikan kepada
melanjutkan pengobatan anak yang bersangkutan atau pada
d) tujuan penyelidikan yang diusulkan atau kesempatan pertama pasien sudah sadar.”15
pengobatan dan apa yang akan melibatkan Menurut Pasal 45 Ayat (5) UU No. 29
e) potensi keuntungan, risiko dan beban, dan Tahun 2004 bahwa “Setiap tindakan
kemungkinan keberhasilan, untuk setiap kedokteran atau kedokteran gigi yang
opsi; ini harus mencakup informasi, jika mengandung risiko tinggi harus diberikan
tersedia, apakah manfaat atau risiko dengan persetujuan tertulis yang
terkena yang dokter pilih untuk ditandatangani oleh yang berhak
memberikan perawatan. memberikan persetujuan.”
Dalam paparan tersebut, isi dari Menurut Pasal 2 Ayat (1) PMK No.
informasi yang diberikan pada common law 290 Tahun 2008 menyebutkan bahwa semua
tidak jauh berbeda dengan Manual tindakan kedokteran yang akan dilakukan
Persetujuan Tindakan Medik KKI 2005 yang terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
lebih lengkap dalam isi pemberian informasi Dan pada Pasal 3 PMK Ayat No. 290 Tahun
Menurut UU No. 29 Tahun 2004 2008 Ayat (1) dan (3) bahwa “Setiap
Pasal 45 Ayat (1) bahwa setiap tindakan tindakan kedokteran yang mengandung
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan risiko tinggi harus memperoleh persetujuan
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak
terhadap pasien harus mendapat memberikan persetujuan. Persetujuan tertulis
14
persetujuan. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
Dengan Penjelasan Pasal 45 UU No. 29 dalam bentuk pernyataan yang tertuang
Tahun 2004 “Pada prinsipnya yang berhak dalam formulir khusus yang dibuat untuk
memberikan persetujuan atau penolakan itu.”
tindakan medis adalah pasien yang Berdasarkan hal tersebut di atas,
bersangkutan. Namun, apabila pasien yang persetujuan pada civil law system harus
bersangkutan berada di bawah pengampuan diberikan pada setiap tindakan kedokteran
(under curatele) persetujuan atau penolakan dan apabila kedokteran tersebut berisiko
tindakan medis dapat diberikan oleh keluarga tinggi harus dibuat secara tertulis oleh yang
terdekat antara lain suami/istri, ayah/ibu berhak memberikanp persetujuan, yang
kandung, anak-anak kandung atau saudara- ditandatangani dalam formulir khusus, Yang
saudara kandung. Dalam keadaan gawat berhak memberikan persetujuan adalah yang
darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien cakap / kompeten secara sukarela serta
tidak diperlukan persetujuan. Namun, setelah didokumentasikan dalam rekam medis.
pasien sadar atau dalam kondisi yang sudah

13 15
Claudia Carr, Unlocking Medical Law and Penjelasan Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2004
Ethics,Routledge,New York, 2015., hlm. 162. Tentang Praktik Kedokteran.
14
Pasal 45 Ayat (1) Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran.
Prinsip pemberian informed consent Di Asia pada umumnya dan
menurut Kementrian Etika Inggris adalah16 Indonesia pada khususnya ada beberapa
a.Diberikan secara sukarela (tanpa penipuan aspek yang perlu diperhitungkan, salah
atau paksaan) satunya ialah masyarakat yang kolektif dan
b.Diberikan oleh individu yang mempunyai kekerabatan. Dalam hal informed consent,
kapasitas otonomi ini bukanlah otonomi personal
c.Diberikan oleh individu yang telah tetapi otonomi kolektif yang diberikan oleh
diinformasikan mengenai tindakan medis beberapa orang ataupun seorang mewakili
yang akan dilakukan. banyak orang misalnya kepala suku atau
Menurut keputusan Benyamin kepala kampung. Sudah menjadi praktik di
Cardozo dalam menangani perkara antara banyak tempat bahwa yang memberikan
Schloendorff vs Society of the New York informed consent bukan hanya pasien tetapi
Hospital pada tahun 1914. Dalam juga keluarga, bahkan seringkali keluarga
memutuskan perkara tersebut Benyamin besarnya. Di masyarakat tertentu, yang
Cardozo berpendapat bahwa : Every human memberikan informed consent adalah kepala
of adult years and sound mind has a right to suku yang bertindak mewakili seluruh warga
determine what shall be done with his own suku itu. Dalam konteks dimana cara hidup
body and a surgeon who performs an orang bukanlah personalistik tetapi
operation without his patient's consent and kekerabatan maka seharusnya bisa
assault for which he is. liable in damaged. dimengerti dan bisa diterima secara legal
(Putusan Benyamin Cardozo ini mengandung bahwa informed consent ini diberikan oleh
makna bahwa setiap orang (insan) yang kelompok tertentu atau satu orang atas nama
sudah dewasa dan mampu berpikir secara kelompok.18 Untuk itu budaya hukum dalam
sehat berhak untuk menentukan nasib sendiri pemberian informed consent adalah dalam
terhadap apa yang seharusnya dilakukan kekerabatan utamanya setiap persetujuan
terhadap dirinya). Berarti bahwa suatu tindakan selalu meminta pertimbangan
intervensi terhadap tubuh seseorang yang keluarga dan tidak memutuskan atas
dilakukan sang pengobat harus mendapat pribadinya sendiri.
persetujuan (ijin) dari orang yang Dalam pengobatan Barat, hubungan
bersangkutan17 paternalistik dokter –pasien sudah semakin
Jadi dalam common law, informed menghilang, karena itu berarti bahwa lebih
consent diperlukan untuk setiap tindakan banyak orang akan mengajukan lebih banyak
kedokteran, tidak disebutkan untuk yang pertanyaan kepada dokter dan perawat.19
berisiko tinggi atau tidak untuk menghindari Pada masyarakat Barat seperti Amerika
battery. Hal yang penting juga dalam Serikat, penentuan nasib sendiri dan otonomi
common law adalah menekankan kepada diadakan penting. Itu karena masyarakat
informasi yang diberikan bukan kepada Barat menekankan orde pertama otonomi,
teknis pemberian informasi. yang mempromosikan penentuan nasib
2. Kultur Hukum sendiri.20 Konsep informed consent yang

16 19
Ministry of Ethic United Kingdom, Main Principle Mario Alvarado, Nathan A. Ferron, Nour Karyem,
of Consent, < http://ministryofethics.co.uk/?p=6 >, Cultural Differences and The Understanding of
diakses bulan Oktober 2016. Informed Consent, Worcester Polytechnic Institute,
17
Chrisdiono M. Achadiat, Dinamika Etika dan Worcester, 2015, hlm. 32.
20
Hukum Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Hanssen, An intercultural nursing perspective on
Jakarta, 2004 , hlm. 45-46. autonomy, Journal Nursing Ethics, Volume. 11(1),
18
C.B. Kusmaryanto, Bioetika, Penerbit Buku Tahun 2004, hlm. 28-41.
Kompas, Jakarta, 2015.,hlm. 134-135.
berasal dari Barat menekankan otonomi bawah pengampuan, keadaan tidak sadar, dan
pasien secara individual berbeda dengan anak. Secara lebih jelas disebutkan dalam
struktur masyarakat Indonesia yang lebih Pasal 12 ayat (1) dan Pasal 13 PMK No. 290
bersifat komunal.21 Tahun 2008 yaitu :
Berdasarkan hal tersebut, pemberian Pasal 12
informed consent pada common law dan civil Persetujuan diberikan oleh pasien yang
law sangat berbeda dalam kebudayaan kompeten, atau oleh wali, atau keluarga
sehingga hal tersebut yang menyulitkan terdekat atau pengampunya.
tenaga kesehatan apabila konsep informed Pasal 13
consent dengan budaya barat diterapkan di (1) Pasien dianggap kompeten
Indonesia yang masih menganut budaya berdasarkan usianya apabila:
paternalistik dan bersifat komunal. a. Pasien dewasa, yaitu telah berusia 21
(duapuluh satu) tahun atau telah/pernah
Pemberian Informed Consent pada pasien menikah.
yang tidak cakap secara hukum di b. Pasien telah berusia 18 tahun, tidak
common law system dan civil law system termasuk anak berdasarkan peraturan
1. Substansi Hukum perundang-undangan.
Orang-orang yang menurut Undang- (2) Berdasarkan kesadarannya :
undang tidak cakap untuk melakukan a. Pasien dianggap kompeten apabila
perbuatan hukum adalah22 : pasien tersebut tidak terganggu kesadaran
1) Orang-orang yang belum dewasa, fisiknya, sehingga mampu berkomunikasi
yaitu anak yang belum mencapai umur 18 secara wajar dan mampu membuat keputusan
tahun atau belum pernah melangsungkan secara bebas.
perkawinan (Pasal 1330 KUH Perdata jo b. Pasien dapat kehilangan
Pasal 47 UU No. 1 Tahun 1974). kompetensinya untuk sementara waktu
2) Orang-orang yang ditaruh di bawah apabila ia mengalami syok, nyeri yang sangat
pengampuan, yaitu orang-orang dewasa tapi atau kelemahan lain akibat keadaan sakitnya.
dalam keadaan dungu, gila, mata gelap, dan (3) Berdasarkan kesehatan mentalnya:
pemboros (pasal 1330 KUH Perdata jo pasal a. Pasien dianggap kompeten apabila
433 BW); pasien tersebut tidak mengalami kemunduran
3) Orang-orang yang dilarang undang- perkembangan (retardasi mental) dan tidak
undang untuk melakukan perbuatan- mengalami penyakit mental yang
perbuatan hukum tertentu, misalnya orang membuatnya tidak mampu membuat
dinyatakan pailit (pasal 1330 KUH Perdata jo keputusan secara bebas.
Undang-undang Kepailitan). b. Pasien dengan gangguan jiwa
Dalam UU No. 29 Tahun 2004 (mental) dapat dianggap kompeten, apabila
tentang Praktik Kedokteran tidak disebutkan dia masih mampu memahami informasi,
secara jelas mengenai orang yang berhak mempercayainya, mempertahankannya,
memberi persetujuan, hanya pada bagian untuk kemudian menggunakannya dalam
Penjelasan Pasal 45 disebutkan keadaan- membuat keputusan yang bebas.
keadaan dimana pasien tidak dapat (4) Kompetensi pasien harus dinilai oleh
memberikan persetujuan dan membutuhkan dokter pada saat diperlukan persetujuannya
wali / keluarga, / orang lain yaitu barada di

21 22
Hartini M.C. Inge, Membangun Model Informed R. Soeroso Perbandingan Hukum Perdata,. Sinar
Consent Berdasarkan Budaya Hukum Indonesia, Grafika, Jakarta , 2014., , hlm. 45.
Universitas Diponegoro, Tesis, 2007.
dan apabila meragukan maka harus Menurut Pasal 13 PMK No. 290
ditentukan oleh tim dokter yang kompeten. Tahun 2008 adalah telah berusia 21 (dua
Berdasarkan peraturan mentri puluh satu) tahun atau telah/pernah menikah
kesehatan tersebut, orang yang berhak serta pasien telah berusia 18 tahun, tidak
memberikan persetujuan hanya pasien yang termasuk anak berdasarkan peraturan
kompeten / cakap berdasarkan usia, perundang-undangan. Sedangkan menurut
kesadaran, dan kesehatan mental. Manual Persetujuan Tindakan KKI 2008
Persetujuan juga dapat diberikan oleh adalah usia 18 tahun atau lebih atau pernah
wali/keluarga terdekat atau pengampunya. menikah dengan pengecualian dalam kasus
Sebagai ukuran, bahwa seorang risiko tinggi maka anak usia 16-18 tahun
adalah sudah dewasa, Hukum Adat tidak dapat memberikan informed consent dengan
mengenal suatu umur tertentu, melainkan memenuhi syarat menjadi kompeten. Dasar
pada umumnya memakai pengertian "dapat hukum bagi pedoman tersebut adalah :
hidup sendiri" atau "akil-balig", dan biasanya Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum
orang-orang yang dianggap "akil balig" ini, Perdata maka seseorang yang berumur 21
berumur 16 atau 18 tahun atau sudah kawin tahun atau lebih atau telah menikah dianggap
dan berdiam sendiri, tidak bersama-sama sebagai orang dewasa dan oleh karenanya
dengan orang tuanya.23 dapat memberikan persetujuan. Berdasarkan
Mengenai orang-orang yang belum UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
dewasa, kriterianya ditentukan oleh Pasal Anak maka setiap orang yang berusia 18
330 KUH Perdata, yaitu "belum dewasa tahun atau lebih dianggap sebagai orang yang
adalah mereka yang belum mencapai umur sudah bukan anak-anak. Dengan demikian
genap dua puluh satu tahun dan sebelumnya mereka dapat diperlakukan sebagaimana
belum kawin". Bila perkawinan mereka putus orang dewasa yang kompeten, dan oleh
(cerai) sebelum umur mereka genap dua karenanya dapat memberikan persetujuan.
puluh satu tahun maka mereka tidak kembali Mereka yang telah berusia 16 tahun tetapi
lagi dalam status belum dewasa. Dengan belum 18 tahun memang masih tergolong
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 anak menurut hukum, namun dengan
Tahun 1974 Tentang Perkawinan maka di menghargai hak individu untuk berpendapat
Indonesia menjadi jelas ukuran seorang sebagaimana juga diatur dalam UU No 23
dewasa seperti yang disebutkan dalam Pasal Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
50 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun maka mereka dapat diperlakukan seperti
1974 Tentang Perkawinan, yaitu: "Anak yang orang dewasa dan dapat memberikan
belum mencapai umur 18 (delapan belas) persetujuan tindakan kedokteran tertentu,
tahun atau belum pernah melangsungkan khususnya yang tidak berisiko tinggi. Untuk
perkawinan, yang tidak berada di bawah itu mereka harus dapat menunjukkan
kekuasaan orang tua, berada di bawah kompetensinya dalam menerima informasi
kekuasaan wali"24 dan membuat keputusan dengan bebas.
Pernyataan dari pasal tersebut dapat Selain itu, persetujuan atau penolakan
disimpulkan bahwa anak yang belum dewasa mereka dapat dibatalkan oleh orang tua atau
itu adalah anak yang berusia belum wali atau penetapan pengadilan.
mencapai 18 tahun atau belum pernah Konsep mengenai anak 16-18 tahun
melangsungkan perkawinan25. tersebut sebenarnya telah mengadopsi sistem
23 24
Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan, Sinar
Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2011, hlm. 13. Grafika, Jakarta, 2015, hlm 63-64
25
I Ketut Oka Setiawan, Loc. cit.
pemberian informed consent pada anak di lemah juga kesadaran mental yaitu retardasi
common law, namun sayangnya pedoman mental dan karena gangguan kesehatan
tersebut tidak memiliki kekuatan hukum mentalnya tidak mampu memahami
positif. informasi, mempercayainya,
Perihal orang-orang yang kurang mempertahankannya, untuk kemudian
sehat pikirannya Pasal 1330 ayat (2) KUH menggunakannya dalam membuat keputusan
Perdata bagi orang-orang yang tunduk yang bebas yang ditentukan oleh dokternya
padanya mengadakan suatu perbatasan dalam dan apabila ragu dappat meminta bantuan tim
hal kesanggupan melakukan perbuatan dokter. Sedangkan menurut Manual
hukum, yaitu hanya orang yang Persetujuan Tindakan Medik KKI 2008
"undercuratele gesteld" (diadakan dibawah menyebutkan “Seseorang pasien dengan
suatu pengawasan tertentu) dianggap tidak gangguan jiwa yang berusia 18 tahun atau
dapat melakukan perbuatan hukum yang sah lebih tidak boleh dianggap tidak kompeten
sedang menurut Pasal 38 ayat (2) sampai nanti terbukti tidak kompeten dengan
"Regelement Krankzinnigenwezen" seorang pemeriksaan. Sebaliknya, seseorang yang
Eropa yang dimaksudkan dalam rumah sakit normalnya kompeten, dapat menjadi tidak
untuk orang gila tentang kesanggupan kompeten sementara sebagai akibat dari nyeri
membuat perjanjian disamakan dengan hebat, syok, pengaruh obat tertentu atau
seorang yang berada di bawah "curatele", keadaan kesehatan fisiknya”.28
maka, kalau seorang gila yang tidak berada Hal tersebut merupakan penegasan
dibawah suatu pengawasan, "curatele" dan dari peraturan mentri kesehatan bahwa orang
juga tidak dimasukkan dalam rumah sakit dengan gangguan jiwa masih dapat
untuk orang gila, melakukan perbuatan memberikan persetujuan tindakan medis
hukum, perbuatan ini tidak dapat dianggap dengan memenuhi syarat tertentu.
tidak sah, kalau hanya didasarkan pada Pasal Mindy Chen-Wishart
1330 KUH Perdata tentang ketidak menggolongkan tiga kategori orang yang
sanggupan (onbekwaamheid) untuk tidak berwenang melakukan perbuatan
membentuk suatu persetujuan. Mungkin hukum, terutama untuk membuat kontrak,
salahnya perbuatan seorang gila itu dapat yang meliputi infancy; mental incapacity;
dibantah dengan beralasan atas keadaan tidak and those so affected by drink or drugs as not
sempurna dari perizinan (toestemming) yang to know what they are doing. Infancy
juga dipergunakan untuk sahnya suatu merupakan anak di bawah umur. Mental
persetujuan (Pasal 1320 ayat (1) KUH incapacity merupakan orang-orang yang
Perdata )26. Dalam keadaan yang disebutkan sakit jiwa. Drink or drugs merupakan orang-
di atas, pembentuk undang-undang orang yang meminum minum minuman keras
memandang bahwa yang bersangkutan tidak atau narkoba. Akibat hukum dari perbuatan
mampu menjalani tanggung jawabnya dan hukum yang dilakukan oleh orang-orang
oleh karena itu tidak cakap bertindak untuk yang tidak wenang melakukan perbuatan
mengadakan perjanjian27.
Menurut Pasal 13 PMK No. 290
Tahun 2008 Tentang Persetujuan Tindakan
Medik baik kesadaran fisik yaitu cara
berkomunikasi, keadaan nyeri, syok, dan

26 28
Wirjono Prodjodikoro, Op.cit., hlm. 15. Konsil Kedokteran Indonesia, Manual Persetujuan
27
I Ketut Oka Setiawan, Op. cit, hlm. 63-64. Tindakan Kedokteran, Jakarta, Konsil Kedokteran
Indonesia, 2006., hlm. 7.
hukum, maka perbuatan hukum yang menentukan seseorang cakap dalam common
dilakukannya adalah batal (void).29 law, yaitu apakah pasien memiliki penurunan
Namun untuk informed consent atau gangguan dalam fungsi pikiran atau
berpegang pada Mental Capacity Act otak, dan yang kedua adalah apakah
sebagian besar menempatkan hukum pada gangguan tersebut membuat pasien tidak
The Mental Capacity Act Practice 2005 yang mampu membuat keputusan untuk dirinya
menjelaskan bahwa ada lima prinsip hukum sendiri dalam kaitannya dengan masalah
utama30: yang dialami pasien tersebut. Jika jawaban
1. Seseorang harus diasumsikan memiliki untuk kedua pertanyaan tersebut adalah 'Ya',
kapasitas kecuali ditetapkan bahwa mereka maka pasien akan dianggap tidak memiliki
tidak memiliki kapasitas. kapasitas yang diperlukan untuk membuat
2. Seseorang tidak harus diperlakukan keputusan. Yang penting, pada Pasal 2 Ayat
sebagai tidak dapat membuat keputusan (3) MCA 2005 menyatakan bahwa setiap
kecuali semua langkah praktis untuk keputusan tentang kapasitas individu untuk
membantu dia untuk melakukannya telah membuat keputusan tidak boleh didasarkan
diambil tanpa keberhasilan. pada usia mereka - misalnya seorang individu
3. Seseorang tidak harus diperlakukan tidak boleh dianggap kapasitas kurangnya
sebagai tidak dapat membuat keputusan hanya karena mereka orang tua; penampilan
hanya karena dia membuat keputusan yang mereka - misalnya seorang individu tidak
bijaksana. boleh dianggap tidak memiliki kapasitas
4. Sebuah tindakan yang dilakukan, atau hanya karena mereka muncul berantakan dan
keputusan yang dibuat, berdasarkan Undang- acak-acakan atau karena mereka
Undang ini untuk atau atas nama orang yang menunjukkan karakteristik fisik kondisi
tidak memiliki kapasitas harus dilakukan, seperti sindrom Down; asumsi tentang
atau dibuat, dalam kepentingan terbaiknya. kondisi mereka - misalnya seorang individu
5. Sebelum tindakan dilakukan, atau tidak boleh dianggap kapasitas kurangnya
keputusan dibuat, hal harus harus apakah hanya karena mereka menderita dari kondisi
tujuan yang dibutuhkan dapat secara efektif kesehatan jangka panjang seperti
dicapai dengan cara yang kurang membatasi ketidakmampuan belajar, atau karena mereka
hak seseorang dan kebebasan bertindak. mabuk; atau setiap aspek perilaku mereka -
Pada Pasal 3 Ayat (1) MCA 2005, misalnya seorang individu tidak boleh
menyatakan bahwa seseorang tidak dapat dianggap kapasitas kurangnya hanya karena
membuat keputusan jika mereka tidak dapat mereka berteriak dan menggerakkan tangan
memahami informasi yang relevan dengan liar atau karena mereka mungkin tampak
keputusan yang akan dibuat,tidak dapat ditarik.31
menyimpan informasi, tidak dapat Pada prinsipnya untuk perjanjian
menggunakan atau menimbang informasi subjek hukum yang cakap adalah berusia
sebagai bagian dari proses pengambilan dewasa tidak dalam ketidakmampuan mental
keputusan, atau tidak dapat atau dalam pengaruh obat seperti di civil law
mengkomunikasikan keputusan mereka (baik (Indonesia) namun pada common law
dengan berbicara, menggunakan bahasa menyangkut mengenai informed consent,
isyarat atau cara lain). Terdapat dua persyaratan teknis mengenai usia dapat
pertanyaan yang perlu dijawab dokter untuk diabaikan asalkan orang tersebut dapat

29 30
Salim HS, Erlies Septiana Nurbaini, Penerapan Claudia Carr, Op. Cit, hlm. 142.
31
Teori Hukum Pada Tesis dan Disertasi Buku Kesatu, Ibid, hlm. 144.
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 78.
memenuhi persyaratan dalam menerima 1. Kondisi yang berkaitan dengan
informasi hingga memutuskan. gangguan jiwa
Dalam penilaian yang panjang dan 2. Demensia
kompleks House of Lords diperbolehkan 3. Gangguan kemampuan belajar yang
banding, dan menolak untuk membuat signifikan
pernyataan yang diminta oleh Ny.Gillick. 4. Efek cedera otak jangka panjang
Pada intinya, putusan pengadilan yang 5. Kondisi medis dan fisik yang
diajukan Ny.Gillick menyatakan bahwa anak menyebabkan kebingungan atau
di bawah 16 tahun dapat (tanpa persetujuan gangguan kesadaran
atau pengetahuan orang tua nya) menyetujui 6. Delirium
saran medis dan pengobatan, asalkan mereka 7. Memar otak yang diikuti cedera otak
memiliki tingkat yang cukup kematangan dan 8. Gejala penggunan alkohol dan
kecerdasan untuk memahami implikasi dari narkotika
usulan pengobatan. Namun keputusan Namun penyakit tersebut dapat
pengadilan yang diajukan Ny. Gillick itu berbeda dalam kecakapan hukumnya,
tidak berhasil diuji dalam kasus R (Axon) sebagai contoh orang dengan halusinasi dapat
melawan Sekretaris Negara untuk Kesehatan membuat keputusan ketika dalam
[2006] EWHC 37. Di sini, orang tua pengobatan dibandingkan yang tidak. 34
menantang hak anak di bawah pedoman Common Law System merupakan dasar dari
Departemen Kesehatan untuk melakukan MCA 2005 untuk penerapan kecakapannya.
aborsi di bawah usia 16 tahun. Silber J Seperti pada kasus Re C (1994) All ER 819
dikonfirmasi pendekatan di kasus Gillick dan dimana seorang skizofrenia paranoid dapat
hak pada pasien bawah umur yang telah mengambil keputusan mengenai luka di
cukup tingkat kematangannya dalam kakinya yang menyebabkan gangrene.
memahami adalah untuk otonomi dan Hakim Thorpe menyatakan bahwa pasien
kerahasiaan. Setelah anak mencapai tahap dapat mengerti, menyimpan informasi, dan
ini, anak tidak hanya berhak untuk membuat pilihan yang jelas. Hal tersebut
kerahasiaan, tetapi orang tua tidak bisa sesuai dengan pasal 3 ayat 1 MCA 2005 yaitu
mengandalkan menggunakan pelanggaran komunikasi. Menurut Hakim Thorpe ada 3
Pasal 8 MCA 2005 dan menentang kekerasan hal yang menyatakan seseorang cakap secara
pada kehidupan pribadi dan keluarga.32 hukum yaitu dapat menyimpan informasi,
Untuk itu dalam common law seorang anak mempercayainya, dan dapat membuat
dapat dimintai persetujuannya apabila pilihan.35 Jadi tidak serta merta dalam
mempunyai kematangan dan pemahaman common law seorang dengan gangguan jiwa
yang cukup untuk memberikan keputusan. langsung disebut tidak cakap secara hukum
Dan yang melakukan penilaiannya adalah untuk membuat keputusan untuk informed
dokter itu sendiri. Jika dokter ragu, dapat consent tindakannya namun dapat dilakukan
meminta pertimbangan kepada pengadilan. tes yang menguji pemahaman mereka dan
Menurut MCA 2005 bagian Code of mengerti, menyimpan informasi dan
Practice dengan kondisi tertentu mengenai membuat pilihan yang jelas.
gangguan fungsi otak yaitu33 : 2. Struktur Hukum

32 35
Ibid,hlm.177. Jo Samanta, Ash Samanta, Concentrate Medical
33
Jonathan Herring, Medical Law and Ethics 6th ed., Law, Oxford University Press, New York, 2014, hlm.
Oxford University Press, Oxford, 2016., hlm. 162 46.
34
Jonathan Herring, Loc. cit.
Menurut Penjelasan Pasal 45 UU No. hal terdapat lebih dari satu isteri atau anak.
29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, Dokter berhak memperoleh pernyataan yang
keputusan dapat diambil oleh keluarga (orang benar dari pasien atau keluarganya. Pada
tua,suami/istri, anak-anak kandung, saudara pasien yang tidak mau menerima informasi
kandung), pengantar, sesaat setelah pasien perlu dimintakan siapa yang dia tunjuk
sadar, atau pada anak yang bersangkutan. sebagai wakil dalam menerima informasi dan
Menurut Pasal 12 PMK No. 290 Tahun 2008 membuat keputusan apabila ia
Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran menghendakinya demikian, misalnya wali
dapat dilakukan oleh wali, keluarga terdekat atau keluarga terdekatnya. Demikian pula
atau pengampunya. Dan menurut Manual pada pasien yang tidak mau menandatangani
Persetujuan Tindakan Medik KKI 2008 formulir persetujuan, padahal ia
memberikan penjelasan mengenai hal menghendaki tindakan tersebut dilakukan.37
tersebut demikian : Anak-anak dianggap tak mampu
Definisi mengenai wali adalah orang memberikan keputusan karena sejumlah
yang secara hukum dianggap sah mewakili alasan, seperti ketidakdewasaan mereka,
kepentingan orang lain yang tidak kompeten kesulitan untuk memahami tindakan
(dalam hal ini pasien yang tidak kompeten); kedokteran, atau dampak dari kondisi
Keluarga terdekat adalah suami atau isteri, mereka. Pada umumnya, seseorang dengan
orang tua yang sah atau anak kandung, dan tanggung jawab orang tua (orang tua atau
saudara kandung; Pengampu adalah orang wali) atau pengadilan dapat memberikan
atau badan yang ditetapkan pengadilan keputusan bagi mereka. Jika keputusan
sebagai pihak yang mewakili kepentingan penting harus dibuat yang menyangkut
seseorang tertentu (dalam hal ini pasien) tindakan kedokteran yang dapat mempunyai
yang dinyatakan berada di bawah akibat yang permanen, sedangkan terdapat
pengampuan (curatele).36 Keluarga terdekat dua orang dengan tanggung jawab orang tua
atau pengampu umumnya dianggap dapat (misalnya ayah dan ibu), maka keduanya
memberikan persetujuan tindakan harus dimintai pendapatnya. Anak harus
kedokteran bagi orang dewasa lain yang tidak selalu dilibatkan dalam proses pengambilan
kompeten. Sedangkan hubungan keputusan, misalnya keputusan tentang siapa
kekeluargaan yang lain seperti paman, bibi, yang akan tinggal bersamanya pada saat
kakek, mertua, ipar, menantu, keponakan dan suatu tindakan kedokteran tertentu
lain-lain tidak dianggap sebagai keluarga dilaksanakan. Proses dalam mendapatkan
terdekat, meskipun mereka pada keadaan persetujuan dari orang tua pasien adalah
tertentu dapat diikutsertakan ke dalam proses sama seperti ketika mereka memberikan
pemberian informasi dan pembuatan keputusan untuk mereka sendiri, dengan kata
keputusan. Dalam hal terdapat lain, keputusan harus diberikan secara bebas
ketidaksepakatan di dalam keluarga, maka oleh orang yang kompeten yang telah
dianjurkan agar dokter mempersilahkan diberikan informasi. Kekuasaan untuk
mereka untuk bermufakat dan hanya memberi persetujuan tersebut harus
menerima persetujuan atau penolakan yang digunakan untuk kepentingan terbaik bagi si
sudah disepakati bersama. Dokter tidak anak. Demi kepentingan terbaik pasien anak,
dibebani kewajiban untuk membuktikan pengadilan dapat membatalkan penolakan
hubungan kekeluargaan pembuat persetujuan tindakan kedokteran oleh seseorang dalam
dengan pasien, demikian pula penentuan tanggung jawab orang tua. Sekali lagi,
mana yang lebih sah mewakili pasien dalam kesejahteraan anak adalah lebih dari
36 37
Konsil Kedokteran Indonesia, Op. cit., hlm. 1. Ibid, hlm. 10.
kesehatan fisik semata. Pembatalan Merupakan prosedur pemberian
keputusan orang tua harus dibatasi hanya kuasa yang berkepanjangan oleh pasien yang
pada keadaan-keadaan dimana si anak cakap hukum kepada seseorang ketika orang
berrisiko menghadapi kematian atau tersebut tidak cakap hukum. Yang memberi
kerusakan fisik atau mental yang kuasa harus berusia lebih dari 18 tahun dan
ireversibel.38 mempunyai kecakapan dalam hukum. Sangat
Menurut MCA 2005 terdapat mungkin terdapat lebih dari 1 orang yang
beberapa alternatif apabila pasien tidak cakap dberi kuasa unuk membuat keputusan pada
secara hukum dalam pengambilan keputusan pasien. Namun terdapat larangan LPA
yaitu membuat keputusan yang bertentangan
(1) Advance decision dengan kepentingan terbaik pasien walaupun
Merupakan mekanisme di mana yang diberi kuasa percaya bahwa pasien akan
pasien yang kompeten dapat menolak terapi memutuskan keputusan tersebut. 41 Seorang
spesifik, jika mereka kehilangan kapasitas LPA juga tidak dapat membuat keputusan
membuat keputusan. Advance decision diatur menolak atau menyetujui alat bantu
dalam Pasal 24-26 MCA 2005. Beberapa kehidupan kecuali secara jelas dinyatakan
ketentuan mengenai Advance decision adalah dalam surat kuasa.42
dapat dibuat hanya oleh orang yang (3) Deputi
kompeten (lebih dari 18 tahun) (Pasal 24 ayat Dalam pasal 16 MCA 2005, jika
1 MCA 2005), Menolak terapi yang spesifik pasien mengkhendaki yang mengambil
(Pasal 24 ayat 1a MCA 2005), Dapat tidak keputusan adalah seorang deputi maka
tertulis kecuali untuk memberikan bantuan pengadilan akan menunjuk seorang deputi
perpanjangan hidup. (Pasal 24 ayat 6 MCA berdasarkan kepentingan terbaik pasien,
2005), Dapat dilepas kembali haknya dengan prinsip pengadilan menunjuk seorang
kapanpun oleh pasien yang kompeten. (Pasal deputi untuk mengambil keputusan dan
24 ayat 3 MCA 2005)., Berlaku saat pasien kekuasaan seorang deputi terbatas pada
menjadi tidak kompeten (Pasal 24 ayat 1b lingkungan tertentu dan durasi waktu praktik
MCA 2005), Harus valid dan dapat yang masuk akal dalam keadaan
diterapkan dalam terapi. (Pasal 25 ayat 1 tertentu.deputi biasa ditunjuk untuk kasus
MCA 2005).39 Advance decision hanya khusus. Pengadilan dapat menunjuk lebih
mengizinkan keputusan yang bersifat negatif dari 1 deputi, deputi apat ditunjuk dari
yaitu untuk menolak tindakan. Advance keluarga pasien. Deputi dibatasi tidak dapat
decision termasuk terapi saat ini dan terapi menolak untuk menghentikan bantuan hidup
kelanjutannya, atau menerima terapi untuk dan berpusat pada kepentingan terbaik bagi
periode tertentu saja. Dan jika menolak pasien.43
tindakan yang bersifat menyelamatkan (4) Keputusan pengadilan
nyawa, harus secara tertulis dan disaksikan Pengadilan dapat memutuskan
pihak ketiga. Advance decision tidak dapat berdasarkan kepnetingan yang terbaik bagi
menolak untuk perawatan dasar seperti pasien. Memutuskan berdasarkan
penghangat, selimut, tindakan pembersihan, kepentingan terbaik bagi pasien bukan berarti
penawaran makanan dan air melalui mulut.40 memutuskan apabila kita menjadi pasien
(2) Lasting Power Attorney (LPA) tersebut namun harus memperhatikan faktor-
faktor yang masuk akal dan berhbungan

38 41
Ibid, hlm. 11. Ibid, hlm. 168.
39 42
Jo Samantha, Ash Samantha, Op. cit., hlm. 54-55. Ibid, 185-186.
40 43
Jonathan Herring, Op. cit., hlm. 183. Jonathan Herring, Loc. cit.
dengan keadaan pasien. (Sesuai pasal 4 MCA kemungkinan dan keparahan dari kerugian,
2005).44 Kepentingan terbaik bagi pasien juga dan jika tidak ada alternatif lain. Sangat jelas
memperhatikan harapan dan perasaan pasien dalam pengekangan atas kebeebasan harus
sebelumnya, dan segala sesuatu yang relevan disetujui oleh pengadilan dibawah DOLS
yang pernah ditulis oleh pasien saat masih (Depriviation of Liberty Safeguards).
mempunyai kecakapan. Pengadilan memiliki Pengadilan dapat menolak dan menyetujui
cara untuk mengetahui informasi yang pengekangan dengan bukti yang kuat bahwa
relevan untuk kepentingan terbaik pasien pasien tidak dapat dibebaskan begitu saja.46
yaitu dengan cara memperlakukan pasien (5) IMCA (Independent Mental Capacity
sebagai individu, dan jika kasus pasien Advocate)
menolak harus mempertimbangkan emosi Pada MCA 2005 Pasal 35 tercantum
pasien saat itu karena dimungkinkan pasien mengenai IMCA, IMCA dibentuk oleh
saat itu menjadi tidak cakap secara hukum, lembaga otoritas kesehatan. IMCA berperan
dan yang ketiga mengingatkan kepada apabila tidak ada lagi yang dpaat
pemberi layanan kesehatan bahwa dikonsultasikan mengenai kepentingan
memberikan dengan paksa terapi melanggar terbaik pasien selain tenaga medis. IMCA
hak asasi menusia. Pemberi layanan harus juga mendukung pasien yang tidak cakap
mengikuti khendak pasien kecuali terdapat secara hukum termasuk harapan dan
kerugian bagi pasien tersebut.45 Juga perasaannya. IMCA dapat menanyakan
dipertimbangkan mengenai latar belakang mengenai pertimbangan medis dan hal
pasien tersebut, seperti harapan dan perasaan lainnya. Jika terapi yang diberikan
pasien sebelumnya, kepercayaan dan nilai merupakan terapi yang serius maka IMHA
yang dipegang pasien sebelumnya, dan faktor menunjuk orang lain untuk mewakili, kecuali
lainnya., Dengan hal itu sebenarnya pasien dalam keadaan gawat darurat.47 Apabila
tidak memerlukan seorang pembuat terdapat orang yang “unbefriended” yaitu
keputusan untuk diriya setelah ada latar orang yang tidak memiliki orang lain untuk
belakang tersebut untuk menentukan berkonsultasi mengenai kepentingan terbaik
kepentingan yang terbaik bag pasien, namun bagi dirinya maka otoritas kesehatan
untuk membuat jelas sebaiknya latar menunjuk IMCA (Independent Mental
belakang tersebut dibuat catatan khusus Capacity Advocat ) yang memiliki hak untuk
dalam mempertimbangkan kepentingan yang bertanya mengenai pendapat medis lebih
terbaik bagi pasien. Namun hal tersbeut juga jauh, meminta informasi, dan menguji
tidak mudah apabila terjadi pertentangan keputusan medis apakah hal tersebut
Berdasarkan The Deprivation Liberty merupakan yang terbaik bagi pasien.48
Code of Practice menambahkan bahwa Berdasarkan perbandingan tersebut,
menghilangkan hak seseorang untuk dalam common law system, pengambilan
menyetujui rangkaian kesepakatan keputusan pada saat pasien tidak cakap
merupakan masalah yang serius dan hukum terdapat banyak alternatif
keputusannya tidak dapat dilakukan. dibandingkan dengan civil law system
Penghilangan hak hanya boleh apabila terutama yang tercantum dalam hukum
penghilangan hak tersebut guna kepentingan positif di Indonesia baik Permenkes maupun
terbaik pasien untuk mencegah kerugian, jika UU.
respon proporsional diberikan atas

44 47
Ibid, hlm. 187. Ibid, hlm. 199.
45 48
Ibid, hlm. 191-192. Jonathan Herring, Op. cit., hlm. 56.
46
Ibid, hlm. 198-199.
Kelebihan pemberian informed consent maka dapat mengambil keputusan sendiri
pada Common Law System yang dapat untuk dirinya. Apabila dokter tidak yakin
diadopsi di Indonesia (Civil Law System) maka dapat mengambil alternatif lain seperti
Terdapat perbedaan dalam pemberian IMCA. Hal demikian sebenarnya sudah
informed consent baik di common law diakomodir dalam Manual Persetujuan
maupun civil law walaupun keduanya Tindakan Medik KKI 2008 namun belum
memiliki prinsip yang sama dalam masuk dalam hukum positif di Indonesia
menjunjung nilai otonomi dari pasien dan sehingga membuat tenaga kesehatan ragu
mengutamkan informasi yang ada dalam dalam menerapkan hal tersebut.
informed consent sebelum dilakukan Pasien dengan gangguan kejiwaan di
tindakan. Hal tersebut adalah mengenai Indonesia termasuk tidak cakap secara
pasien anak yang dikategorikan di Indonesia hukum sehingga tidak dapat melakukan
sebagai tidak cakap secara hukum dalam perbuatan hukum, namun dalam common law
pemberian informed consent, perlu dilakukan terutama dalam informed consent membuat
pengkategorian usia anak itu sendiri khusus Menurut Mental Capacity Act (MCA 2005)
dalam informed consent. Antar undang- pada pasal 1 ayat 2 MCA 2005 bahwa setiap
undang sendiri tidak seragam dalam orang dinyatakan cakap sampai terbukti tidak
mengkategorikan usia seorang anak yang cakap, pasal 2 ayat 1 MCA 2005 bahwa
cakap dalam melakukan perbuatan hukum. setiap orang yang tidak cakap jika pada saat
Untuk itu di common law terdapat sebuah pengambilan keputusan tidak dapat
sebuah kekhususan mengenai usia anak mengambil keputusan karena gangguan
(children) yaiu usia dibawah 16 tahun, dan fungsi dari otak, pasal 2 ayat 2 MCA 2005
usia 17-18 tahun disebut usia pemuda (young gangguan pada otak dapat bersifat permanen
people) menurut MCA 2005. Dalam common atau sementara, Pasal 3 ayat 1 MCA 2005
law juga berbeda dengan undang-undang bahwa seseorang dinyatakan tidak cakap jika
pada umumnya tentang anak yang tidak mampu membuat keputusan untuk
mengkategorikan usia 18 tahun menurut dirinya, menahan informasi, menggunakan
Children Act 1989.49 Pada usia pemuda dapat informasi sebagai bagian dalam membuat
dilakukan penilaian mengenai kompetensi putusan, dan mengkomunikasikan keputusan
Gillick pada anak itu sendiri yaitu mengerti tersebut. Pada pasal 2 ayat 1 dan pasal 3 ayat
prosedur dan implikasi dari efek termasuk 1 MCA 2005 maka dilakukan tes kecakapan
potensi efek yang akan terjadi, mengerti yang menilai proses membuat keputusan
risiko apabila menolak tindakan termasuk daripada keputusan yang telah dibuat.51 Jadi
konsekuensi alami dari penyakit apabila tidak pada common law seseorang seharusnya
dilakukan terapi, mampu menyimpan tidak menganggap seseorang tidak cakap
informasi cukup lama untuk dapat secara hukum karena perilaku, atau
memutuskan, Mempunyai cukup intelegensia disabilitas (Pasal 2 ayat 3 MCA 2005) tetapi
dan kedewasaan untk mempertimbangkan orang yang membuat keputusan yang bukan-
informasi hingga kepada keputusan.50 Dan bukan (pada penilaian objektif) mungkin
yang menilai semuanya itu adalah dokter itu diperlukan penilaian kecakapan hukumnya.52
sendiri sehingga dapat menjawab persoalan Pada pasal 1 ayat (4) MCA 2005 menekankan
mengenai anak jalanan pada usia pemuda pentingnya keputusan yang bijak dan
apabila sudah memenuhi kompetensi Gillick

49 50
Department of Constitutional Affairs, Mental Jonathan Herring, Op. cit., hlm. 199.
51
Capacity Act 2005 Code of Practice, The Stationary Jo Samanta, Ash Samanta, Op. cit., hlm. 44-45.
52
Office, London, 2007, hlm. 216. Jo Samanta, Ash Samanta, Loc. cit.
rasional.53 Kecakapan tersebut dapat dinilai pertimbangan medis, harapan dan perasaan
dengan melakukan pengajuan pertanyaan pasien, meminta second opinion, dan
tertentu. Seorang yang cakap dapat menguji keputusan medis tersebut untuk
memutuskan beberapa isu. Jadi tidak mudah kepentingan yang terbaik bagi pasien. Hal
dalam common law menyebut sesorang tersebut belum ada baik di hukum positif di
sebagai orang tersebut tidak kompeten.54 Tes Indonesia maupun di Manual Persetujuan
yang dilakukan dapat berupa diagnostic test Tindakan Medis KKI 2008 sehingga dapat
dan fungsional test.55 Karena itu dalam menjawab persoalan mengenai pasien yang
common law seorang yang menderita tidak cakap secara hukum setelah penilaian
skizofrenia paranoid dapat mengambil dan tidak ada wali/pengantar yang mau
keputusan mengenai penanganan luka di bertanggung jawab.
kakinya sendiri karena pasien tersebut dapat
menyimpan informasi, mempercayainya, dan
KESIMPULAN & SARAN
dapat membuat pilihan.56 Berdasarkan hal
Kesimpulan
tersebut dapat menjawab persoalan dokter di
1. Dalam analisis perbandingan mengenai
layanan kesehatan mengenai orang gila yang
informed consent dalam common law dan
tidak ada yang mau bertanggungjawab
civil law terdapat beberapa perbedaan dan
terhadap tindakan yang harus dilakukan
persamaan yang dapat disimpulkan dalam
terhadapnya dengan menilai kompetensi
Tabel 1.1.
pasien tersebut sebelum menganggap pasien
2. Mengenai perbedaan pemberian
tersebut tidak cakap karena gangguan
informed consent pada pasien yang tidak
jiwanya. Apabila pasien tersebut dinilai
cakap dalam hukum, dari sudut pandang
cakap dalam mengambil keputusan dengan
substansi hukum pada civil law
memenuhi kriteria di atas maka tidak perlu
(Indonesia) dan common law dapat
tenaga kesehatan meminta wali atau
dilihat dalam Tabel 1.2.
pengantar untuk bertanggung jawab. Hal
3. Hal-hal yang dapat diadopsi dari common
tersebut di atas juga telah ada dalam Manual
law pada civil law di Indonesia menurut
Persetujuan Tindakan Medik KKI 2008
penulis adalah mengenai kompetensi
namun belum terdapat dalam hukum posiitif
Gillick pada anak yang sebenarnya telah
di Indonesia.
tercantum dalam Manual Persetujuan
Pada kasus pasien yang tidak cakap
Tindakan Medik KKI 2008 namun tidak
secara hukum dan dinilai tidak kompeten
tercantum dalam hukum positif di
dalam mengambil keputusannya sendiri serta
Indonesia baik peraturan mentri maupun
tidak ada wali, hukum Indonesia bergantung
undang-undang. Hal lain yang dapat
kepada yang mengantar namun pada
diadopsi adalah mengenai gangguan jiwa
kenyataannya tidak semua yang mengantar
-yang tidak secara serta merta dianggap
juga mau bertanggung jawab, untuk itu hal
tidak cakap secara hukum namun
yang dapat diadopsi dari common law untuk
dilakukan tes untuk menguji kemampuan
kasus tersebut adalah adanya IMCA. Kasus
membuat keputusan untuk dirinya,
tidak adanya orang yang bertanggungjawab
menahan informasi, menggunakan
pada common law disebut unbefriended
informasi sebagai bagian dalam membuat
dengan solusi IMCA yang ditunjuk oleh
putusan, dan mengkomunikasikan
dinas kesehatan setempat yang sudah terlatih
keputusan tersebut. Mengenai ujian
dan berwenang untuk mempelajari
53 55
Jonathan Herring, Op. cit., hlm. 167. Ibid, hlm. 162
54 56
Ibid, hlm. 161 Jo Samanta, Ash Samanta, Ibid, hlm. 46.
mengenai hal tersebut juga sudah kapasitas pada orang dengan gangguan
tercantum dalam Manual Persetujuan jiwa dan tidak ada
Tindakan Medik KKI 2008 namun belum wali/keluarga/pengantar yang
tercantum dalam hukum positif di bertanggung jawab yang memberikan
Indonesia. Apabila setelah dilakukan uji kepastian hukum kepada tenaga
kompetensi Gillick atau pada orang kesehatan untuk melakukan tindakan
gangguan jiwa dilakukan uji kapasitas medik yang diperlukan oleh pasien
untuk membuat keputusan tidak cakap, berdasarkan kepentingan yang terbaik
dan tidak ada keluarga,/wali/pengantar bagi pasien.
yang bersedia memberikan persetujuan 2. Melalui penelitian ini juga, diharapkan
maka hal yang dapat diadopsi dari permasalahan mengenai perjanjian baku
common law adalah disediakannya yang dibuat oleh institusi kesehatan dapat
IMCA oleh Dinas Kesehatan setempat dibuatkan standar perjanjian agar tidak
untuk melakukan analisis terhadap melanggar kaidah-kaidah yang
persetujuan tindakan medik yang ditetapkan oleh UU yang berkaitan
diberikan oleh tenaga kesehatan seperti UU Perlindungan Konsumen
mengenai perjanjian baku. Manual
Saran Persetujuan Tindakan Medik KKI 2008
1. Melalui penelitian ini diketahui beberapa sebenarnya telah memberikan contoh
alternatif dalam menyelesaikan masalah mengenai Informed Consent yang
pada pasien yang tidak cakap secara menjadi contoh bagi institusi kesehatan
hukum melalui perbandingan hukum dalam pembuatannya namun pedoman
antara common law dan civil law yang tersebut tidak terdapat dalam hukum
sering kali membuat tenaga kesehatan positif di Indonesia sehingga sulit bagi
bingung. Melalui penerapan kompetensi institusi kesehatan untuk mengadopsi
Gillick pada anak, pengujian kapasitas contoh perjanjian baku tersebut.
pada pasien dengan gangguan jiwa 3. Penelitian selanjutnya yang dapat
seperti yang telah tercantum pada Manual dikembangkan berkaitan dengan
Persetujuan Tindakan Medik KKI 2008 penelitian ini adalah mengenai informed
dapat dimasukkan kepada Rancangan consent yang dibuat berdasarkan budaya
Undang-Undang Praktik Kedokteran hukum Indonesia karena konsep
yang direvisi dan dijabarkan kedalam mengenai informed consent berasal dari
peraturan mentri kesehatan yang di budaya barat. Selain itu dapat
kemudian hari yang memperkuat dikembangkan penelitian mengenai
pedoman yang dikeluarkan oleh KKI agar peran IMCA yang dihubungkan dengan
mempunyai kekuatan hukum. Selain iu konsep hospital by law di rumah sakit
saran mengenai IMCA (Independent dalam UU Rumah Sakit.
Mental Capacity Act) juga merupakan
solusi bagi yang tidak lolos uji
kompetensi Gillick pada anak atau uji
Tabel 1.1 Perbedaan Persetujuan Tindakan Medis pada Common Law dan Civil Law

Perbedaaan Civil Law (Indonesia) Common Law (Inggris)

Substansi Hukum
Definisi Menurut Pasal 1 PMK No. 290 true consent to what happens to one's self
Tahun 2008 Tentang Persetujuan is the informed exercise of a choice, and
Tindakan Kedokteran : that entails the opportunity to evaluate
Persetujuan tindakan kedokteran knowledgeably the options available and
adalah persetujuan yang diberikan the risks attendant upon each (persetujuan
oleh pasien atau keluarga terdekat yang benar tentang apa yang terjadi pada
setelah mendapat penjelasan secara seseorang adalah informasi dari pilihan dan
lengkap mengenai tindakan kesempatan untuk mengevaluasi pilihan
kedokteran atau kedokteran gigi tersebut dengan pilihan pengetahuan yang
yang akan dilakukan terhadap pasien tersedia dan risiko yang akan dihadapinya)
Informasi Pasal 45 ayat (3) UU No. 29 Tahun diagnosis dan prognosis, setiap
2004 Tentang Praktik Kedokteran ketidakpastian tentang diagnosis atau
yaitu mengenai diagnosis dan tata prognosis, termasuk pilihan untuk
cara tindakan medis; tujuan tindakan penyelidikan lebih lanjut, pilihan untuk
medis yang dilakukan; alternatif mengobati atau mengelola kondisi,
tindakan lain dan risikonya; risiko termasuk pilihan untuk tidak melanjutkan
dan komplikasi yang mungkin pengobatan, tujuan penyelidikan yang
terjadi; dan prognosis terhadap diusulkan atau pengobatan dan apa yang
tindakan yang dilakukan akan melibatkan, potensi keuntungan,
risiko dan beban, dan kemungkinan
keberhasilan, untuk setiap opsi; ini harus
mencakup informasi, jika tersedia, apakah
manfaat atau risiko terkena yang dokter
pilih untuk memberikan perawatan.
(Claudia Carr)
Persetujuan Menurut UU No. 29 Tahun 2004 Prinsip pemberian informed consent
Pasal 45 Ayat (1) bahwa setiap menurut Kementrian Etika Inggris adalah
tindakan kedokteran atau kedokteran a. Diberikan secara sukarela (tanpa
gigi yang akan dilakukan oleh dokter penipuan atau paksaan)
atau dokter gigi terhadap pasien b. Diberikan oleh individu yang
harus mendapat persetujuan mempunyai kapasitas
Penjelasan Pasal 45 : Pada c. Diberikan oleh individu yang telah
prinsipnya yang berhak memberikan diinformasikan mengenai tindakan medis
persetujuan atau penolakan tindakan yang akan dilakukan.
medis adalah pasien yang Dalam memutuskan perkara tersebut
bersangkutan. Namun, apabila Benyamin Cardozo berpendapat bahwa :
pasien yang bersangkutan berada di Every human of adult years and sound
bawah pengampuan (under curatele) mind has a right to determine what shall be
persetujuan atau penolakan tindakan done with his own body and a surgeon who
medis dapat diberikan oleh keluarga performs an operation without his patient's
terdekat antara lain suami/istri, consent and assault for which he is. liable
ayah/ibu kandung, anak-anak in damaged. (Putusan Benyamin Cardozo
kandung atau saudara-saudara ini mengandung makna bahwa setiap orang
kandung…. Dalam hal pasien adalah (insan) yang sudah dewasa dan mampu
anak-anak atau orang yang tidak berpikir secara sehat berhak untuk
sadar, maka penjelasan diberikan menentukan nasib sendiri terhadap apa
kepada keluarganya atau yang yang seharusnya dilakukan terhadap
mengantar. dirinya)

Kultur Hukum
Budaya otonomi di sini bukanlah otonomi Dalam pengobatan Barat, hubungan
personal tetapi otonomi kolektif paternalistik dokter –pasien sudah semakin
yang diberikan oleh beberapa orang menghilang. Pada masyarakat Barat seperti
ataupun seorang mewakili banyak Amerika Serikat, penentuan nasib sendiri
orang misalnya kepala suku atau dan otonomi diadakan penting. Itu karena
kepala kampung. masyarakat Barat menekankan orde
Sudah menjadi praktik di banyak pertama otonomi, yang mempromosikan
tempat bahwa yang memberikan penentuan nasib sendiri. Konsep informed
informed consent bukan hanya consent yang berasal dari Barat
pasien tetapi juga keluarga, bahkan menekankan otonomi pasien secara
seringkali keluarga besarnya. individual berbeda dengan struktur
masyarakat Indonesia yang lebih bersifat
komunal.

Tabel 1.2 Perbedaan Pemberian Persetujuan Tindakan Medis pada pasien yang tidak
cakap secara hukum dalam Common Law dan Civil Law
Perbedaan Civil Law (Indonesia) Common Law (Inggris)

Substansi Hukum
Kecakapan Pasal 12 PMK 290 Tahun 2008 Mindy Chen-Wishart menggolongkan tiga
Persetujuan diberikan oleh pasien kategori orang yang tidak berwenang
yang kompeten, atau oleh wali, atau melakukan perbuatan hukum, terutama
keluarga terdekat atau untuk membuat kontrak, yang meliputi
pengampunya. infancy; mental incapacity; and those so
Pasal 13 PMK 290 Tahun 2008 affected by drink or drugs as not to know
(1) Pasien dianggap kompeten what they are doing.
berdasarkan usianya
(2) Berdasarkan kesadarannya :
kesadaran fisiknya, sementara
waktu apabila ia mengalami
syok, nyeri yang sangat atau
kelemahan lain akibat keadaan
sakitnya.
(3) Berdasarkan kesehatan
mentalnya:
retardasi mental dan penyakit
mental/ gangguan jiwa (mental)
Anak Menurut Pasal 13 PMK No. 290 Anak adalah seorang dibawah umur 18
Tahun 2008 adalah telah berusia 21 tahun. Tetapi pada pasal 8 ayat (1) Family
(dua puluh satu) tahun atau Law Reform Act 1969 membuat sangkaan
telah/pernah menikah serta pasien tentang pemberian persetujuan tindakan
telah berusia 18 tahun, tidak medis pada anak umur 16-18 tahun. Hal
termasuk anak berdasarkan tersebut disangkal jika orang tersebut
peraturan perundang-undangan. tidak dapat percaya, menyimpan dan
menimbang informasi, dan berkomunikasi
tentang pilihan mereka (sesuai MCA
2005).
Gangguan Orang-orang yang ditaruh di bawah Menurut Mental Capacity Act (MCA
Jiwa pengampuan, yaitu orang-orang 2005) pada pasal 1 ayat 2 MCA 2005
dewasa tapi dalam keadaan dungu, bahwa setiap orang dinyatakan cakap
gila, mata gelap, dan pemboros sampai terbukti tidak cakap, pasal 2 ayat 1
(pasal 1330 KUH Perdata jo pasal MCA 2005 bahwa setiap orang yang tidak
433 BW); cakap jika pada saat pengambilan
keputusan tidak dapat mengambil
keputusan karena gangguan fungsi dari
otak, Pasal 3 ayat 1 MCA 2005 bahwa
seseorang dinyatakan tidak cakap jika
tidak mampu membuat keputusan untuk
dirinya, menahan informasi,
menggunakan informasi sebagai bagian
dalam membuat putusan, dan
mengkomunikasikan keputusan tersebut.
Seseorang seharusnya tidak menganggap
seseorang tidak cakap secara hukum
karena perilaku atau disabilitas (Pasal 2
ayat 3 MCA 2005
Struktur Hukum
Alternatif Menurut Penjelasan Pasal 45 (1) Advanced Decision (pasal 24-26
Informed UUPK: MCA 2005)
Consent (1)Keluarga terdekat antara lain: (2) Lasting Power of Attorney
pada yang suami/isteri, ayah/ ibu kandung, (3) Deputi (Pasal 16 MCA 2005)
tidak cakap anak-anak kandung, saudara- (4) Keputusan Pengadilan (Pasal 4
hukum saudara kandung. MCA 2005)
Bila keluarga tidak ada, (5) IMCA (Pasal 35 MCA 2005)
(2) diberikan kepada yang
mengantar pasien.
(3) Pengampu (curator).
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan literatur Salim HS, Erlies Septiana Nurbani,
Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Penerapan Teori Hukum Pada Tesis
Metode Penelitian Hukum, dan Disertasi Buku Kesatu,
Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2016. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013.
C.B. Kusmaryanto, Bioetika, Penerbit Buku Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Kompas, Jakarta, 2015. Hukum, Penerbit Universitas
Chrisdiono M. Achadiat, Dinamika Etika dan Indonesia (UI-Press), Jakarta, 2006.
Hukum Kedokteran, Penerbit Buku Sunaryati Hartono, Kapita Selekta
Kedokteran EGC, Jakarta, 2004. Perbandingan Hukum, Citra Aditya
Claudia Carr, Unlocking Medical Law and Bakti, Bandung, 1991
Ethics,Routledge,New York, 2015. Titiek Soelistyowatie, Penerapan Hukum
Gloria Gomgom Yosephine, Pelaksanaan informed Consent Terhadap
Persetujuan Tindakan Kedokteran di Pelayanan Keluarga Berencana di
RSUP Dr. M. Djamil Padang, RS. Tugurejo Semarang, Jurnal
Fakultas Hukum Universitas Dinamika Kebidanan, Volume 1,
Andalas, Padang, 2011. No.1, Tahun 2011
I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan, Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum
Sinar Grafika, Jakarta, 2015. Perjanjian, Mandar Maju, Bandung,
Jonathan Herring, Medical Law and Ethics 2011
6th ed., Oxford University Press,
Oxford, 2016 Peraturan perundang-undangan
Jo Samanta, Ash Samanta, Concentrate Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
Medical Law, Oxford University tentang Praktik Kedokteran, Dunia
Press, New York, 2014 Cerdas, Jakarta, 2013.
Juariah, Pemenuhan Hak Konsumen di Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Institusi Kesehatan, Jurnal Kesehatan tentang Kesehatan, Citra Umbara,
Masyarakat Nasional, Vol. 3, No.6, Bandung, 2012
Tahun 2009. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Konsil Kedokteran Indonesia, Manual Indonesia Nomor
Persetujuan Tindakan Kedokteran, 290/MENKES/PER/IX/2008 tentang
Jakarta, Konsil Kedokteran Persetujuan Tindakan Kedokteran.
Indonesia, 2006.
Lili Rasjidi, Liza Sonia Rasjidi, Monograf : Sumber lain
Filsafat Ilmu, Metode Penelitian, dan Ministry of Ethic United Kingdom, Main
Karya Tulis Ilmiah Hukum, t.p., t.k., Principle of Consent, <
t.th. http://ministryofethics.co.uk/?p=6 >,
Lili Rasjidi, Menggnakan Teori/Konsep diakses bulan Oktober 2016
Dalam Analisis Di Bidang Ilmu
Hukum, t.p.,t.k.,2007.
Murray Earle, The Future of Informed
Consent in British Common Law,
European Journal of Health Law,
Volume 6, Tahun 1999
R. Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata,.
Sinar Grafika, Jakarta , 2014.

Anda mungkin juga menyukai