KELOMPOK C :
10100110118 NABILLA
11100110130 SUSANA SARI LESTARI
10100110018 RANDIKA RACHMAN
10100110038 PUTRI INTAN SETYA SARI
10100109029 YULIANA SETYAWATI
10100110002 M. BINTANG AFIFI NASA
10100110034 GISELA AFRIYANTI
10100110037 SORIA PUTU PRATIWI
10100110020 WINARDI FADILAH
10100110001 GALIH TRISSEKTI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2012
Problem :
Page 1
Desi Kania, 30 tahun. Mengalami keluhan :
1.) Sensasi rotasional ketika sedang memasak
2.) Sensasi rotasional bertambah parah ketika kepala digerakan
3.) Mual & muntah pada saat itu dengan frekuensi yang sering
Page 2
Neurological exam :
1.) Visual acuity : ODS 20/25 (rosenbaum chart)
2.) Bilateral horizontal nystagmus (cepat ke kanan) periode latent 10 mnt,
durasi 30 mnt, fatigue (+)
3.) Rinne test : air conduction > bone conduction
4.) Motor strength : 5/5
5.) Hallpike’s manuver (+)
Page 3
Diagnosa : Benign paroxysmal positional vertigo
Diberikan obat :
- Betahistine
- Anti-emetics
- Rehabilitasi untuk pasien vertigo
Hipotesis :
1.) Vertigo
2.) Hipoglikemi
3.) Gangguan keseimbangan
4.) Tumor
A. Anatomi dan Histologi Struktur Pengatur Keseimbangan
Anatomi Cerebellum
Cerebellum melekat pada bagian atas dari batang otak, merupakan bagian yang
sangat penting dalam keseimbangan , perencanaan, & gerak yang tidak di sadari.
Secara anatomis serebellum ini terdapat vermis yang membagi hemisfer kanan
dan hemisfer kiri.
Cerebellum terdiri dari :
Cerebellar cortex
Deep white matter
Deep nuclei
Peduncle
Cerebellum terdiri dari tiga lobus :
Floccunodular lobe
Anterior lobe
Posterior lobe
1. Vestibuloserebellum
Bagian ini pada prinsipnya terdiri atas lobus flokunodular serebellar
kecil(terletak di bawah serebellum posterior) dan dekat dengan bagian
vermis.bagian ini menyediakan sirkuit neuron untuk gerakan keseimbangan
tubuh dan mengontrol gerakan mata.
2. Spinoserebllum
Bagian ini sebagian besar terdiri dari vermis serebellum posterior & anterior di
tambah zona intermedia yang berdekatan dengan pada kedua sisi vermis.
Bagian ini terutama merupakan sirkuit untuk mengkoordinasi gerakan-gerakan
bagian distal anggota tubuh,khususnya tangan dan jari.
3. Serebroserebellum
Bagian ini terdiri dari zona lateral hemisfer. Bagian ini menerima semua input
dari korteks serebri motorik serta korteks serebri sensorik. Berfungsi untuk
merencanakan gerakan volunteer tubuh dan anggota tubuh.
Histology Cerebellum
2. Lapisan piriform
Lapisan tengah, terdiri dari satu sell
Sell purkinje
Neuron golgi tipe satu yang besar
Bentuknya seperti botol
Dendritnya bercabang ke molecular layer,cabang awal biasanya tebal
Axon memanjang sampai substansi alba yang di selubungi myelin,ada
yang langsung bersinaps di vestibular nuclei,ada yang di deep nuclei
3. Lapisan molecular
Lapisan paling luar dan mempunyai dua jenis sell
Sell basket
Sell ini membentuk basket (keranjang) oleh axon-axonnya pada sell
purkinje
Sell stellate
Berbentuk seperti bintang
Dendrite dan axon cenderung sejajar dengan bentuk folia
Vesibular Apparatus
Pons
Superior terhadap medulla anterior terhadap cerebellum
Sebagai jembatan penghubung brain satu sama lain oleh akson bundle
Mengandung sensory dan motor tract dan beberapa nuclei:
a. Pontine nuclei
- Terletak di posterior lateral memanjang hingga midbrain
- Control exitasi antigravity muscle
b. Vestibular nuclei
- Menghubungkan ke deep nuclei of cerebellum
- Pneumotaksic area dan apneustic area sebagai nafas
- CN V, pada junction pons dan medulla: CN VI sampai VIII
Organ Sensoris
2. Kanalis semisirkularis
Apparatus vestibular terdiri dari semisirkular anterio, posterior
dan horizontal atau lateral.
Paada ujung kanalis semisirkularis akan terdapat ampula,
kanalis dan ampula terisi oleh cairan yang disebut endolimph.
Pada setiap ampula terdapat tonjolan tonjolan kecil yang
disebut krista ampularis, puncaknya terdapat jaringan longgar
masa gelatinosa dsbt kupula.
Mekanisme :
Bila seseorang memutar kepalanya ke satu arah akan
mengakibatkan inersi cairan di dalam 1 atau lebih kanalis
semisirkularis akan mempertahankan cairan agar tetap
seimbang, sementara kanalis semisirkularis berpyutar searah
dengan kepala, kemudian hal ini akan menyebabkan cairan
mengalir dari kanalis menuju ampula, membelokan salah satu
sisi dari kupula, kemudian kan terjadi respon pada sel sel
rambut, yang akhirnya akan memberikan sinyal yang
dikirimkan melalui nervus vestibularis untuk memberi tahu
saraf pusat mengenai perubahan perputaran kepala dan
kecepatran perubahan.
Penglihatan Mempengaruhi Keseimbangan
Ketika seseorang dalam keadaan informasi proprioseptif sebagian besar hilang,
maka visual dapat efektif untuk menjaga keseimbangan, gerakan linear atau
gerakan rotasi tubuh akan segera menggeser bayangan pengelihatan yang ada di
retina, dan selanjutnya informasi aklan diteruskan ke pusat keseimbangan.
Proprioceptif leher
Informasi visual
First-order-neuron
Untuk mengatur impuls dari somatic reseptor ke brainstem atau ke spinal cord.
Second-order-neuron
Untuk mengatur impuls dari brainstem dan spinal cord ke thalamus.
Third-order-neuron
Untuk mengatur impuls dari thalamus ke primary somatosensory area of the
cortex.
b. Corticobulbar Pathway
Mengkonduksi impuls untuk mengontrol skeletal muscle di kepala.
Axon upper motor neuron dari cerebral cortex membentuk
corticobulbar tract, kemudian turun ke internal capsule of the
cerebrum dank e cerebral peduncle of the midbrain.
Beberapa axon pada corticobulbar tract ada yang menyilang
dan ada yang tidak.
Terminal axon motor nuclei ada 9 pasang cranial nerve yang
terletak di brainstem yaitu : oculomotor ( III ), trochear ( IV ),
trigeminal ( V ), abducens ( VI ), facial ( VII ),
glosssopharyngeal ( IX ), accessory ( XI ), dan hypoglossal (
XII ).
Lower motor neuron dari cranial nerve ini membawa impuls
yang mengontrol ketelitian, pergerakan volunter mata, lidah
dan leher, mengunyah, facial expression, dan speech.
C. Gangguan Keseimbangan
Definisi
Gangguan keseimbangan adalah gangguan yang menyebabkan seseorang merasa
goyah, pusing, pening, atau memiliki sensasi gerakan, berputar atau mengambang.
Efek berputar dikenal sebagai vertigo.
Organ di telinga dalam kita, labirin, adalah bagian penting dari sistem vestibuler
(keseimbangan). Labirin berinteraksi dengan sistem lain di tubuh kita, yaitu
penglihatan (mata) dan sistem skeletal (tulang dan sendi), untuk mempertahankan
posisi tubuh. Sistem-sistem ini, melalui otak dan sistem saraf, dapat menjadi
sumber masalah keseimbangan.
Keseimbangan
Rasa keseimbangan kita dikontrol oleh sinyal ke otak dari 3 sistem sensoris:
Mata
Sensor pergerakan di kulit, otot dan sendi
Telinga dalam (sistem vestibuler): organ keseimbangan pada telinga dalam
yang disebut sistem verstibuler. Termasuk diantaranya 3 kanalis
semisirkularis yang bereaksi terhadap rotasi kepala. Dekat dengan kanalis
semisirkularis adalah utrikulus dan sakulus yang mendeteksi gravitasi dan
gerak maju mundur.
Keseimbangan yang baik bergantung pada setidaknya dua dari tiga sistem sensoris
yang bekerja dengan baik. Jika satu sistem tidak bekerja, sinyal dari input dua
sensoris lainnya menjaga kita tetap seimbang. Bagaimanapun, jika otak tidak
dapat memprosessinyal dari semua sistem-sistem ini, atau jika pesan-pesan
kontradiksi atau tidak berfungsi semestinya, kita akan merasakan perasaan
kehilangan keseimbangan.
Klasifikasi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
Gangguan ini disebabkan beberapa kristal kalsium karbonat yang sangat kecil
yang berlokasi di telinga dalam, keluar. Ketika seseorang berbaring, kristal-kristal
ini dapat mengalir ke dalam salah satu dari tiga kanalis semisirkularis yang juga
berlokasi di telinga dalam. Orang tersebut kemudian bangkit berdiri, kristal-kristal
bergerak menjauh kedalam kanal, dan terperangkap. Jika orang tersebut bergerak
dalam cara tertentu kristal-kristal bergerak, memberikan orang tersebut sensasi
berputar berulang-ulang. Gejala BPPV yang paling sering adalah berputar
(vertigo) segera setelah berbaring atau berguling di tempat tidur. Gejala biasanya
berlangsung beberapa detik sampai menit, namun dapat benar-benar
membangunkan seseorang di malam hari. Gejala dapat muncul dengan pergerakan
kepala lain dan menyebabkan periode singkat ketidakseimbangan yang parah.
Trauma kepala merupakan penyebab umum BPPV pada orang dibawah usia 50
tahun. Pada orang yang lebih tua penyebab yang paling sering adalah degenerasi
sistem vestibuler telinga dalam. Prosedur posisional non-invasif yang disebut tes
Dix-Hallpike dapat digunakan untuk mendiagnosa BPPV. Prosedur ini disebut
sebagai “Manuver Reposisi Kanalit” dan dapat dilakukan di kantor dalam waktu
kurang dari 1,5 jam. Tes ini merupakan rangkaian memposisikan kepala oleh ahli
terapi fisik, ahli audiologi, atau dokter untuk membersihkan kristal dari dalam
kanal dan mengembalikannya dalam terapi telinga dalam yang disebut
“utrikulus”, dimana mereka seharusnya berada. Prosedur ini tidak menyakitkan,
namun pasien mungkin butuh menahan perasaan pusing.
Labirintitis vestibular
Gangguan ini disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus pada telinga dalam
menyebabkan peradangan labirintitis. Gejalanya termasuk kehilangan
pendengaran tiba-tiba pada satu sisi bersamaan dengan nistagmus, vertigo, mual
dan muntah. Episode akut biasanya sembuh dalam 5-6 minggu jika diterapi oleh
dokter. Jika pasien tidak sepenuhnya sembuh, menggunakan terapi vestibuler
dapat membantu pasien untuk mengatur gejalanya.
Migraine vestibuler
Dengan atau tanpa nyeri kepala, dapat menyebabkan vertigo mulai dari hitungan
menit sampai berhari-hari. Serangan dapat dicetuskan oleh gerakan menoleh
cepat, berada dalam keramaian atau tempat yang membingungkan, mengendarai
sebuah kendaraan, atau bahkan hanya menonton pergerakan di televisi. Migraine
vestibuler juga menyebabkan ketidaktenangan, hilangnya pendengaran, dan
telinga berdenging (tinnitus).
Fistula perilimfe
Bocornya cairan telinga dalam ke telinga tengah. Dapat muncul setelah trauma
kepala, latihan fisik, atau yang jarang, tanpa penyebab yang diketahui.
Cemas dan stres diketahui dapat memperparah gejala pusing telinga dalam. Cemas
dan stres juga merupakan penyebab tersering pusing yang tidak berhubungan
dengan telinga dalam. Penyebab lainnya termasuk masalah yang berhubungan
dengan otak, dan gangguan medis lainnya seperti tekanan darah rendah.
Etiologi
Infeksi (virus atau bakteri), trauma kepala, gangguan sirkulasi darah
mempengaruhi telinga dalam ataupun otak; obat-obatan tertentu dan proses
penuaan dapat merubah sistem keseimbangan dan menghasilkan gangguan
keseimbangan. Individu dengan penyakit, gangguan otak, atau trauma visual atau
sistem skeletal, seperti ketidakseimbangan otot-mata dan artritis, juga dapat
mengalami kesulitan keseimbangan. Pertentangan sinyal ke otak mengenai sensasi
pergerakan dapat menyebabkan motion sickness (seperti pada kejadian, ketika
seseorang mencoba membaca ketika sedang mengendarai mobil). Beberapa gejala
motion sickness adalah pusing, berkeringat, mual, muntah, dan kegelisahan
umum. Gangguan keseimbangan mungkin berhubungan dengan satu dari 4 area
berikut:
Gangguan vestibuler perifer, gangguan pada labirin
Gangguan vestibuler sentral, masalah di otak atau saraf yang berhubungan
Gangguan sistemik, masalah pada tubuh selain masalah pada kepala dan
otak
Masalah vaskuler, atau masalah aliran darah
Gejala
Ketika keseimbangan terganggu, seseorang mengalami kesulitan untuk
mempertahankan orientasi. Sebagai contoh, seseorang mungkin mengalami
“ruangan berputar” dan bisa jadi tidak mampu berjalan tanpa terhuyung-huyung,
atau bahkan tidak mampu berdiri tegak. Beberapa gejala gangguan keseimbangan
yang mungkin dialami antara lain:
Sensasi pening atau vertigo (berputar)
Terjatuh atau perasaan terjatuh
Pusing atau perasaan pusing
Penglihatan kabur
Disorientasi
D. VERTIGO
Definisi
Seluruh ilusi pergerakan atau posisi, dapat berupa ilusi subjektif maupun objektif.
(Adam & Victor’s).
Diagnosis
a. Riwayat penyakit
Gejalanya apa saja
Sejak kapan dan bagaimana intensitasnya
Terai atau obat-obatan yang dikonsumsi
b. Pemeriksaan fisik
Vital sign (blood preassure, pulse rate, respiration rate,
temeratur)
Pemeriksaan cardiovascular
Pemeriksaan neurotologic terutama pemeriksaan telinga dalam
dan tengah.
c. Pemeriksaan penunjang
EKG
BERA
ENG
MRI tulang temporal
CT-Scan tilang temporal
Tes gula darah
Tes darah rutin
Faktor predisposisis
Treatment
Prognosis
Definisi
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) merupakan vertigo yang ditandai
dengan episode berulang singkat yang dipicu oleh perubahan posisi kepala. BPPV
merupakan penyebab tersering dari vertigo berulang dan vertigo ini disebabkan
oleh stimulasi abnormal dari cupula karena adanya “free-floating otoliths (
canalolithiasis)” atau otolith yang telah beradhesi dengan cupula (cupulolithiasis)
dalam satu dari tiga kanal semisirkular.
Epidemiologi
BPPV adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai, kira-kira 107
kasus per 100.000 penduduk, dan lebih banyak pada perempuan serta usia tua (51-
57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 35 tahun yang tidak
memiliki riwayat cedera kepala. BPPV sangat jarang ditemukan pada anak.
Etiologi
Pada sekitar 50% kasus penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). Beberapa kasus
BPPV diketahui setelah mengalami jejas atau trauma kepala leher, infeksi telinga
tengah atau operasi stapedektomi. Banyak BPPV yang timbul spontan, disebabkan
kelainan di otokonial berupa deposit yang berada di kupula bejana semisirkuler
posterior. Deposit ini menyebabkan bejana menjadi sensitif terhadap perubahan
gravitasi yang menyertai keadaan posisi kepala yang berubah. Penyebab utama
BPPV pada orang di bawah umur 50 tahun adalah cedera kepala. Pada orang yang
lebih tua, penyebab utamanya adalah degenerasi sistem vestibuler pada telinga
tengah. BPPV meningkat dengan semakin meningkatnya usia. Selain itu
disebutkan juga bahwa BPPV dapat merupakan suatu komplikasi dari operasi
implant maksilaris.
Mekanisme Patologi
Lepasnya debris otolith dapat menempel
pada cupula (cupulolithiasis) atau dapat
mengambang bebas di kanal semisirkular
(canalolithiasis) (gambar 1). Penelitian
patologis telah menunjukkan bahwa kedua
kondisi tersebut dapat terjadi. Debris
otholith menyingkir dari cupula dan
memberikan sensasi berputar melalui efek
gravitasi langsung pada cupula atau dengan
menginduksi aliran endolymph selama
gerakan kepala di arah gravitasi (gambar 2).
Menurut teori cupulolithiasis, deposit
cupula (heavy cupula) akan memicu efek
gravitasi pada krista. Namun, gerakan
debris yang bebas mengambang adalah mekanisme patofisiologi yang saat ini
diterima sebagai ciri khas BPPV. Menurut teori canalolithiasis, partikel
mengambang bebas bergerak di bawah pengaruh gravitasi ketika merubah posisi
kanal dalam bidang datar vertical. Tarikan hidrodinamik partikel menginduksi
aliran endolymph, menghasilkan perpindahan cupular dan yang penting mengarah
ke respon yang khas diamati.
Beberapa studi telah berusaha untuk mengidentifikasi utrikular (otolithic)
abnormalitas di BPPV, tetapi telah menghasilkan hasil yang tidak konsisten.
Pasien dengan BPPV dapat menunjukkan kelainan di vestibular yang
menimbulkan potensial myogenic, horizontal visual subjektif dan “gain during
off-vertical axis rotation”
Gejala
Penderita BPPV biasanya akan menimbulkan keluhan jika terjadi perubahan
posisi kepala pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau
merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke
sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi
atau jika kepala ditengadahkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung
5-10 detik.
Kadang-kadang pada penderita BPPV dapat disertai rasa mual dan seringkali
pasien merasa cemas. Penderita biasanya menyadari keadaan ini dan berusaha
menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan
vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala dalam posisi tegak lurus atau
berputar secara aksial tanpa ekstensi. Pada hampir sebagian besar pasien, vertigo
akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam jangka waktu
beberapa hari sampai beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai
beberapa tahun. BPPV khususnya dapat dibedakan dari Menière disease karena
biasanya pada BPPV tidak terjadi gangguan pendengaran atau telinga berdenging
(tinnitus).
Diagnosis
Diagnosis BPPV dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20
detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik
di tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke
atas dan belakang, dan membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual.
2. Pemeriksaan fisik
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan,
dan pada evaluasi neurologis normal. Pemeriksaan fisis standar untuk
BPPV adalah : Dix-Hallpike dan Tes kalori.
a. Dix-Hallpike Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki
masalah dengan leher dan punggung. Tujuannya adalah untuk
memprovokasi serangan vertigo dan untuk melihat adanya nistagmus.
Cara melakukannya sebagai berikut :
- Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur
pemeriksaan, dan vertigo mungkin akan timbul namun menghilang
setelah beberapa detik.
- Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga
ketika posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30o–40o,
penderita diminta tetap membuka mata untuk melihat nistagmus
yang muncul.
- Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau kanalis semisirkularis
posterior yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi
otolith untuk bergerak, kalau ia memang sedang berada di kanalis
semisirkularis posterior.
- Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita,
penderita direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat
periksa.
- Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi
tersebut dipertahankan selama 10-15 detik.
- Komponen cepat nistagmus harusnya “up-bet” (ke arah dahi) dan
ipsilateral.
- Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah
yang berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar ke
arah berlawanan.
- Berikutnya manuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi
kiri 45o dan seterusnya.
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus.
Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya
lambat, ± 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila
sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu
menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.
b. Tes kalori
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick dan Hallpike. Pada cara ini
dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30oC,
sedangkan suhu air panas adalah 44oC. volume air yang dialirkan
kedalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik.
Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah
telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan dengan
air dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu telinga
dalam. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau
air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit ( untuk
menghilangkan pusingnya).
Diagnosis Banding
1. Vestibular Neuritis
Vestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada
hakikatnya merupakan suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan
pusing berat dengan mual, muntah yang hebat, serta tidak mampu berdiri
atau berjalan. Gejala-gejala ini menghilang dalam tiga hingga empat hari.
Sebagian pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk mengatasi gejala dan
dehidrasi. Serangan menyebabkan pasien mengalami ketidakstabilan dan
ketidakseimbangan selama beberapa bulan, serangan episodik dapat
berulang. Pada fenomena ini biasanya tidak ada perubahan pendengaran.
2. Labirintitis
Labirintitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan
mekanisme telinga dalam. Terdapat beberapa klasifikasi klinis dan
patologik yang berbeda. Proses dapat akut atau kronik, serta toksik atau
supuratif. Labirintitis toksik akut disebabkan suatu infeksi pada struktur
didekatnya, dapat pada telinga tengah atau meningen tidak banyak
bedanya. Labirintitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan
pendengaran dan fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh
produk-produk toksik dari suatu infeksi dan bukan disebabkan oleh
organisme hidup. Labirintitis supuratif akut terjadi pada infeksi bakteri
akut yang meluas ke dalam struktur-struktur telinga dalam. Kemungkinan
gangguan pendengaran dan fungsi vestibular cukup tinggi. Yang terakhir,
labirintitis kronik dapat timbul dari berbagai sumber dan dapat
menimbulkan suatu hidrops endolimfatik atau perubahan-perubahan
patologik yang akhirnya menyebabkan sklerosi labirin.
3. Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya
belum diketahui, dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan
pendengaran, tinitus, dan serangan vertigo. Terutama terjadi pada wanita
dewasa.
Penatalaksanaan
BPPV dengan mudah diobati. Partikel dengan sederhana perlu dikeluarkan dari
kanal semisirkular posterior dan mengembalikannya ke mana mereka berasal.
Beberapa manuver yang dapat dilakukan, antara lain :
1. Canalith Reposisi Prosedur (CRP)/Epley manuver :
CRP adalah pengobatan non-invasif untuk penyebab paling umum
dari vertigo, terutama BPPV, CRP pertama kali digambarkan sebagai
pengobatan untuk BPPV di tahun 1992. Saat ini CRP atau maneuver
Epley telah digunakan sebagai terapi BPPV karena dapat mengurangi
gejala BPPV pada 88% kasus. CRP membimbing pasien melalui
serangkaian posisi yang menyebabkan pergerakan canalit dari daerah di
mana dapat menyebabkan gejala (yaitu, saluran setengah lingkaran dalam
ruang cairan telinga dalam) ke daerah telinga bagian dalam dimana canalit
tidak menyebabkan gejala (yaitu, ruang depan). Canalit biasanya berada
pada organ telinga bagian dalam yang disebut organ otolith, partikel kristal
ini dapat bebas dari organ otolith dan kemudian menjadi mengambang
bebas di dalam ruang telinga dalam.
Dalam kebanyakan kasus BPPV canalit bergerak di kanal ketika
posisi kepala berubah sehubungan dengan gravitasi, dan gerakan dalam
kanal menyebabkan defleksi dari saraf berakhir dalam kanal (cupula itu).
Ketika saraf berhenti dirangsang, pasien mengalami serangan tiba-tiba
vertigo.
Berdasarkan penelitian meta analisis acak terkendali CRP memiliki
tingkat efektivitas yang sangat tinggi. CRP telah diuji dalam berbagai
percobaan terkontrol, dalam studi ini, 61-80% dari pasien yang diobati
dengan CRP memiliki resolusi BPPV dibandingkan dengan hanya 10-20%
dari pasien dalam kelompok kontrol. Berdasarkan temuan dari tinjauan
sistematis literatur, American Academy of Neurology menyimpulkan
bahwa CRP adalah "merupakan terapi yang efektif dan aman yang
ditetapkan yang harus ditawarkan untuk pasien dari segala usia dengan
BPPV kanal posterior (Level rekomendasi A)". Selain itu, American
Academy of Otolaryngology - Bedah Kepala dan Leher Foundation,
membuat rekomendasi bahwa "dokter harus memperlakukan pasien
dengan BPPV kanal posterior dengan Manuver reposisi partikel"
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yoon Kyung Kim dan
teman-teman ditunjukkan bahwa untuk mengontrol gejala BPPV maka
diperlukan pelaksanaan maneuver Epley 1,97 kali. Hal ini membuktikan
bahwa maneuver Epley marupakan maneuver yang paling efektif pada
BPPV.
Terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ronald dengan
menggunakan subyek sebanyak 40 pasien dengan BPPV dirawat dengan
menggunakan prosedur reposisi canalith (maneuver Epley) dibandingkan
dengan pembiasaan latihan vestibular untuk menentukan pendekatan
pengobatan yang paling efektif. Dua puluh pasien tambahan dengan BPPV
tidak diobati dan menjadi kelompok kontrol. Intensitas dan durasi gejala
dimonitor selama periode 3 bulan. Semua pasien telah menunjukkan
pengurangan gejala-gejala di kelompok perlakuan. Prosedur reposisi
canalith tampaknya memberikan resolusi gejala dengan perlakuan yang
lebih sedikit, tetapi hasil jangka panjangnya bagus, efektif dalam
mengurangi BPPV. Sejumlah besar pasien dalam kelompok kontrol (75%)
terus punya vertigo.
- Indikasi Canalith Reposisi Prosedur (CRP)/Epley manuver :
1. Episode berulang pusing dipicu BPPV.
2. Positif menemukan gejala dan nistagmus dengan pengujian posisi
(misalnya, uji Dix-Hallpike).
- Keterbatasan Canalith Reposisi Prosedur (CRT)/Epley manuver :
1. Penggunaan CRP pada pasien tidak memiliki BBPV (diagnosis
yang salah).
2. Salah kinerja masing-masing komponen CRP
Terapi Bedah
Dengan CRP berulang dan latihan Brandt-Daroff, pasien masih dapat
mengalami veritigo persisten akibat disabilitas posisi atau frekuensi kambuhan
yanga merupakan refrakter dari manuver reposisi. Terapi bedah dapat
dipertimbangkan dalam kesempatan yang jarang, yang disebut juga
“incratable BPPV”.
Transeksi nervus ampula posterior yang mempersarafi kanal posterior
(singular neurectomy) atau oklusi kanal semisirkular posterior (saluran
penutup) telah dilakukan untuk “incratable BPPV”.
Neurektomi tunggal, dijelaskan oleh Gacek pada tahun 1974, merupakan
prosedur yang efisien yang dibuat untuk mengontrol gejala “incratable
BPPV”., dengan risiko yang dapat diterima gangguan pendengaran pasca
operasi. Penyumbatan dan oklusi kanal juga merupakan teknik yang efektif
dengan rendahnya resiko gangguan pendengaran.
Namun, intervensi bedah diterapkan jika seluruh CRMs/latihan telah
dicoba dan gagal.
Terapi Medikamentosa
Obat rutin seperti vestibular supresan (misalnya antihistamin dan
benzodiazepine) tidak dianjurkan pada pasien BPPV karena penggunaan obat
vestibulosuppresan yang berkepanjangan hingga lebih dari 2 minggu dapat
mengganggu mekanisme adaptasi susunan saraf pusat terhadap abnormalitas
vestibular perifer yang sudah terjadi. Selain itu, efek samping yang timbul bisa
berupa kantuk, letargi, dan perburukan keseimbangan. Dokter dapat
memberikan obat untuk 1) mengurangi sensasi berputar dari vertigo atau 2)
mengurangi gejala pusing yang menyertai. Namun, tidak ada vestibular
supresan yang efektif seperti CRMs untuk BPPV dan tidak dapat digunakan
sebagai pengganti untuk maneuver reposisi.
Obat anti vertigo, seperti dimenhydrinate (Dramamine®), belladonna
alkaloid scopolamine (Transderm-Scop®), dan benzodiazepine (Valium®),
diindikasikan untuk mengurangi gejala pusing dan mual sebelum melakukan
CRM.
Edukasi
Langkah-langkah berikut ini dapat meringankan atau mencegah gejala vertigo:
- Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi
- Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiri
dari tempat tidur
- Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang
- Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu
benda dari ketinggian
Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar
(horisontal) atau bila leher dalam posisi mendongak.
F. LAIN-LAIN
B. Pernapasan perut
Pernapasan perut berlangsung dalam dua tahap, yaitu :
Inspirasi, terjadi bila otot diafragma berkontraksi, diafragma mendatar
mengakibatkan volume rongga dada membesar sehingga tekanan udaranya
mengecil dan diikuti paru-paru yang mengembang mengakibatkan tekanan
udaranya lebih kecil dari tekanan udara atmosfer dan udara masuk.
Ekspirasi, diawali dengan otot diafragma berelaksasi dan otot dinding perut
berkontraksi menyebabkan diafragma terangkat dan melengkung menekan
rongga dada, sehingga volume rongga dada mengecil dan tekanannya
meningkat sehingga udara dalam paru-paru keluar.Pernapasan perut umumnya
terjadi saat tidur.
Kaku kuduk
Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang
berbarng kemudian kepala ditekukkan (flexi) dan diusahakan dagu
mencapai dada.Perhatikan apakah ada tahanan atau tidak.
Interpretasi :
1. Leher dapat bergerak dengan mudah.Dagu dapat menyentuh atas
sternum atau flexi leher berarti NORMAL.
2. Adanya keterbatasan gerakan flexi leher berarti KAKU KUDUK.
Pemeriksaan Brudzinki
1. Brudzinki sign 1
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan
kirinya. dibawah
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan
fleksi , kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda
Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter
pada leher.
2. Brudzinki sign 2
3. Brudzinki sign 3
Pasien tidur terlentang tekan simpisis pubis dengan kebua ibu jari tangan.
Hasil pemeriksaan mata ODS -0.5 memang benar ukuran kacamata anda kanan
dan kiri adalah - 0.5. Sedangkan visus ODS 6/6 maksudnya adalah orang normal
dan anda bisa membaca tulisan dalam jarak 6 meter dan ini merupakan nilai visus
normal. Contoh lain visus 6/9 artinya orang normal bisa membaca tulisan tersebut
dalam jarak 9 meter, namun orang yang diperiksa visusnya bisa membacanya
dalam jarak 6 meter. Ini berarti ada gangguan dari visusnya. Visus adalah daya
penglihatan mata kita.
b. Garpu tala 512 Hz kita getarkan lalu menempatkan tangkainya secara tegak
lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus
akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala
didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus
skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar
didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika
pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih
keras dibelakang.
2) Tuli konduksi: tes Rinne negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih
lama)
Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.
Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes Rinne: +/-)
Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada
posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-
mula timbul.
Kesalahan pemeriksaan pada tes Rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa
maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garpu tala tidak
tegak lurus, tangkai garpu tala mengenai rambut pasien dan kaki garpu tala
mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid
pasien tebal.
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah
tidak mendengar bunyi garpu tala saat kita menempatkan garpu tala di planum
mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garpu tala sudah berhenti saat kita
memindahkan garpu tala ke depan meatus akustukus eksternus.
Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga
akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan patologis pada MAE atau
cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya
cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala
getaran akan didengarkan di sebelah kanan.
Interpretasi:
1.) Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut
lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.
d. Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih hebat
dari pada sebelah kanan.
8.) Antihistamin
Farmakokinetik
Route : oral
Half life : 3 – 4 jam
Metabolisme : betahistine di rubah menjadi aminoethylpyidine dan di
ekskresi melalui urin dalam bentuk pyridylacetic acid. Salah satu
penelitian menunjukan bahwa salah satu metabolitnya yaitu
aminoethypyridine, tidak dapat di inaktifkan dan memberikan efek yang
sama seperti betahistine pada reseptor di ampula
Protein binding : very low
Ekskresi : 24 jam dalam urin
Drugs Interaction :
antihistamin ( diphenhydramine, meclizine ), histamine 2( H 2) blocker (
cimetidine )
Indikasi:
Mengurangi vertigo,dizzines yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan
yang terjadi pada gangguan sirkulasi darah atau sindram meniere, penyakit
Meniere dan vertigo perifer.
Kontraindikasi.
Peptic ulcer, tumor kelenjar adrenal, asma bronchial
Dosis:
Dewasa : 1-2tablet, 3 kali sehari 8mg, 16 mg, 24mg peroral, Dosis disesuaikan
dengan umur penderita dan keadaan penyakit.
Efek samping:
- rasa mual, muntah atau gangguan saluran cerna
Saluran cerna :
lainnya.
- Reaksi ruam pada kulit (jarang terjadi).
hipersensitivitas : pusing
Contoh Antiemetics :
Promethazine
Class of drug : Antihistamine/Antiallergic/Antivertigo
MoA : Block postsynaptic dopaminergic, receptor in brain, binds to H1
receptor
Indikasi : Alegri, mual-muntah, motion sickness, insomnia, vertigo
Kontraindikasi : cardiac disease, neonatus pregnancy, coma
Efek samping : Hypnotic (Depresi CNS), bibir kering, mata kabur, retensi urin,
takikardi, konstipasi, hipotensi, headache, tinnitus.
Fk & Fd : Absorpsi baik di GI (oral), peak plasma volume : 2-3 jam, distribusi
ke brain, dapat melewati plasenta dan laktasi. Metabolisme di hepar,
dikonjugasi dalam bentuk sulfat. Ekskresi melalui urin dan bile,
waktu eliminasi 5-14 jam.
Dosis & sediaan : Bervariasi setiap indikasi
- Oral: (as teoclate)
Dewasa 25mg malam hari, maximal: 100 mg/hari
Anak-anak (5-10 tahun): 12,5-37,5 mg/hari
- Parenteral (as hydrochloride)
Dewasa 12,5-25 mg tiap < 4jam (deep IM atau IV secara perlahan),
maximal: 100mg/hari
Anak-anak (5-10 tahun): 6,25-12,5 mg (deep IM)
Metoclopramide
partikel-partikel kecil di
kanalis semisirkularis posterior
Perubahan posisi kepala
Tes koordinasi NORMAL Partikel-partikel berguling- Rinne test : air conduction >
guing di kanalis semisirkularis bone conduction (normal)
dan dibantu dengan adanya Weber test : no lateralization
gaya gravitasi (normal)
Anti-Emetics muntah
Dengan gejala-gejala yang dimunculkan, maka pasien didiagnosa terkena Benign
Paroxysmal Positional Vertigo
BHP
Karena kita akan melakukan maneuver epley, maka kita berikan informed concent terlebih
dahulu agar pasien mengerti dan tidak terjadi ketidak salah pahaman antar dokter dan pasien
IIMC
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “inna lillahi wa
inna ilaihi raji’un”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [ al-Baqarah/2 : 155-157]