SKENARIO 2
“REFLEKS MORO”
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBO
2021
SKENARIO 2
REFLEKS MORO
Seorang bayi berusia 3 bulan dibawa oleh ibunya ke poli umum dengan keluhan bayinya
menjadi sering terkejut dan menarik tangan dan kakinya. Dari anamnesis diketahui tetangganya
sedang membangun rumahnya sehingga menjadi lebih berisik. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan refleks moro positif, dokter menjelaskan hal tersebut merupakan sesuatu yang normal
terjadi pada usianya dan merupakan aktivitas lengkung refleks di medulla spinalis yang normal.
Step 1
1. Refleks moro : suatu respon tiba-tiba pada bayi akibat suara atau gerakan yang
mengejutkan.
2. Lengkung refleks : jaras yang diikuti oleh impils saraf yang menghasilkan refleks
3. Medulla spinalis : saraf tipis yang merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat dari
otak dan melengkungi serta dilindungi oleh tulang belakang.
4. Poli umum : salah satu jenis layanan yang memberikan pelayanan berupa pemeriksaan
kesehatan , pengobatan dan penyuluhan kepada pasien atau masyarakat.
5. Anamnesis : kegiatan yang dilakukan oleh dokter untuk memperoleh informasi kesehatan
pasien dengan cara menanyakan peranyaan – pertanyaan tertentu.
Step 2
Step 3
1. Cervical (leher) terdiri dari 8 akar saraf , torax atau dada terdiri dari 12 akar saraf ,
lumbar atau perut terdiri dari 5 akar saraf , sacrum atau pelvis terdiri dari 5 akar saraf.
Terdapat 3 lapisan meninges :
1. Duramater
2. Arachnoid
3. Pia mater
Terdapat 3 ruangan :
1. Ruang epidural
2. Ruang subdural
3. Ruang subarachnoid
Di medulla spinalis dengan potongan melintang akan tampak dua substansi yaitu
substansi alba di bagian luar dan substansi grisea di bagian dalam, sementara itu di
tengah substansi grisea terdapat canalis centralis.
Substansi grisea : berwarna kelabu, terdiri dari 3 bagian yaitu anterior, posterior dan
commisura.
Step 4
1. Perjalanan serabut saraf pada medulla spinalis , ada 2 jalur yaitu jalur desenden dan jalur
asenden.
Jalur desenden terdiri dari:
a. Traktus kortikospinalis lateralis
b. Traktus kortikospinalis anterior,
c. Traktus vestibulospinalis,
d. Traktus rubrospinalis,
e. Traktus retikulospinalis,
f. Traktus tektospinalis,
g. Fasikulus longitudinalis medianus
Jalur Asenden terdiri dari :
a. Sistem kolumna vertebralis
b. Traktus spinothalamikus
c. Traktus spinocerebellaris dorsalis
d. Traktus spinocerebellaris ventralis
e. Traktus spinoretikularis.
a. Dura mater merupakan lapisan paling superfisial. lapisan ini adalah lapisan
kuat dan tebal yang tersusun atas jaringan ikat padat dan terartur.
b. Arachnoid, lapisan tengah meningeal adalah lapisan tipis yang bersifat
avascular
c. Pia mater adalah jaringan ikat tipis transparan yang melekat pada permukaan
medulla spinalis. didalam pia mater terdapat banyak pembuluh darah yang
menyuplai oksigen dan zat gizi ke medulla spinalis
d. Ruang Epidural adalah sebuah ruangan yang berisi bantalan lemak dan
jaringan ikat
e. Ruang Subdural adalah ruangan diantara dura mater dan arachnoid
f. Ruang Subrachanoid adalah ruangan diantara Arachnoid dan Pia mater,
ruangan ini berisi cairan serebrospinal (LCS/CSF/CSS)
2. 1. Monosinaptik
• Refleks regang : terjadi pada saat otot rangka dengan persyarafan diregangkan
lalu akan timul kontraksi otot. Refleks ini terjadi melalui lengkung refleks monosinaptik.
Contoh nya refleks patella (sentakan lutut)
2. Polisinaptik
• Refleks tendo : untuk merelaksasi kan otot, sebelum kekuatan otot menjadi sangat
besar dan mungkin bisa menyebabkan tendo robek. Refleks ini melibatkan refleks
polisinaptik.
• Refleks fleksor / penarikan : refleks ini termasuk refleks yang melibatkan refleks
polisinaptik, terjadi pada saat kaki kita menginjak paku lalu kaki kita spontan narik
keatas.
• Refleks ekstensor silang : refleks ini termasuk refleks yang melibatkan refleks
polisinaptik, terjadi pada saat kaki kanan kita menginjak paku lalu kaki kiri kita otomatis
diam, untuk menjaga keseimbangan tubuh.
Refleks somatik (refleks yang mempengaruhi otot) pada umumnya terjadi secara
polisinaps, seperti halnya flexor reflex, refleks jalan, refleks lari, loncat, memegang,
menggaruk, serta banyak lagi gerakan anggota tubuh yang terjadi secara reflektoris.
Refleks otonom adalah refleks yang mengatur organ viseral meliputi refleks otonom
kardiovaskular, refleks otonom gastrointestinal, refleks seksual, refleks otonom lainnya
meliputi refleks yang membantu pengaturan sekresi kelenjar pankreas, pengosongan
kandung empedu, ekskresi urin pada ginjal, berkeringat, konsentrasi glukosa darah dan
sebagian besar fungsi viseral lainnya.
Refleks superfisialis, refleks ini timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang
mengakibatkan berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau di sekitarnya.
Jadi bukan karena teregangnya otot seperti pada refleks dalam. Salah satu
contohnya adalah refleks dinding perut superfisialis (refleks abdominal).
Reflex patologis adalah gerakan volunteer yang muncul akibat suatu rangsangan.
Gerakan ini seharusnya tidak muncul pada orang fewasa sehat, tetapi dapat muncul
secara normal pada anak kecil sebagai reflex primitive
Reflex primitive adalah respon motorik involunter yang berasal dari batang otak yang
mulai muncul pada usia kehamilan 25 minggu dan sepenuhnya terbentuk setelah lahir
pada bayi aterm.
4. lengkung refleks dimulai pada reseptor sensorik, sebagai potensial reseptor yang
besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini akan membangkitkan
potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas pada saraf aferen. Frekuensi potensial aksi
yang terbentuk akan sebanding dengan besarnya potensial generator. Pada sistem saraf
pusat (SSP), terjadi lagi respon yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang yang
berupa potensial eksitasi pascasinaps (Excitatory Postsynaptic Potential=EPSP) dan
potensial inhibisi postsinaps (Inhibitory Postsynaptic Potential=IPSP) dihubungan-
hubungan saraf (sinaps). Respon yang timbul di serat eferen juga berupa repon yang
bersifat gagal atau tuntas. Bila potensial aksi ini sampai ke efektor, maka akan terjadi lagi
respon yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Bila efektornya berupa otot
polos, maka akan terjadi sumasi respon sehingga dapat mencetuskan potensial aksi di otot
polos. Akan tetapi, di efektor yang berupa otot rangka, respon bertahap tersebut selalu
cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menghasilkan kontraksi otot.
Perlu ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di
sistem saraf pusat, dan kegiatan di dalam lengkung refleks ini dapat dimodifikasi oleh
berbagai masukan dari neuron lain yang juga bersinap pada neuron eferen tersebut.
Mind map
medulla
spinalis
sumsum tulang
somatik otonom
belakang
medulla
parasimpatik
spinalis
simpatik nervus
nervus spinalis
struktur struktur
fungsi umum
makroskopis miksorkopis
Step 5
Step 6
Belajar Mandiri
Step 7
1. Struktur Makroskopis Medulla Spinalis
Bagian – Bagian Medulla Spinalis
Medulla spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat, lanjutan dari
medulla oblongata yang menembus foramen occipital magnum, dikelilingi dan dilindungi
oleh tulang belakang (vertebrae). Medulla spinalis berakhir di caudal sebagai conus
medularis yang berbentuk kerucut setinggi Vertebra lumbal I-II.
A. Struktur Eksternal
a) Medulla spinalis berbentuk oval, menjadi sedikit pipih di anterior dan
posterior
b) Terdapat dua pembesaran, pembesaran cervical (inferior) dan lumbal
(superior). Intumescentia cervicalis (Penggelembungan Inferior)
memanjangan dari vertebra thoracica Ixke vertebra thoracica XII.
Intumescentia lumbalis (Penggelembungan superior) memanjang dari
vetebra cervicalis IV (C4) ke vertebra thoracica I (T1).
c) Terdapat 31 pasang nervus spinalis melekat pada medulla spinalis sebagai
radiks dorsalis dan ventralis, masing – masing membawa serabut aferen
dan eferen.
d) Saraf spinal bagian bawah yang keluar sebelum ujung korda mengarah ke
bawah, disebut corda ekuina, muncul dari kolumna spinalis pada
foramina intervertebral lumbal dan sakral yang tepat.
Conus medularis (terminalis) adalah ujung kaudal korda.
Filum terminal adalah perpanjangan fibrosa pia mater yang
melekat pada conus medularis sampai ke columna vertebra
e) Medulla spinlais juga dilindungi oleh bantalan lemak dan jaringan ikat
yang terletak didalam Ruang epidural.
f) Medulla spinalis dilapisi oleh tiga lapis selaput meninges yang berfungsi
untuk melindungi medulla spinalis.
Dura mater : Lapisan paling superficial dari ketiga meninges
spinalis, merupakan lapisan tebal yang tersusun atas jaringan ikat
padat dan teratur. Dura matr juga berkesinambungan dengan
epineurium, lapisan luar nervi spinales dan craniales.
Arachnoid : Lapisan bagian tengah membran meningeal,
adalah lapisan tipis yang bersifat avaskular terdiri dari sel – sel
serat elastik dan kolagen tipis yang tersusun longgar. Diantara dura
mater dan arachnoid terdapat ruang subdural.
Pia mater : Lapisan paling dalam adalah lapisan jaringan ikat
tipis transparan yang melekat pada permukaan medulla spinalis
dan otak. Dalam pia mater terdapat banyak pembuluh darah yang
menyuplai oksigen dan zat gizi ke medulla spinalis. Diantara
arachnoid dan pia mater terdapat ruang subarachnoid yang berisi
cairan serebrospinal. (1)
g) Fisura median anterior (ventral) dalam dan fisura posterior (dorsal)
yang lebih dangkal menjalar di sepanjang korda dan membaginya menjadi
bagian kanan dan kiri.
Gambar 1. Pandangan anterior dan potongan melintang medulla spinalis
B. Struktur Internal
Potongan melintang medulla spinalis memperlihatkan regio-regio substansia alba
(putih) yang menegelilingi inti bagian dalam substansi grisea (abu – abu).
a) Substansi Grisea
Pada kehidupan fetal, medulla spinalis mempunyai segmentasi dan panjang yang
sesuai dengan columna vertebralis. Dengan kata lain, medulla spinalis pada fetus
sepanjang seluruh canalis vertebralis. Pada minggu ke delapan pertumbuhan fetal,
os.coccygis yang tadinya terdiri dari enam segmen menjadi empat segmen dan
pertumbuhan medulla spinalis pada os.coccygeus pun berhenti.
Gambar 7. Pengolahan input sensorik dan output motorik oleh medualla spinalis
Oleh Reseptor sensorik berespons terhadap rangsangan, yaitu perubahan fisik atau
kimiawi yang dapat dideteksi di dalam lingkungan reseptor.Sebagai respons terhadap
rangsangan tersebut, reseptor menghasilkan potensial aksi yang dipancarkan oleh jalur aferen
ke pusat integrasi (biasanya adalah SSP) untuk diolah. Korda spinalis dan batang otak
mengintegrasikan refleks dasar, sementara pusat-pusat yang lebih tinggi di otak memproses
refleks didapat. Pusat integrasi memproses semua informasi yang tersedia baginya dari
reseptor ini, serta dari semua masukan lain, kemudian “mengambil keputusan” mengenai
respons yang sesuai. Instruksi dari pusat integrasi ini disalurkan melalui jalur eferen ke
efektor otot atau kelenjar yang melaksanakan respons yang diinginkan. Tidak seperti perilaku
sadar, yaitu ketika terdapat sejumlah kemungkinan respons, respons refleks dapat diprediksi,
karena jalurnya selalu sama.
Gambar 9. Neurotransmiter
Neurotransmitter adalah saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian
tubuh lainnya. Lebih dari 50 substansi kimia telah dibuktikan atau dinyatakan berfungsi
sebagai transmiter sinaptik yang terbagi dalam dua kelompok transmiter sinaptik. Satu
kelompok merupakan transmiter molekul kecil yang bekerja cepat. Kelompok yang lain
terdiri atas banyak neuropeptida yang memiliki ukuran molekul jauh lebih besar dan
biasanya bekerja jauh lebih lambat.
Ciri khas beberapa transmiter molekul kecil yang lebih penting. Transmiter-
transmiter molekul kecil yang paling penting adalah sebagai berikut :
a) Asetilkolin disekresi oleh neuron-neuron di banyak daerah sistem saraf, namun
khususnya oleh:
Ujung-ujung sel-sel piramid besar korteks motorik
Beberapa jenis neuron dalam ganglia basalis
Neuron motorik yang menginervasi otot-otot rangka
Neuron preganglion sistem saraf otonom
Neuron postganglion sistem saraf parasimpatik, dan
Beberapa neuron postganglion sistem saraf simpatik.
Pada sebagian besar keadaan, asetilkolin menyebabkan efek eksitasi;
namun, asetilkolin telah diketahui juga menyebabkan efek inhibisi pada beberapa
ujung saraf parasimpatik perifer, misalnya inhibisi jantung oleh nervus vagus.
b) Norepinefrin disekresi oleh ujung neuron-neuron yang badan selnya terletak
dalam batang otak dan hipotalamus. Secara khas, neuron-neuron penyekresi
norepinefrin yang terletak di dalam lokus seruleus di pons mengirimkan serabut-
serabut saraf ke daerah yang luas di dalam otak dan membantu mengatur
keseluruhan aktivitas dan suasana pikiran (mood), seperti peningkatan kesadaran.
Norepinefrin juga disekresi oleh sebagian besar neuron postganglion sistem saraf
simpatik, yang merangsang beberapa organ tetapi menghambat organ yang lain.
c) Dopamin disekresi oleh neuron-neuron yang berasal dari substansia nigra.
Neuron-neuron ini terutama berakhir pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh
dopamin biasanya bersifat inhibisi.
d) Glisin terutama disekresi pada sinaps di dalam medula spinalis. Glisin ini
diyakini selalu bekerja sebagai transmiter inhibitori.
e) GABA (asam gamma-aminobutirat) disekresi oleh ujung saraf yang terdapat
dalam medula spinalis, serebelum, ganglia basalis, dan banyak area korteks.
Bahan ini dianggap menyebabkan inhibisi.
f) Glutamat disekresi oleh terminal prasinaptik pada banyak jaras saraf sensorik
yang memasuki sistem saraf di sebagian besar daerah korteks serebri. Transmiter
ini kemungkinan selalu menyebabkan eksitasi.
g) Serotonin disekresi oleh nukleus yang berasal dari rafe median batang otak dan
berproyeksi ke berbagai daerah otak dan medula spinalis, khususnya yang menuju
radiks dorsalis medula spinalis dan menuju hipotalamus. Serotonin bekerja
sebagai penghambat jaras rasa sakit dalam medula spinalis, dan kerjanya sebagai
penghambat di daerah sistem saraf yang lebih tinggi diduga untuk membantu
pengaturan suasana hati seseorang, bahkan mungkin juga menyebabkan tidur.
h) Nitrat oksida terutama disekresi oleh ujung saraf di daerah otak yang
bertanggung jawab terhadap tingkah laku jangka panjang dan untuk memori.
Dimasa depan sistem transmitter ini mungkin dapat menjelaskan mengenai
beberapa tingkah laku dan fungsi memori yang selama ini sangat menantang
untuk dimengerti.(5)
Reseptor Fasik adalah reseptor yang cepat beradaptasi. Reseptor cepat beradaptasi
dengan tidak lagi berespons terhadap rangsangan yang menetap. Banyak seseptor taktil
(sentuh) yang memberi tahu tentang perubahan tekanan pada permukaan kulit adalah reseptor
fasik.
Radix posterior terdiri dari berkas-berkas serabut saraf yang disebut serabut
aferen, yang membawa impuls saraf menuju ke susunan saraf pusat. Karena serabut saraf
ini berfungsi membawa informasi mengenai sensasi raba,nyeri,suhu, dan getar, serabut
aferen disebut juga serabut sensorik. Badan sel serabut saraf ini terletak di benjolan pada
radix posterior yang disebut ganglion radix posterior.
Ke-31 pasang saraf spinalis, bersama dengan 12 pasang saraf kranialis yang
berasal dari otak, membentuk SST. Setelah keluar, saraf-saraf spinalis menghasilkan
cabang-cabang secara progresif untuk membentuk anyaman luas saraf perifer yang
menyarafi jaringan. Setiap segmen korda spinalis menghasilkan sepasang saraf spinalis
yang akhirnya menyarafi regio tertentu tubuh dengan serat aferen dan eferennya.
Setiap saraf spinalis membawa serat sensorik dari bagian tertentu pada permukaan
tubuh yang disebut dermatom. Permukaan tubuh dapat dipetakan dengan dermatom
multipel, yang masing-masing berhubungan dengan saraf spinalis yang berbeda. Saraf-
saraf spinalis yang sama ini juga membawa serat yang bercabang-cabang untuk
menyarafi organ internal, dan kadang-kadang nyeri yang berasal dari salah satu organ ini
"dirujuk" ke dermatom yang disarafi oleh saraf yang sama. (2)
- Nervus Iliongnalis: Nervus yang mempersarafi system genital, atau kelamin manusia.
- Nervus Genitofemularis: Nervus genitofemoralis berpusat pada medulla spinalis L1-2,
berjalan ke caudal, menembus m. Psoas major setinggi vertebra lumbalis ¾.
- Nervus Cutaneus Femoris Lateralis: Mempersarafi tungkai atas, bagian lateral tungkai
bawah, serta bagian lateral kaki.
- Nervus Femoralis: Nervus yang mempersarafi daerah paha dan otot paha.
- Nervus Gluteus Superior: Nervus gluteus superior (L4, 5, dan paha, walaupun sering
dijumpai percabangan dengan letak yang lebih tinggi.
- Nervus Ischiadicus: Nervus yang mempersarafi pangkal paha.
- Nervus Cutaneus Femoris Inferior: Nervus yang mempersarafi bagian (S2 dan S3) pada
bagian lengan bawah.
- Nervus Pudendus: Letak nervus pudendus berdekatan dengan ujung spina ischiadica.
Nervus pudendus, nervus pudendus mensarafi otot levator ani, dan otot perineum (ke kiri /
kanan ), sedangkan letak kepalanya dibuat sedikit lebih rendah.(1)
DAFTAR PUSTAKA
1. Tortora GJ, Derrickson B. Dasar Anatomi dan Fisiologi. 13th ed. Jakarta: EGC; 2017.
2. Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 8th ed. China: Brooks/Cole, Cengage
Learning; 2013.
3. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. GRAY’S Basic Anatomi. Internatio. Elsevier; 2012.
4. Purba JS. Neuroanatomi. 5th ed. Singapore: Elsevier; 2015.
5. Guyton C, Hall E. Medical Physiology. 13th ed. Elsevier; 2016.