Anda di halaman 1dari 6

BAB THAHARAH

1. Air

7 Macam Air yang Boleh untuk Berwudhu

Islam mengajarkan pemeluknya untuk selalu menjaga kebersihan baik dalam beribadah maupun
dalam beraktivitas sehari-hari. Karena itu, bab thaharoh atau bersuci menjadi pembahasan pertama
dalam tiap kitab fikih. Thaharoh menurut bahasa artinya bersih dan suci. Sedangkan menurut istilah
ahli fikih berarti membersihkan diri dari hadas atau najis, seperti mandi, berwudlu atau bertayamum.
Ada tujuh macam air yang boleh untuk bersuci atau berwudhu:

1. Air hujan

2. Air laut

3. Air sungai

4. Air sumur

5. Air mata air (sumber)

6. Air es (salju)

7. Air embun

Tentang air hujan berdasarkan firman Allah SWT:

wa yunazzilu 'alaikum Minassamaai maa alliyuthahhirakum bihi". Artinya: "Dan Allah menurunkan
kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu". (QS. Surat Al Anfal:11).

Adapun air laut itu suci berdasarkan sabda Nabi Muhammad Saw:

"Huwaththahuuru maauhu Al hillu maitatahu". Artinya: Dia (air laut) suci airnya, halal bangkainya".

Macam macam air dibagi menjadi empat macam:

1. Air mutlak yakni air yang suci lagi menyucikan dan tidak makruh untuk bersuci. Air mutlak ini bisa
untuk menghilangkan hadas dan najis.

2. Air musyammas yakni air yang kena sinar matahari sampai panas. Air ini suci menyucikan, tapi
makruh untuk dipakai bersuci.

3. Air musta'mal yakni, air yang telah dipakai untuk bersuci. Air ini suci tapi tidak menyucikan, tidak
boleh dipakai untuk bersuci. Tetapi kalau belum berubah rasa dan baunya masih tetap suci.

4. Air najis yakni air yang sedikit atau banyak yang terkena najis sehingga berubah rasa atau baunya.
Kalau air itu sedikit, menjadi najis sebab bercampur dengan najis baik keadaan berubah atau tidak.
Tetapi kalau air itu banyak menjadi najis sebab bercampur dengan barang najis sampai berubah rasa
atau baunya. Yang dimaksud air sedikit di sini adalah air yang kurang dari dua kulah. Ukuran kulah
yakni sekitar 200 liter.
2. Wudhu

Sebelum melakukan sholat yang perlu dilakukan adalah wudhu yang merupakan salah satu syarat
sahnya sholat. Ini menjadi satu di antara bentuk bersuci yang disyariatkan dalam Islam.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 6:

‫س ُحوا ِب ُر ُءو ِس ُك ْم َوأ َ ْر ُجلَ ُك ْم إِلَى ْال َك ْع َبي ِْن ۚ َوإِ ْن ُك ْنت ُ ْم‬ َ ‫ق َوا ْم‬ ِ ِ‫ص ََلةِ فَا ْغ ِسلُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأ َ ْي ِد َي ُك ْم إِلَى ْال َم َراف‬ َّ ‫َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا إِذَا قُ ْمت ُ ْم إِلَى ال‬
‫ط ِيبًا‬ َ ‫صعِيدًا‬ َ ‫سا َء فَلَ ْم ت َِجدُوا َما ًء فَتَ َي َّم ُموا‬ ِ ‫سف ٍَر أ َ ْو َجا َء أ َ َحدٌ مِ ْن ُك ْم مِ نَ ْالغَائِطِ أ َ ْو َل َم ْست ُ ُم‬
َ ‫الن‬ َ ‫علَ ٰى‬َ ‫ض ٰى أ َ ْو‬ َّ َ‫ُجنُبًا ف‬
َ ‫اط َّه ُروا ۚ َو ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم َم ْر‬
َ‫علَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرون‬ ُ ‫ه‬َ ‫ت‬ ‫م‬‫ع‬ ‫ن‬
ِ
َ َ ْ َّ َ ْ َ ِ‫م‬ ‫ت‬
ِ ‫ي‬
ُ ‫ل‬
ِ ‫و‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ ‫ر‬ ‫ه‬ َ
‫ط‬ ‫ي‬
ُ ‫ل‬
ِ ُ ‫د‬‫ي‬ ‫ُر‬ ‫ي‬ ْ
‫ِن‬ ‫ك‬ َ ٰ
‫ل‬ ‫و‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫ح‬ ْ
‫ن‬ ِ‫م‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬‫ع‬ ‫ل‬َ ‫ع‬ ْ‫ج‬ ‫ي‬ ‫ل‬
ِ ُ َّ
‫َّللا‬ ُ ‫د‬‫ي‬ ‫ُر‬ ‫ي‬ ‫ا‬‫م‬ ۚ ُ ‫ه‬‫ن‬ْ ِ‫م‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ ‫ِي‬
‫د‬ ‫ي‬
ْ َ ‫أ‬‫و‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ ‫ه‬
ِ ‫و‬ ‫ج‬
ُ ‫و‬ ‫ب‬ ‫وا‬ ‫ح‬
ُ ‫س‬ َ ‫فَا ْم‬
ِ َ ٍ َ َ ْ َ َ َ ِ َ ْ َ ْ ُِ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan
kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur." (QS. Al-Maidah: 6)

Syarat wudhu yang harus dipenuhi oleh setiap muslim, sebagai berikut:
1. Muslim
2. Aqil atau berakal
3. Baligh
4. Terhentinya hal-hal yang mendiadakan wudhu seperti haid dan nifas
5. Keberadaan air mutlak yang cukup dengan volume minimal satu mud (0,688 liter/688 ml)
sebagaimana disebutkan dalam hadist "Dari Anas ra berkata: Bahwa Rasulullah SAW berwudhu
dengan satu mud air dan mandi dengan satu sha' hingga lima mud air." (HR. Bukhari Muslim)
6. Mampu menggunakan air
7. Masuknya waktu ibadah yang mensyaratkan wudhu, khusus bagi wanita yang mendapati istihadhah
dan kasus semisal
8. Adanya hadats

Sedangkan syarat sahnya wudhu adalah :

1.Ratanya air membasahi anggota wudhu

2. Tidak adanya penghalang di kulit seperti lilin, lemak, adonan, tanah, lem, cat atau benda apapun
yang menjadi penghalang basahnya bagian anggota wudhu dari air.

3. Berhentinya penyebab hadats dengan demikian maka orang yang berwudhu sambil kencing
misalnya, maka hukum wudhunya tidak sah. Demikian juga orang yang sudah selesai buang air tapi
belum beristinja', kalau dia berwudhu maka hukum wudhunya tidak sah.

4. Ilmu tentang wudhu

5. Halalnya air. Syarat ini hanya diajukan oleh Hanbali saja dalam pandangan resmi mazhab.

Niat dan tata cara wudhu :


1. Niat Wudhu
ِ َ‫ن ََويْتُ ْال ُوض ُْو َء ل َِر ْف ِع ْال َحد‬
ْ َ‫ث اْل‬
‫صغ َِر فَ ْرضًا ِهللِ تَعَالَى‬

Lafal Arab-Latin: Nawaitul wudhuu-a liraf'll hadatsil ashghari fardhal lilaahi ta'aalaa

Artinya :"Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil fardu karena Allah".
2. Membasuh telapak tangan

Dilakukan sebanyak 3 kali hingga ke sela-sela jari.

3. Berkumur

Berkumur sebanyak 3 kali.

4. Membersihkan Lubang Hidung


Tata cara wudhu berikutnya adalah membersihkan lubang hidung 3 kali. Pada saat menghirup air, lalu
mengeluarkannya dengan memencet hidung.

5. Membasuh Wajah
Dilakukan mulai dari ujung kepala tumbuhnya rambut hingga bawah dagu.

6. Membasuh Tangan
Basuh kedua belah tangan hingga siku, dahulukan anggota tubuh bagian kanan.

7. Mengusap Kepala
Mengusap sebagian kepala sebanyak 3 kali.

8. Mengusap Telinga
Mengusap kedua telinga.

9. Membasuh kaki
Membasuh kedua kaki hingga di atas mata kaki, dan dilakukan sebanyak 3 kali, dimulai dari kanan
terlebih dahulu.

10. Doa Setelah Wudhu


َ َ‫ الل ُه َّم اجْ عَ ْل ِن ْى مِ نَ التَّ َّوا ِبيْنَ َواجْ عَ ْل ِن ْى مِ نَ ْال ُمت‬.ُ‫س ْولُه‬
َ‫ط ِه ِريْن‬ َ ‫أ َ ْش َهدُ أ َ ْن آلاِلَهَ إِلَّهللاُ َوحْ دَهُ لَش َِريْكَ لَهُ َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا‬
ُ ‫ع ْبدُهُ َو َر‬

Lafal Arab-Latin: Asyhadu allâ ilâha illallâhu wahdahû lâ syarîka lahu wa asyhadu anna
muhammadan 'abduhû wa rasûluhû, allâhummaj'alnî minat tawwâbîna waj'alnii minal
mutathahhirîna.

Artinya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-
Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah
aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bertobat dan jadikanlah aku termasuk dalam
golongan orang-orang yang bersuci (shalih).

3. Istinja

Thaharah dilakukan untuk menghilangkan segala sesuatu yang menimbulkan najis. Terkait dengan
najis, ada satu istilah yang sering ditemui, yaitu istinja

Dalam ilmu fiqih, istinja adalah membersihkan sesuatu (najis) yang keluar dari qubul atau dubur
menggunakan air atau batu dan benda sejenisnya yang bersih dan suci. Syaikh Abdurrahman Al-
Juzairi dalam Fikih Empat Madzhab Jilid 1 menjelaskan, istilah ini disebut juga dengan istithabah
atau istijmar.
Hanya saja, istijmar biasanya dikhususkan untuk istinja dengan batu. Istijmar sendiri diambil dari kata
al-jimar yang berarti kerikil kecil. Sedangkan, disebut juga dengan istithabah karena dampak yang
ditimbulkannya (membersihkan kotoran) membuat jiwa terasa nyaman.

Dalam pendapat lain sebagaimana dijelaskan oleh Rosidin dalam buku Pendidikan Agama Islam, kata
istinja berasal dari akar kata naja' yang artinya bebas dari penyakit (kotoran). Jadi, disebut istinja
karena orang yang beristinja berusaha bebas dari penyakit dan menghilangkan penyakit tersebut.

Hukum Istinja

Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi mengatakan istinja hukumnya fardhu. Ulama Hanafiyah berkata
bahwa hukum istinja atau aktivitas lain yang menggantikan kedudukannya seperti istijmar adalah
sunnah muakkadah, baik bagi laki-laki maupun perempuan.

1. Wajib: Istinja hukumnya wajib jika yang keluar adalah najis yang kotor lagi basah. Seperti air seni,
madzi, dan kotoran manusia.

2. Sunnah: Istinja hukumnya sunnah jika yang keluar adalah najis yang tidak kotor. Contohnya
cacing.

3. Mubah: Jika beristinja dari keringat.

4. Makruh: Istinja hukumnya makruh jika yang keluar adalah kentut.

5. Haram: Haram namun sah jika beristinja dengan benda hasil ghashab. Istinja hukumnya haram dan
tidak sah jika beristinja dengan benda yang dimuliakan seperti buah-buahan.

6. Khilaf al-aula yakni antara mubah dan makruh: Jika beristinja dengan air zam-zam.

Tata Cara Istinja

Secara umum, tata cara beristinja ada tiga. Pertama, menggunakan air dan batu. Cara ini merupakan
cara yang paling utama. Batu dapat menghilangkan bentuk fisik najis. Sementara itu, air yang
digunakan harus suci dan menyucikan. Air tersebut dapat menghilangkan bekas najis.

Kedua, menggunakan air saja. Ketiga, menggunakan batu saja. Adapun, batu yang diperbolehkan
untuk beristinja haruslah suci, bukan najis atau terkena najis, merupakan benda padat, kesat, dan
bukan benda yang dihormati.

Adab Buang Hajat

Dalam Islam, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan saat buang hajat. Antara lain sebagai
berikut:

1. Istibra, yaitu mengeluarkan kotoran yang tersisa di dalam makhraj, baik itu air kencing maupun
kotoran, sampai dirasa tidak ada lagi kotoran yang tersisa.

2. Diharamkan buang hajat di atas kuburan. Alasan mengenai pendapat ini karena kuburan adalah
tempat di mana orang bisa mengambil nasihat dan pelajaran. Maka, termasuk adab sangat buruk jika
seseorang justru membuka aurat di atas kuburan dan mengotorinya.

3. Tidak boleh membuang hajat pada air yang tergenang. Diriwayatkan dari Jabir, Rasulullah SAW
melarang kencing pada air yang tergenang (HR. Muslim, Ibnu Majah, dan yang lainnya).

4. Dilarang buang hajat di tempat-tempat sumber air, tempat lalu lalang manusia, dan tempat
bernaung mereka. Pendapat ini merujuk pada sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits.
Rasulullah SAW bersabda: "Berhati-hatilah kalian dari dua hal yang dilaknat (oleh manusia." Para
sahabat bertanya, "Apa yang dimaksud dengan dua penyebab orang dilaknat?" Beliau menjawab,
"Orang yang buang hajat di jalan yang biasa dilalui manusia atau di tempat yang biasa mereka
bernaung." (HR. Muslim dan Abu Dawud).

5. Dilarang buang hajat dengan menghadap atau membelakangi kiblat.

6. Dimakruhkan bagi orang yang membuang hajat untuk melawan arah angin. Sebab, dikhawatirkan
adanya percikan air kencing yang membuatnya terkena najis.

7. Dimakruhkan bagi orang yang sedang buang hajat untuk berbicara. Namun, apabila memang ada
kebutuhan maka diperbolehkan untuk berbicara, seperti meminta gayung untuk membersihkan najis.

8. Dimakruhkan menghadap matahari dan bulan secara langsung. Sebab, keduanya merupakan tanda-
tanda kebesaran Allah SWT dan nikmat-Nya bermanfaat bagi seluruh alam semesta.

9. Dianjurkan untuk istinja dengan tangan kiri. Sebab, tangan kanan digunakan untuk makan dan
sebagainya

4. Mandi Wajib
Mandi wajib menjadi kewajiban seorang muslim untuk membersihkan diri dari hadas besar. perlu
diketahui, hadas besar itu misalnya keluar air mani, bertemunya dua kemaluan walau tidak keluar air
mani, dan setelah haid dan nifas. Tujuan mandi wajib adalah membersihkan seluruh tubuh dengan tata
cara tertentu guna menghilangkan hadas besar.
Cara mandi wajib yang benar yaitu harus dimulai dari membaca niat. Niat mandi wajib sendiri ada
beberapa tergantung pada tujuan melakukan mandi wajib.
• Niat mandi wajib secara umum.

Nawaitul ghusla liraf'il hadatsil akbari fardhol lillaahi ta'aala


Artinya: Aku berniat mandi besar untuk menghilangkan hadas besar fardu karena Allah ta'ala.
• Niat mandi wajib perempuan setelah haid

Jika mandi wajib yang akan dilakukan khusus untuk perempuan setelah haid, berikut niat mandi wajib
untuknya.

Nawaitul ghusla liraf'il hadatsil haidi lillahi Ta'ala.


Artinya: Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari haid karena Allah Ta'ala.
• Niat mandi wajib perempuan setelah nifas

Sedangkan untuk perempuan selesai nifas, berikut doa mandi wajib untuk dibaca:

Nawaitul ghusla liraf'il hadatsil nifas lillahi Ta'ala.


Artinya: Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari nifas karena Allah Ta'ala.
Urutan Mandi Wajib yang Benar
Setelah niat, berikut ini urutan mandi wajib yang benar sesuai anjuran. Perhatikan baik-baik jangan
sampai ada cara mandi wajib yang terlewat.
1.Niat mandi wajib
2. Mencuci kedua tangan
Urutan kedua dari tata cara mandi wajib adalah mencuci tangan sampai tiga kali. Tujuan utamanya
adalah membersihkan tangan dari najis.
3. Membersihkan bagian tubuh yang dianggap kotor
Selanjutnya mendahulukan bagian tubuh yang dianggap kotor. Misalnya bagian kemaluan.
4. Mencuci kembali tangan
Setelah membersihkan bagian kotor, Anda harus mencuci kembali tangan pakai sabun.
5. Berwudhu
Setelah mencuci bagian tubuh yang kotor dan mencuci kembali tangan, Anda harus wudhu dengan
tata cara wudhu seperti biasa untuk melakukan sholat.
6. Membasahi kepala
Setelah berwudhu, Anda harus membasahi kepala dengan air sebanyak tiga kali dari dari pangkal
rambut. Tata caranya sama seperti mau keramas harian biasa.
7. Mengurai rambut
Mungkin terdengar aneh, namun ini salah satu dari tata cara mandi wajib yang harus dilakukan.
Caranya gunakan jari untuk mengurai rambut untuk membersihkan rambut dari kotoran yang
mungkin menempel di rambut.
8. Membasahi seluruh tubuh
Setelah itu mengguyurkan air ke seluruh tubuh mulai dari bahu kanan, dilanjutkan dari bahu kiri.
Setelah itu, Anda bisa membersihkan seluruh bagian tubuh dengan sabun, dan dilanjutkan dengan
rutinitas mandi seperti biasa.

Anda mungkin juga menyukai