Anda di halaman 1dari 28

BAB VI

SISTEM PERSYARAFAN

Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada sistem persyarafan anda
diharapkan:
Neuron
1. Mengetahui sifat sel syaraf
2. Mengenal Sel penyokong SSP dan perifer dan karakteristiknya.
3. mengenal anatomi neuron dan fungsi-fungsinya (intisel, dendrite,
badan sel, axon, telodendria)
4. Memahami tentang myelin
5. Membedakan macam-macam neuron berdasarkan fungsinya
6. Menjelaskan proses Degeneraasi dan regenerasai sel syaraf
7. Menjelaskan fisiologi neuron
8. Menjelaskan proses pengeluaran neurotransmitter
Otak dan syaraf kranial:
1. Menjelaskan pembagian otak secara garis besar dan pembagian
dari batang orak dan diencephalon.
2. Menjelaskan struktur meningen otak
3. Menjelaskan fungsi CSF
4. Menjelaskan proses pembentukan dan aliran CSF
5. Menjelaskan Nutrisi otak
6. Mengenal Pusat-pusat pengaturan di batang otak.
7. Mengenal Pusat-pusat pengaturan di serebrum, serebelum dan
diencephalon
8. Mengenal 12 Syaraf kranial dan fungsi-fungsinya
Medula Spinalis
1. Mengenal Dasar-dasar anatomi medulla spinalis
2. Membedakan karakteistik substansi abu-abu dan putih.
3. Memahami mekanisme refleks saat tangan terkena benda panas
atau tajam
Syaraf Otonom
1. Mengetahui dasar-dasar anatomi dan fisiologi syaraf otonom.
2. Membedakan syaraf simpatis dan parasimpatis
3. Mengenal efek syaraf simpatis dan parasimpatis terhadap: Kulit,
pupil, bronkus, jantung, usus/saluran cerna, pembuluh darah
koroner dan pembuluh darah kapiler.

48
Pusat-pusat pengaturan di batang otak yang minimal dikuasai:
1 Medulla oblongata: Seluruh pusat pengaturan di medulla
oblongata harus dikuasai
2 PONS: pusat apneu dan pusat pneumotoxic (pernafasan)
3 Mesensephalon: Pusat refleks dalam koordinasi pergerakan
bolamata dan kepala,mengatur respon pupil terhadap cahaya.
Pusat-pusat pengaturan di serebelum yang minimal dikuasai:
Serebelum: Keseimbangan, Mengintegrasikan kontraksi otot satu
dengan yang lain, mengatur tonus otot
Pusat-pusat pengaturan di serebrum yang minimal dikuasai:
1 Lobus frontalis: Kontrol motorik. Area Broadman 4(Primary motor
cortex), area 44 (area Brocca untuk bicara), Kontrol ekspresi emosi,
perilaku, moral
2 Lobus parietalis: Berperan dalam sensasi umum, selera. mengenali
bentuk benda yang dipegang.Berperan penting dalam body
image/gambaran diri.
3 Lobus oksipitalis: Penglihatan, pengaturan ekspresi, Area Wernicks
(39,22,40).
4 Lobus temporalis: Pendengaran, keseimbangan, emosi dan memori
jangka pendek
5 Insula: Berperan dalam pengaturan aktivitas gastrointestinal dan
organ visceral lainnya
6 Limbik: Berperan dalam pengaturan emosi, perilaku, memori jangka
pendek dan penciuman
Pusat-pusat pengaturan di diencephalon yang minimal dikuasai:
1 Thalamus: Pusat prosesing dan relay semua input sensoris kecuali
penciuman. Berkaitan dengan proses berfikir, kreativitas, mengenali
objek dengan cara menyentuh.
2 Hipothalamus: Mengatur banyak fungsi tubuh untuk keseimbangan.
Pusat pengaturan dan koordinasi tertinggi dari sistem syaraf otonom,
Pengaturan suhu, Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit,
Pengaturan pola tidur dan terjaga, Berperan dalam pengaturan lapar,
Respon perilaku berkaitan dengan emosi, Kontrol endokrin, Respon
seksual
3 Epithalamus: pusat relay, neuroendokrin

49
I. NEURON
A. Pengantar.
Sistem syaraf terdiri dari neuron/sel-sel syaraf dan sel penyokong
(neuroglia dan sel schwan). Terdapat sekitar 100 milyar sel syaraf dalam
Sistem persyarafan. Neuron merupakan sel-sel sistem syaraf yang
menerima masukan sensoris/aferen dari ujung syaraf perifer/ dari organ
reseptor sensoris dan menyalurkan masukan motorik/masukan eferen ke
otot dan kelenjar-kelenjar yaitu organ-organ efektor. Sel syaraf memiliki
sifat Exitability (kemampuan merespon stimmulus) dan Conductivity
(kemampuan menghantarkan sinyal).
Syaraf pusat memiliki sel penyokong yang disebut dengan Neuroglia
yang merupakan penyokong/pelindung, sumber nutrisi bagi neuron otak
dan spinalis. Diluar susunan syaraf pusat yaitu di syaraf perifer Sel
Schwan merupakan penyokong, pelindung, sumber nutrisi bagi neuron.
Sistem syaraf terdiri atas Sistem Syaraf Pusat dan Sistem Ssyaraf
Perifer. Sistem syaraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis
sedangkan susunan syaraf perifer terdiri dari aferen & eferen somatis dan
aferen & eferen otonom visceral .

B. Bagian-bagian Neuron

Secara struktur anatomis, neuron dapat digambarkan seperti berikut ini:

Gambar 6.1: Anatomi Neuron (Martini, 2001, hal 363)

50
..

Gambar 6.2: Struktur Sinaps (Martini, 2001, hal 364)

Gambar 6.4: Sel Schwan dan Axon Perifer (Martini, 2001, hal 371)

51
Secara struktur anatomis, neuron terdiri atas badan
sel/soma/perikaryon. Neuron memiliki nukleus yang besar dengan
nukleolus yang menonjol. Nukleus berperan dalam metabolisme,
pertumbuhan dan perbaikan neuron. Terdapat organela lain dalam
neuron seperti substansi chromatophilik (badan Nissl), Retikulum
Endoplasma, Mitokondria, Neurofilamen/mikrofilamen, Neurotubullus
dan aparatus golgi.
Substansi Chromatofilik akan membentuk RE dan ribososm. Substansi
chromatofilik mengandung RNA dan memproduksi protein. Protein di
produksi pada Retikulum Endoplasma yang beribosom dan protein yang
telah terbentuk akan masuk kesaluran yang ada di dalam Retikulum
Endoplasma dan diteruskan ke badan golgi dan disalurkan ke lisosom,
vesikel yang yang mengandung prekursor neurotransmitter dan vesikel
lain yang mengandung protein untuk mengganti kerusakan membran.
Neurotubulus: berperan dalam transport protein dan substansi lain
intraseluler dari badan sel sampai ke ujung bagian syaraf.
Neurofilamen/mikrofilamen: merupakan tubulus dengan substansi
semirigid sehingga memberikan “skeletal framework” pada akson.
Dendrit dapat di eksitasi oleh eksitatory sinaps dan dapat dihambat
oleh inhibitory sinaps, menghantarkan sinyal ke badan sel. Akson
memiliki ukurannya bervariasi, berfungsi membawa sinyal dari badan
sel. Sitoplasma dari akson disebut dengan axoplasma dan membran plasma
dari akson disebut dengan axolemma. Tonjolan awal dari akson disebut
dengan akson hillock dan dilanjutkan dengan bagian tipis setelah akson
hillock disebut dengan initial segment.
Akson ada yang memiliki cabang dan percabangannya disebut dengan
cabang collateral . Bagian tipis pada ujung akson disebut dengan telodendria
. Percabangan dari telodendria yang membentuk gembungan tipis disebut
dengan end bulbs atau synaptic boutons. Akson ada yang ditutupi atau
dilapisi dengan myelin dan akson seperti ini disebut dengan myelinated
fibers (serabut bermyelin). Pada sel syaraf perifer myelin dibentik oleh sel
schwan/neurolemocyt. Bagian terluar dari sel ini disebut dengan neurilemma
atau Schwan sheat. Myelin pada akson di SSP dibentuk oleh oligodendroglia.
Akson yang bermyelin memiliki lapisan myelin yang terkotak-kotak dan
dibatasi dengan lekukan yang disebut dengan Neurofibral nodes dan jarak
antar nodus ini disebut dengan internodus. Myelin pada setiap internodus
dibentuk oleh satu neurolemmocy. Myelin memberikan kecepatan hantaran
impuls yang lebih tinggi daripada neuron yang tidak bermyelin.

52
Serabut syaraf yang tidak memiliki myelin diusebut dengan
unmyelinated fiber atau serabut tak bermyelin. Pada syaraf perifer sekitar 5-
20 neuron yang tak bermyelin ditutupi oleh neurolemocyte yang melekuk
kedalam. Serabut tak bermyelin selalu dilindungi dan diperkaya dengan
nutrisi oleh jaringan organ tempatnya berada. Kumpulan badan sel dari
neuron SSPrfr disebut dengan ganglion.

C. Jenis-Jenis Neuron.
Berdasarkan fungsinya, neuron dapat dibedakan menjadi:
1. Afferen/sensory neuron: menghantarkan impulas dari reseptor ke
SSP
2. Efferen/motor neuron membawa sinyal dari SSP ke efektor (otot
dan kelenjar)
3. Interneuron/associationneurons/connector neurons/internuncial
neurons: menghantarkan impuls dari sensory neuron ke motor
neuron dan memproses informasi yang masuk. Interneuron dengan
akson yang panjang disebut dengan relay neuron untuk
menghantarkan sinyal dalam jarak yang cukup jauh. Interneuron
dengan akson yang pendek biasanya bercabang disebut dengan
circuit neurons yang menghantarkan sinyal secara lokal pada jarak
yang pendek.Banyak berperan dalam proses belajar, emosi, dan
bahasa. Fungsi yang kompleks seperti belajar dan mengingat
sangat tergantung pada ribuan local circuit neurons. Kegiatan yang
simple atau refleks hanya sedikit melibatkan interneuron atau
bahkan tidak sama sekali, tetapi langsung antara neuron sensori
dengan neuron motorik

Secara umum neuron dapat diklasifikasikan kedalam:


1. General somatic afferent: Membawa sinyal dari kulit, otot volunter,
sendi, jaringan ikat, ke Susunan Syaraf Pusat (SSP)
2. General visceral afferent: Membawa sinyal dari organ-organ
visceral ke SSP
3. General somatic efferent : Membawa sinyal dari SSP ke otot-otot
volunter atau otot skeletal, membawa sinyal ke otot otot yang dari
perjalanan embrioniknya terbentuk dari massa sel yang disebut
dengan myotoma
4. General Visceral efferent: Membawa sinyal dari SSP ke jantung,
otot polos, dan kelenjar, Merupakan serabut dari sistem syaraf
otonom

53
5. Special visceral efferent: Membawa impuls dari SSP ke otot-otot
volunter yang dari perjalanan embrioniknya tersusun atas sel
bukan myotoma. Otot ini ditemukan pada pada otot-otot wajah
untuk ekspresi, otot rahang faring dan laring.
6. Special afferen : Membawa sinyal dari reseptor penciuman,
pendengaran, penglihatan, keseimbangan dan pengecapan ke SSP

Berdasarkan strukturnya neuron dapat dibedakan menjadi:


1. Neuron Multipolar
2. Neuron bipolar
3. Neuron unipolar

Gambar 6.4: Jenis Neuron berdasarkan struktur (Martini, 2001, hal 365)

Neuron yang tidak memiliki akson disebut Unaxonal neurons

D. Segmen fungsional pada neuron.


1. Segmen Reseptif: menerima impuls dari sinaps atau ujung syaraf
dan di proses untuk disampaikan ke inisial segmen yang
merupakan persambungan antara badan sel dengan akson/axon
hillock
2. Segmen Inisial: memproses informasi dari segmen reseptif diubah
menjadi impuls syaraf
3. Segmen konduksi: menghantarkan impuls sepanjang sel
syaraf/akson ke ujung syaraf

54
4. Segmen Transmisif: Merubah potensial aksi untuk melepaskan
neurotransmitter di sinaps. Neurotransmitter tersebut akan
mempengaruhi sel effektor.

E. Sel Tambahan Pada Sistem Syaraf

1. Neuroglia /Sel-sel Penyokong pada SSP.


Neuroglia tidak menghantarkan sinyal/impuls, 40% dari volume
otak dan medula spinalis merupakan neuroglia. Jumlah neuroglia
lebih banyak dari neuron. Terdiri dari Mikroglia, Ependima, Astroglia
dan oligodendroglia
a. Mikroglia: Bersifat fagosit, mencerna syaraf-syaraf yang rusak dan
untuk pertahanan terhadap infeksi
b. Ependima: Berperan dalam produksi CSF, merupakan epitel dari
pleksus koroideus ventrikel otak
c. Astroglia/astrosit: Memberikan cadangan nutrisi bagi neuron
d. Oligodendroglia: Menghasilkan myelin SSP

2. Peripheral Glial Cells/ Sel Penyokong di Susunan Syaraf Perifer


a. Sel Satelit: membentuk kapsul yang mengelilingi badan sel syaraf
perifer,
b. Neurolemmocyte: Menghasilkan myelin di Susunan Syaraf Perifer

F. Degenerasi dan Regenerasi Serabut Syaraf


Pada beberapa syaraf perifer dapat melakukan regenerasi jika badan
sel tidak mengalami kerusakana dan neurilemma nya masih intak. Saat
syaraf perifer terpotong motor neuron mampu meregenerasi aksonnya
dan sensori neuron mampu meregenerasi dendritnya.

1. Proses regenerasi
Badan sel membesar dan substansi kromatofilik meningkatkan
aktifitasnya untuk menghasilkan ekstra protein yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan cabang baru yang disebut dengan terminal
sprouts(tunas) dari bagian proksimal akson yang masih tersambung
dengan badan sel. Neurolemmocyt di bagian distal membelah diri dan
menyusun diri membentuk neurilemma yang sambung menyambung
sampai ke ujung syaraf. Satu serabut syaraf dapat membentuk sekitar
50 tunas yang akan terus tumbuh sepanjang neurilema dengan
penunjuk arahnya adalah lamina basalis dari masing-masing sel

55
neurilemma. Proses regenerasi dari tunas ini akan berakhir sampai
dengan ujung-ujung syaraf dapat melakukan fungsi fisiologisnya.
Tunas yang telah sempurna menjadi bermyelin. Proses ini berjalan
bulanan sampai dengan tahunan

2. Regenerasi di SSP
Akson yang rusak di SSP tidak dapat beregenerasi (kecuali pada
beberapa kasus seperti di hipotalamus, akson tak bermyelin yang
mengandung neurotransmitter dopamin dan norepinephrin). Tiga
alasan dari ketidakmampuan beregenerasi tersebut adalah:
a. Tunas tidak dapat menembus jaringan scar glia yang terbentuk
pada area injuri
b. Tidaka adanya lamina basalis pada SSP untuk menuntun
regenerasi serabut
c. Oligodendroglia tidak membentuk Continuous cord

G. FISIOLOGI NEURON
1. Potensial Membran Istirahat
Potensial membran saraf sewaktu istirahat adalah -90 mVolt,
artinya potensial didalam sel 90 mVolt lebih negatif daripada potensial
di dalam cairan ekstraseluler
2. Potensial Aksi
a. Tahap Istirahat: Membran dikatakan menjadi terpolarisasi
selama tahap ini karena adanya potensial membran negatif
yang besar.
b. Tahap Depolarisasi: Pada tahap ini membran tiba-tiba
permeabel terhadap ion natrium sehingga banyak sekali ion
natrium bermuatan positif mengallir kedalam akson sehingga
muatan didalam sel menjadi kurang negatif bahkan sampai
dengan mendekati nol sehingga terjadi depolarisasi
c. Tahap Repolarisasi: Dalam waktu seperberapa puluh ribu detik
seudah membran menjadi sangat permeabel thd ion n atrium,
saluran natrium mulai tertutup dan saluran kalium terbuka dan
kalium mengalir keluar sehingga muatan dalam sel menjadi
lebih negatif kembali kearah potensial membran istirahat

56
Hukum Semua atau tidak sama sekali (All-or-None)
Setiap syaraf memiliki ambang minimal untuk dapat terangsag.
Peningkatan rangsang melebihi ambang tidak menyebabkan syaraf
terangsang lebih kuat

Konduksi Saltatori
Hantaran berloncat-loncat pada syaraf yang bermyelin.
Hantaran listrik meloncat dari satu nodus ke sodus berikutnya
sehingga lebih cepat dibandingkan dengan serat yang tak
bermyelin

H. SINAPS
Sinaps adalah persambungan antar neurons. Terdapat macam-macam
jenis sinaps, diantaranya adalah sinaps listrik dan sinaps Kimia. Secara
anatomis dapat dibedakan menjadi
1. Aksodendritik: Akson dengan dendrit
2. Aksosomatik: Akson dengan badan sel
3. Aksoaksonik: Akson dengan akson
4. Dendrodendritik: Dendrit dengan dendrit

1. Sinaps Listrik
Persambungan antar sinaps melalui saluran tipis intraselluler
yang disebut dengan connecxons. Terjadi di sel-sel jantung, otot polos
di saluran pencernaan dan di beberapa neurons di retina mata. Lebih
sedikit dibandingkan dengan sinaps kimia
2. Sinaps Kimia
Komunikasi antar sel dengan menggunakan media kimia yang
disebut dengan neurotransmitter. Neurotransmitter dilepaskan oleh
segmen transmissif pada neuron pre sinaps. Neurotransmitter
memiliki kemampuan merubah potensial membran istirahat pada sel
post sinaps. Impuls sampai ke ujung sel presinaps depolarisasi
membran sel palsma membuka saluran kalsium yang sensitif
vesikel mengeluarkan neurotransmitter melalui eksositosis masuk
ke ruang sinaps

I. NEUROTRANSMITTER
Neurotransmitter merupakan zat kimia yang disintesa oleh sel
syaraf, dismpan dalam vesikel sekretorikdan dilepaskan ketika ion
kalsium membanjiri vesikel. Efek neurotransmitter terhadap sel syaraf

57
post sinap bisa eksitasi atau inhibisi. Contoh transmitter diantaranya
adalah Asetil kolin, GABA(Gamma-aminobutyric acid), Glutamat,
aspartat, Glycin, Dopamin, Histamin, NE, Serotonin, Somatostatin,
Endorphin, Enkephalin, Substansi P.

II. OTAK DAN SYARAF KRANIAL

A. Struktur Umum Otak


Secara garis besar otak dapat dibagi kedalam 4 bagian besar yaitu
batang otak, serebellum, serebrum dan diencephalon. Batang otak terdiri
atas Medulla Oblongata, Pons dan otak tengah. Diencephalon terdiri atas
Talamus, Hipotalamus, Epitalamus dan Subtalamus atau disebut juga
Ventral thalamus. Secara visual, pembagian otak dapat dilihat pada
gambar berikut.

58
B. Meningen
Meningen atau lapisan pembungkus otak merupakan bagian terluar
dari otak. Meningen memiliki beberapa lapisan yaitu Duramater,
Arachnoid dan Piamater.
Duramater merupakan bagian terluar. Duramater merupakan lapisan
periosteum tulang tengkorak, merupakan lapisan yang kuat, lapisan
fibrosa yang mengandung Pembuluh Darah, yang memberikan nutrisi
pada tulang. Lapisan luar dan dalam menempel dengan tengkorak
sehingga tidak ada lapisan epidural antara tulang dengan membran
seperti pada spinal. Antara duramater bagian dalam dan arachnoid
terdapat rongga subdural dan tidak mengandung Cerebro Spinal Fluid
(Cairan serebro spinal). Pada beberapa tempat kedua lapisan dalam dan
luar membentuk saluran yang mengandung Pembuluh Darah yang
disebut dengan Dural sinus dan terdapat darah vena dari Pembuluh Darah
di otak.
Arachnoid merupakan Lapisan tengah dari meningen. Lapisan ini
merupakan jaringan ikat, antara arachnoid dan piamater terdapat seperti
jaring-jaring trabekula dan rongga subarachnoid yang mengandung CSF.
Lapisan arachnoid tidak mengandung Pembuluh Darah, tapi Pembuluh
Darah terdapat pada rongga subarachnoid.
Piamater merupakan lapisan yang bersentuhan langsung dengan otak.
Sebagian besar suplai darah pada otak di suplai oleh pembuluh-pembuluh
darah kecil yang banyak terdapat pada piamater.

59
Gambar 6.5: Lapisan Meningen Otak (Martini, 2001, hal 441)

C. Ventrikel
Ventrikel otak dilapisi oleh epitel kuboid yang disebut
ependima.Terdapat kapiler-kapiler yang disebut dengan pleksus koroides.
Terdapat 4 ventrikel yang diberi nomor dari atas ke bawah dari otak yaitu:
Ventrikel lateral kiri dan kanan pada hemisfer serbri, ventrikel ke tiga
pada diensepalon dan ventrikel ke empat pada pons dan medulla.
Ventrikel lateral dihubungkan dengan ventrikel ke tiga oleh
interventrikular foramen sedangkan Ventrikel ke tiga nyambung dengan
ventrikel ke empat melewati celah sempit yang disebut serebral aqua
duktus di midbrai/otak tengah.

60
Gambar 6.6: Ventrikel Otak (Martini, 2001, hal 440)

D. Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal atau CSF (Cerebro Spinal Fluid) berperan dalam
melindungi otak, menjaga keseimbangan bahan-bahan kimia Susunan
Syaraf Pusat. CSF dibentuk dalam pleksus koroides pada ventrikel lateral,
tiga dan empat dengan kombinasi proses diffusi dan transport aktif.
Pleksus koroid menseleksi komponen darah yang dapat melewati
membrannya ke ventrikel (tidak untuk Sel Darah Merah, protein dengan
molekull besar). Yang dapat lewat: protein berukuran kecil, oksigen,
karbondioksida, Na, K, Ca, Mg, Cl, glukosa dan sejumlah kecil Sel Darah
Putih.

1. Perjalanan CSF
CSF dibentuk di Ventrikel lateral, lalu melalui interventrikuler
foramen masuk ke ventrikel III dan melalui Aqua Duktus CSF
mengalir ke Ventrikel IV. Di ventrikel IV erdapat 3 buah lubang
terbuka di dasar ventrikel 4. Melalui ketiga lubang tersebut CSF
mengalir ke Subarachnoid spaces ( cisterna magna) disebelah medulla,
aliran berlanjut ke Spinal lalu ke lumbal sisterna. Sebagian naik
lagi ke otak melelui subarachnoid spaces masuk ke vili arachnoid dan
sinus sagital superior.

2. Cerebro Spinal Fluid (CSF)

61
Vili arachnoid memiliki katup yang sensitif dengan tekanan
dengan sistem satu arah. CSF selalu diperbarui sekitar 3 kali dalam
sehari.

E. Nutrisi Otak
Sebanyak 20% oksigen dari seluruh kebutuhan tubuh digunakan oleh
otak. Kebutuhan oksigen tinggi saat otak istirahat. Otak mendapatkan
nutrisi hanya dari darah. Otak membutuhkan Oksigen dan glukosa setiap
saat tetapi otak tidak memiliki kemampuan untuk menyimpan cadangan.
Dampak Kekurangan Nutrisi pada otak
Kekurangan oksigen dan glukosa pada otak menyebabkan
kerusakan yang lebih cepat dibandingkan pada jaringan lain.
Kekurangan dalam beberapa menit dapat menyebabkan kerusakan
yang menetap.

F. Batang Otak
Berbatasan dengan medula spinalis dibagian bawah dan diensepalon
dibagian atas. Sedikit menyempit saat keluar dari tengkorak melalui
foramen magnum untuk bersatu dengan medula spinalis. Batang otak
memiliki fungsi yang sangat penting termasuk traktus yang panjang dari
jalur asenden dan desenden. Jaringan dari badan sel dan serabutnya dari
formatio retikularis terdapat disini, yang sangat berperan penting dalam
mempertahankan hidup. Seluruh syaraf kranial keculai olfaktorius dan
optikus keluar dari batang otak.

1. Formatio Retikularis
Terbagi kedalam jalur asenden, jalur desenden dan nervus
kranialis. Formatio retikularis terbentang sepanjang batang otak,
dengan akson terbentang menuju diensepalon dan medula spinalis.
Memiliki sekiar 30.000 sinaps. Lesi pada formatio retikularis dapat
menyebabkan koma sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Neuron dalam Formatio Retikularis dikelompokan sesuai dengan
fungsinya masing-masing.
RF memiliki pusat respirasi dan cardiovaskuler yang berperan
dalam pengaturan pernafasan, nadi dan perubahan diameter
Pembuluh Darah. Jalur asenden menuju serebrum bergabung dengan
RAS (reticular activating system) yang berperan dalam pengaturan
siklus terjaga dan tidur.
2. Medulla Oblongata

62
Medulla oblongata merupakan bagian yang vital dalam pengaturan
jantung, vasomotor/ kontriksi dan dilatasi pembuluh darah dan pusat
pernafasan. Medulla Oblongata memonitor kadar CO2 yang berperan
dalam pengaturan pernafasan, mengatur muntah, bersin, batuk dan
menelan. Dibagian ventral terdapat pyramid yang merupakan jalur
motorik dari serebral ke spinal. Jalur di pyramid menyilang
(pyramidal decussation) sehingga dibawah medulla keadaan motorik
tubuh dikontrol oleh bagian yang berlawanan dalam hemisfer serebri.

Gambar 6.7: Lateralisasi Hemisfer (Martini, 2001, hal 450)

3. PONS
Terletak diatas Medulla, Pada bagian dorsal Terdapat Formatio
Retikularis dan nuklei syaraf kranial jalur asenden dan desenden.
Dalam Formatio Retukularis terdapat pusat apneu dan pneumotoxic
yang membantu dalam pengaturan pernafasan.

4. Midbrain/mesensepalon
Midbrain terdapat diatas pons. Terdapat pusat refleks yang
membantu koordinasi pergerakan bola mata dan kepala, membantu
pengaturan mekanisme fokus pada mata, mengatur respon pupil
terhadap stimulus cahaya. Terdapat substansia nigra yang beperan
dalam pengaturan aktivitas motorik somatic.

G. SEREBELUM

63
Serebelum berperan dalam fungsi keseimbangan. Secara terus menerus
menerima input dari otot, tendon, sendi dan organ
vestibular(keseimbangan) dalam bentuk proprioceptive input (kepekaan
terhadap posisi tubuh yang satu dari yang lainnya). Mengintegrasikan
kontraksi otot satu dengan yang lain, mengatur tonus otot.

H. SEREBRUM
Serebrum Merupakan struktur terbesar dan paling rumit dalam sistem
syaraf. Terdapat dua hemisfer serebri yang Terdiri dari korteks yang
merupakan substansi abu-abu (gray matter), substansi putih dan ganglia
basalis. Korteks terbagi kedalam 6 lobus: frontal, parietal, temporal,
oksipital, lilmbik dan insula/lobus sentralis. Korteks serebri merupakan
lapisan terluar dari serebrum, terdiri dari substansi abu-abu. Banyak
berperan dalam pengaturan aktivitas kehidupan yang disadari.

1. Lobus Frontalis
Lobus frontalis merupakan area kontrol motorik terhadap
pergerakan yang disadari termasuk yang berkaitan dengan bicara.
Aktivitas motorik: Area Broadman 4(Primary motor cortex), area 6
(suplementary and premotor motor cortex), area 8 (pergerakan mata) area 44
(area Brocca untuk bicara). Selain control motorik lobus frontalis juga
berperan dalam kontrol ekspresi emosi dan perilaku, moral.

2. Lobus Parietalis
Lobus Parietalis berperan dalam sensasi umum, selera. Are 1,2,3
(integrasi sensasi secara umum) 5,7,40 (apresiasi terhadap tekstur,
berat, mengenali bentuk benda yang dipegang).area 40 memiliki peran
penting dalam body image/gambaran diri. Area 43 (selera dalam hal
pengecapan)

3. Lobus temporalis
Lobus temporalias merupakan pusat pendengaran, keseimbangan,
emosi dan memori. Terdapat area 41,42 yang berperan dalam
pengaturan keseimbangan, area 39 yang berperan dalam Pemahaman
terhadap bicara/kata-kata. Bagian anterior lobus ini berperan dalam
emosi, halusinasi, memori jangka pendek dari beberapa menit s.d
beberapa minggu atau bulan

4. Lobus Oksipitalis

64
Lobus Oksipitalis merupakan pusat penglihatan, pengaturan
ekspresi. Terdapat area 17 (area penglihatan utama), area 18,19
memaknai hasil penglihatan, area 39 memahami bahasa tulisan, area
22 memahami bahasa lisan dan area Wernicks (39,22,40).

5. Insula
Insula berperan dalam pengaturan aktivitas gastrointestinal dan
organ visceral lainnya.

6. Limbik
Limbik berperan dalam pengaturan emosi, perilaku, memori jangka
pendek dan penciuman.

I. DIENCEPHALON
1. Talamus
Talamus merupakan pusat prosesing dan relay semua input
sensoris kecuali penciuman. Talamus memiliki 4 area utama yaitu
sistem sensoris, sistem motorik, aktivitas neurofisiologius dan ekspresi
korteks serebri. Talamus berhubungan dengan sistem limbik dalam
pengaturan ekspresi emosi, perilaku manusia yang unik. Talamus
berkaitan dengan proses berfikir, kreativitas, interpretasi dan
pemahaman bahasa lisan dan tulisan dan mengenali objek dengan cara
menyentuh.

2. Hipotalamus
Hipotalamus terletak dibawah thalamus, berdekatan dengan
hipofisis. Hipotalamus mengatur banyak fungsi tubuh untuk
keseimbangan. Merupakan pusat pengaturan dan koordinasi tertinggi
dari sistem syaraf otonom, pengaturan suhu, pengaturan
keseimbangan cairan dan elektrolit
Pengaturan pola tidur dan terjaga, Berperan dalam pengaturan lapar
dan keinginan untuk makan yang dibantu dengan kadara glukosa,
lemak dan protein dalam tubuh, Respon perilaku berkaitan dengan
emosi, Kontrol endokrin juga berperan dalam respon seksual seperti
Orgasme dan respon terhadap stimulus organ seksual.

3. Epithalamus
Epitalamus terdiri dari 3 bagian: Trigonum habenulae, badan
pineal, dan komisura posterior.Trigonum habenulae mengandung
serabut syaraf yang berhubungan dengan midbrain, berperan sebagai

65
pusat relay. Badan pineal (epiphysis) berperan seperti kelanjar
endokrin (neuroendokrin). Komisura posterior berhubungan dengan
midbrain

4. Ventral thalamus/subthalamus
Terletak dibagian ventral diensepalon, mengandung nuklei
subtalamik

J. SYARAF KRANIAL
Terdapat 12 pasang syaraf cranial yaitu: (S untuk keterangan sensoris,
M untuk keterangan Motoris).
1. SK I (olfactorius): S, Penciuman
2. SK II (Opticus): S, Penglihatan, input refleks fokusing dan
konstriksi pupil di limbik
3. SK III (Okulomotorius): M, Pergerakan bola mata elevasi alis,
konstriksi pupil dan memfokuskan lensa
4. SK IV (Trochlearis): M, Pergerakan bola mata ke bawah
5. SK V (Trigeminus):
a. V1(Syaraf optalmik): S, input dari kornea, rongga hidung bagian
atas, kulit kepala bagian frontal, dahi, bagian atas alis,
konjungtiva kelenjar air mata
b. V2 (Syaraf maksilari): S, input dari dagu, bibir atas, gigi atas,
mukosa rongga hidung, palatum, faring
c. V3 (Syaraf Mandibular): S,M, input dari lidah (bukan
pengecapan), gigi bawah, kulit di bawah dagu, mengunyah
6. SK VI (Abdusen): M, Pergerakan mata ke lateral
7. SK VII (Fasialis): S,M, Pengecapan, Salivasi, lakrimasi, pergerakan
otot wajah
8. SK VIII(Vestibulocochlearis): Vestibular untuk keseimbangan,
cochlearis untuk pendengaran
9. SK IX(Glossofaringeus): S,M Pengecapan, sensasi lain dari lidah,
salivasi dan menelan
10. SK X (vagus): S,M, menelan, monitor kadar oksigen dan
karbondioksida darah, tekanan darah, kegiatan organ visceral lain
11. SK XI(Aksesorius): M, produksi suara di laring, Pergerakan kepala
dan bahu, muscle sense
12. SK XII(Hipoglosus): M, Pergerakan lidah saat bicara, mengunyah,
muscle sense

66
III. MEDULA SPINALIS DAN SYARAF SPINAL

A. Dasar Anatomi Medula Spinalis

Medulla Spinalis merupakan bagian dari Susunan Syaraf Pusat.


Terbentang dari foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong
dan agak melebar yang disebut conus terminalis atau conus medullaris.
Terbentang dibawah conu terminalis serabut-serabut bukan syaraf yang
disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat.
Terdapat 31 pasang syaraf spinal: 8 pasang syaraf servikal, 12 Pasang
syaraf Torakal, 5 Pasang syaraf Lumbal, 5 Pasang syaraf Sakral dan 1
pasang syaraf koksigeal. Akar syaraf lumbal dan sakral terkumpul yang
disebut dengan Cauda Equina. Setiap pasangan syaraf keluar melalui
Intervertebral foramina. Syaraf Spinal dilindungi oleh tulang vertebra dan
ligamen dan juga oleh meningen spinal dan CSF.

B. Meningen Spinal
Meningen Spinal terdiri atas tiga lapis yaitu: Dura mater, arachnoid
dan piamater. Duramater yang merupakan lapisan yang kuat, Membran
fibrosa, Bersatu dengan filum terminale. Piamater berupa lapisan tipis,
kaya pembuluh darah, nyambung dengan medula spinalis. Rongga antara
periosteum dengan duramater disebut dengan epidural yang merupakan
area yang mengandung banyak pembuluh darah dan lemak. Rongga
antara duramater dengan arachnoid disebut dengan subdural. Sub dural
tidak mengandung CSF. Rongga antara Arachnoid dan Piamater disebut
dengan Subarachnoid. Pada rongga ini terdapat Cerebro Spinal Fluid,
Pembuluh Darah dan akar-akar syaraf

C. Cairan Serebro Spinal


Cairan Serebro Spinal merupakan Cairan bening hasil ultrafiltrasi dari
pembuluh darah di kapiler otak. Cairan ini selalu dipertahankan dalam
keadaan seimbangan antara produksi dan reabsorpsi oleh pembuluh
darah. CSF engandung air, protein dalam jumlah kecil, oksigen dan
karbondioksida, Na,K,Ca,Mg,Cl, glukosa, Sel darah putih dalam jumlah
kecil, dan material organik lainnya.

67

Gambar 6.8: Pleksus syaraf dan syaraf perifer (Martini, 2001, hal 417)

D. Struktur Internal
Terdapat substansi abu abu dan substansi putih. Substansi Abu-abu
membentuk seperti kupu-kupu dikelilingi bagian luarnya oleh substansi
putih. Terbagi menjadi bagian kiri dan kanan oleh anterior median fissure
san median septum yang disebut dengan posterior median septum.
Keluar dari medula spinalis merupakan akar ventral dan dorsal dari
syaraf spinal. Substansi abu-abu mengandung badan sel dan dendrit dan
neuron efferen, akson tak bermyelin, syaraf sensoris dan motoris dan
akson terminal dari neuron. Substansi abu-abu membentuk seperti huruf
H dan terdiri dari tiga bagian yaitu: anterior, posterior dan Comissura
abu-abu. Bagian Posterior sebagai input /afferent, anterior sebagai
Output/efferent, comissura abu-abu untuk refleks silang dan substansi
putih merupakan kumpulan serat syaraf bermyelin.

68
Gambar 6.9: Gambat potongan medula spinalis (Martini, 2001, hal 412)

E. PERAN MEDULA SPINALIS


1. Pusat prosesing data
2. Jalur sensoris
3. Sistem piramidal dan ekstrapiramidal

F. REFLEKS SPINAL
Refleks merupakan respon bawah sadar terhadap adanya suatu
stimulus internal ataupun eksternal untuk mempertahankan keadaan
seimbang dari tubuh. Refleks yang melibatkan otot rangka disebut dengan
refleks somatis dan Refleks yang melibatkan otot polos, otot jantung atau
kelenjar disebut refleks otonom atau visceral. Salah satu dari sekian
banyak gerakan refleks dapat digambarkan sebagai berikut:

69
2: Aktivasi
1: Stimulus Neuron Sensasi
mengaktifasi Sensoris dihantarkan
reseptor ke otak oleh
percabangan

5: Respon
oleh
efektor
3: Informasi di
Proses di SSP
4: Aktivasi
Syaraf
Motoris

Gambar 6.10: Lintasan dan lengkung refleks (Martini, 2001, hal 423)

IV. SISTEM SYARAF OTONOM

A. Pengantar.
Sistem syaraf otonom merupakan bagian sistem syaraf yang mengatur
fungsi fisceral tubuh disebut. Sistem ini mengatur tekanan arteri, motilitas
dan sekresi gastrointestinal, pengosongan kandung kemih, berkeringat,
suhu tubuh dan aktivitas lain.
1. Pleksus
Beberapa syaraf post ganglionik terdistribusi seperti kabel yang
bercabang-cabang berjalan sepanjang pembuluh darah di thorak,
abdomen dan rongga pelvis disebut dengan pleksus otonom.
Pleksus Otonom:
 Pleksus kardiak
 Pleksus Pulmonal
 Pleksus celiak/Solar/Abdomen
 Pleksus hipogastrik

70
 Pleksus enteric
B. Syaraf Simpatis (Torakolumbal, Adrenerjik)

Syaraf bermyelin yang keluar dari syaraf spinal torakal 1 sampai


dengan lumbal 2 atau 3. Perjalanan syaraf simpatis terlihat pada gambar
berikut.

Gambar 6.11: Penyebaran Syaraf Sympatis (Martini, 2001, hal 509)

Neuron neuron preganglionik dan post ganglilonik simpatis

71
Setiap jaras simpatis dari medulla. jaringan yang terangsang terdiri
atas dua neuron yakni neuron preganglionik dan neuron
postganglionik

C. Syaraf Parasimpatis (Kraniosakral, Kolinerjik)


Serat-serat syaraf parasimpatis meninggalkan sistem syaraf pusat
melalui syaraf kranial III,VII,IX,X, Syaraf sakral spinal ke 2 dan ke 3 dan
kadangkala syaraf sakral 1 dan 4 . Sejumlah 75% dai seluruh serat syaraf
parasimpatis terdapat dalam nervus Kranial X.

Gambar 6.12: Penyebaran Syaraf Parasimpatis (Martini, 2001, hal 514)

72
D. Sifat-Sifat Dasar Fungsi Simpatis Dan Parasimpatis
Serat simpatis dan parasimpatis mensekresi salah satu dari
neurotarnsmitter asetilkolin atau norepinefrin. Serat yang mensekresi
asetilkolin disebut serat kolinerjik, Serat yang mensekresi norepinefrin
disebut serat adrenergik (dari adrenalin=epinefrin). Semua neuron
preganglionik simpatis dan parasimpatis bersifat kolinerjik. Hampr semua
neuron post ganglionik parasimpatis bersifat kolinergik dan Hampir
semua neuron post ganglionik simpatis bersifat adrenerjik. Karena itu
asetilkolin disebut transmitter parasimpatis dan norepinefrin disebut
transmitter simpatis.

E. Pusat Kontrol Sistem Syaraf Otonom Di Ssp


1. Batang otak dan medula spinalis
2. Hipotalamus
3. Korteks serebri dan sistem limbik
4. Refleks visceral

F. Efek Otonomik pada berbagai organ tubuh


Organ Efek Perangsangan Simpatis Efek perangsangan Parasimpatis
Mata
Pupil Dilatasi Konstriksi
Otot Siliaris Relaksasi ringan (penglihatan jauh) Kontriksi (penglihatan dekat)
Kelenjar Vasokonstriksi dan sekresi ringan Rangsangan banyak sekali sekresi
Kelenjar Keringat Banyak sekali keringat Berkeringan pada telapak tangan
atau tangan
Kelenjar apokrin Tebal, sekresi yang berbau Tidak ada
Pembuluh darah Seringkali konstriksi Seringkali memberi sedikit efek
atau tidak sama sekali
Jantung
Otot Pengurangan kecepatan Peningkatan kecepatan
Peningkatan kekuatan kontraksi Penurunan kekuatan kontraksi
(khususnya atrium)
Pembuluh Koroner
Dilatasi ; kontriksi Kontriksi
Paru
Bronkus Dilatasi Konstriksi
Pembuluh darah Konstriksi sedang Dilatasi
Usus
Lumen Peningkatan peristalsis dan tonus Penurunan peristalsis dan tonus
Sfingter Peningkatan tonus Relaksasi
Hati Pelepasan glukosa Sintesa glikogen ringan
Kandung empedu Relaksasi Kontraksi
dan saluran empedu

73
Ginjal Berkurangnya pengeluaran dan Tidak ada
sekresi renin
Kandung kemih
Detrusor Relaksasi (ringan) Kontraksi
Trigonum Kontraksi Relaksasi
Penis Ejakulasi Ereksi
Arteriol sistemik
Visera abdominal Kontriksi Tidak ada
Otot Konstriksi; dilatasi Tidak ada
Kulit Kontriksi Tidak ada
Darah
Koagulasi Meningkat Meningkat
Glukosa Meningkat Meningkat
Lipid Meningkat Meningkat
Metabolisme basal Meningkat s.d 100% Meningkat
Sekresi Medula Meninkat Meningkat
adrenal
Aktivitas mental Meningkat Meningkat
Otot piloerektor Kontraksi Meningkat
Otot Skeletal Peningkatan Glikogenolisis Meningkat
Peingkatan kekuatan Meningkat
Sel-sel lemak Lipolisis Meningkat

G. Respon tanda bahaya atau respon stress dari sistem syaraf simpatis
Bila syaraf simpatis melepaskan impuls pada saat yang bersamaan
maka terjadi:
1. Peningkatan tekanan arteri
2. Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot dan
menurunkan aliran ke organ yang tidak diperlukan seperti Traktus
gastrointestinal (menyebabkan aktivitas motorik yang cepat)
3. Peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh
4. Peningkatan konsentrasi glukosadarah
5. Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot
6. Peningkatan kekuatan otot
7. Peningkatan aktivitas mental
8. Peningkatan kecepatan koagulasidarah

74
Filename: BAB-VI-Syaraf_82E21
Directory: C:\Users\acer\AppData\Local\Temp
Template:
C:\Users\acer\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.
dotm
Title: SISTEM PERSYARAFAN
Subject:
Author: Asus
Keywords:
Comments:
Creation Date: 25/07/2007 22:29:00
Change Number: 228
Last Saved On: 31/07/2008 19:20:00
Last Saved By: asus
Total Editing Time: 399 Minutes
Last Printed On: 19/09/2015 12:56:00
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 27
Number of Words: 4.651
Number of Characters: 30.458

Anda mungkin juga menyukai