Anda di halaman 1dari 32

PELANGGARAN ETIK &

PELANGGARAN DISIPLIN
DIRUMAH SAKIT, PINTU
MASUK
PELANGGARAN HUKUM
M. Nasser
Ketua Asosiasi Dosen Hukum Kesehatan Indonesia
FORMER Vice President of World Association for Medical Law (2012-2018)
MENGAPA PERLAKUAN HUKUM PADA KASUS2
HUKUM KESEHATAN, TERJADI SECARA BURUK
1. ADANYA KEKOSONGAN HUKUM
A. SEMUA MASIH DIATUR DALAM HUKUM UMUM
B. BELUM ADA NIAT NEGARA UNTUK MEMPERBAIKI/MERUBAH DAN
MENGINISIASI HUKUM KEDOKTERAN YG ADIL

2. APH TIDAK MENGUASAI ILMU HUKUM KESEHATAN


A. MASIH BERANGGAPAN BAHWA PERKARA DIBIDANG KSEHATAN
DAPAT DISELESAIKAN DENGAN INSTRUMEN HUKUM UMUM
B. MENCAMPUR BAURKAN PELANGGARAN ETIK, DISIPLIN &
HUKUM
BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN
PROFESI KEDOKTERAN
1. TIDAK KOMPETEN
2. TIDAK LAKSANAKAN TUGAS PROFESIONAL
DENGAN BAIK KRN MENABRAK STANDAR
(TDK DAPAT LAKUKAN REASONABLE CARE)
3. BERPERILAKU TERCELA MENURUT UKURAN
PROFESI
CONTOH PELANGGARAN ETIK &
PELANGGARAN DISIPLIN PROFESI
1.PRAKTEK TANPA SIP & STR
2.YANG SEHARUSNYA DIRUJUK TETAPI TIDAK DIRUJUK
3.TIDAK MELAKUKAN PROSEDUR MEDIK YG SEHARUSNYA
DILAKUKAN
4.MEDICAL NEGLIGENCE
5.Loss of a chance of recovery or survival
6.Wrongful death
SEMUA HAL DIATAS DAPAT DENGAN MUDAH MENJADI
PERKARA HUKUM.
Tanggung jawab hukum
dalam PELAYANAN KESEHATAN
• TANGGUNG JAWAB HUKUM DENGAN UNSUR
KESENGAJAAN
• TANGGUNG JAWAB HUKUM DENGAN UNSUR
KELALAIAN
• TANGGUNG JAWAB HUKUM TANPA UNSUR
KESENGAJAAN &KELALAIAN (STRICT LIABILTY)
• TANGGUNG JAWAB HUKUM KARENA PEMBIARAN
PELAYANAN KESEHATAN DAN TG.JAWAB
PERDATA
• DALAM PELAYANAN KESEHATAN, SENGKETA DI RUMAH
SAKIT TERJADI KARENA
1. ADA KEWAJIBAN YG TIDK DIPENUHI
2. ADA KERUGIAN MATERIL BAGI PASIEN
3. ADA LUKA ATAU KECACATAN YG TERJADI
4. ADA KEMATIAN
• TG JAWB PERDATA MUNCUL BILA YANKES TDK JUJUR,
MERUGIKAN ATAU MENGAMBIL HAK ORG LAIN (Juris
praecepta sunt haec; honeste vivere, alterum non laedere,
suum cuique tribuere)
• ADA PELANGGARAN TDK SAJA THDP HUKUM POSITIF
TTPI JG PD KEPANTASAN & KEPATUTAN
PROFESI MEDIS
 Merupakan noble profession
 Diperlukan kompetensi (knowledge,
clinical skill, clinical judgment,
humanistic quality dan communication
skill).
 Orientasi primernya ditujukan untuk
kepentingan masyarakat (altruistic).
 Wajib memperhatikan nilai-nilai dan
hak-hak pasien (termasuk HAM).
 Terikat oleh moral, etik, hukum serta
PASIEN
Orang yg menginginkan agar masalah
kesehatannya dapat diatasi oleh Dr.
Umumnya tidak faham ilmu kedokteran.
Tidak memiliki kemampuan mengontrol
kinerja dan prilaku Dr, sehingga mereka
termasuk gol rentan (vulnerable group).
Maka perlu diberi perlindungan (melalui
Moral, Etika, Hukum dan Sumpah Dr).
MEDICAL INTERVENTION
Medical intervention boleh jadi:
a. bisa menyembuhkan (kuratif);
b. hanya menawarkan koreksi definitif atau hanya
bersifat supportive saja.
c. hanya menghilangkan simptom belaka.
d. menghambat progresifitas penyakit yang saat
ini blm bisa disembuhkan (incurable).
e. meski intervensi kurang efektif untuk
menghambat progresitas, ttp masih bisa
berharga bagi palliate symptoms atau bagi
episode akut. (Johnson, Sigler, Winslade; 2006)
CATATAN
Terapi tanpa diagnosis dikatakan “like a
shot in the dark”, dan boleh jadi bisa
membahayakan pasien.
Mencoba-coba terapi satu ke terapi lain thd
pasien yang tidak jelas diagnosisnya dapat
menghilangkan waktu berharga (the golden
period), menimbulkan reaksi obat atau
problem lain.
(Gibbons, T, B, 1980)
Tindakan Medis Terhadap Pasien hrs
berdasarkan
4 hal:

1. Ada indikasi medis yang jelas


2. Bertindak secara hati-hati dan teliti
3. Bekerja dengan kompetensi atas Standar
Profesi/ SOP tertulis
4. Ada komunikasi yg cukup ditandai dgn
Persetujuan Tindakan Medis

11
Ringkasnya
RS = tempat bertemunya berbagai unsur dan
kepentingan, yaitu:
1. Pemilik:
ingin RS-nya dikelola dengan baik, supaya un- tung
guna membiayai dan mengembangkan RS.
2. Manajemen (CEO/ COO/ Manajer/ Spv):
ingin menerapkan prinsip manajemen RS tanpa banyak
diganggu, serta mendapat imbalan layak.
3. Profesional (Dr/ Drg/ Perawat/ Bidan):
ingin agar dapat melaksanakan aktifitas profesio-
nalnya dg nyaman serta mendapat imbalan layak.
4. Pasien dan Keluarganya:
ingin agar mendapatkan pelayanan prima.
5. Masyarakat dan Lingkungannya:
ingin agar RS tidak memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan di sekitarnya.
6. Mahasiswa, Residen, dan Peneliti:
ingin agar mereka dapat melaksanakan aktifitas-
nya di RS.
7. Pemerintah, DPR, Pemda, DPRD, dll:
ingin agar RS dapat memberikan kontribusinya
dalam mewujudkan kesejahteraan bg masyarakat.
Konflik
Kepentingan yang berbeda-beda dari
berbagai unsur dalam RS .… berpotensi
menimbulkan konflik ……. yang sudah
pasti akan membawa dampak pada mutu
layanan di RS yang bersangkutan.
Penyebab Konflik di RS
1. Sumber daya terbatas perlu efisiensi.
2. Proses kerja yg saling bergantungan satu
sama lain perlu sinkronisasi.
3. Perbedaan nilai dan persepsi diantara staf
RS perlu menyamakan persepsi.
4. Tidak ada aturan perlu CBL, MSBL, NSBL,
Perdir ttg Kebijakan/ Pedoman, dan SPO.
5. Adanya difficult people perlu komunikasi.
(Hematram Yadav, 2006)
Solusi Konflik
Perlu perangkat hukum sebagai:
a. Landasan bagi penyelenggaraan RS; dan
b. Acuan/ rujukan bagi penyelesaian konflik di RS.
Perangkat hukum tsb adalah:
1. Hukum dalam UU, a.l:
UU Kes, UURS, UUPK, dll.
2. Hukum diluar UU, a.l:
a. Hospital Bylaws/ Peraturan Internal (disahkan
oleh Pemilik RS);
b. Peraturan Direktur RS (disahkan oleh Direktur);
c. SPO (disahkan oleh Direktur).
KEWAJIBAN RS
Setiap RS mempunyai kewajiban menyusun dan
melaksanakan Peraturan Internal (HBL).
(Psl 29 ayat (1) huruf r UURS)

Peraturan internal RS terdiri dari:


a. Corporate Bylaws (CBL).
b. Medical Staff Bylaws (MSBL).
(Penjelasan Psl 29 ayat (1) huruf r UURS)
c. Nursing Staff Bylaws (NSBL).

CBL  ditandatangani oleh Pemilik RS.


MSBL & NSBL  ditandatangani oleh Direktur RS.
SANKSI
Pelanggaran kewajiban menyusun dan
melaksanakan peraturan internal dikenai
sanksi adminstratif, berupa:
a. teguran;
b. teguran tertulis; atau
c. denda dan pencabutan izin rumah
sakit.
(Pasal 29 ayat (2) UURS)
Bylaws
Menurut bahasa Inggris kuno, kata “by”,
bisa berarti kota  sehingga bylaws berarti
peraturan kota atau peraturan setempat.
Oxford Dictionary:
Bylaws adalah regulasi yang dibuat oleh oto-
ritas setempat atau korporasi.
Wharton:

Bylaws memiliki kekuatan mengikat selama


tidak bertentangan dg kelaziman, iktikat baik,
hukum dan tdk mengenai hal-hal yg dilarang.
Hospital Bylaws
Peraturan Internal yg mengatur tatakelola RS, t.a:
1. Corporate Bylaws;
2. Medical Staff Bylaws & Nursing staff Bylaws.
Tujuannya adalah:
1. CBL:
agar dapat tercipta good corporate governance.
2. MSBL & NSBL:
agar dapat tercipta good clinical governance.
CBL disahkan oleh Pemilik RS.
MSBL dan NSBL disahkan oleh Direktur RS.
Berlakunya hanya di RS ybs (sifatnya: tailor made).
Tuntutan UU RS
Setiap RS harus menyelenggarakan tata kelola RS dan
tata kelola klinis yang baik.
(Psl 36 UURS)
Tatakelola Korporasi (CBL) yang baik:
Penerapan fungsi-fungsi manajemen RS yang berdasarkan prinsip-
prinsip tranparansi, akuntabilitas, independensi dan responsibilitas,
kesetaraan dan kewajaran.
Tatakelola Klinis (MSBL & NSBL) yang baik:
Meliputi kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis, risiko klinis
berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme
monitor hasil pelayanan, pengembangan profesional dan akreditasi
RS. (Penjelasan Psl 36 UURS)
Fungsi HBL
1. Acuan bagi Pemilik dalam melakukan
pengawasan terhadap RS Pemprov.
2. Acuan bagi Direktur dalam mengelola
dan menyusun kebijakan operasional RS.
3. Menjamin efektivitas, efisiensi, dan mutu.
4. Perlindungan hukum bagi “stake holders”.
5. Pencegahan dan penyelesaian konflik.
6. Persyaratan bagi keperluan akreditasi dan
pengajuan/ perpanjangan izin RS.
GUGATAN PADA DOKTER YG TDK
BERBASIS EBM
1. Apakah ada risiko pada bayi yang dilahirkan melalui SC
dibanding dengan kelahiran normal ? (kasus SC di Surabaya)
2. Apakah sistim skor Alvarado akurat mendeteksi apendisitis pada
pasien usia lanjut? (kasus gugatan di Sorong)
3. Apakah pemberian ACE 1 dapat menurunkan risiko mortalitas
yang lebih baik dibandingkan pemberian ARB? (kasus gugatan di
Illinois-US)
4. Apakah pemberian golongan steroid pada pasien usia lanjut
dengan Pneumonia dapat menurunkan mortalitas? Bagaimana
dengan risiko perdarahan lambung? (kasus Montreal-Canada)
KEGAGALAN TATA LAKSANA & PENGOBATAN
apakah sebuah tindak pidana?
• 1. Pada anak 8 bulan dengan gizi buruk, bisa terjadi perforasi usus, prolaps
rekti, megakolon toksik, atau defisiensi Kalium, hiponatremia,---- Ketika
terjadi prolapses rekti, dikoreksi tidak berhasil karena gangguan elctrolit
maka siapa yang salah, apakah Dr.Sp BA, ortu, dokter Bedah umum yang
merujuk atau dokter anak ?
• 2. Kegagalan tatalaksana pada kehamilan muda (dibawah 20 minggu) : Abortus
imminens yang tidak dapat dipertahankan. Apakah serta merta SpOG yang
merawat dapat dipidanakan ?
• 3. Wanita, 29 tahun datang ke dokter umum dengan deman 2 hari, batuk,
beringus, sakit kepala. Dokter merespkan Parasetamol, antihistamin dan
Vitamin C. Dalam 24 jam terjadi kelainan kulit dan mukosa yg luas, disusul
penurunan kesadaran. Diagnosa Sinr Stv Johnson. Di beberapa Polres disidik
sbgai Kasus Pidana
KELALAIAN PROFESI
• Wanita 42 thn dengan operasi kista besar
• Paska operasi fungsi ginjal memburuk disebabkan
ureter terpotong saat operasi
• Hr-12, pasien meninggal
• Siapa yg bertanggung jawab ? Operator ? Direktur RS
atau tg jawab bersama?
• Dapat dituntut pidana atau perdata?
PELIMPAHAN KEWENANGAN

1. Dr, WN adalah dokter jaga RS Krian Sdrjo, pasien 3,5 th


MRS dgn diare & gembung
2.Dr memerintahkan Setyo Mujiono, perawat untuk
menyuntikkan KCL:12,5cc pelan2.
3.Perawat SM minta siswa magang menyuntik, baru 3-4
cc pasien kejang & meninggal
4. PN Sidoarjo mengukum 10 bln Dr.Wida Nastiti dgn
pasal 359 KUHP, perawat dan siswa bebas2
27 Mei 2009 Kongres Nasional I Hukum Kesehatan 26
Fakta lapangan menunjukkan :

Adanya Proses hukum dalam sengketa medik yang

• Bagaikan bola liar


• ganas (malicious),
• Pembentukan opini melalui media massa yang tendensius dan
menghakimi ,
• Proses yang lama dan jamak (pidana, perdata, disiplin dan
etik),
• Menyebabkan frustrasi dan stres yang berkepanjangan
• Dari sisi perdata tuntutan ganti rugi yang jumlahnya
berlebihan. Dari sisi pidana sering dijadikan ATM oleh APH
• NEGARA JARANG HADIR
YANG SERING TERJADI :
• Rumah Sakit minta jangan ribut2, dianjurkan bayar
saja atau sekalian bersikap defensif,
• kreativitas dan inovasi menurun,
• Perpanjangan waktu dalam mengambil keputusan
medis karena pemeriksaan yang dilakukan
cenderung berlebihan dan mahal,
• pengobatan dan tindakan medis dipilih metode atau
pendekatan yang diyakini “menyelesaikan dengan
lebih pasti”, yg biasanya lebih mahal,
• DOKTER DITEKAN RS (OLEH KARENA ITU
PERJANJIAN DR & RS MENEMPATKAN DOKTER
TIDAK EQUAL
PENEGAKAN DISIPLIN DALAM RANGKA
PROTEKSI MASYARAKAT:
PRINSIP: BAD APPLE THEORY
- MENGIDENTIFIKASI DR YG BERKINERJA BURUK
- MENETAPKAN ADA TIDAKNYA PELANGGARAN DISIPLIN KEDOKT
(PERILAKU TAK PROFESION
- MENYINGKIRKAN(REMOVE) DR BERKINERJA BURUK DARI KELOMPOK
PROFESINYA
- MENEKANKAN PD TANGGUNG JAWAB INDIVIDU
- DR BERHADAPAN DGN KELUARGA BESAR PROFESINYA BKN DGN PASIEN
- BUKAN MENYELESAIKAN SENGKETA DR/ DRG
- SANKSI BERSIFAT MEMBINA AGAR KINERJA DR/DRG LEBIH BAIK
KELALAIAN MEDIK
PERIKSA APAKAH MEMENUHI UNSUR SBB :
1.ADA AKIBAT /KERUGIAN YG FATAL ?
2.APAKAH DILAKUKAN DGN KOMPOTENSI?
3.ADA PELANGGARAN STANDAR ?
4.ADA INDIKASI TIDAK BEKERJA HATI-2
5.ADA FAKTA TERJADI BERULANG KALI
N Engl J Med 2011 Aug 18;365(7):629-36
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai