Anda di halaman 1dari 7

TRANSFUSI DARAH

Oleh : KELOMPOK 10 A
Anggota :
Clarissa Maharani Aprillia
Debby Vira Nurmanita
Fidelma Melly Leonora
Firyal Amirah Hasna
Mudihansa Fikri Aushaffarel
Muhammad Agil Humaid
Rani Cahyani Putri
Rayhan Augusta A
Youri Ghautama
Zafira Khaulah Wahyu
TRANSFUSI DARAH
Sebagian masyarakat Indonesia masih menolak transfusi darah
untuk Tindakan medis. Masyarakat tersebut mengatakan bahwa
transfusi darah dilarang oleh kepercayaan yang mereka anut.
Padahal transfusi darah dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa
pada kasus-kasus kegawatdaruratan. Dokter sebagai tenaga medis
harus menjelaskan mengenai pentingnya prosedur transfuse darah
yang akan dilakukan. Disisi lain, Dokter juga perlu menghormati
keputusan pasien terhadap persetujuan maupun penolakan atas
tindakan yang akan dilakukan.
Agama sebagai nilai moral yang menentukan
sikap dan perilaku dokter
transfusi darah merupakan upaya untuk menyelematkan nyawa
(pemeliharaan jiwa) resipien yang berada dalam kondisi emergency
(darurat). Menurut syariat Islam, pemeliharaan jiwa (hifz al-nafs)
merupakan salah satu bagian dari maqasid al-syari’ah (peringkat kedua
setelah pemeliharaan agama atau hifz al- din). Karena itu transfusi darah
pada dasarnya dibolehkan oleh Islam. Jelasnya, bahwa Islam membolehkan
seorang muslim menyumbangkan darahnya untuk tujuan kemanusiaan, baik
disumbangkan secara langsung kepada orang yang membutuhkan transfusi
darah (resipien), maupun melalui Palang Merah Indonesia atau Bank Darah.
Hal ini didasarkan kepada QS. Al- Maidah: 32
َ َ‫ف‬
• ‫س>ا ٍ>د فِ>ى‬ ‫س اَ ْو‬ ْ
‫ف‬ َ ‫ن‬ >
‫ر‬ ْ
‫ي‬ َ
‫غ‬
> ‫ب‬ ۢ
‫ا‬ >
‫س‬
ً ْ
‫ف‬ َ ‫ن‬ ‫ل‬ َ َ ‫ت‬ َ ‫ق‬ ‫ن‬ْ ‫م‬
َ ‫ه‬ٗ
> َّ ‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ل‬
َ ْ
>
‫ي‬ ‫ء‬
ِ ۤ
‫ا‬ >
‫ر‬َ ْ
‫س‬ ِ >
‫ا‬ >
‫ي‬ْٓ ِ ‫ن‬َ ‫ب‬ ‫ى‬ >
‫ل‬ٰ ‫ع‬
َ >
‫ا‬ َ ‫ن‬ ‫ب‬ْ َ
> ‫ت‬ َ
‫ك‬ >
ۛ ‫ك‬َ >
ِ ‫ل‬ ٰ
‫ذ‬ >‫ِم ْن اَجْ ِل‬
ٍ ِ ِ
‫اس َج ِ>م ْي ًعا ۗ َول>َقَ ْد‬ َ َّ‫>س َج ِم ْ>ي ًع ۗا َو َم ْ>ن اَ ْحيَاهَ>ا فَ َكاَ>نَّ َمٓا> ا>َ ْحيَ>ا ال>ن‬ َ ‫ض> فَ َكا>َنَّ َما> قَتَ َل النَّا‬ ِ >
‫ر‬ْ َ ‫اْل‬ ‫ا‬
‫ض> لَ ُم ْس> ِر>فُ ْو َن‬ >
‫ر‬ْ َ ‫اْل‬ ‫ا‬ >
‫ى‬ ِ ‫ف‬ ‫ك‬
َ ِ ‫ل‬ >
‫ذ‬ ٰ >‫ت ثُ َّ>م اِ َّن> َك>ثِ ْي ًر>ا ِّم> ْنهُ ْم بَ ْع َد‬ ِ ٰ
‫ن‬ ِّ ‫ي‬ >َ ‫ب‬ ْ
‫ال‬ > ‫ب‬ ‫>ا‬َ ‫ن‬ ُ ‫ل‬ >
‫س‬
ُ >
‫ر‬ ُ ‫م‬
ْ ُ ‫ه‬ ْ
‫ت‬ ‫ء‬ َۤ ‫َج‬
> ‫ا‬
ِ ِ
32. “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu
membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah
memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami
telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-
keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka
setelah itu melampaui batas di bumi.” [QS. Al-Ma'idah Ayat 32]
Aspek agama dalam praktik kedokteran
• Memberikan pelayana Kesehatan dengan tidak boleh membeda-bedakan agama, artinya
tenaga medis tidak boleh bertindak diskriminasi terhadap pasien.
• Menyusun panduan integrasi islam dalam ilmu kedokteran, yang membuat konsep dan
implementasi integrasi islam dalam kegiatan tridharma perguruan tinggi baik pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
• Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan integrasi islam dalam ilmu kedokteran.
• Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan integrasi islam dengan tujuan menciptakan
iklim akademik yang islami dan membentuk karakter keislaman bagi sivitas akademis
fakultas kedokteran.
Pluralisme sebagai nilai sosial di
masyarakat
Ketentuan tentang standar profesi petugas kesehatan ini dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 diatur sebagai berikut:
1. Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga
kesehatan.
2. Standar profesi tenaga kesehatan ini selanjutnya ditetapkan oleh Menteri.
3. Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya
berkewajiban untuk:
a. Menghormati hak pasien.
b. Menjaga kerahasian identitas dan tata kesehatan pribadi pasien.
c. Memberi informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan.
d. Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
e. Membuat dan memelihara rekam medis.
‫>حم ْالخ ْنز> ْير> ومٓا اُه َّل> به> ل> َغ ْير> هّٰللا‬
•ۚ ِ ِ ِ ٖ ِ ِ َ َ ِ ِ ِ َ >ْ َ‫اِنَّ َما َح َّر> َم َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَة>َ َوال َّد> َ>م َول‬
‫>ح ْي ٌم‬ >ِ ‫اغ َّو>اَل َع>ا ٍ>د فَٓاَل اِ ْث َم َعلَ ْي ِه> ۗ اِ َّن> هّٰللا َ> َ>غفُ ْو ٌ>ر َّر‬
ٍ َ ‫ب‬ >
‫ر‬
َ ْ
‫ي‬ َ
>
‫غ‬ َّ
>
‫ر‬ ُ ‫اضط‬ ِ ‫فَ َم‬
ْ ‫>ن‬

173. “Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai,


darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan
(menyebut nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa
(memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.” [QS. Al-Baqarah Ayat 173]

Anda mungkin juga menyukai