Anda di halaman 1dari 32

RESUME PBL 1.

SKENARIO 2

“REFLEKS MORO”

Nama : Robi’atul ‘Adawiyah


NPM : 120170169
Kelompok : 8A
Nama Tutor : dr. Frista Martha Rahayu, Sp.DV

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBO
2021
SKENARIO 2

REFLEKS MORO

Seorang bayi berusia 3 bulan dibawa oleh ibunya ke poli umum dengan keluhan bayinya
menjadi sering terkejut dan menarik tangan dan kakinya. Dari anamnesis diketahui tetangganya
sedang membangun rumahnya sehingga menjadi lebih berisik. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan refleks moro positif, dokter menjelaskan hal tersebut merupakan sesuatu yang normal
terjadi pada usianya dan merupakan aktivitas lengkung refleks di medulla spinalis yang normal.

Step 1

1. Refleks moro : suatu respon tiba-tiba pada bayi akibat suara atau gerakan yang
mengejutkan.
2. Lengkung refleks : jaras yang diikuti oleh impils saraf yang menghasilkan refleks
3. Medulla spinalis : saraf tipis yang merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat dari
otak dan melengkungi serta dilindungi oleh tulang belakang.
4. Poli umum : salah satu jenis layanan yang memberikan pelayanan berupa pemeriksaan
kesehatan , pengobatan dan penyuluhan kepada pasien atau masyarakat.
5. Anamnesis : kegiatan yang dilakukan oleh dokter untuk memperoleh informasi kesehatan
pasien dengan cara menanyakan peranyaan – pertanyaan tertentu.

Step 2

1. Struktur medulla spinalis


2. Apa saja macam-macam gerak refleks ?
3. Struktur apa saja yang berperan dalam gerak refleks ?
4. Bagaimana mekanisme lengkung refleks ?

Step 3

1. Cervical (leher) terdiri dari 8 akar saraf , torax atau dada terdiri dari 12 akar saraf ,
lumbar atau perut terdiri dari 5 akar saraf , sacrum atau pelvis terdiri dari 5 akar saraf.
Terdapat 3 lapisan meninges :
1. Duramater
2. Arachnoid
3. Pia mater

Terdapat 3 ruangan :

1. Ruang epidural
2. Ruang subdural
3. Ruang subarachnoid

Di medulla spinalis dengan potongan melintang akan tampak dua substansi yaitu
substansi alba di bagian luar dan substansi grisea di bagian dalam, sementara itu di
tengah substansi grisea terdapat canalis centralis.

Substansi alba : berwarna putih dan serabutnya sedikit bermielin

Substansi grisea : berwarna kelabu, terdiri dari 3 bagian yaitu anterior, posterior dan
commisura.

2. Monosinaptik contohnya refleks regang


polisinaptik (contohnya refleks tendo , refleks flexor atau penarikan, refleks extensor
silang).
Refleks somatic
refleks superficialis
Refleks otonom
Refleks patologis
refleks primitif
3. - Organ sensorik
- Serabut saraf sensorik
- Sumsum tulang belakang
- Sel saraf motoric
4. Dari stimulus atau rangsangan dari luar – diterima oleh reseptor – di hubungkan ke
neuron eferen – dibawa ke medulla spinalis – di olah di neuron asosiasi – diteruskan ke
neuron aferen – di terima efektor – gerak refleks .
Komponen : reseptor , jalur aferen, pusat integrasi, jalur eferen , efektor
Mekanisme
Reseptor menerima rangsangan – jalur eferen menghasilkan potensial aksi –
menghantarkan ke pusat integrasi – dihantarkan ke jalur eferen – di kembalikan ke
efektor.

Step 4

1. Perjalanan serabut saraf pada medulla spinalis , ada 2 jalur yaitu jalur desenden dan jalur
asenden.
Jalur desenden terdiri dari:
a. Traktus kortikospinalis lateralis
b. Traktus kortikospinalis anterior,
c. Traktus vestibulospinalis,
d. Traktus rubrospinalis,
e. Traktus retikulospinalis,
f. Traktus tektospinalis,
g. Fasikulus longitudinalis medianus
Jalur Asenden terdiri dari :
a. Sistem kolumna vertebralis
b. Traktus spinothalamikus
c. Traktus spinocerebellaris dorsalis
d. Traktus spinocerebellaris ventralis
e. Traktus spinoretikularis.
a. Dura mater merupakan lapisan paling superfisial. lapisan ini adalah lapisan
kuat dan tebal yang tersusun atas jaringan ikat padat dan terartur.
b. Arachnoid, lapisan tengah meningeal adalah lapisan tipis yang bersifat
avascular
c. Pia mater adalah jaringan ikat tipis transparan yang melekat pada permukaan
medulla spinalis. didalam pia mater terdapat banyak pembuluh darah yang
menyuplai oksigen dan zat gizi ke medulla spinalis
d. Ruang Epidural adalah sebuah ruangan yang berisi bantalan lemak dan
jaringan ikat
e. Ruang Subdural adalah ruangan diantara dura mater dan arachnoid
f. Ruang Subrachanoid adalah ruangan diantara Arachnoid dan Pia mater,
ruangan ini berisi cairan serebrospinal (LCS/CSF/CSS)

2. 1. Monosinaptik
• Refleks regang : terjadi pada saat otot rangka dengan persyarafan diregangkan
lalu akan timul kontraksi otot. Refleks ini terjadi melalui lengkung refleks monosinaptik.
Contoh nya refleks patella (sentakan lutut)
2. Polisinaptik
• Refleks tendo : untuk merelaksasi kan otot, sebelum kekuatan otot menjadi sangat
besar dan mungkin bisa menyebabkan tendo robek. Refleks ini melibatkan refleks
polisinaptik.
• Refleks fleksor / penarikan : refleks ini termasuk refleks yang melibatkan refleks
polisinaptik, terjadi pada saat kaki kita menginjak paku lalu kaki kita spontan narik
keatas.
• Refleks ekstensor silang : refleks ini termasuk refleks yang melibatkan refleks
polisinaptik, terjadi pada saat kaki kanan kita menginjak paku lalu kaki kiri kita otomatis
diam, untuk menjaga keseimbangan tubuh.
Refleks somatik (refleks yang mempengaruhi otot) pada umumnya terjadi secara
polisinaps, seperti halnya flexor reflex, refleks jalan, refleks lari, loncat, memegang,
menggaruk, serta banyak lagi gerakan anggota tubuh yang terjadi secara reflektoris.

Refleks otonom adalah refleks yang mengatur organ viseral meliputi refleks otonom
kardiovaskular, refleks otonom gastrointestinal, refleks seksual, refleks otonom lainnya
meliputi refleks yang membantu pengaturan sekresi kelenjar pankreas, pengosongan
kandung empedu, ekskresi urin pada ginjal, berkeringat, konsentrasi glukosa darah dan
sebagian besar fungsi viseral lainnya.

Refleks superfisialis, refleks ini timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang
mengakibatkan berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau di sekitarnya.
Jadi bukan karena teregangnya otot seperti pada refleks dalam. Salah satu
contohnya adalah refleks dinding perut superfisialis (refleks abdominal).
Reflex patologis adalah gerakan volunteer yang muncul akibat suatu rangsangan.
Gerakan ini seharusnya tidak muncul pada orang fewasa sehat, tetapi dapat muncul
secara normal pada anak kecil sebagai reflex primitive
Reflex primitive adalah respon motorik involunter yang berasal dari batang otak yang
mulai muncul pada usia kehamilan 25 minggu dan sepenuhnya terbentuk setelah lahir
pada bayi aterm.

3. - Organ sensorik : yang menerima impuls.


- Serabut saraf sensorik : menghantarkan impuls menuju sel dalam ganglion radix
posterior dan selanjutnya meneruskan ke substansia grasia.
- Sumsum tulang belakang : serabut saraf penghubung yang ada dalam mengantarkan
impuls-impuls menuju kermoanterior medulla spinalis.
- Sel saraf motorik : yang berada pada kermoanterior medulla spinalis yang menerima.
- Efektor

4. lengkung refleks dimulai pada reseptor sensorik, sebagai potensial reseptor yang
besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini akan membangkitkan
potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas pada saraf aferen. Frekuensi potensial aksi
yang terbentuk akan sebanding dengan besarnya potensial generator. Pada sistem saraf
pusat (SSP), terjadi lagi respon yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang yang
berupa potensial eksitasi pascasinaps (Excitatory Postsynaptic Potential=EPSP) dan
potensial inhibisi postsinaps (Inhibitory Postsynaptic Potential=IPSP) dihubungan-
hubungan saraf (sinaps). Respon yang timbul di serat eferen juga berupa repon yang
bersifat gagal atau tuntas. Bila potensial aksi ini sampai ke efektor, maka akan terjadi lagi
respon yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Bila efektornya berupa otot
polos, maka akan terjadi sumasi respon sehingga dapat mencetuskan potensial aksi di otot
polos. Akan tetapi, di efektor yang berupa otot rangka, respon bertahap tersebut selalu
cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menghasilkan kontraksi otot.
Perlu ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di
sistem saraf pusat, dan kegiatan di dalam lengkung refleks ini dapat dimodifikasi oleh
berbagai masukan dari neuron lain yang juga bersinap pada neuron eferen tersebut.
Mind map

medulla
spinalis

sistem saraf sistem saraf


tepi pusat

motorik sensorik otak

sumsum tulang
somatik otonom
belakang

medulla
parasimpatik
spinalis

simpatik nervus

nervus spinalis

struktur struktur
fungsi umum
makroskopis miksorkopis

Step 5

1. Struktur makroskopis medulla spinalis :


- bagian-bagian medula spinalis (struktur anatomi)
- hubungan antar segmen vertebra dan medulla spinalis serta perbedaannya
2. Fungsi umum medulla spinalis dan tractus pada medulla spinalis
3. Mekanisme lengkung refleks pada medulla spinalis
4. Struktue mikroskopis : hubungan struktur sel saraf dengan neurotransmiter dalam
penghantaran rangsang
5. Macam-macam dan peranan reseptor saraf tepi
6. Peranan nervus spinalis sebagai saraf tepi
Refleksi Diri
PBL pada hari Selasa, 26 Januari 2021 Alhamdulillah berjalan lancar. Saya dapat
memahami struktur dari medulla spinalis serta komponen dan mekanisme gerak refleks
Namun masih harus diperlukan pembahasan lebih lanjut mengenai jalur jalur persarafan
yang ada di medulla spinalis. Semoga ilmu yang didapatkan bisa bermanfaat dan
diaplikasikan dalam kegiatan pemebelajaran selanjutnya.

Step 6
Belajar Mandiri

Step 7
1. Struktur Makroskopis Medulla Spinalis
Bagian – Bagian Medulla Spinalis
Medulla spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat, lanjutan dari
medulla oblongata yang menembus foramen occipital magnum, dikelilingi dan dilindungi
oleh tulang belakang (vertebrae). Medulla spinalis berakhir di caudal sebagai conus
medularis yang berbentuk kerucut setinggi Vertebra lumbal I-II.
A. Struktur Eksternal
a) Medulla spinalis berbentuk oval, menjadi sedikit pipih di anterior dan
posterior
b) Terdapat dua pembesaran, pembesaran cervical (inferior) dan lumbal
(superior). Intumescentia cervicalis (Penggelembungan Inferior)
memanjangan dari vertebra thoracica Ixke vertebra thoracica XII.
Intumescentia lumbalis (Penggelembungan superior) memanjang dari
vetebra cervicalis IV (C4) ke vertebra thoracica I (T1).
c) Terdapat 31 pasang nervus spinalis melekat pada medulla spinalis sebagai
radiks dorsalis dan ventralis, masing – masing membawa serabut aferen
dan eferen.
d) Saraf spinal bagian bawah yang keluar sebelum ujung korda mengarah ke
bawah, disebut corda ekuina, muncul dari kolumna spinalis pada
foramina intervertebral lumbal dan sakral yang tepat.
 Conus medularis (terminalis) adalah ujung kaudal korda.
 Filum terminal adalah perpanjangan fibrosa pia mater yang
melekat pada conus medularis sampai ke columna vertebra
e) Medulla spinlais juga dilindungi oleh bantalan lemak dan jaringan ikat
yang terletak didalam Ruang epidural.
f) Medulla spinalis dilapisi oleh tiga lapis selaput meninges yang berfungsi
untuk melindungi medulla spinalis.
 Dura mater : Lapisan paling superficial dari ketiga meninges
spinalis, merupakan lapisan tebal yang tersusun atas jaringan ikat
padat dan teratur. Dura matr juga berkesinambungan dengan
epineurium, lapisan luar nervi spinales dan craniales.
 Arachnoid : Lapisan bagian tengah membran meningeal,
adalah lapisan tipis yang bersifat avaskular terdiri dari sel – sel
serat elastik dan kolagen tipis yang tersusun longgar. Diantara dura
mater dan arachnoid terdapat ruang subdural.
 Pia mater : Lapisan paling dalam adalah lapisan jaringan ikat
tipis transparan yang melekat pada permukaan medulla spinalis
dan otak. Dalam pia mater terdapat banyak pembuluh darah yang
menyuplai oksigen dan zat gizi ke medulla spinalis. Diantara
arachnoid dan pia mater terdapat ruang subarachnoid yang berisi
cairan serebrospinal. (1)
g) Fisura median anterior (ventral) dalam dan fisura posterior (dorsal)
yang lebih dangkal menjalar di sepanjang korda dan membaginya menjadi
bagian kanan dan kiri.
Gambar 1. Pandangan anterior dan potongan melintang medulla spinalis

B. Struktur Internal
Potongan melintang medulla spinalis memperlihatkan regio-regio substansia alba
(putih) yang menegelilingi inti bagian dalam substansi grisea (abu – abu).
a) Substansi Grisea

Gambar 2. Substansia Grisea dan Cornu subtansia grisea. (2)

Berbentuk seperti huruf H atau kupu – kupu, substansi grisea ini


terdiri dari dendrit dan badan sel neuron. Substansi grisea pada setiap sisi
medulla spinalis terdapat 3 regio atau cornu, yaitu:
 Cornu Posterius (dorsalis): mengandung badan sel dan akson
interneuron serta akson neuron sensorik
 Cornu Anterius (ventralis): mengandung nukleus motorik somatik,
yang merupakan sekelompok badan sel neuron motorik somatik yang
memberi impuls saraf untuk kontraksi otot rangka.
 Cornu Laterale: hanya terdapat dalam segmen lumbal atas dan
segmen thoracica medulla spinalis. Cronu laterale mengandung
nukleus motorik otonom, yang merupakan sekelompok badan sel
motorik otonom yang mengatur aktivitas otot jantung, otot polos, dan
kelenjar.
b) Substansia Alba
Substansia alba medulla spinais terdiri dari berkas – berkas akson
neuron bermielin. Substansi alba pada setiap sisi medulla spinalis terdapat
3 area luas yang disebut columna/ funikulus, yaitu:
 Columna Posterior (dorsalis)
 Columna Anterior (ventralis)
 Columna Aateralis
Setiap columna pada akhirnya mengandung berkas – berkas akson
yang memiliki asal dan tujuan dan membawa informasi yang serupa
tersusun dalam tractus. Tractus dalam medulla spinalis dibagi menjadi
dua yaitu tractus sensorik (ascenden) dan tractus motorik (descenden). (1)

Gambar 3. Substansia Albda dan Columna


Hubungan antar segmen vertebra dan medulla spinalis serta perbedaannya

Gambar 4. Segmen Vertebra dan Medulla spinalis

Pada kehidupan fetal, medulla spinalis mempunyai segmentasi dan panjang yang
sesuai dengan columna vertebralis. Dengan kata lain, medulla spinalis pada fetus
sepanjang seluruh canalis vertebralis. Pada minggu ke delapan pertumbuhan fetal,
os.coccygis yang tadinya terdiri dari enam segmen menjadi empat segmen dan
pertumbuhan medulla spinalis pada os.coccygeus pun berhenti.

a) Medulla spinalis memanjang sepanjang os.coccygeus III pada


pertumbuhan fetal antara dua bulan/delapan minggu sampai tiga bulan.
b) Pada orang dewasa, medulla spinalis lebih pendek dari columna
vertebralis. Medulla spinalis berakhir pada batas posterior os.vertebrae
lumbalis I dan batas superior os.vertebrae lumbalis II dan hanya mengisi
2/3 dari seluruh panjang canalis vertebralis. Dengan kata lain, segmen dari
medulla spinalis tidak sesuai dengan os. Vertebranya.
Hal tersebut dapat terjadi karena kecepatan pertumbuhan tulang melebihi
kecepatan pertumbuhan saraf. Pada masa pertumbuhan, medulla spinalis terfiksasi di
batang otak sehingga medulla spinalis seolah-olah “terangkat naik” pada pertumbuhan
columna vertebralis yang lebih cepat. Hal ini juga menyebabkan segmen medulla spinalis
yang paling distal mempunyai jarak yang paling jauh antara asalnya di medulla spinalis
dan tempat keluarnya dari canalis vertebralis

Berbagai segmen spinnalis memiliki ukuran, bentuk, jumlah relatif substantia


albda dan grisea berbeda-beda. Misalnya, jumlah susbtantia grisea paling besar dalam
segmen servikalis dan lumbalis spinalis karena segmen-segmen tersebut berperan untuk
invervasi sensorik dan motorik ekstremitas. Terdapat dua alasan utama untuk variasi ini
dalam substantia alba medulla spinalis:

a) Seiring medulla spinalis naik dari segmen sakralis ke servikalis, lebih


banyak akson ascenden yang ditambahkan pada substantia alba medulla
spinalis untuk membentuk lebih banyak traktus sensorik.
b) Seiring medulla spinalis turun dari segmen sakralis ke servikalis,
ketebalan traktus motorik berkurang karena lebih banyak akson desceden
meninggalkan traktur motorik untuk bersinaps dengan neuron-neuron
dalam substantia grisea medulla spinalis.
 Cervical
Diameter lebih besar, jumlah
substansia alba relatif banyak, oval:
pada segmen cervicalis atas (C1-
C4), cornu grisea posterius besar,
cornu grisea anterius relatif lebih
kecil pada segmen cervikal bawah
(C5- kebawah), cornu grisea
posterius membesar
 Thoracal
Diameter lebih kecil akibat jumlah
subtansia grisea relatif kecil; kecuali
untuk segemen thoracal pertama,
cornu grisea posterius anterius
relatif kecil; terdapat cornu grisea
lateral kecil.
 Lumbal
Hampir circular; cornu grisea
anterius dan posterius sangat besar;
terdapat cornu grisea laterale kecil
pada segmen atas, substansia alba
sedikit dibandingkan segmen
cervicalis
 Sacral
Relatif kecil, jumlah subtansi grisea
relatif besar; jumlah substansia alba
relatif kecil; cornu grisea anterius
dan posterius besar dan tebal.
 Coccygeus
Menyerupai segmen spinalis sacralis
bawah, tetapi jauh lebih besar. (1)
2. Fungsi Umum Medulla Spinalis dan Tractus pada Medulla Spinalis
A. Fungsi Medulla Spinalis
a) Menerima serabut aferen dari reseptor sensorik batang tubuh dan
ekstremitas
b) Mengendalikan gerak batang tubuh dan ekstremitas
c) Memberikan persarafan otonom untuk sebgaian besar visera
B. Tractus Medulla Spinalis

Gambar 5. Tractus medulla spinalis(3)

Terdapat dua jenis tractus didalam medulla spinalis, yaitu :


a) Tractus Ascenden [Sensorik]
Menghantarkan impuls dari reseptop nyeri, panas, taktil, otot, dan
sendi menuju otak. Beberapa informasi akan mencapai tingkat yang
disadari (cortex cerebri), sementara beberapa serabut ditunjukan untuk
pusat – pusat bawah sadar (cerebellum)
Terdapat tiga rangkaian neuron antara resptor perifer dan coretx
cerebri, yaitu :
 Neuron pertama (neuron ordo pertama atau neuron aferen pertama)
memasuki medulla spinalis dan badan selnya berada didalam
ganglion radiks dorsalis. Serabut serabut pertama tetap pada sisi
ipsilateral medulla spinalis dan berakhir dalam kontak sinpasis
dengan neuron kedua, yang berlokasi pada substansi grisea spinalis
atau medulla oblongata atau otak.
 Neuron kedua (neuron ordo kedua) memepunyai badan sel pada
medulla spinalis. Aksonnya menyilang diatas (membuat dekuasi)
menuju sisi lawan SSP dan naik menuju thalamus, dan berakhir
pada neuro ordo ketiga.
 Neuron ketiga (neuron ordo ketiga) mempunyai badan sel pada
thalamus. Aksonnya melintas menuju cortex somatosensorik pada
lobus parietalis hemisfer serebri sisi ipsilateral.

Tractus ascenden utama medulla spinalis :

 Columna dorsalis (fasiculus grasilis dan kuneatus) membawa


propriopisi dan sentuhan diskriminatif. Columna dorsalis
menyampaikan ordo pertama ipsilateral menuju nukleus gracilis
dan kuneatus medula. Neuron ordo kedua membuat dekusasi dan
menuju thalamus. Neuron ordo ketiga di proyeksikan menuju
korteks somatosensorik.
 Tractus Spinothalamicus, menghantarkan rasa nyeri, temperatur,
sentuhan dan tekanan. Tractus ini berisi neuron ordo kedua dengan
badan selnya pada cornu dorsalis. Akson – akson ini membuat
dekusasi dan menuju thalamus. Neuron ordo ketiga di proyeksikan
ke korteks somatosensorik.
 Tractus Spinoserebelaris, berisi neuron ordo kedua yang
menghantarkan informasi otot, sendi, dan tactil yang terlibat dalam
pengendalian motorik. (4)

b) Tractus Descenden [Motorik]


Berasal dari cortex cerebri dan batang otak. Tractus ini terkait dengan
pengendalian gerak, tonus otot, refleks spinalis, fungsi otonom spinalid
dan modulasi transmisi sensorik menuju pusat – pusat yang lebih tnggi.
Terdapat 5 tractus descenden utama, yaitu :
 Tractus kortikospinalis, mengendalikan gerak tersendiri,
terampil, terutama ekstremitas distal. Tractus ini berasal dari
korteks motorik dan sensorik.
 Tractus rubrospinalis, mengendalikan musculus fleksor
ekstremitas dan berasal dari nukleus ruber otak tengah.
 Tractus tektospinalis, terlibat dalam respon refleks terhadap
masukan visual. Tractus ini berasal dari kolikulus superior
kontralateral dan serabutnya menyilang pada dekusasi tegmentum
dorsalis.
 Tractus vestibulospinalis turun dari nukleus vestibularis. Traktus
yang lateral berasal dari nukleus vestibularis lateralis sisi
ipsilaterale dan meperantai eksitasi muskulus ekstensor
ekstremitas.
 Tractus retikulospinalis turun dari pons dan medulla oblongata.
Tractus ini terlibat dalam pengendalian aktivitas refleks, tonus otot,
dan fungsi vital. (4)
Gambar 6. Tractus ascenden dan Descenden

3. Mekanisme Lengkung Refleks


Cara medulla spinalis meningkatkan homeostatis adalah dengan bekerja sebagai
pusat integrasi untuk beberapa refleks. Refleks adalah sekuens aksi cepat involunteer,
tidak terencana yang terjadi sebagai respons tehadap stimulus tertentu.
Impuls saraf berpropagasi ke dalam, melalui, dan keluar dari SSP mengikuti jaras
khusus bergantung pada jenis informasi, asal, dan tujuannya. Jaras yang diikuti oleh
impuls saraf menghasilkan refleks adalah lengkung refleks (sirkuit refleks). Lengkung
refleks meliputi lima komponen fungsional.
a) Reseptor Sensorik
Reseptor ini memberi respon terhadap stimulus tertentu perubahan pada
lingkungan internal atau eksternal dengan menghasilkan potensial bertingkat yang
disebut potensial generator.
b) Neuron Sensorik
Impuls saraf berpropagasi dan reseptor sensorik sepanjang akson neuron sensorik
ke terminal akson yang terletak dalam substansi grisea medulla spinalis. Neuron
akan diteruskan mengirim impuls saraf ke area otak yang memungkinkan
kesadaran terjadinya refleks.
c) Pusat Integrasi
Satu sinpas diantara neuron sensorik dan motorik. Jaras refleks yang hanya
memiliki satu sinaps dalam SSP disebut lengkung refleks monosinaptik.
Sedangkan lengkung refleks polisinaptik dengan melibatkan lebih dari dua jenis
neuron dan lebih dari satu sinaps dalam SSP.
d) Neuron Motorik
Impuls yang dicetuskan oleh pusat integrasi berpropagasi keluar SSP sepanjang
neuron motorik kebagian tubuh yang akan memberi respon.
e) Efektor
Bagian tubuh yang memberi respon terhadap impuls saraf motorik seperti otot
atau kelenjar. Aksisnya disebut refleks. Jika efektor adalah otot rangka, refleks
adalah refleks somatik. Jika efektor adalah otot polos, otot jantung, kelenjar,
refleks merupakan refleks otonom (viseral).(1)

Gambar 7. Pengolahan input sensorik dan output motorik oleh medualla spinalis
Oleh Reseptor sensorik berespons terhadap rangsangan, yaitu perubahan fisik atau
kimiawi yang dapat dideteksi di dalam lingkungan reseptor.Sebagai respons terhadap
rangsangan tersebut, reseptor menghasilkan potensial aksi yang dipancarkan oleh jalur aferen
ke pusat integrasi (biasanya adalah SSP) untuk diolah. Korda spinalis dan batang otak
mengintegrasikan refleks dasar, sementara pusat-pusat yang lebih tinggi di otak memproses
refleks didapat. Pusat integrasi memproses semua informasi yang tersedia baginya dari
reseptor ini, serta dari semua masukan lain, kemudian “mengambil keputusan” mengenai
respons yang sesuai. Instruksi dari pusat integrasi ini disalurkan melalui jalur eferen ke
efektor otot atau kelenjar yang melaksanakan respons yang diinginkan. Tidak seperti perilaku
sadar, yaitu ketika terdapat sejumlah kemungkinan respons, respons refleks dapat diprediksi,
karena jalurnya selalu sama.

Gambar 8. Mekanisme Refleks Lengkung (2)


4. Hubungan struktur sel saraf dengan neurotransmiter dalam penghantaran
rangsang
Soma, yang merupakan badan utama dari neuron; sebuah akson tunggal yang
memanjang dari soma ke saraf perifer yang meninggalkan medulla spinalis ke dendrit,
yang merupakan sejumlah besar penonjolan tipis dari soma yang memanjang keluar
sepanjang 1mm ke daerah sekitar medulla spinalis. Sebanyak kurang lebih 10.000 sampai
200.000 tombol sinaptik kecil yang disebut terminal presinaptik terletak dipermukaan
dendrit dan soma neuron motorik, sekitar 80-95% di dendrit dan hanya 5-20% di soma.
Terminal presinaptik ini bersifat eksitatorik artinya, menyekresi zat transmiter
yang merangsang neuron pacsasinaptik. Namun beberapa terminal prasinaptik lainnya
bersifat inhibitorik, terminal tersebut menyekresi zat transmiter yang menghambat neuron
pascasinaptik. Neuron-neuron dibagian-bagian lain medulla spinalis dalam otak berbeda
dari neuron motorik anterior dalam hal:
a) Ukuran badan sel
b) Panjang, ukuran, dan jumlah dendrit, panjangnya berkisar dari hampir nol sampai
beberapa sentimeter
c) Panjang dan besarnya akson
d) Jumlah terminal prasinaptik, yang berkisar antara hanya beberapa sampai 200.000

Perbedaan-perbedaan ini membuat neuron dibagian sistem saraf yang berbeda


bereaksi secara berbeda terhadap sinyal sinaptik yang masuk sehintga melakukan banyak
fungsinya yang berbeda terminal presinaptik. (5)

Gambar 9. Neurotransmiter
Neurotransmitter adalah saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian
tubuh lainnya. Lebih dari 50 substansi kimia telah dibuktikan atau dinyatakan berfungsi
sebagai transmiter sinaptik yang terbagi dalam dua kelompok transmiter sinaptik. Satu
kelompok merupakan transmiter molekul kecil yang bekerja cepat. Kelompok yang lain
terdiri atas banyak neuropeptida yang memiliki ukuran molekul jauh lebih besar dan
biasanya bekerja jauh lebih lambat.

Tabel 1. Transmiter Molekul Kecil yang


bekerja cepat

Tabel 2. Neuropeptida, Transmiter yang


Bekerja Lambat atau Faktor
Pertumbuhan
Transmiter molekul kecil yang bekerja cepat adalah transmiter yang
menyebabkan sebagian besar respons cepat dari sistem saraf, seperti pengiriman sinyal
sensorik ke otak dan sinyal motorik kembali ke otot. Neuropeptida, sebaliknya, biasanya
menyebabkan kerja yang lebih lambat, seperti perubahan jangka panjang pada jumlah
reseptor, pembukaan atau penutupan jangka panjang kanal ion tertentu, dan mungkin
bahkan perubahan jangka panjang jumlah sinaps atau ukuran sinaps.

Ciri khas beberapa transmiter molekul kecil yang lebih penting.  Transmiter-
transmiter molekul kecil yang paling penting adalah sebagai berikut :
a) Asetilkolin disekresi oleh neuron-neuron di banyak daerah sistem saraf, namun
khususnya oleh:
 Ujung-ujung sel-sel piramid besar korteks motorik
 Beberapa jenis neuron dalam ganglia basalis
 Neuron motorik yang menginervasi otot-otot rangka
 Neuron preganglion sistem saraf otonom
 Neuron postganglion sistem saraf parasimpatik, dan
 Beberapa neuron postganglion sistem saraf simpatik.
Pada sebagian besar keadaan, asetilkolin menyebabkan efek eksitasi;
namun, asetilkolin telah diketahui juga menyebabkan efek inhibisi pada beberapa
ujung saraf parasimpatik perifer, misalnya inhibisi jantung oleh nervus vagus.
b) Norepinefrin disekresi oleh ujung neuron-neuron yang badan selnya terletak
dalam batang otak dan hipotalamus. Secara khas, neuron-neuron penyekresi
norepinefrin yang terletak di dalam lokus seruleus di pons mengirimkan serabut-
serabut saraf ke daerah yang luas di dalam otak dan membantu mengatur
keseluruhan aktivitas dan suasana pikiran (mood), seperti peningkatan kesadaran.
Norepinefrin juga disekresi oleh sebagian besar neuron postganglion sistem saraf
simpatik, yang merangsang beberapa organ tetapi menghambat organ yang lain.
c) Dopamin disekresi oleh neuron-neuron yang berasal dari substansia nigra.
Neuron-neuron ini terutama berakhir pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh
dopamin biasanya bersifat inhibisi.
d) Glisin terutama disekresi pada sinaps di dalam medula spinalis. Glisin ini
diyakini selalu bekerja sebagai transmiter inhibitori.
e) GABA (asam gamma-aminobutirat) disekresi oleh ujung saraf yang terdapat
dalam medula spinalis, serebelum, ganglia basalis, dan banyak area korteks.
Bahan ini dianggap menyebabkan inhibisi.
f) Glutamat disekresi oleh terminal prasinaptik pada banyak jaras saraf sensorik
yang memasuki sistem saraf di sebagian besar daerah korteks serebri. Transmiter
ini kemungkinan selalu menyebabkan eksitasi.
g) Serotonin disekresi oleh nukleus yang berasal dari rafe median batang otak dan
berproyeksi ke berbagai daerah otak dan medula spinalis, khususnya yang menuju
radiks dorsalis medula spinalis dan menuju hipotalamus. Serotonin bekerja
sebagai penghambat jaras rasa sakit dalam medula spinalis, dan kerjanya sebagai
penghambat di daerah sistem saraf yang lebih tinggi diduga untuk membantu
pengaturan suasana hati seseorang, bahkan mungkin juga menyebabkan tidur.
h) Nitrat oksida terutama disekresi oleh ujung saraf di daerah otak yang
bertanggung jawab terhadap tingkah laku jangka panjang dan untuk memori.
Dimasa depan sistem transmitter ini mungkin dapat menjelaskan mengenai
beberapa tingkah laku dan fungsi memori yang selama ini sangat menantang
untuk dimengerti.(5)

5. Macam –macam dan peranan reseptor saraf tepi


Macam Reseptor berdasarkan Stimulus Adekuat
a) Fotoreseptor peka terhadap gelombang cahaya tampak.
b) Mekanoreseptor peka terhadap energimekanis. Contohnya adalah reseptor otot
rangka yang peka terhadap peregangan, reseptor di telinga yang mengandung
rambut halus yang melengkung akibat gelombang suara, dan baroreseptor yang
memantau tekanan darah.
c) Termoreseptor peka terhadap panas dan dingin.
d) Osmoreseptor mendeteksi perubahan konsentrasi za terlarut dalam cairan
ekstrasel (CES) dan perubahan aktivitas osmotik yang terjadi
e) Kemorespetor peka terhadap bahan kimia tertentu. Kemoreseptor mencakup
reseptor untuk penghiduan dan pengecapan, serta reseptor yang terletak jauh di
dalam tubuh yang mendeteksi konsentrasi O2 dan CO2 dalam darah atau
kandungan kimiawi saluran cerna
f) Nosiseptor atau reseptor nyeri peka terhadap kerusakan jaringan misalnya luka
terpotong atau luka bakar. Stimulasi intens terhadap setiap reseptor juga dirasakan
sebagai nyeri.

Macam Reseptor Berdasarkan Kecepatan Adaptasi


Berdasarkan kecepatan adaptasi, reseptor diklasifikasikan sebagai reseptor tonik
dan reseptor fasik.
Reseptor tonik tidak beradaptasi sama sekali atau beradaptasi dengan lambat. Contoh
reseptor tonik adalah reseptor regang otot, yang memantau panjang otot, dan
proprioseptor sendi, yang mengukur derajat fieksi sendi.

Reseptor Fasik adalah reseptor yang cepat beradaptasi. Reseptor cepat beradaptasi
dengan tidak lagi berespons terhadap rangsangan yang menetap. Banyak seseptor taktil
(sentuh) yang memberi tahu tentang perubahan tekanan pada permukaan kulit adalah reseptor
fasik.

Gambar 10. Reseptor tonik dan fasik

a) Reseptor Taktil (sentuh) pada kulit adalah mekanoreseptor. Gaya mekanik


dari rangsangan mendistorsi protein kanal kation nonspesifik di membran
plasma reseptor ini, menyebabkan masuknya Na+ yang menyebabkan
potensial reseptor yang memicu potensial aksi di serat aferen. Masuknya
sensorik dari reseptor ini menginformasikan SSP tentang kontak tubuh dengan
benda di lingkungan eksternal. Reseptor taktil mencakup yang berikut:
 Reseptor yang menginderai pergerakan rambut dan sentuhan yang
sangat lembut, seperti menggerakan rambut yang ada di lengan.
 Badan Merkel yang mendeteksi sentuhan ringan menetap dan
tekstur, seperti membaca tulisan Braille, dan lambat untuk
beradaptasi.
 Badan Pacini yang merespons getaran dan tekanan dalam
 Ujung Ruffini yang merespons terhadap tekanan dalam yang
dipertahankan dan regangan kulit, seperti selama pemijatan, dan
lambat dalam beradaptasi.
 Badan Meissner yang sensitif terhadap sentuhan ringan yang
menggetarkan, seperti menggelitik dengan bulu, dan cepat dalam
beradaptasi.(5)

Gambar 11. Reseptor Taktil


6. Peranan nervus spinalis sebagai saraf tepi

Gambar 12. Nervus Spinal


Sistem saraf tepi atau sistem saraf perifer. Sistem saraf tepi merupakan bagian
dari sistem saraf tubuh yang berfungsi meneruskan rangsangan (impuls) menuju dan dari
sistem saraf pusat. Karena itu, di dalamnya terdapat serabut saraf sensorik (saraf aferen)
dan serabut saraf motorik (saraf eferen). Berdasarkan asalnya, sistem saraf tepi terbagi
atas saraf kranial dan saraf spinal yang masing-masing berpasangan, serta ganglia
(tunggal: ganglion).
Sistem saraf spinal memiliki fungsi yang sangat penting dalam tubuh manusia.
Organ-organ yang dipersarafi oleh saraf-saraf spinal sangat banyak, jadi jika saraf spinal
ini menjadi tidak berfungsi. Terdapat beberapa fungsi umum yang ada pada sistem saraf
spinal pada manusia, yaitu2:
a) Bertanggung jawab atas persarafan anggota tubuh, anggota badan dan juga
kepala
b) Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak.
c) Menjadi jalur gerak refleks, sehingga saraf spinal juga disebut dengan saraf
refleks

Terdapat 31 pasang nervus spinalis yang meninggalkan medulla spinalis dan


berjalan melalui foramina intervertebrale pada columna vertebralis. Nervus spinalis diberi
nama menurut daerah columna vertebralis yang sesuai : 8 cervicalis, 12 thoracica, 5
lumbalis, 5 sacralis, dan 1 coccygea.

Masing-masing nervus spinalis dihubungkan dengan medulla spinalis oleh dua


radiks, radix anterior dan radix posterior. Radix anterior terdiri dari berkas-berkas serabut
saraf yang membawa impuls saraf keluar dari susunan saraf pusat. Serabut saraf ini
disebut serabut eferen serabut eferen yang menuju ke otot-otot skelet dan menimbulkan
kontraksi pada otot-otot tersebut,disebut serabut motorik. Sel-sel asal terletak di cornu
anterior substansia grisea medulla spinalis.

Radix posterior terdiri dari berkas-berkas serabut saraf yang disebut serabut
aferen, yang membawa impuls saraf menuju ke susunan saraf pusat. Karena serabut saraf
ini berfungsi membawa informasi mengenai sensasi raba,nyeri,suhu, dan getar, serabut
aferen disebut juga serabut sensorik. Badan sel serabut saraf ini terletak di benjolan pada
radix posterior yang disebut ganglion radix posterior.

Ke-31 pasang saraf spinalis, bersama dengan 12 pasang saraf kranialis yang
berasal dari otak, membentuk SST. Setelah keluar, saraf-saraf spinalis menghasilkan
cabang-cabang secara progresif untuk membentuk anyaman luas saraf perifer yang
menyarafi jaringan. Setiap segmen korda spinalis menghasilkan sepasang saraf spinalis
yang akhirnya menyarafi regio tertentu tubuh dengan serat aferen dan eferennya.

Setiap saraf spinalis membawa serat sensorik dari bagian tertentu pada permukaan
tubuh yang disebut dermatom. Permukaan tubuh dapat dipetakan dengan dermatom
multipel, yang masing-masing berhubungan dengan saraf spinalis yang berbeda. Saraf-
saraf spinalis yang sama ini juga membawa serat yang bercabang-cabang untuk
menyarafi organ internal, dan kadang-kadang nyeri yang berasal dari salah satu organ ini
"dirujuk" ke dermatom yang disarafi oleh saraf yang sama. (2)

Gambar 13. Distribusi Dermatom

Berikut nervus nervus yang berada di medulla spinalis :

- Nervus hipoglossus : Nervus yang mempersarafi lidah dan sekitarnya.


- Nervus occipitalis minor : Nervus yang mempersarafi bagian otak belakang dalam
trungkusnya.
- Nervus thoracicus : Nervus yang mempersarafi otot serratus anterior.
- Nervus radialis: Nervus yang mempersarafi otot lengan bawah bagian posterior,
mempersarafi otot triceps brachii, otot anconeus, otot brachioradialis dan otot ekstensor
lengan bawah dan mempersarafi kulit bagian posterior lengan atas dan lengan bawah.
Merupakan saraf terbesar dari plexus.
- Nervus thoracicus longus: Nervus yang mempersarafi otot subclavius, Nervus thoracicus
longus berasal dari ramus C5, C6, dan C7, mempersarafi otot serratus anterior.
- Nervus thoracodorsalis: Nervus yang mempersarafi otot deltoideus dan otot trapezius,
otot latissimus dorsi.
- Nervus axillaris: Nervus ini bersandar pada collum chirurgicum humeri.
- Nervus subciavius: Nervus subclavius berasal dari ramus C5 dan C6, mempersarafi otot
subclavius.
- Nervus supcapulari: Nervus ini bersal dari ramus C5, mempersarafi otot rhomboideus
major dan minor serta otot levator scapulae
- Nervus supracaplaris: Berasal dari trunkus superior, mempersarafi otot supraspinatus
dan infraspinatus.
- Nervus phrenicus: Nervus phrenicus mempersyarafi diafragma.
- Nervus intercostalis
- Nervus intercostobrachialis: Mempersarafi kelenjar getah bening.
- Nervus cutaneus brachii medialis: Nervus ini mempersarafi kulit sisi medial lengan atas.
- Nervus cutaneus antebrachii medialis: Mempersarafi kulit sisi medial lengan bawah.
- Nervus ulnaris: Mempersarafi satu setengah otot fleksor lengan bawah dan otot-otot
kecil.
- Nervus medianus: Memberikan cabang C5, C6, C7 untuk nervus medianu
- Nervus musculocutaneus: Berasal dari C5 dan C6, mempersarafi otot coracobrachialis,
otot brachialis, dan otot biceps brachii. Selanjutnya cabang ini akan menjadi nervus
cutaneus lateralis dari lengan atas.
- Nervusdorsalis scapulae: Nervus dorsalis scapulae bersal dari ramus C5, mempersarafi
otot rhomboideus.
- Nervus transverses colli
- Nervus nuricularis: Nervus auricularis posterior berjalan berdekatan menuju foramen.
Letak anatomisnya: sebelah atas dengan lamina terminalis.
- Nervus Subcostalis: Mempersarafi sistem kerja ginjal dan letaknya.
- Nervus Iliochypogastricus: Nervus iliohypogastricus berpusat pada medulla spinalis.

- Nervus Iliongnalis: Nervus yang mempersarafi system genital, atau kelamin manusia.
- Nervus Genitofemularis: Nervus genitofemoralis berpusat pada medulla spinalis L1-2,
berjalan ke caudal, menembus m. Psoas major setinggi vertebra lumbalis ¾.

- Nervus Cutaneus Femoris Lateralis: Mempersarafi tungkai atas, bagian lateral tungkai
bawah, serta bagian lateral kaki.
- Nervus Femoralis: Nervus yang mempersarafi daerah paha dan otot paha.
- Nervus Gluteus Superior: Nervus gluteus superior (L4, 5, dan paha, walaupun sering
dijumpai percabangan dengan letak yang lebih tinggi.
- Nervus Ischiadicus: Nervus yang mempersarafi pangkal paha.
- Nervus Cutaneus Femoris Inferior: Nervus yang mempersarafi bagian (S2 dan S3) pada
bagian lengan bawah.
- Nervus Pudendus: Letak nervus pudendus berdekatan dengan ujung spina ischiadica.
Nervus pudendus, nervus pudendus mensarafi otot levator ani, dan otot perineum (ke kiri /
kanan ), sedangkan letak kepalanya dibuat sedikit lebih rendah.(1)
DAFTAR PUSTAKA

1. Tortora GJ, Derrickson B. Dasar Anatomi dan Fisiologi. 13th ed. Jakarta: EGC; 2017.
2. Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 8th ed. China: Brooks/Cole, Cengage
Learning; 2013.
3. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. GRAY’S Basic Anatomi. Internatio. Elsevier; 2012.
4. Purba JS. Neuroanatomi. 5th ed. Singapore: Elsevier; 2015.
5. Guyton C, Hall E. Medical Physiology. 13th ed. Elsevier; 2016.

Anda mungkin juga menyukai