Anda di halaman 1dari 7

MATERI PUASA ROMADHON

MADRASAH TSANAWIYYAH TERPADU AR-ROIHAN LAWANG

A. Sejarah Diwajibkan Puasa


Sebelum adanya kewajiban puasa sebulan penuh pada Ramadan, Nabi Muhammad saw.
menjalankan puasa hari Asyura (10 Muharam) seperti umumnya orang-orang Quraisy.
Hal ini diriwayatkan dari Aisyah, "Dahulu, hari Asyura adalah hari dipergunakan orang-
orang Quraisy untuk berpuasa pada masa jahiliyah. Rasulullah saw. melakukan puasa
itu." Kala sampai ke Madinah, Nabi juga berpuasa pada hari tersebut dan memerintahkan
orang-orang untuk berpuasa pada hari itu pula. Lalu ketika perintah puasa Ramadan
turun, maka puasa 'Asyura ditinggalkan. Dalam Kasyifah al-Saja karya Syekh Nawawi al-
Bantani disebutkan, "Puasa Ramadhan diwajibkan atau difardukan pada Sya’ban tahun 2
Hijriah. Setelah mendapat perintah wajib tersebut, Rasulullah saw. berpuasa sebanyak 9
kali bulan Ramadan."
Setelah turunnya Surah al-Baqarah:183, Rasulullah membebaskan umat Islam, barang
siapa yang ingin berpuasa 'Asyura maka hendaklah ia berpuasa, sedangkan siapa yang
tidak ingin berpuasa, maka puasa hari Asyura itu dapat ditinggalkan.
Pada awal dijalankannya ibadah puasa, umat Islam diwajibkan berpuasa sampai waktu
magrib. Setelah berbuka mereka diperbolehkan makan, minum, dan melakukan
hubungan suami-istri hingga melaksanakan salat Isya dan tidur. Namun, setelah itu,
mereka tidak makan dan minum hingga tiba saatnya berbuka.
Saat itu umat belum mengetahui batas kapan dimulainya puasa dalam sehari. Ada
seorang sahabat dari kalangan Anshar, Qais bin Shirmah Al Anshari. Ketika tiba waktu
berbuka, ia mendatangi sang istri, dan bertanya "apakah kamu punya sesuatu yang bisa
dimakan?"
Tidak ada makanan di rumah Qais. Sang istri kemudian berinisiatif untuk mencari
sesuatu untuknya. Namun, ketika istri tersebut pergi, Qais yang kelelahan karena bekerja
dan menahan lapar seharian, ketiduran. Ketika terjaga, otomatis Qais mengira ia tidak
diperbolehkan makan lagi. Ia mesti berpuasa hinga tiba waktu berbuka esok harinya.
Qais kemudian kembali bekerja di lahannya, tetapi ia pingsan sebelum tengah hari. Ia
lantas mengadukan kejadian ini kepada Nabi Saw. Dari sinilah turun Surah al-Baqarah
ayat 187. Dalam ayat tersebut, Allah memperbolehkan umat Islam makan, minum, dan
berhubungan intim dengan para istrinya sepanjang malam bulan puasa hingga terbit
fajar.
َ‫ث ِإلَ ٰى نِسَ ٓاِئ ُك ْم ۚ هُنَّ ِل َباسٌ لَّ ُك ْم َوَأن ُت ْم لِ َب<<اسٌ لَّهُنَّ ۗ عَ لِ َم ٱهَّلل ُ َأ َّن ُك ْم ُكن ُت ْم َت ْخ َت<<ا ُنونَ َأنفُ َس< ُك ْم َف َت<<ابَ عَ لَ ْي ُك ْم َوعَ َف<<ا عَن ُك ْم ۖ َف ْٱل َٰٔـن‬ ُ ‫صيَام ٱلرَّ َف‬ ‫ُأ‬
ِ ِّ ‫ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَ َة ٱل‬
ۚ ‫ْ<ل‬
ِ ‫ي‬ َّ ‫ل‬‫ٱ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫م‬ ‫َا‬
‫ي‬ < ‫ٱلص‬
ِّ ۟
‫ُّوا‬ ‫م‬ ‫ت‬
ِ ‫َأ‬ ‫م‬ ُ
‫ث‬
َّ ِۖ ‫ر‬ < ْ‫ج‬ َ
‫ف‬ ْ
‫ٱل‬ ‫م‬
َ‫َ ِن‬ ‫د‬
ِ ‫و‬<‫س‬ ْ ‫َأْل‬‫ٱ‬ ‫ي‬
ِ‫ْ<ط‬ ‫خ‬َ ْ
‫ٱل‬ ‫م‬
َ‫ِن‬ ُ‫َض‬ ‫ي‬‫ب‬ ْ ‫َأْل‬‫ٱ‬ ُ
‫<ط‬ < ْ
‫ي‬ َ
‫خ‬ ْ
‫ٱل‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ َ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ب‬
ُ َ‫َ رَ حَ َ َ َّن‬‫ت‬َ ‫ي‬ ‫ى‬ ٰ َّ
‫ت‬ ۟
‫ُوا‬ ‫ب‬ ْ
‫ش‬ ‫ٱ‬ ‫و‬ ۟
‫وا‬ ُ ‫ل‬ ُ
‫ك‬ ‫و‬ ۚ ‫م‬
َ ْ ُ َ‫ب‬ُ
‫ك‬ َ ‫ل‬ ‫هَّلل‬ ‫ٱ‬ َ
‫ت‬ َ
‫ك‬ ‫َا‬
‫م‬ ۟
‫وا‬ ‫غ‬ُ َ
‫ت‬ ْ
‫ب‬ ‫ٱ‬ ‫و‬
َ ‫ه‬
َّ‫ُن‬ ‫ُو‬ ‫ر‬ ِ‫ش‬ ‫ٰ َب‬
‫َ ِإ‬
ُ ‫ق‬‫ت‬َّ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ه‬
ُ َّ ‫ل‬ َ ‫ل‬ ‫اس‬ َّ
‫ن‬ ‫ِل‬
‫ل‬ ‫ِۦ‬‫ه‬ ‫ت‬ ‫ي‬ٰ ‫َا‬
‫ء‬ ‫هَّلل‬‫ٱ‬ ُ‫ِّن‬
‫ي‬ ‫ب‬ ‫ي‬
ُ ‫ل‬ َ
‫ذ‬ ٰ َ
‫ك‬ ۗ ‫َا‬‫ه‬ ‫ُو‬ ‫ب‬ ْ
‫ق‬ َ
‫ت‬ ‫َاَل‬
‫ف‬ ‫هَّلل‬ ‫ٱ‬ ُ
‫د‬ ‫ُو‬ ‫د‬‫ح‬ُ ْ
‫ِل‬‫ت‬ ۗ ‫د‬ ‫ج‬ ٰ ‫م‬ ْ
‫ٱل‬ ‫ِى‬ ‫ف‬ ُ ‫ف‬‫ك‬ ٰ ‫م‬ ُ
‫ت‬ ‫ن‬‫َأ‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ُو‬‫ر‬ ‫ب‬ٰ ُ
‫ت‬ ‫اَل‬‫و‬
َ‫ِ عَ ْ َ ون‬ َِ ُ َ َ‫ِك‬ َ‫ر‬ ِ َ‫َسَ ِ ِ ك‬ َ‫َ َ شِ ُنَّ َ ْ عَ ِ ون‬
Artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-
istrimu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.
Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah
mengampunimu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan
ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang
bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu
beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka
bertakwa.”

B. Dalil-dalil Puasa

1
Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam dan hukumnya wajib berdasarkan dalil
Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijma’ (kesepakatan seluruh ulama). Allah SWT berfirman:
‫ان مِن ُكم م َِّريضًا‬ َ ‫ت َف َمن َك‬ ٍ ‫ون * َأيَّامًا مَّعْ ُدودَا‬ َ ُ‫ِين مِن َق ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َّتق‬ َ ‫ِب َعلَى الَّذ‬ َ ‫ص َيا ُم َك َما ُكت‬ِّ ‫ِب َعلَ ْي ُك ُم ال‬ َ ‫يَأ ُّي َها الَّذ‬
َ ‫ِين َءا َم ُنو ْا ُكت‬
ْ ‫َأ‬ َّ َ َ ٌ ُ َّ َ ‫ُأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ َ َ َ َ
‫ِين ف َمن تط َّو َع خيْرً ا فه َُو خ ْي ٌر ل ُه َو ن تصُومُوا خ ْي ٌر‬ َ َ َ
ٍ ‫ِين يُطِ يقون ُه ف ِْد َية ط َعا ُم مِسْ ك‬ َ ‫َّام خ َر َو َعلى الذ‬ َ ٍ ‫ْو َعلَى َسف ٍر ف ِع َّدة مِّنْ ي‬
ٌ َ َ
‫ُأ‬
‫<ان َف َمن َش< ِهدَ مِن ُك ُم‬ ِ <‫ت م َِّن ْال ُه< َدى َو ْالفُرْ َق‬ ِ ‫<ز َل فِي< ِه ْالقُ<<رْ آنُ ُه< ًدى لِّل َّن‬
ٍ ‫اس َو َب ِّي َن<<ا‬ ِ <‫ان الَّذِى ن‬ َ ‫ض‬ َ ‫ُون * َش ْه ُر َر َم‬ َ ‫لَّ ُك ْم ِإن ُكن ُت ْم َتعْ لَم‬
َ‫َّام ُأ َخ َر ي ُِري ُد هَّللا ُ ِب ُك ُم ْاليُسْ َر َوالَ ي ُِري ُد ِب ُك ُم ْالعُسْ َر َولِ ُت ْكمِلُو ْا ْال ِع< َّدة‬ ٍ
‫ضا َأ ْو َعلَى َس َف ٍر َف ِع َّدةٌ مِّنْ يَأ‬ ً ‫ان َم ِري‬ َ
َ ‫ص ْم ُه َو َمن ك‬ ُ ‫ال َّشه َْر َف ْل َي‬
َ ‫َولِ ُت َك ِّبرُو ْا هَّللا َ َعلَى َما َهدَا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم َت ْش ُكر‬
‫ُون‬

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
(yaitu) dalam beberapa hari yang telah ditentukan. Maka siapa di antara kamu
yang sakit atau dalam perjalanan jauh (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan bagi
orang-orang yang berat menjalankannya (orang tua dan orang sakit yang tidak
diharapkan lagi kesembuhannya, yang tidak mampu berpuasa, jika mereka tidak
berpuasa) wajib membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin
(untuk setiap satu hari puasa yang ditinggalkan). Barangsiapa dengan kerelaan
hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Beberapa hari yang ditentukan itu
ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” [Al-Baqoroh: 183-185].

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

َّ ‫ َوِإي َت<<ا ِء‬،ِ‫الص <اَل ة‬ ‫َأ‬ ‫اَّل‬ ‫َأ‬


َ ‫ َو‬،ِ‫الز َك<<اة‬
‫ص < ْو ِم‬ ِ <‫ َوِإ َق‬،‫ َو نَّ م َُح َّم ًدا َر ُس <و ُل هللا‬،ُ‫ َش < َها َد ِة نْ اَل ِإلَ < َه ِإ هللا‬،‫س‬
َّ ‫<ام‬ ٍ ‫ُبن َِي اِإْل ْس <اَل ُم َعلَى َخ ْم‬
‫ت‬ِ ‫ َو َح ِّج ْال َب ْي‬،‫ان‬
َ ‫ض‬َ ‫َر َم‬

“Islam dibangun di atas lima rukun: Syahadat Laa ilaaha illallaah dan
Muhammad Rasulullah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, berpuasa
Ramadhan dan berhaji ke baitullah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar
radhiyallahu’anhuma]

Disamping itu, terdapat pula hadist nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad bahwa beribadah puasa di bulan Ramadhan adalah sesuatu
yang wajib untuk dikejakan. Berikut bunyi hadist tersebut:

‫ض هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ْم صِ َيا َم ُه ُي ْف َت ُح فِي ِه َأب َْوابُ ْال َج َّن ِة َو ُت َغ ُّل فِي ِه ال َّشيَاطِ ينُ فِي ِه َل ْيلَ ٌة‬
َ ‫ك ا ْف َت َر‬ َ ‫ان َش ْه ٌر ُم َب‬
ٌ ‫ار‬ َ ‫ض‬َ ‫َق ْد َجا َء ُك ْم َش ْه ُر َر َم‬
‫َخ ْي ٌر مِنْ َأ ْلفِ َشه ٍْر َمنْ ح ُِر َم َخي َْر َها َف َق ْد ح ُِر َم‬
"Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian
ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka
serta syetan-syetan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik
dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia
telah benar-benar terhalang atau terjauhkan (dari kebaikan)." (HR. Ahmad)
Adapun ijma’, maka para ulama seluruhnya telah sepakat atas wajibnya puasa
Ramadhan, apabila ada yang tidak menjalankan kewajiban puasa tersebut maka

2
dikategorikan sebagai orang yang tidak beriman bahkan sampai dengan kategori
kafir, karena ia menolak satu kewajiban yang ditetapkan dengan dalil Al-Qur’an,
As-Sunnah dan ijma’, yang termasuk kategori ma’lum min-addin bid-
daruroh (sesuatu yang diketahui sebagai bagian dari agama secara pasti).
kecuali orang bodoh yang baru masuk Islam, maka ketika itu hendaklah ia diajari
sampai dia benar-benar memahami ketentuannya dan kemudian menjalankan
kewajiban puasa.

C. Ketentuan Puasa
Beberapa ketentuan Puasa Ramadhan yang harus dipenuhi bagi setiap muslim
yang akan menjalankan ibadah puasa yaitu:
1. Syarat Wajib Puasa
a) Islam
b) Sehat
c) Baligh
d) Berakal
e) Mengetahui akan puasa wajibnya
2. Syarat Sah Puasa
a) Islam. Artinya, orang yang menjalankan ibadah puasa haruslah umat
Islam, yaitu dengan kalimat syahadat.
b) Mumayyiz (anak yang telah berusia sekitar 7 tahun sehingga dapat
membedakan antara hal yang bermanfaat dan berbahaya bagi diri sendiri.
Mumayyiz seseorang yang telah mampu melakukan hal sederhana
dengan mandiri)
c) Suci dari haid dan nifas.
d) Berpuasa di waktu yang diwajibkan untuk berpuasa . Hendaklah tidak
berpuasa di waktu yang diharamkan, misalnya pada 1 Syawal dan 10-13
Dzulhijjah.
3. Syarat Wajib Penunaian Puasa
Seseorang diwajibkan berpuasa persetujuan ia telah memenuhi syarat
berikut:
a) Sehat, tidak dalam keadaan sakit.
b) Menetap, tidak dalam keadaan bersafar.
c) Suci dari haid dan nifas (syarat wajib dan syarat sahnya puasa).
d) Berniat. Ibadah puasa tidak sah jika tidak dilaksanakan dengan niat. 
4. Rukun Puasa:
a) Niat di malam hari.
b) Menahan hal-hal yang membatalkan puasa mulai terbit terbit fajar hingga
tenggelam matahari, seperti makan dan minum serta muntah dengan
sengaja, bersetubuh, melahirkan atau keluar haid, keluar mani, gila, dan
murtad (keluar dari agama Islam).
5. Sunnah Puasa:
a) Menyegerakan untuk segera berbuka.
b) Berbuka dengan kurma (kalau tidak ada bisa dengan makanan atau
minuman yang manis).
c) Memberi makan mereka yang berbuka puasa.
d) Berdoa saat berbuka puasa.
e) Mengakhirkan makan sahur.
f) Perbanyak bersedekah.
g) Banyak membaca Al-Qur’an.
6. Orang yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa:
a) Sedang melakukan perjalanan jauh.
b) Hamil.
c) Menyusui.

3
d) Sakit keras (diganti waktu lain).
e) Orang tua yang sudah tidak mampu berpuasa (diganti dengan membayar
fidyah)
7. Hal-hal yang dapat merusak pahala puasa:
Saat berpuasa, agar puasa tidak sia-sia dan batal umat Islam sebaiknya
menjaga hal-hal berikut:
a) Melakukan perbuatan tercela seperti bergunjing, menghina orang lain,
berkelahi, berdusta, mengumpat dan berkata kotor, bersumpah palsu,
memfitnah orang lain, berdusta, dan lainnya.
b) Dengan sengaja melakukan atau melihat perbuatan maksiat, menonton
film dan gambar porno, berjudi, dan sejenisnya.

D. Hikmah Puasa
Diantara hikmah dan manfaat ibadah puasa adalah:
1. Puasa adalah sarana menggapai ketakwaan.
2. Puasa adalah sarana mensyukuri nikmat.
3. Puasa melatih diri untuk mengekang jiwa, melembutkan hati dan
mengendalikan syahwat.
4. Puasa memfokuskan hati untuk berdzikir dan berfikir tentang keagungan dan
kebesaran Allah.
5. Puasa menjadikan orang yang kaya semakin memahami besarnya nikmat
Allah kepadanya.
6. Puasa memunculkan sifat kasih sayang dan lemah lembut terhadap orang-
orang miskin.
7. Puasa menyempitkan jalan peredaran setan dalam darah manusia.
8. Puasa melatih kesabaran dan meraih pahala kesabaran tersebut, karena
dalam puasa terdapat tiga macam kesabaran sekaligus, yaitu sabar
menghadapi kesulitan, sabar dalam menjalankan perintah Allah dan sabar
dalam menjauhi larangan-Nya.
9. Puasa sangat bermanfaat bagi kesehatan.
10. Hikmah puasa terbesar adalah penghambaan kepada Allah tabaraka wa
ta’ala dan peneladanan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
11. Melatih Disiplin Waktu
Hal ini dilakukan agar puasa tetap fit dan kuat di siang hari. Maka tubuh
memerlukan istirahat yang cukup. Istirahat yang cukup membuat seseorang
yang menjalani puasanya lebih teratur dan lancar dalam berpuasa. Selain itu
melakukan sahur juga bermanfaat untuk melatih kebiasaan bangun lebih pagi
dan mendapatkan rejeki.
12. Keseimbangan dalam Hidup
Keseimbangan dalam hidup dapat diraih dengan beribadah. Pada bulan
puasa ini, manusia dilatih agar kembali mengingat dan melaksanakan semua
kewajiban tersebut dengan jaminan pahala yang dilipatgandakan.
13. Mempererat Silahturahmi
Suasana menjalin silahturahmi sangat terasa erat saat Ramadhan. Hal ini
terlihat dari masjid/ orang yang memberikan tajil buka puasa gratis. Selain itu
juga dapat dilakukan dengan sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam,
dan mendengarkan ceramah maupun diskusi keagamaan yang dilaksanakan
di Masjid.
14. Peduli Terhadap Sesama
Dalam Islam rasa persaudaraan akan lebih terasa saat bulan Ramadhan.
Banyak orang yang bersedekah dengan memberikan tajil berbuka puasa
secara gratis. Selain itu sholat bersama di masjid dan saling bahu membahu
dalam melaksanakan kegiatan keagamaan.
15. Ibadah Memiliki Tujuan

4
mengetahui bahwa berpuasa memiliki tujuan. Tujuan puasa adalah melatih
diri manusia agar dapat menghindari dosa-dosa di hari lain saat di luar bulan
Ramadhan. Jika tujuan tersebut tercapai maka puasa dapat berhasil. Tetapi
jika tujuan tersebut gagal maka puasa tersebut tidak memiliki arti apa-apa.
Jika beribadah dengan berorientasi pada tujuan maka akan mudah dalam
melakukan segala macam ibadah.
16. Tiap Kegiatan Mulia
Merupakan Ibadah Pergi ke Masjid untuk beribadah, menolong orang, berbuat
adil kepada manusia, tersenyum kepada saudara, hingga tidurnya orang
puasa merupakan ibadah. Segala sesuatu yang dilakukan dengan kebaikan
adalah ibadah. Semua kebaikan dapat bernilai ibadah.
17. Berhati-hati dalam Berbuat
Hikmah puasa dan manfaatnya selanjutnya adalah melatih agar berhati-hati
dalam berbuat. Puasa Ramadhan akan menjadi sempurna apabila manusia
menjauhi perbuatan haram yang dapat dilihat, didengar, dan diucapkan.
Latihan ini dapat menimbulkan kemajuan positif bagi manusia yang
menjalaninya saat Ramadhan. Juga dapat berguna diterapkan saat diluar
Ramadhan. Dengan itu kita akan terbiasa menghindari dosa seperti
bergunjing, berkata kotor, berbohong, memandang yang dapat menimbulkan
dosa, dan lain sebagainya.
18. Melatih Manusia Agar Lebih Tabah
Dalam berpuasa manusia dilatih untuk menahan yang tidak baik dilakukan.
Misalnya marah-marah, suudzon, dan dianjurkan untuk melatih kesabaran
atas segala perbuatan orang lain kepada kita.
19. Melatih Hidup Sederhana
Saat berbuka puasa, manusia dianjurkan untuk sedikit makan dan perbanyak
minum. Dengan pola makan hanya memakan tiga butir kurma dan minum air
putih dapat bermanfaat untuk kesehatan.
20. Menjadi Banyak Bersyukur
Dengan makan yang dilakukan saat berbuka, umat muslim dilatih untuk
mensyukuri nikmat yang dimiliki saat tidak berpuasa. Sehingga manusia
dapat menjadi pribadi yang lebih baik setelah mensyukuri nikmat Allah SWT.

E. Lailatul Qodar
1. Pengertian malam lailatul qadar
Malam lailatul qadar adalah malam turunnya Al-Quran dari Lauhul Mahfudz
ke Langit bumi. Malam lailatul qadar juga bermakna turunnya malaikat ke
bumi dengan berbagai tugas untuk memberikan kedamaian, berkah, dan
bimbingan ilahi sampai subuh. Dalam Al-Quran surat Al Qadr (97) ayat 1-5
berbunyi: "Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Quran) pada malam
lailatul qadar. Tahukah kamu, apakah malam qadar itu? Malam qadar adalah
lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu, turunlah malaikat-malaikat
dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, (membawa segala urusan), (seluruh
malam itu) sejahtera sampai terbit fajar." Menurut Al-Qur’an pada malam
lailatul qadar, dipercaya malaikat-malaikat turun ke bumi sehingga suasana
alam akan berbeda dari biasanya, lebih hangat dan sejuk.
2. Waktu terjadinya malam lailatul qadar
Malam lailatul qadar diyakini terjadi pada malam ganjil dalam salah satu dari
10 hari terakhir di bulan Ramadhan, meskipun perhitungan tepatnya tidak
jelas. Tidak ada satu pun manusia yang tahu pasti kapan hadirnya lailatul
qadar. Sebab kehadiran lailatul qadar dirahasiakan oleh Allah. Menurut hadits
riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad menyampaikan kepada

5
umatnya untuk bersemangat mencari lailatul qadar di sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan.
3. Keistimewaan lailatul qadar
Bulan Ramadhan dinilai sebagai bulan suci bagi umat muslim sebab Lailatul
Qadar hanya terjadi pada bulan Ramadhan saja. Artinya umat muslim hanya
bertemu dengan malam lailatul qadar setahun sekali. Malam lailatul qadar
dipercaya sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Kebaikan yang
diperoleh seorang muslim pada malam tersebut melebihi nilai dari jangka
waktu seribu bulan atau 83 tahun. Mengutip Muhammad Adam Hussein
dalam Sukses Berburu Lailatul Qadar (2015), Ibnu Rajab dalam kitab Lathoif
Al Ma'arif menjelaskan bahwa hadits dalam musnad Imam Ahmad, sunan An
Nasai, dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad bersabda: "Di dalam bulan
Ramadhan itu terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa
yang tidak mendapati malam tersebut, maka ia akan diharamkan
mendapatkan kebaikan." (HR An Nasai No. 2106, shahih). Keistimewaan
malam lailatul qadar adalah malam yang penuh kemuliaan di mana
seseorang mendapatkan keberkahan berupa pahala berlipat ganda. Doa-doa
yang dipanjatkan kepada Tuhan akan diaminkan oleh para malaikat yang
turun ke bumi sehingga mempercepat pengabulan doa umat Islam. Malam
lailatul qadar disebut sebagai malam yang mempunyai hikmah. Pada malam
lailatul qadar ditentukan segala urusan dan peraturan mulai tahun itu sampai
tahun berikutnya. Karena keistimewaannya, umat muslim menyambut lailatul
qadar dengan khidmat, pengabdian dan doa. Bahkan ada yang
menghabiskan malam lailatul qadar dengan melakukan itikaf di masjid.
4. Ciri atau Tanda Turunnya Malam Lailatul Qadar
Dalam berbagai riwayat telah dijelaskan dalam hadist Rasulullah
Shallallahu'alaihi Wasallam bahwa Lailatul Qadar terjadi 10 hari terakhir di
bulan Ramadhan. Terkait kepastian malam keberapa, belum ada penjelasan.
Tetapi di antara para ulama memberikan satu pendapat, gambaran atau
perkiraan.
Adapun gambaran atau perkiraannya yaitu:
 Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul
Qadar jatuh pada malam ke-29.
 Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Senin, maka Lailatul Qadar jatuh
pada malam ke-21.
 Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Selasa atau Jumat, maka Lailatul
Qadar jatuh pada malam ke-27.
 Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Kamis, maka Lailatul Qadar jatuh
pada malam ke-25.
 Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Sabtu, maka Lailatul Qadar jatuh
pada malam ke-23.
Ada juga yang berpendapat terjadinya Lailatul Qadar bisa dilihat dari kondisi
alam yang terjadi pada hari-hari 10 malam terakhir bulan Romadhon, seperti
Cuaca pada pagi atau malam hari turunnya Lailatul Qadar sangat tenang dan
udara terasa segar. Di pagi hari sinar matahari cukup cerah, tidak panas.
Akan tetapi, hal tersebut merupakan sebuah pendapat, maka alangkah
baiknya selama 10 hari malam terakhir bahkan selam bulan Romadhon penuh
selalu meningkatkan ibadah dan amaliya-amaliyah lainnya dengan harapan
mendapat ridho dan rahmat Allah SWT.

6
7

Anda mungkin juga menyukai