Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh senantiasa terpelihara dalam posisi tegak seimbang
berkat ada alat kontrol organ keseimbangan di dalam ruang telinga tengah.
Organ keseimbangan bekerja sebagai sebuah sistem. Ada tiga gelung pipa
(semicircular canal) berisi cairan yang ketiganya bermuara ke ruang vestibule.
Di setiap ujung gelung pipa terdapat ujung-ujung saraf cupula
yang berada dalam ruang ampula. Cupula ini bersifat peka rangsangan jika
tersentuh oleh aliran cairan dalam gelung pipa yang mengalir hilir mudik, sesuai
posisi dan gerakan kepala. Dalam posisi kepala tertentu kadang aliran dalam
gelung menyentuh cupula, kadang pula tidak.
Ada tidaknya sentuhan aliran cairan dalam masing-masing
gelung pipa terhadap masing-masing cupula yang akan memberi informasi ke
otak lewat saraf keseimbangan (vestibular nerve). Informasi ini yang
mengabarkan ke otak sedang dalam posisi apa tubuh berada dari saat ke saat.
Lalu otak menata psosisi seimbang dengan memerintahkan kepala dan postur
tubuh jika ternyata tidak berada dalam posisi tidak, atau kurang seimbang,
sehingga tubuh senantiasa terpelihara dalam posisi tegak seimbang. Untuk itu,
perlu koordinasi dengan mata juga.
Keluhan vertigo muncul jika kerja organ keseimbangan ini
mengalami gangguan. Gangguan bisa terjadi di komponen mana saja. Bisa di
organ keseimbangan, bisa juga di tingkat pusat atau otak. Karena itu untuk
melacak penyebab vertigo-nya perlu dilakukan beberapa tes dan pemeriksaan di
bagian mana organ keseimbangan mengalami gangguan. Untuk itu diperlukan
tes, termasuk tes pendengaran, tes fungsi vestibule, foto tengkorak, pemeriksaan
cairan otak, rekam otak EEG, scan kepala, dan pemeriksaan pembuluh darah
leher serta kepala.
Penyakit telinga sendiri lebih dari sepuluh jenis. Gangguan
telingan bisa menjadi sumber penyebab vertigo, termasuk infeksi radang, dan
tumor di dalam ruang telinga tengah, tempat organ keseimbangan berada.
Infeksi dan tumor juga bisa mengenai saraf dan inti saraf di dalam otak, selain
jika terjadi kelainan bola mata , gangguan aliran darah leher, penyakit saraf, atau
tumor otak

1
1.2 Rumusan Masalah
2.1 Neuronitis Vestibular
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf ?
2.1.2 Apa Definisi Neuronitis Vestibular ?
2.1.3 Bagaimana Etiologi Neuronitis Vestibular ?
2.1.4 Bagaimana Patofisiologi Neuronitis Vestibular ?
2.1.5 Bagaimana Manifestasi Klinis Neuronitis Vestibular ?
2.1.6 Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Neuronitis Vestibular ?
2.1.7 Bagaimana Penatalaksanaan Neuronitis Vestibular ?
2.2 Vertigo Posisional Benigna
2.2.1 Apa Definisi Vertigo Posisional Benigna ?
2.2.2 Bagaimana Etiologi Vertigo Posisional Benigna ?
2.2.3 Bagaimana Patofisiologi Vertigo Posisional Benigna ?
2.2.4 Bagaimana Manifestasi Klinis Vertigo Posisional Benigna ?
2.2.5 Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Vertigo Posisional Benigna ?
2.2.6 Bagaimana Penatalaksanaan Vertigo Posisional Benigna ?
2.3 Latihan Vestibular
2.3.1 Bagaimana Tujuan Latihan Vestibular?
2.3.2 Contoh Dari Latihan Vestibular ?
2.4 Bagaimana Asuhan Keperawatan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang nyeri kepala yaitu
neuronitis vestibular, Vertigo Posisional Benigna, dan Latihan Vestibular.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui definisi Neuronitis Vestibular,Vertigo Posisional
benigna,dan Latihan Vestibular
b. Mahasiswa dapat mengetahui Etiologinya
c. Mahasiswa dapat mengetahui Patofisiologinya
d. Mahasiswa dapat mengetahui Manifestasi Klinisnya
c. Mahasiswa dapat mengetahui Pemeriksaan Penunjangnya
e. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan penatalaksanaannya
g. Mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan Neuronitis Vestibular,Vertigo Posisional Benigna, dan
Latihan Vestibular.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Neuronitis Vestibular


A. Anatomi dan Fsisiologi Sistem Saraf

Sel saraf (neuron)

Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung
membentuk suatu jaringan untuk menghantarkan impuls atau rangsangan. Satu
sel saraf tersusun dari badan sel, dendrite dan akson.

1. Badan Sel
Badan sel yang juga disebut perikarion, adalah bagian neuron yang mengandung
inti dan sitoplasma disekelilingnya, dan tidak mencakup cabang cabang sel.
Badan sel terutama merupakan pusat tropic, meskipun struktur ini juga dapat
menerima impuls. Perikarion dikebanyakan neuron menerima sejumlah besar
ujung saraf yang membawa stimulus eksitatorik atau inhibitorik yang datang dari
sel saraf lain.
Kebanyakan sel saraf memiliki inti eukromatik (terpulas pucat) bulat dan sangat
besar, dengan anak inti yang nyata. Sel saraf binukleus terlihat dalam ganglia
simpatis dan sensorik. Kromatin halus tersebar rata, yang menggambarkan
tingginya aktivitas sistesis di sel sel ini.
Badan sel mengandung suatu reticulum endoplasma kasar yang berkembang
sangat baik, berupa kelompok kelompok siterna parallel. Didalam sitoplasma
diantara sisterna terdapat banyak poliribosom, yang member kesan bahwa sel
sel ini menyintesis protein stuktural dan protein transport. Bila di pulas dengan
pewarna yang cocok, reticulum endoplasma kasar dan ribosom bebas tampak
sebagai daerah bergranul basofilik di bawah mikroskop cahaya, yang di sebut
badan nasal. Jumlah badan nasal bervariasi sesuai jenis neuron dan keadaan

3
fungsionalnya. Badan nasal sangat banyak di jumpai dalam sel saraf besar
seperti neuron motorik. Kompleks golgi hanya terdapat pada bagian sel dan
terdiri atas banyak deretan parallel sisterna licin yang tersusun di sekitar tepi inti.
Mitokondria juga banyak di jumpai khususnya dalam akson terminal. Mitokondria
tersebar dalam sitoplasma badan sel.
Neuro filamen (filamen intermediat berdiameter 10mm) banyak di jumpai dalam
perikarion dan cabang sel. Neuro filament bergabung sebagi akibat dari kerja
bahan fiksasi tertentu. Bila di impregnasi dengan perak, neurofilamen akan
membentuk neurofibril, yang tampak dengan mikroskop cahaya. Neuron juga
mengandung microtubulus yang identik dengan mikrotubulus yang terdapat
banyak sel lain. Sel saraf kadang kadang mengandung iklusipigmen, seperti
lipopoksin, yakni suatu residu meteri yang tak tercerna oleh lisosom.

2. Dendrit
Dendrit umumnya pendek dan bercabang-cabang mirip pohon. Dendrite
menerima banyak sinaps dan merupakan tempat penerimaan sinyal dan
pemrosesan utama di neuron. Kebanyakan sel saraf memiliki banyak dendrite,
yang sangat memperluas daerah penerimaan sel. Percabangan dendrite
memungkinkan sebuah neuron untuk menerima dan mengintegrasi prograsi
sejumlah besar akson terminal dari sel saraf lain. Di perkiraan bahwa sejumlah
200000 akson terminal membentuk hubungan fungsional dengan dendrite sel
furtinje diserebelum. Jumlah tersebut mungkin lebih besar lagi di sel saraf lain.
Neuron bipolar, dengan hanya satu dendrite, tidak banyak dijumpai dan hanya
terdapat pada tempat khusus. Berbeda dari akson yang memiliki diameter tetap
dari satu ujung ke ujung lain, dendrite semakin mengecil setiap kali bercabang.
Komposisi sitoplasma dibasis dendrite, dekat dengan badan neuron mirip
dengan komposisi sitoplasma perikarion namun tak mengandung komplek golgi.
Kebanyakan sinaps yang berkontak dengan neuron terdapat di spina (ujung-
ujung) dendrite, yang umumnya merupakan struktur berbentuk jamur (bagian
kepala membesar), dihubungkan dari batang dendrite oleh bagian leher yang
lebih sempit) spinja ini berfungsi penting dsn berjumlah banyak. Spina dendrite
merupakan tempat pemrosesan pertama bagi sinyal sinaptik yang tiba di
kumpuylan protein yang melekat pada permukaan sitosol dari membrane
pascasinapstik, yang tampak dengan mikrosop electron dan disebut membrane
pascasinaptik jauh sebelum fungsinya diketahui. Spina dendrite ikut serta dalam

4
perubahan plastis yang mendasari proses adaptasi, belajar, dan mengingat.
Spina-spina tersebut merupakan struktur dinamis dengan plastisitas morfologi
berdasarkan protein aktin sitoskeleton, yang berhubungan dengan
perkembanagn sinaps dan adaptasi fungsionalnya pada orang dewasa.

3. Akson
Kebanyakan neuron hanya memiliki satu akson. ada sejumlah kecil yang tak
mempunyai akson sama sekali. Sebuah akson merupakan cabang silindris
denagn panjang dan diameter yang bervariasi, sesuai jenis neuronya. Meskipun
ada neuron dengan akson pendek akson umumnya berukuran panjang. Misalnya
akson sel motorik dimedula spinalis yang mempersarafi otot kaki harus memiliki
panjang sampai 100 cm. semua akson berasal dari daerah berbentuk piramida
pendek, yaitu muara akson, yang umumnya muncil dari perikarion. Membrane
plasma di akson disebut aksolemma isinya dikenal sebagai akso plasma.
Pada neuron yang membentuk akson yang bermielin, bagian akson diantara
muara akson dan titik awal mielinisasi disebut segmen inisial. Segmen ini
merupakan tempat berkumpulnya berbagai stimulus yang merangsang dan
menghambat pada neuron, yang dijumlahkan secara aljabar, dan menghasilkan
keputusan untuk meneruskan atau tidak meneruskan suatu potensial aksi, atau
impuls saraf. Diketahui beberapa jenis kanal ion terdapat pada inisial dan kanal
tersebut penting untuk mengadakan perubahan potensial listrik yang membentuk
potensial aksi. Berbeda dengan dendrite, akson memiliki diameter yang tetap
dan tidak bercabang banyak. Kadang-kadang segera setelah keluar dari badan
sel, akson menghasilkan sebuah cabang yang kembali kedaerah sel saraf.
Semua cabang akson dikenal sebagai cabang kolateral. Sitoplasma akson
mengandung mitokondria, mikrotubulus, neurofilamen dan sejumlah sisterna
reticulum endoplasma halus. Tidak adanya poliribosum dan reticulum
endoplasma kasar memperjelas kerergantungan akson pada perikardion untuk
mempertahankan diri. Jika akson di potong, bagian perifernya akan
berdegenerasi dan mati. Terdapat lalu lintas dua arah yang sibuk dari molekul
besar dan kecil di sepanjang akson.
Makromolekul dan organel yang disentesis di dalam badan sel akan diangkut
secara kontinu oleh suatu aliran anterograd di sepanjang akson kebagian
terminalnya. Aliran anterograd berlangsung dengan 3 kecepatan yang berbeda.
Aliran dengan kecepatan sedang mengangkut mitokondria dan aliran cepat

5
mengangkut zat yang ditampung dalam vesikel yang diperlukan di akson terminal
selama transmisi saraf berlangsung.
Bersamaan dengan aliran anterograd, aliran retrograd dalam arah berlawanan
mengangkut sejumlah molekul ke badan sel, termasuk zat yang masuk melalui
endositosis. Proses ini digunakan untuk mempelajari jalur-jalur neuron :
peroksidase atau zat penanda yang lain disuntikkan ke daerah dengan akson
terminal, dan penyebarannya diikuti dalam selang waktu tertentu.
Protein motorik yang terkait dengan aliran akson meliputi dinein, suatu protein
dengan aktivitas ATPase yang terdapat dalam mikrotubulus dan kinesin, yakni
suatu mikrotubulus yang beraktivasi ATPase yang mempercepat aliran
anterograd dalam akson ketika melekat pada vesikel.

Sistem Saraf Pusat dan Sistem Saraf Perifer


1. Sistem Saraf Pusat
a. Otak

Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1) Cerebrum (Otak Besar)
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan
bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat
manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran,
perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ
Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian
lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit

6
disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal,
Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
2) Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan
ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak,
diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan,
koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan
melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan
mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan
sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap
dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang
tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak
mampu mengancingkan baju.
3) Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang
belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan,
denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan
merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari)
saat datangnya bahaya
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu,
batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur
perasaan teritorial sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak
nyaman atau terancam ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan
anda.
4) Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem Limbik terletak pada bagian tengah otak membungkus batang otak ibarat
kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini
sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak
mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala,
hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan,
mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar,
dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka
panjang.

7
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan
mana yang tidak.
Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera.
Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa
cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai "Alam Bawah
Sadar" atau ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti
menolong orang dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik
ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta,
penghargaan dan kejujuran.
5) Medulla Spinalis
Medulla spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang
berbentuk silinder memanjang dan terletak seluruhnya di dalam canalis
verterbalis, dikeliling oleh tiga lapis selaput pembungkus yang di sebut meninges.
Apalagi lapisan-lapisan, struktur-struktur dan ruangan-rungan yang mengeliling
medulla spinalis itu disebutkan dari luar ke dalam secara berturut-turut
2. Sistem Saraf Perifer
a. Susunan Saraf Somatic
Susunan saraf somatic adalah susunan saraf yang mempunyai peranan sfesifik
untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang. Otak dan sumsum tulang
belakang berkomunikasi dengan seluruh bagian tubuh melalui cranial
nerves (saraf-saraf kepala) danspinal nerves (saraf-saraf tulang belakang).
Saraf-saraf tersebut adalah bagian dari sistem saraf perifer yang membawa
informasi sensoris ke sistem saraf pusat dan membawa pesan-pesan dari sistem
saraf pusat ke otot-otot dan kelenjar-kelenjar di seluruh tubuh atau disebut juga
dengan sistem saraf somatik (somatic nervous system).
Bagian-bagian sistem saraf somatic:
1) Saraf-saraf Tulang Belakang (Spinal Nerves)
Saraf tulang belakang yang merupakan bagian dari sistem saraf somatik; dimulai
dari ujung saraf dorsal dan ventral dari sumsum tulang belakang (bagian di luar
sumsum tulang belakang). Saraf-saraf tersebut mengarah keluar rongga dan
bercabang-cabang di sepanjang perjalanannya menuju otot atau reseptor
sensoris yang hendak dicapainya.
2) Saraf-saraf Kepala (Cranial Nerves)

8
Saraf-saraf kepala terdiri dari 12 pasang sarafkepala yang meninggalkan
permukaan ventral otak. Sebagian besar saraf-saraf kepala ini mengontrol fungsi
sensoris dan motorik di bagian kepala dan leher. Salah satu dari keduabelas
pasang tersebut adalah saraf vagus (vagus nerves/saraf yang "berkelana"), yang
merupakan saraf nomor sepuluh yang mengatur fungsi-fungsi organ tubuh di
bagian dada dan perut. Disebut "vagus" atau saraf yang berkelana karena
cabang-cabang sarafnya mencapai rongga dada dan perut.
b. Susunan Saraf Otonom
Saraf-saraf yang bekerja tidak dapat disadari dan bekerja otomatis. Oleh kerena
itu disebut juga saraf tak sadar. Susunan saraf motorik yang mengsarafi organ
visceral umum, mengatur menyelaraskan dan mengoordinasikan aktivitas
visceral vital termasuk pencernaan,suhu badan,tekanan darah dan segi perilaku
emosionil lainnya.
Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat dan anatara keduanya
dihubungkan oleh urat-urat saraf eferen ini seolah-olah berfungsi sebbagai
sistem saraf pusa.saraf otonom terutama berkenaan dengan organ-organ dalam.
Menurut fungsinya susunan saraf otonom terdiri dari 2 bagian:
1) Sistem Simpatis
Inti ( yang di bentuk oleh sekelompok badan sel saraf ) sistem simpatis terletak di
segmen toracal dan lumbal di medulla spinalis. Karenanya sistem simpatis juga
disebut Divisi toracolumbar dari sistem saraf otonom. Akson neuron ini serat-
serat praganglion meninggalkan SSP melalui radiks ventral dan cabang-cabang
(rami). Penghubung saraf spinal bagian toracall dan lumbal.
2) Sistem Parasimpatis
Sistem parasimpatis memiliki inti di medulla dan mesensepalon dan di bagian
sacral medulla spinalis. Serabut praganglion dari neuron ini keluar melalui 4 saraf
cranial (III,VII,IX dan X) dan juga melalui saraf sacral ke dua, ke tiga dan ke
empat di medulla spinalis. Karenanya, sistem parasimpatis juga disebut divisi
craniosakral sistem otonom.
Neuron ke dua dari sistem parasimpatis ditemukan dalam ganglia yang lebih
kecil dari ganglia sistem simpatis, neuron ini selalu berada dekat atau di dalam
organ efektor. Neuron ini umumnya terdapat di dinding organ (misalnya,
lambung,usus), ketika terserabur gaganglion memasuki organ dan membentuk
sinaps dengan neuron ke dua dalam sistem saraf ini.

9
2.1.2 Definisi Neuronitis Vestibular
Neuronitis Vestibularis (Vestibular Neuronitis) adalah suatu penyakit
yang ditandai oleh adanya serangan vertigo (perasaan berputar) mendadak
akibat peradangan pada saraf yang menuju ke kanalis semisirkularis. Neuronitis
vestibularis dikenal juga sebagai vestibulopati perifer akut.

2.1.3 Etiologi Neuronitis Vestibular


a. Infeksi virus pada alat keseimbangan di telinga dalam
b. Radang/infeksi saraf keseimbangan (vestibular neuritis),biasanya terjadi
serangan vertigo berulang beberapa jam atau beberapa hari setelah serangan
pertamanya,seringkali disertai perasaan cemas,seringkali dialami setelah infeksi
virus sebelumnya,tidak disertai gangguan maupun penurunan pendengaran.

2.1.4 Pathofisiologi Neuronitis Vestibular


Sindroma vertigo muncul manakala ada disharmoni (discordance) masukan
sensoris yang berasal dari ketiga reseptor, vestibular (canalis semisirkularis),
visus (retina) dan propioseptik (tendon, sendi dan sensibilitas dalam). Apabila
masukan sensoris tidak seimbang antara sisi kiri dan kanan karena defisit
vestibular unilateral akan menyebabkan ketidaksinkronan dan menimbulkan
kebingungan alat keseimbangan tubuh dan membangkitkan respon dari saraf
otonom, otot penggerak mata dan penyangga tubuh (ataksia, unsteadiness),
serta kortek vertigo. Rangsangan tersebut juga meningkatkan stres fisik dan atau
psikis yang akan memacu pelepasan CRF (corticopontin releasing faktor). CRF
dapat mengubah keseimbangan kearah dominasi saraf simpatik terhadap
parasimpatik sehingga muncul gejala vertigo. Selanjutnya ketika keseimbangan
berubah kearah parasimpatik sebagai akibat hubungan reciprocal inhibition
antar saraf simpatik dan parasimpatik, maka gejala mual dan muntahakan
muncul. Bila rangsangan diulang-ulang maka jumlah ion Ca dalam sel pre sinap
akan kian berkurang, bersamaan dengan menyempitnya kanal Ca (kalsium) yang
mempersulit masuknya ion Ca (Ca influk). (Amar A,et all, 2012).

10
2.1.5 WOC NEURONITIS VESTIBULAR

Trauma Virus Faktor


kepala pencetus
Proses Peradangan pada stroke
Sumbatan
peradangan saraf pembuluh
pada SSP keseimbangan darah
2
Vestibular O ke otak
neuritis
Ketidak Glukosa
seimbangan
input menuju SSP
VERTIGO

2
O ke otak Kurang
informasi
mengenai
Pasukan darah ke otak
penyakit
terganggu
/ksehatan
Px selalu
Nyeri kepala Pucat nertnya-tanya
tentang
HCL penyakit
Resti cedara
Ansietas/cem
as
Mual mentah Anoreksia / nafsu Gangguan
makan berkurang pola

2.1.6 Manifestasi Klinis Neuronitis Vestibular


a. Serangan Vertigo
b. Mual, muntah, disekuilibrium, muka pucat pasi
c. Nistagmus (bola mata bergerak di luar kesadaran ke arah telinga yang
terkena)
d. Eksitabilias kalorik
e. Gangguan fungsi Vestibular

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Neuronits Vestibular


a. Dilakukan pemeriksaan fungsi pendengaran dan elektronistagmografi
(rekaman pergerakan mata dengan menggunakan metoda elektronik).

11
Pemeriksaan nistagmus lainnya adalah dengan memasukkan sejumlah kecil
air es ke dalam setiap saluran telinga lalu pergerakan mata penderita direkam.
b. Untuk membedakan neuronitis vestibularis dari penyebab vertigo lainnya bisa
dilakukan pemeriksaan MRI kepala.
c. Nistagmus
1. Tes Romberg yang dipertajam (sharpen Romberg Test)
Tes Romberg ditujukan untuk adanya disfungsi sistem vestibular. Orang yang
normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam selama minimal
30 detik. Pada tes ini pasien berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang
lain, tumit yang satu berada di depan jari kaki lain. Lengan dilipat ke dada dan
mata ditutup.
2. Stepping test
Pasien disuruh berjalan di tempat dengan mata ditutup sebanyak 50 langkah
dengan kecepatan seperti berjalan biasa dengan mengatakan sebelumnya
bahwa pasien harus berusaha agar tetap di tempat dan tidak beranjak selama
tes. Tes ini dapat mendeteks gangguan vestibular. Kedudukan akhir dianggap
abnormal jika penderita beranjak lebih dari 1 meter atau badan berputar lebih
dari 30 derajat.
3. Salah tunjuk (past pointing)
Pasien diminta merentangkan tangan dan telunjuknya menyentuh telunjuk
pemeriksa, kemudian disuruh menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-
tinggi dan kemudian kembali ke posisi semula. Pada gangguan vestibular
didapatkan salah tunjuk (deviasi) dan demikian juga dengan gangguan
serebellar.
2.1.8 Penatalaksanaan Neuronitis Vestibular
a. Tindakan independen keperawatan
1. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan
berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
2. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan
subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya
neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir
pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar
atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring
dengan kedua mata ditutup.

12
3. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi
mental disertai fiksasi visual yang kuat.
4. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah
dehidrasi.
5. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer
akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama
atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan
berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang
meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar
gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter
harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat
vertigo menghilang setelah beberapa hari.
6. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda.
Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat
untuk gangguan vestibular akut.

b. Farmakologis
Karena neuronitis vestibularis adalah penvakit yang dapat sembuh sendiri
dengan penyebab yang tidak diketahui, pengobatan diarahkan untuk
nrenyupresi gejala-gejalanya. Obat-obat berikut ini bermanfaat meredakan
vertigo akibat neuronitis vestibularis, mabuk kendaraan atau gangguan
vetibuler lainnya. Bila mual hebat maka obat antivertigo dapat diberikan
supositoria atau injeksi. Perawatan di rumah sakit diperlukan pada pasien
yang disekuilibriumnya berat atau muntah-muntah terus sehingga
membutuhkan rehidrasi intravena.
1. Antihistamin
Supresi vertigo bukan sifat umum dari semua antihistamin dan tidak berkaitan
dengan potensi perifernya sebagai antagonis histamin. Aktivitas antihistamin
yang benar-benar mengurangi vertigo (dimenhidrinat, difenhidramin, meklizin,
siklizin) ternyata spesifik dan tidak hanya mensupresi pusat muntah batang
otak. Sesungguhnya banyak antiemetik yang sering dipakai hanya sedikit
bermanfaat untuk mengatasi vertigo. Antihistamin-antivertigojuga
menunjukkan aktivitas antikolinergik pada sistem saraf pusat. Sifat ini mungkin

13
merupakan mekanisme biokimiawi dari aktivitas antivertigo yang
mendasarinya.
Efek samping. Efek samping utama dari zat-zat ini adalah sedasi. Rasa
mengantuk ini terutama lebih menonjol dengan dimenhidrinat atau
difenhidramin. Efek sedatif ini bermanfaat pada pasien vertigo yang hebat.
Bila pasien kurang menyukai efek ini maka dapat diberikan meklizin atau
siklizin atau betahistin mesilat (Merislon, Betaserc). Efek samping
antikolinergik berupa mulut kering atau penglihatan kabur kadang-kadang
terjadi.
2. Obat antikolinergik
Mensupresi aktif secara sentral dari aktivitas sistem vestibular dan dapat
berguna untuk mengurangi vertigo. Skopolamin metilbromida (Holopon) 3 kali
1-2 mg sehari. Tetapi pada orang tua harus hati-hati sebab dapat
menimbulkan konfusi mental dan obstruksi saluran keluar kandung kemih.
3. Prometazin dari golongan fenotiazin
Merupakan yang paling efektif dari golongan ini dalam mengobati vertigo dan
mabuk kendaraan. Efek samping utama adalah mengantuk.
4. Zat simpatomimetik juga mensupresi vertigo
Efedrin memiliki efek sinergis bila digabung dengan obat antivertigo lainnya.
Efek stimulan dari obat ini dapat mengatasi efek sedatif dari obat lainnya
tetapi dapat menyebabkan insomnia, gemetar dan palpitasi.
5. Penyekat saluran kalsium perifer seperti flunarizin (Sibelium) 1-2 kali 5
mg/hari dapat diberikan pada kasus vertigo dengan penyakit vaskular yang
mendasarinya.
6. Penenang minor seperti diazepam atau lorazepam bermanfaat dalam
menghilangkan ansietas akut yang sering menyertai vertigo. Hidroksizin
(Iterax, Bestalin) merupakan penenang yang juga memiliki sifat antihistamin
serta antiemetik sehingga dapat dipakai untuk antivertigo. Dosis dewasa yang
lazim adalah 25-100 mg 3-4 kali sehari.
7. Lama terapi bervariasi.
Pada kebanyakan pasien, obat dapat dihentikan bila nausea dan vertigo
mereda. Obat sedatif vestibular menghilangkan mekanisme kompensasi
sentral sehingga penggunaan yang lama dari obat ini dapat bersifat
kontraproduktif. Walaupun demikian, ada sebagian kecil pasien yang
memerlukan dosis kecil secara kronis.

14
8. Pada umumnya, gabungan beberapa jenis obat dari golongan yang berbeda
misalnya antikolinergik dengan simpatomimetik atau fenotiazin memberikan
efek sinergis untuk mensupresi vertigo.

2.2. Vertigo Posisional Benigna


2.2.1 Definisi Vertigo Posisional Benigna
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, yang
sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness,
unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut
penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgi,
terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri
kepala) sering digunakan secara bergantian.1
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar,
merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan
seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan.
Berbagai macam defenisi vertigo dikemukakan oleh banyak penulis, tetapi
yang paling tua dan sampai sekarang nampaknya banyak dipakai adalah yang
dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1893 yaitu setiap gerakan atau rasa
(berputar) tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar penderita yang
bersangkutan dengan kelainan keseimbangan.1,2.
Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer
yang sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-
tiba pada perubahan posisi kepala. Vertigo pada BPPV termasuk vertigo
perifer karena kelainannya terdapat pada telinga dalam, yaitu pada sistem
vestibularis. BPPV pertama kali dikemukakan oleh Barany pada tahun 1921.
Karakteristik nistagmus dan vertigo berhubungan dengan posisi dan menduga
bahwa kondisi ini terjadi akibat gangguan otolit.3,4,5

2.2.2 Etiologi Vertigo Posisional Benigna


1. Degeneratif Sistem Vestibular
2. Kerusakan utricula (cedera kepala, infeksi)
3. Vestibular Neuritis
4. Penyakit Menieres

15
2.2.3 Pathofisiologi Vertigo Posisional Benigna
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus
menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan
vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap
oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler
memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian
reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi
alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan
proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam
keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul
berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan
bergerak.
Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap
lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral
dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang
aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu,
akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons
penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal
yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri / berjalan
dan gejala lainnya.
Mekanisme Vertigo Posisional Benigna dibagi menjadi 2, antara lain :
1. Teori Cupulolithiasis
Pada tahun 1962 Horald Schuknecht mengemukakan teori ini untuk
menerangkan BPPV. Dia menemukan partikel-partikel basofilik yang berisi
kalsiurn karbonat dari fragmen otokonia(otolith) yang terlepas dari macula
utriculus yang sudah berdegenerasi, menernpel pada permukaan kupula. Dia
menerangkan bahwa kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif akan
gravitasi akibat partikel yang melekat pada kupula. Hal ini analog dengan
keadaan benda berat diletakkan di puncak tiang, bobot ekstra ini menyebabkan

16
tiang sulit untuk tetapstabil, malah cenderung miring. Pada saat miring partikel
tadi mencegah tiang ke posisinetral. Ini digambarkan oleh nistagmus dan rasa
pusing ketika kepala penderita dijatuhkan ke belakang posisi tergantung (seperti
pada tes Dix-Hallpike). KSS posterior berubah posisi dari inferior ke superior,
kupula bergerak secara utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmusdan
keluhan pusing (vertigo). Perpindahan partikel otolith tersebut membutuhkan
waktu, hal ini yang menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya pusing
dan nistagmus.

2. Teori Canalithiasis
Tahun1980 Epley mengemukakan teori canalithiasis, partikel otolith bergerak
bebas di dalam KSS. Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini
berada pada posisi yang sesuaidengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika
kepala direbahkan ke belakang partikel ini berotasi ke atas sarnpai 900 di
sepanjang lengkung KSS. Hal ini menyebabkan cairanendolimfe mengalir
menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok (deflected), hal ini
menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala ditegakkan
kernbali,terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus
yang bergerak ke arah berlawanan. Model gerakan partikel begini seolah-olah
seperti kerikil yang berada dalam ban, ketika ban bergulir, kerikil terangkat
sebentar lalu jatuh kembali karena gaya gravitasi.Jatuhnya kerikil tersebut
memicu organ saraf dan menimbulkan pusing. Dibanding dengan teori
cupulolithiasis teori ini lebih dapat menerangkan keterlambatan
"delay " (latency)nistagmus transient, karena partikel butuh waktu
untuk mulai bergerak. Ketika mengulangi manuver kepala, otolith menjadi
tersebar dan semakin kurang efektif dalam menimbulkan vertigo serta
nistagmus. Hal inilah yag dapat menerangkan konsep kelelahan
"fatigability"dari gejala pusing.

17
2.2.4 Manifestasi Klinis Vertigo Posisional Benigna
a. Perasaan berputar
b. Mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun
c. Lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah
d. puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit,
mata merah
e. Mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang Vertigo Posisional Benigna


a. Pemeriksaan fisik :
1. Pemeriksaan mata
2. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
3. Pemeriksaan neurologik
4. Pemeriksaan otologik

18
5. Pemeriksaan fisik umum.

b. Pemeriksaan khusus
1. ENG (elektro nystagmo graphy)
Uji ENG terdiri dari gerak sakadik, nistagmus posisional, nistagmus akibat
gerakan kepala, positioning nystagmus, dan uji kalori.
2. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap dapat memberitahu ada
tidaknya proses infeksi. Profil lipid dan hemostasis dapat membantu kita untuk
menduga iskemia.
3. Arteriografi untuk menilai sirkulasi vertebrobasilar.
4. Foto rontgen, CT-scan, atau MRI dapat digunakan untuk mendeteksi
kehadiran neoplasma/tumor

2.2.6 Penatalaksanaan Vertigo Posisional Benigna


Pengobatan simtomatik dengan salah satu obat sedatif vestibular
jarang bermanfaat sempurna. Melakukan kembali gerakan-gerakan yang
memprovokasi vertigo akhirnya akan melelahkan respon simtomatik sehingga
remisi dapat diperoleh dengan melakukan latihan kepala tersebut.
Pasien disuruh memiringkan kepalanya ke posisi yang memicu vertigo
selama 30 detik. Ini diulang 5 kali setiap beberapa jam. Pendekatan fisik yang
sederhana ini akan menghilangkan sebagian besar kasus dalam beberapa
minggu. Beberapa pasien yang merasa bahwa latihan kepala terlalu berat
dapat memperoleh perbaikan simtomatik dengan memakai kolar servikal
lunak, sehingga pasien dapat membatasi posisi kepalanya sehingga dapat
mencegah terjadinya vertigo.
Yang paling penting adalah meyakinkan pasien bahwa kondisi
penyakitnya dapat sembuh sendiri dan walaupun tidak enak, vertigo buknlah
suatu penyakit yang mengancam nyawa.

Obat Lama Dosis dewasa Efek Sediaan


kerj se
a dat

19
(ja if
m)
Dimenhidrinat 4-6 25-50 mg / 6jam ++ IM, IV, oral
Difenhidramin 4-6 25-50 mg / 6jam ++ IM, IV, oral
Prometazin 4-6 25 mg / 6 jam ++ IM, IV, oral
Skopolamin 12 0,5 mg / 12jam + IM, oral
Efedrin 4-6 25 mg / 6jam -0 IM, oral
Hidroksizin 4-6 25-100 mg / 8jam ++ Oral
Flunarizin 12-24 5 mg / 12jam + Oral

2.3. Latihan Vestibular


2.3.1 Tujuan Latihan Vestibular
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium
untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan

2.3.2 Contoh Latihan Vestibular


1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerak rotasi, fleksi, ekstensi, gerak
miring)
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka kemudian dengan
mata tertutup
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan
mata tertutup
5. Berjalan lurus dengan tumit menempel di depan jari-jari kaki
6. Jalan menaiki dan menuruni tangga
7. Melirikkan mata ke arah horizontal dan vertikal berulang-ulang
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti obyek yang bergerak dan juga
memfiksasi obyek yang diam
2.3.3 Contoh Lain
Duduk di pinggir tempat tidur, tungkai menggantung atau menapak di
lantai. Dengan cepat berbaring ke samping pada salah satu sisi (kiri atau
kanan), tungkai diangkat ke tempat tidur. Tetap berada dalam posisi ini selama
30 detik (akan terjadi vertigo, bila mampu tetap pertahankan posisi).

20
Kemudian kembali ke posisi semula, istirahat 30 detik. Ulangi sampai 3 kali.
Latihan ini dapat dilakukan pada vertigo posisional, 2-3 kali sehari, setiap hari
sampai vertigo hilang.

ASUHAN KEPERAWATAN

2.4.1 Pengkajian

Anamnesa

A. Neuronitis Vestibular

1. Keluhan Utama

Sakit kepala yang hebat saat perubahan posisi kepala

2. Riwayat Penyakit sekarang

Pasien merasakan sakit kepala yang hebat disertai mual dan muntah, sakit
kepala akan hilang jika pasien diam dan tidak bergerak. Sakit kepala akan
bertambah dan serasa berputar saat pasien berjalan.

21
3. Riwayat Penyakit dahulu

Hipertensi

4. Riwayat kebiasaan

Pasien lebih dominan berdiam diri di tempat tidur tidak bergerak, kebiasaan
merokok dan minum minuman beralkohol tidak pernah.

Pemeriksaan Fisik

B1 : Terkadang nafas cepat eupnue

B2 : Nadi reguler

Pucat

CRT < 2

B3 : Ada perasaan takut, nyeri di bagian kepala dengan sensasi berputar.

B4 : -

B5 : Intake tidak adekuat

B6 : Pucat dan otot daerah leher menegang

B. VERTIGO POSISIONAL BENIGNA

1. Keluhan Utama

Rasa ingin jatuh atau rasa berputar

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien merasakan perasaan berputar di sekelilingnya dan naik turun.

Pasien tidak mengalami Vertigo ketika duduk tetapi saat tidur terlentang
kemudian miring.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi

4. Riwayat Kebiasaan

22
Pasien lebih dominan berdiam diri ditempat tidur dan tidak bergerak,
kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol tidak pernah.

2.4.2 Diagnosa

No Keperawatan Definisi Kriteria mayor Kriteria minor


1. Nyeri Pengalaman 1.Perubahan 1.Agens
sensori dan Slera makan. Cedera
emosional (mis biologis,zat
yang tidak 2.perubahan kimia, fisik psikologis )
menyenangka tekanan darah.
n muncul
akibat 3.perubahan
kerusakan frekuensi
jaringan yang Jantung.
actual atau
potensial.

2. Gangguan Asupan nutrisi 1.Berat badan 1.Ketidak


Nutrisi Tidak cukup 20 % atau lebih di mampuan
inadekuat. untuk bawah berat Untuk
memenuhi Badan Mencerna makanan .
kebutuhan Ideal.
metabolic. 2. ketidak mampuan
2. kurang menelan makanan.
Makan .
3. faktor
3. kurang minat Psikologis
Pada makanan.

3. Ansietas Perasaan tidak 1. gelisah 1. stres


nyaman atau 2. insomnia 2. infeksi kontaminan
kekhawatir 3 .kontak mata 3. penularan penyakit
Yang samar Yang buruk Interpersonal.
Di sertai
respon

23
Autonom.

2.4.3 Intervensi

1. Nyeri b/d peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang


dipengaruhi oleh faktor perubahan posisi

No Tujuan Intervensi Rasional


.
1. Nyeri hilang 1. Mandiri Mandiri
1. Pantau tanda-tanda
Kriteria Hasil : 1. Mengenal dan memudahkan
vital, intensitas/skala
1. Klien dalam melakukan tindakan
nyeri.
mengatakan keperawatan.
2. Anjurkan klien
2. istirahat untuk mengurangi
rasa nyeri
istirahat ditempat
intesitas nyeri.
berkurang
tidur. 3. posisi yang tepat mengurangi
2. Tanda-tanda 3. Atur posisi pasien
penekanan dan mencegah
vital normal senyaman mungkin
ketegangan otot serta mengurangi
3. Pasien tampak
Health Education nyeri.
tenang dan 1. Ajarkan teknik
Health Education
rileks relaksasi dan napas
1. relaksasi mengurangi ketegangan
dalam
dan membuat perasaan lebih
nyaman.
Kolaborasi
1. Kolaborasi untuk
Kolaborasi
pemberian analgetik.
1. analgetik berguna untuk
mengurangi nyeri sehingga pasien
Observasi
1. Skala nyeri menjadi lebih nyaman
2. Frekuensi munculnya
nyeri.

2. Gangguan nutrisi inadekuat b/d mual dan muntah

No Tujuan Intervensi Rasional


1. Pola Pemenuhan Mandiri Mandiri
nutirisi kembali 1. Jelaskan tentang 1. Agar klien kooperatif
2. Untuk mengetahui pekembasngan
normal nutriusi dan cara

24
Kriteria Hasil : pemenuhannya. atatua perkembangan klien dan
2. Kaji antropometri.
1. Klien mampu dasar pelaksaan tindakan
3. Kaji tekan darah dan
menghabiskan selanjutnya.
nadi.
3. Kaji tekan darah dan nadi.
menu dari Rs
2. Klien tidak
Health Education
muntah setelah Health Education
1. Anjurkan untuk
makan. 1. Untuk mengurangi rangsang
makan dalam porsi
muntah.
kecil tapi sering.
2. Agar mengurangi iritabilitas dan
2. Siapkan lingkungan
membantun klien mendapatkan
yg menyenangnkan.
kembali appetitenya.
Kolabarasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi medis
1. Untuk mengurangi rangsang
dalam pemberian
muntah.
obat anti emetik.

3. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya

No. Tujuan Intervensi Rasional


1. Rasa cemas Mandiri Mandiri
1. Kaji tingkat 1. Untuk menntukan tingkat
berkurang atau
kecenasan yg dialami kecemasan yg dialami pasien
hilang
oleh pasien . sehingga prawat bisa menberikan
Kriteria hasil:
2.Beri kesempatan pada
intervensi yg cepat dan tepat.
2. Klien dapat
pasien untuk 2. Dapat meringankan beban pikiran
mengidentifikasi
mengungkapkan rasa pasien.
kan sebab 3. Agar terbina rasa saling percaya
cemasnya.
kecemasan. antar perawat pasien sehingga
3.Gunakan komunikasi
3. Emosi stabil ,
pasien koperatif dalam tindakan
terapeotik.
pasien tenang.
keperawatan.
4. Istirahat cukup.
Health Education
HealthHealth Education
1. Informasi yg akurat tentang
1. Beri informasi yg
penyakitnya dan keikut sertaan pasien
akurat tentang proses
dalam melakukan tindakan dapat
penyakit dan anjurkan
mengurangi beban pikiran pasien.
pasien untuk ikut serta

25
dalam tindakan
kerperawatan.
2. Sikap positif dari tim kesehatn
2. Berikan keyakinan askan membantu menurunkan
pada pasien bahwa kecemasn yg dirasakan pasien.
perawat, dokter, dan tim Pasien akan meras alebih tenang bila
kesehatan lain selalu ada anggota keluarga yg menunggu.
berusaha menberikan
pertolongan yg terbaik
dan seobtimal mungkin.
3. Pasien akan meras alebih tenang
3. Berikan kesempatan bila ada anggota keluarga yg
pada kluarga untuk menunggu.
mendampingi pasien
secara bergantian.
4. Lingkungan yg tenang dan nyaman
4. Ciptakan lingkungan dapat membantu mengurangi rasa
yg tenang dan nyaman. cemas paien.

2.4.4 Evaluasi
a. Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi.
b. Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah
kekambuhan.
c. Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan terapeutik.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Neuronitis Vestibularis (Vestibular Neuronitis) adalah suatu penyakit
yang ditandai oleh adanya serangan vertigo (perasaan berputar) mendadak
akibat peradangan pada saraf yang menuju ke kanalis semisirkularis.
Neuronitis vestibularis dikenal juga sebagai vestibulopati perifer akut.
Vertigo adalah setiap gerakan atau rasa (berputar) tubuh penderita
atau obyek-obyek di sekitar penderita yang bersangkutan dengan kelainan
keseimbangan.1,2.

27
Daftar Pustaka
Doenges, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:
EGC
Muttaqin, Arif. (2010). Pengantar Asuhan Keperawatan KLien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
T. Herdman,Heather.(2012-2014).Diagnosa Keperawatan,Nanda Internasional.
Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. (2009). Diagnosa Keperawatan. Edisi 9. Jakarta EGC
Carpenito, Lynda Juall. (2007). Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta EGC

28

Anda mungkin juga menyukai