Anda di halaman 1dari 77

MATERI CERAMAH

Khutbah Pertama
َ‫ضلِلْ َفال‬ ْ ‫ مَنْ َي ْه ِد هللاُ َفالَ ُمضِ ل َّ َل ُه َومَنْ ُي‬،‫ت َأ ْع َمالِ َنا‬ ِ ‫ش ُر ْو ِر َأ ْن ُفسِ َنا َومِنْ َس ِّيَئ ا‬ ُ ْ‫ َو َن ُعو ُذ ِباهللِ مِن‬،ُ‫ِإنَّ ا ْل َح ْم َد هَّلِل ِ َن ْح َم ُدهُ َو َن ْس َت ِع ْي ُن ُه َو َن ْس َت ْغفِ ُره‬
ُ‫صلى ا هلل‬ َّ َ ‫س ْولِ َنا ُم َح َّم ٍد‬ َ
ُ ‫سل ْم َعلى َنبِ ِّي َنا َو َر‬ ِّ َ ‫صل ِّ َو‬ َّ
َ ‫س ْول ُه اَلل ُه َّم‬ ُ ُ ‫ش َه ُد َأنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬ ْ ‫ش ِر ْي َك َل ُه َوَأ‬ َ َ‫ش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللاُ َو ْحدَ هُ ال‬ ْ ‫ َأ‬.ُ‫ِي لَه‬ َ ‫هَاد‬
‫س َوا ِح َد ٍة َو َخلَقَ ِم ْن َها‬ ٍ ْ
‫ف‬ ‫ن‬َ ‫م‬
ْ‫ِن‬ ‫م‬ْ ُ
‫ك‬ َ
‫ق‬ َ ‫ل‬ ‫خ‬َ ‫ِي‬ ‫ذ‬ َّ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬
ْ ُ
‫ك‬ ‫ب‬
َّ ‫ر‬
َ ‫وا‬ ُ ‫ق‬ ‫ت‬ َّ ‫ا‬ ‫اس‬
ُ َّ
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ه‬
َ ‫ي‬
ُّ ‫َأ‬ ‫ا‬ ‫ي‬
َ ‫ن‬ِ ‫ي‬
ْ ‫د‬
ِّ ‫ال‬ ‫م‬ ‫و‬ْ ‫ي‬
َ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ان‬
‫ٍ ِإ‬ ‫س‬َ ‫ح‬
ْ ‫ب‬ ‫م‬
‫ِ ْ ِِإ‬ ‫ه‬
ُ ‫ع‬َ ‫ب‬ َ
‫ت‬ ‫م‬
ْ‫َن‬ ‫و‬َ ِ
‫ه‬ ‫اب‬
ِ ‫ح‬
َ ‫ص‬
ْ ‫َأ‬‫و‬َ ِ
‫ه‬ ِ ‫ل‬ ‫آ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫و‬
َ ‫م‬َ َّ ‫ل‬ ‫س‬
َ ‫و‬َ ِ
‫ه‬ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬ ‫ع‬َ
ِ
ً ‫ب َواَأل ْر َحا َم ِإنَّ هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبا‬ ِ َ‫سا َءلون‬ ُ َ َ َّ
َ ‫ِسا ًء َواتقوا َ الذِي تت‬ ‫هَّللا‬ ُ َّ ً َ ً ْ َّ
َ ‫ز ْو َج َها َو َبث ِمن ُه َما ِر َجاال كثِيرا َون‬ َ

‫َأ َّما َب ْعد‬

Mukadimah

Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Marilah kita panjatkan puji syukur kita ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagai salah
satu cara kita bersyukur kepada-Nya, atas segala nikmat-Nya yang tidak terhingga, terutama nikmat
hidayah Iman, Islam serta nikmat keamanan, kesehatan dan kecukupan rezeki.

Hanya karena rahmat-Nya semata kita bisa hadir di masjid yang diberkahi ini, untuk
melaksanakan kewajiban kita sebagai Muslim dan untuk menghidupkan salah satu syiar yang sangat
agung dalam Islam yaitu shalat Jumat.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terimpah kepada junjungan kita, Nabi yang mulia,
Muhammad ‫ ﷺ‬, keluarganya, para sahabatnya dan siapa saja yang mengikuti tuntunan beliau ‫ﷺ‬
dengan ikhlas dan sabar hingga akhir zaman.

Tak lupa kami mengingatkan diri kami sendiri dan Jamaah shalat Jumat sekalian, agar
senantiasa berusaha meningkatkan upaya-upaya untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dengan sebenar-benar takwa.

Dengan takwa yang sebenar-benarnya, Allah Ta’ala akan memberikan jalan keluar atas
problema kehidupan yang kita hadapi. Allah Ta’ala juga akan memberi rezeki dari arah yang tidak
pernah kita perkirakan sebelumnya sama sekali.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫هّٰللا‬
ُ ۗ ِ‫ث اَل َي ْح َتس‬
‫ب‬ ُ ‫و َي ْر ُز ْق ُه مِنْ َح ْي‬.
َّ ۙ ‫َومَنْ َّي َّت ِق َ َي ْج َعلْ لَّ ٗه َم ْخ َر ًجا‬

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia
memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. [ath-Thalaq: 2-3]

Waktu Luang, Nikmat Yang Terlupa

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari
rahimahullah dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, disebutkan bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,
‫ص َّح ُة وال َفرا ُغ‬ ِ ‫تان َم ْغبُونٌ فِي ِهما َكثِي ٌر مِنَ ال َّن‬
ِّ ‫ ال‬:‫اس‬ ِ ‫ن ِْع َم‬

“Ada dua nikmat yang banyak banyak manusia tertipu di dalamnya, yaitu kesehatan dan waktu
luang.” [Hadits riwayat Al- Bukhari di dalam Shahih Al- Bukhari (6412)]

Hadits sangat populer, masyhur di kalangan kau Muslimin. Bagaimanakah maksud hadits ini? Syaikh
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah, saat diminta untuk menerangkan maksud dari hadits ini
mengatakan sebagai berikut:

“Kebanyakan manusia menyianyiakan kesehatannya tanpa faidah dan juga waktu luangnya dalam
hal-hal yang tidak ada faedahnya.

Tubuhnya sehat, badannya selamat dari penyakit, punya waktu luang akan tetapi tidak digunakan
dalam hal-hal yang bermanfaat baginya, dalam perkara yang mendekatkan dirinya kepada Allah, dan
dalam urusan yang bermanfat bagi dirinya di dunia ini.

Orang semacam ini tertipu atau lengah dalam dua nikmat tersebut. Seorang mukmin hendaklah
memanfaatkan nikmat tersebut dalam hal-hal yang Allah ridhai dan dalam urusan yang bermanfaat
buat dirinya.

Misalnya, dalam perdagangan, berbagai mata pencaharian yang halal, atau memperbanyak puasa,
shalat, dzikir, berbagai ketaatan, mengunjungi orang sakit, amar makruf nahyi mungkar, dakwah
kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berbagai bentuk kebaikan lainnya.

Jadi, seorang mukmin itu memanfaatkan kesehatan dan waktu luang dengan apa saja yang Allah
ridhai dan apa saja yang bermanfat buat dirinya di dunia ini yang halal. Bila kedua nikmat tersebut
tidak dia gunakan dalamperkara yang bermanfaat buat dirinya, maka itulah yang dimaksud
ketertipuan.” [i]
Dalam kesempatan khutbah ini, kami ingin fokus membahas lebih lanjut tentang nikmat waktu luang,
bukan tentang nikmat kesehatan. Insyaallah, bila diberi umur panjang kita akan bahas secara khusus
tentang masalah nikmat kesehatan dalam khutbah mendatang.

Orang yang diberi waktu luang, kesehatan dan keamanan, kalau tidak mendapat dan rahmat dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan cenderung menggunakan waktu luangnya untuk hal-hal yang tidak
bermanfaat untuk dirinya baik di dunia dan akhirat.

Kebanyakan orang menghambur-hamburkan waktunya. Mereka merugikan diri mereka sendiri


dengan tidak memanfaatkan umur dan waktunya dengan sebaik-baiknya.

Mereka melalui hari demi hari dan tahun demi tahun dalam keadaan lalai dengan dunia dan berpaling
dari akhirat, serta terbenam dalam ketidakpedulian dan kelalaian.

Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi rahimahullah, seorang ulama besar dari Irak yang meninggal pada tahun
597 H / 1201 M, mengatakan,”Semestinya seseorang mengetahui kemuliaan masa dan nilai waktunya,
sehingga dia tidak menyia-nyiakan sesaat pun waktunya dalam hal di luar kebaikan dan
mempersembahkan di dalamnya perkataan dan perbuatan yang utama.”[ii]

Betapa sering kita saksikan orang-orang yang mengisi waktu luangnya dengan hal – hal yang sama
sekali tidak bermanfaat, tidak melakukan apa pun yang penting dan tidak membicarakan hal yang
urgen dan bermanfaat.

Seolah waktu tidak pernah ada artinya. Mereka hanya mengejar kesenangan diri sendiri dan kepuasan
hati. Padahal waktu itu adalah kehidupan. Waktu merupakan kekayaan paling mahal yang dimiliki
anak manusia setelah nyawanya.

Yahya bin Hubairah rahimahullah, seorang menteri yang berilmu dan shalih di masa kekhalifahan Al-
Muqtafi billah pada abad 6 H, pernah mengucapkan perkataannya yang sangat terkenal tentang nilai
waktu.
‫س َما ُعنِ َيتْ ِب ِح ْفظِ ِه ♦♦♦ َوَأ َراهُ َأ ْس َهل ُ َما َعلَ ْي َك ُيضِ ْي ُع‬
ُ ‫الو ْقتُ َأ ْن َف‬
َ

“Waktu adalah sesuatu yang paling berharga yang semestinya kamu jaga dengan sebaik-baiknya.
Namun saya melihat waktu adalah sesuatu yang justru paling mudah kamu sia-siakan.” [Qimatuz
zaman ‘indal ‘ulama’, hal 118][iii]

Waktu luang memang nikmat yang dilalaikan oleh kebanyakan orang. Akibatnya mereka tidak bisa
bersyukur atas nimat tersebut dengan sebaik-baiknya. Mereka tidak menghormatinya dengan
semestinya. Akibatnya, banyak madharat yang bisa menimpa orang-orang yang tidak memanfaatkan
waktu luang dengan sebaik-baiknya.

Rekomendasi Khutbah Jumat Keutamaan Bulan Muharram

Bahaya Menyia-nyiakan Waktu Luang

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Di antara madharat dari menyia-nyiakan waktu luang menurut Dr. Humam bin Abdurrahman Al-
Haritsi adalah sebagai berikut:

Membuat seseorang berjalan tanpa tujuan dan tanpa makna dalam hidup ini.

Membantu seseorang untuk berbuat dosa, karena ia tidak memenuhi waktunya dengan ketaatan dan
melakukan perbuatan baik.

Membangkitkan kebosanan dan keputusasaan dalam jiwa orang mukmin, dan Nabi ‫ ﷺ‬telah
memperingatkan akan hal itu.

Menunjukkan kelemahan tekad, kurangnya kesadaran dan perencanaan yang buruk.

dan berbagai mudharat lain yang harus diperhatikan dan diusahakan untuk diatasi sampai pada tahap
mampu menyibukkan diri dengan kebaikan dan dalam hal-hal yang bermanfaat bagi manusia.[iv]

َّ ‫ َو َت َق َّبل َ ِم ِّن ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َو َت ُه ِإ َّن ُه ه َُو‬,‫الذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم‬


.‫الس ِم ْي ُع ا ْل َعلِ ْي ُم‬ ِّ ‫ت َو‬ ِ ‫ َو َن َف َعن ِْي َوِإ َّيا ُك ْم بِ َما ِف ْي ِه مِنَ اآل َيا‬,‫آن ا ْل َعظِ ْي ِم‬
ِ ‫ار َك هللاُ ل ِْي َولَ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْر‬
َ ‫َب‬
َّ ‫ ِإ َّن ُه ه َُو ا ْل َغفُ ْو ُر‬،ُ‫اس َت ْغفِ ُر ْوه‬
‫الر ِح ْي ُم‬ ْ ‫هللا ا ْل َعظِ ْي َم ل ِْي َولَ ُك ْم َف‬ َ ‫ر‬ ُ ِ ‫ف‬‫غ‬ْ َ
‫ت‬ ‫اس‬
ْ ‫و‬
َ ‫ا‬ ‫ذ‬َ ‫ه‬
َ ‫ِي‬
ْ ‫ل‬ ‫و‬ْ َ
‫ق‬ ُ ‫ل‬‫و‬ْ ُ ‫ق‬‫َأ‬

155 Materi Khutbah Jumat Terbaru

Khutbah Kedua
ْ ‫ َأ‬.‫اجا َو َق َم ًرا ُمنِ ْي ًرا‬
ُ‫ش َه ُد اَنْ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللا‬ ً ‫السمَاءِ ُب ُر ْو ًجا َو َج َعل َ فِ ْي َها سِ َر‬ َّ ‫ِي َج َعل َ فِي‬ ْ ‫ار َك الَّذ‬ ْ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذ‬
َ ‫ َت َب‬،‫ِي َكانَ ِب ِع َبا ِد ِه َخ ِب ْي ًرا َبصِ ْي ًرا‬
ً ‫ َودَ ا ِع َيا ِإلَى ا ْل َحقِّ بِِإ ْذنِ ِه َوسِ َر‬،‫ِي َب َع َث ُه بِا ْل َحقِّ َبشِ ْي ًرا َو َن ِذ ْي ًرا‬
‫اجا ُمنِ ْي ًرا‬ ْ ‫سولُ ُه الَّذ‬ ْ ‫وَأ‬
ُ ‫ش َه ُد اَنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ ُو َر‬

‫ َأ َّما َب ْع ُد‬.‫ان ِإلَى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن‬


ٍ ‫س‬ ْ ‫سلِّ ْم َعلَى هَ َذا ال َّنبِ ِّي ْال َك ِر ْي ِم َو َعلَى آلِ ِه َو َأ‬
َ ‫ص َحابِ ِه َو مَنْ َتبِ َع ُه ْم بِِإ ْح‬ َ ‫اللَّ ُه َّم‬
َ ‫صل ِّ َو‬

Urgensi Memanfaatkan Waktu Luang Agar Tidak Menyesal

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Kita sudah mengetahui bahwa waktu luang merupakan nikmat yang agung namun justru kebanyakan
orang terlena karenanya, tidak bersyukur kepada yang memberi nikmat tersebut.

Padahal setiap nikmat harus disyukuri apabila ingin bertambah atau tidak sirna. Lantas, bagaimana
cara mensyukuri nikmat waktu luang agar kita tidak menyesal dengan sirnanya nikmat ini di kemudian
hari?

Syaikh Dr. Abdullah bi Abdurrahman Al-Jibrin rahimahullah memberikan pejelasan kepada kita
tentang cara mensyukuri nikmat waktu luang. Menurut beliau caranya adalah sebagai berikut:

Memanfaatkan waktu luang dengan mempelajari ilmu.

Menggunakan waktu luang dengan menghafal al-Quran.

Memanfaatkan waktu luang dengan berdoa dan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
beristighfar dan bertaubat kepada-Nya.

Memanfaatkan waktu luang dengan mencari harta yang halal, misalnya dalam perdagangan yang
mubah yang tidak ada syubhat di dalamnya. Dia memiliki tujuan dalam mencari harta tersebut untuk
memelihara martabat dirinya, membuat dirinya kaya dan bersedekah dengan harta yang Allah
anugerahkan kepadanya.

Semua ini merupakan bentuk-bentuk bersyukur kepada Allah atas nikmat waktu luang. Masih banyak
lagi contoh-contoh yang lainnya.”[v]

Demikianlah penjelasan Syiakh Abdullah al-Jibrin rahimahullah. jadi, prinsipnya adalah waktu luang
harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.
Caranya adalah memanfaatkannya dengan semua hal yang positif, bermanfaat bagi diri sendiri dan
keluarga dan bahkan kalau mampu bermanfaat bagi orang lain, selama tidak melanggar maksiat.

Ragamnya bisa banyak, sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing individu serta skala
prioritasnya dan kecenderungannya. Ini tentu berbeda satu sama lain.

Bila kita mampu melakukan hal seperti ini, kita dinilai telah bersyukur kepada Allah Ta’ala dan tidak
termasuk orang yang terpedaya dengan nikmat waktu luang ini.

Para Ulama Mengharagi Waktu

Kalau mengaca kepada para ulama salaf memang menjadi seperti berkhayal untuk bisa mengikutinya.
Sekedar gambaran saja, berikut ini contoh bagaimana sebagian ulama dahulu di masa awal Islam,
memanfaatkan waktu luangnya.

Sebagian diantara mereka memanfaatkan waktu luangnya dengan melakukan shalat sunnah sebanyak
mungkin setiap harinya.

Abdullah bin Imam Ahmad bercerita, “Ayahku (Imam Ahmad) melakukan shalat dalam sehari
semalam sebanyak 300 rakaat. Ketika beliau sakit karena dicambuk penguasa dzalim dan mulai
lemah, dalam sehari semalam beliau melakukan shalat 150 rakaat. Sementara usia beliau sudah
mendekati 80 tahun.” (Mukhtashar Tarikh Dimasyqa, Ibnu Rajab al-Hanbali, 1/399)

Imam Malik bin Anas rahimahullah selalu istiqamah selama 60 tahun melakukan puasa daud, puasa
sehari dan tidak puasa sehari. Dan setiap hari, beliau shalat 800 rakaat. (Thabaqat al-Hanabilah, Ibnu
Abi Ya’la, 1/61)

Al-Hafidz Al-Mizzi rahimahullah bercerita, “Pemilik benjolan di lutut, Ali bin Husain bin Ali bin Abi
Thalib, hiasan ahli ibadah (Zainul Abidin), disebut demikian karena dalam sehari beliau shalat 1000
rakaat, sehingga di lututnya terdapat benjolan seperti benjolan unta.” (Tahdzib al-Asma’, al-Hafidz al-
Mizzi, 35/41)[vi]

Sedangkan sebagian ulama salaf lainnya memperbanyak membaca dzikir, di antara contohnya adalah
sebagai berikut:

Ikrimah berkata,”Abu Hurairah dahulu biasa membaca tasbih 12 ribu kali setiap hari.” [Al-Bidayah
wan Nihayah, 11/379]
Disebutkan bahwa Khalid bin Mi’dan, salah seorang tokoh terkemuka Tabi’in, dahulu biasa membaca
tasbih 40 ribu kali sehari. [Tarikh Al-Islam, Adz-Dzahabi, 3/41]

Umair bin Hani’ setiap hari bertasbih 100 ribu kali. [Siyaru A’lamin Nubala’, 13/217][vii]

Kesulitan kita saat ini adalah banyaknya sarana dan fasilitas hiburan yang menggoda kita untuk
terbuai dengan semua sarana tersebut.

Rekreasi bukan perkara tercela, namun membuang-buang waktu berjam-jam lamanya setiap hari
untuk suatu permainan yang sama sekali tidak bermanfaat jelas sebuah kerugian.

Semoga Alla Ta’ala memudahkan kita dan menguatkan tekad kita untuk bisa memanfaatkan waktu
luang dengan sebaik-baiknya. wallahu a’lam.

Doa Penutup

Sampai disini khutbah tentang nikmat waktu luang yang bisa kami sampaikan. Semoga bermanfaat.
Bila ada kebenaran dalam khutbah ini maka itu dari Allah Ta’ala semata dan bila ada kesalahan di
dalamnya maka dari kami dan setan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni semua
kesalahan kami dan kaum Muslimin.

‫سلِّ ُم ْوا َت ْسلِ ْي ًما‬ َ ‫صلُّ ْونَ َعلَى ال َّن ِب ِّي َيآَأ ُّي َها الَّ ِذيْنَ آ َم ُن ْوا‬
َ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫هللا َو َمآلِئ َك َت ُه ُي‬
َ َّ‫ِإن‬

َ ‫اب ِه َأ ْج َم ِعيْنَ َومَنْ َس‬


‫ار َعلَى َن ْه ِج ِه ْم‬ ْ ‫الراشِ ِديْنَ ا ْل َم ْه ِد ِّييْنَ َوَأ‬
ِ ‫ص َح‬ َّ ‫ار ْك َعلَى َن ِب ِّي َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َعلَى ُخلَ َفاِئ ِه‬
ِ ‫سلِّ ْم َو َب‬ َ ‫الَّل ُه َّم‬
َ ‫صل ِّ َو‬
َ‫الرا ِح ِم ْين‬ ‫م‬‫ح‬ ‫ر‬‫َأ‬‫ا‬ ‫ي‬ َ
‫ك‬ ِ ‫ت‬ ‫م‬ ‫ح‬‫ر‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ه‬‫ع‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ن‬َّ ‫ع‬ ‫ض‬ ‫ار‬ ‫و‬
َّ َ َ ْ َ َ ْ َ ِ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ ِ ْ ِ ْ َ ‫َ ِ ْ ِ ْ ِإ‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫د‬
ِّ ‫ال‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫م‬ ‫ه‬ ِ ‫ت‬ َ
‫ق‬ ‫ي‬‫ر‬ َ
‫ط‬ ‫و‬

َّ ‫ش َه ُد َأ َّن َك َأ ْنتَ هَّللا ُ الَ ِإلَ َه ِإالَّ َأ ْنتَ اَأل َح ُد ال‬


‫ص َم ُد الَّذِى لَ ْم َيلِدْ َولَ ْم ُيولَدْ َولَ ْم َي ُكنْ َل ُه ُكفُ ًوا َأ َح ٌد‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم ِإ َّنا َن ْسَألُ َك َأ َّنا َن‬

ٌ ‫ان َواَل َت ْج َعلْ ف ِْي قُلُ ْو ِب َنا غِ اًّل لِلَّ ِذيْنَ آ َم ُنوا َر َّب َنا ِإ َّن َك َر ُء‬
‫وف َرحِي ٌم‬ ِ ‫س َبقُ ْو َنا ِباِإْل ْي َم‬
َ َ‫اغف ِْر َل َنا َوِإِل ْخ َوانِ َنا الَّ ِذيْن‬
ْ ‫َر َّب َنا‬

ْ ‫َب لَ َنا مِنْ َأ ْز َوا ِج َنا َو ُذ ِّر َّياتِ َنا ُق َّر َة َأ ْع ُي ٍن َو‬
‫اج َع ْل َنا لِ ْل ُم َّتقِيْنَ ِإ َما ًما‬ ْ ‫َر َّب َنا ه‬

، َ‫ِش َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َطن‬ َ ‫ َو َج ِّن ْب َنا ا ْل َف َواح‬،‫ور‬


ِ ‫ت ِإلَى ال ُّن‬ِ ‫ َو َن ِّج َنا مِنَ ال ُّظلُ َما‬،‫الساَل ِم‬ َّ َ ‫س ُبل‬ ُ ‫ َواهْ ِد َنا‬،‫صل ِْح َذاتَ َب ْي ِن َنا‬ْ ‫ َوَأ‬،‫ف َبيْنَ ُقلُوبِ َنا‬
ْ ِّ‫اللَّ ُه َّم َأل‬
ْ
‫شاك ِِرينَ لِنِ َع ِم َك ُمثنِينَ ِب َها‬ َ ‫اج َع ْل َنا‬ ْ ‫ َو‬،‫الرحِي ُم‬ ‫َأ‬ ُ ‫َأ‬
ُ ‫ َو ُت ْب َعلَ ْي َنا ِإ َّن َك ْنتَ ال َّت َّو‬،‫ َوذ ِّر َّياتِ َنا‬،‫ َو ْز َوا ِج َنا‬،‫وب َنا‬
َّ ‫اب‬ ُ
ِ ُ‫ َوقل‬،‫ار َنا‬ ِ ‫ص‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ‫ َو ْب‬،‫اركْ َل َنا فِي ْس َما ِع َنا‬ ِ ‫َو َب‬
‫ َوَأتِم ِْم َها َعلَ ْي َنا‬،‫ابلِينَ لَ َها‬
ِ َ
‫ق‬ ،َ
‫ك‬ ‫ي‬ َ
ْ َ ‫ل‬ ‫ع‬
‫ح ْاِإل ْساَل ِم َوا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ‬
‫صاَل ُ‬ ‫صل ِْح ُواَل َة ُأ ُم ْو ِر َنا‪ ،‬اَللَّ ُه َّم َو ِّف ْق ُه ْم لِ َما فِ ْي ِه َ‬
‫صاَل ُح ُه ْم َو َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َأ ْ‬

‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫ار‬ ‫س َن ًة َوفِي اآْل خ َِر ِة َح َ‬
‫َر َّب َنا آتِ َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َ‬

‫ان ِإلَى َي ْو ِم ال ّد ْين‬


‫س ٍ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَى َنبِ ِّي َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫ص ْحبِ ِه و َمَنْ َتبِ َع ُه ْم بِِإ ْح َ‬ ‫َو َ‬

‫َع َوا َنا َأ ِن ا ْل َح ْم ُد هلل َر ِّ‬


‫ب ا ْل َعالَ ِميْنَ‬ ‫َوآ ِخ ُر د ْ‬

‫‪2. KHUTBAH HAKIKAT TAUBAT‬‬

‫‪Khutbah Pertama‬‬
‫ضلِلْ َفالَ‬‫ت َأ ْع َمالِ َنا‪ ،‬مَنْ َي ْه ِد هللاُ َفالَ ُمضِ ل َّ َل ُه َومَنْ ُي ْ‬ ‫ِإنَّ ا ْل َح ْم َد هَّلِل ِ َن ْح َم ُدهُ َو َن ْس َت ِع ْي ُن ُه َو َن ْس َت ْغفِ ُرهُ‪َ ،‬و َن ُعو ُذ ِباهللِ مِنْ ُ‬
‫ش ُر ْو ِر َأ ْنفُسِ َنا َومِنْ َس ِّيَئ ا ِ‬
‫س ْولُ ُه‬‫ش َه ُد َأنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬
‫ش ِر ْي َك َل ُه َوَأ ْ‬
‫ش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللاُ َو ْح َدهُ الَ َ‬
‫ِي لَهُ‪َ .‬أ ْ‬
‫هَاد َ‬

‫ان ِإلَى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن‬


‫س ٍ‬ ‫سلَّ َم َو َعلَى آلِ ِه َوَأ ْ‬
‫ص َحابِ ِه َومَنْ َتبِ َع ُه ْم بِِإ ْح َ‬ ‫صلَّى ا هللُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫سلِّ ْم َعلَى َنبِ ِّي َنا َو َر ُ‬
‫س ْولِ َنا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫صل ِّ َو َ‬

‫اءلُونَ بِ ِه‬‫س َ‬ ‫سا ًء َوا َّتقُوا هَّللا َ الَّذِي َت َت َ‬ ‫س َواحِدَ ٍة َو َخلَقَ ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب َّ‬
‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِيراً َونِ َ‬ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّن ُ‬
‫اس ا َّتقُوا َر َّب ُك ْم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف ٍ‬
‫َواَأل ْر َحا َم ِإنَّ هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبا ً‬

‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َحقَّ ُت َقاتِ ِه َواَل َت ُمو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم ُم ْسلِمُونَ‬

‫از َف ْو ًزا َعظِ ي ًما‬ ‫صل ِْح لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َو َي ْغف ِْر لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َومَنْ ُيطِ ِع هَّللا َ َو َر ُ‬
‫سولَ ُه َف َقدْ َف َ‬ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْواًل َ‬
‫سدِيدً ا ‪ُ ،‬ي ْ‬

‫َأ َّما َب ْع ُد‬

‫‪Mukaddimah Pembukaan Khutbah Jumat‬‬

‫‪Sebaik-Baik Orang Yang Salah Adalah Yang Bertaubat‬‬

‫‪Jamaah Jumat rahimakumullah,‬‬


Salah satu aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang telah disepakati oleh para ulama adalah tidak ada
manusia yang bebas dari dosa kecuali para nabi. Tidak ada manusia yang dijaga oleh Allah dari
melakukan dosa kecuali para Nabi ‘alaihimus salam.

Bila ada individu atau kelompok yang mengklaim bahwa dirinya atau pimpinan kelompoknya itu
terbebas dari kesalahan atau dikenal dengan istilah ma’shum, maka orang atau kelompok tersebut
telah menyimpang dari aqidah yang benar.

Hanya saja, yang membedakan antara satu orang muslim dengan yang lain adalah kecepatan,
kesungguhan dan ketulusan dalam bertaubat setelah melakukan kesalahan. Sebab melakukan dosa
atau kesalahan itu adalah sifat yang melekat pada anak manusia. Tidak mungkin bisa lepas bebas
darinya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Nabi ‫ﷺ‬:

َ‫ُكل ُّ ا ْب ِن آ َد َم َخ َّطا ٌء َو َخ ْي ُر ا ْل َخ َّطاِئينَ ال َّت َّوابُون‬

”Seluruh anak Adam itu memiliki dosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah orang-orang yang
bertaubat.” [Hadits riwayat Ibnu Majah no. 424]

Perintah Bersegera Taubat

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman apabila
melakukan suatu dosa agar segera bertaubat kepada-Nya tanpa menunda-menunda. Allah Ta’ala
meminta orang-orang yang berdosa agar bertaubat dengan taubat yang tulus dan sungguh-sungguh,
bukan bermain-main dengan taubat.

Allah Ta’ala berfirman

ً ‫َو ُتو ُبو ْا ِإلَى هَّللا ِ َجم‬


َ‫ِيعا َأ ُّي َه ا ْل ُمْؤ ِم ُنونَ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِحُون‬
” Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung.” [aT-Taubah: 31]

Allah juga berfirman,

‫وحا‬
ً ‫ص‬ُ ‫يا َأ ُّي َها الَّذِينَ ءا َم ُنو ْا ُتو ُبو ْا ِإلَى هَّللا ِ َت ْو َب ًة َّن‬

”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya).” [At-Tahrim: 8]

Dalam hadits dari sahabat Al-Aghar bin Yasar Al Muzanni radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah
‫ ﷺ‬bersabda,

((‫وم ماَئ َة َم َّرة‬


ِ ‫أتوب في ال َي‬
ُ ‫ فإ ّني‬،‫ توبوا إلى هللاِ واستغفِروه‬،‫رواه مسلم )) َيا أ ّيها ال ّناس‬

”Wahai manusia ! bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya aku
bertaubat dalam sehari 100 kali.” [Hadits riwayat Muslim]

Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ‫ ﷺ‬beliau bersabda,

((‫وب مسي ُء اللّيل‬


َ ‫سط يدَه بال ّنهار لي ُت‬
ُ ‫ ويب‬،‫ليتوب ُمسيء ال ّنهار‬
َ ِ َّ‫سط يدَه بالل‬
‫يل‬ ُ ‫رواه مسلم ))إنَّ هللا َت َعالى َيب‬

”Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat
orang yang berbuat buruk pada siang hari dan membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk
menerima taubat orang yang berbuat buruk pada malam hari.” [Hadits riwayat Muslim]

Baca juga Khutbah Jum’at: Keinginan Mayit Dihidupkan Lagi di Dunia

Hukum Taubat Dalam Islam


Jamaah Jumat rahimakunullah

Bila Allah dan Rasul-Nya ‫ ﷺ‬telah memerintahkan kepada kaum muslimin untuk bertaubat kepada-
Nya, lantas bagaimanakah status hukum dari taubat dalam Islam?

Imam al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa para ulama umat Islam telah bersepakat
bahwa taubat itu hukumnya fardhu ‘ain atas orang-orang yang beriman.

Dasar dari kesepakatan ulama adalah surat an Nur: 31 dan At-Tahrim: 8 tadi. Perintah dalam kedua
ayat tersebut merupakan fardhu bagi setiap individu di setiap keadaan dan setiap tempat.

Urgensi Taubat

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,

Dalam al-quran kata at-taubah dan turunannya disebut sebanyak 85 kali. Di antaranya, Allah
Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan pertaubatan umat-umat terdahulu berikut balasan dan pahala
(jaza’) yang mereka terima.

Namun di sisi lain, dia juga menyebutkan akibat yang bakal diterima oleh orang-orang yang enggan
bertaubat semasa di dunia.

Banyaknya ayat yang menyebutkan tentang at-taubah menunjukkan betapa pentingnya taubat ini
dalam pandangan Allah Subhanah wa Ta’ala. Di antara urgensi dari taubat menurut al-Quran adalah :

Karena taubat Allah Ta’ala menurunkan ampunan kepada hamba-Nya

Allah Ta’ala berfirman,

‫صال ًِحا ُث َّم اهْ َت َد ٰى‬ َ ‫َوِإ ِّني لَ َغ َّفا ٌر لِمَنْ َت‬
َ َ ‫اب َوآمَنَ َو َع ِمل‬
”Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh,
kemudian tetap di jalan yang benar.” [Thaha: 82]

Seorang mukmin mendapatkan kecintaan Allah melalui taubatnya.

Allah berfirman,

َ‫ِب ا ْل ُم َت َط ِّه ِرين‬ ُّ ‫ِإنَّ هَّللا َ ُيح‬


ُّ ‫ِب ال َّت َّوابِينَ َو ُيح‬

”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.” [Al-Baqarah: 222]

Taubat Nasuha dapat melebur dosa.

Allah berfirman,

‫ت َت ْج ِري مِنْ َت ْحتِ َها اَأْل ْن َها ُر َي ْو َم اَل ُي ْخ ِزي‬ َ ‫س ٰى َر ُّب ُك ْم َأنْ ُي َك ِّف َر َع ْن ُك ْم‬
ٍ ‫س ِّيَئ اتِ ُك ْم َويُدْ ِخلَ ُك ْم َج َّنا‬ َ ‫وحا َع‬
ً ‫ص‬ُ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا ُتو ُبوا ِإلَى هَّللا ِ َت ْو َب ًة َن‬
‫ش ْيءٍ َقدِي ٌر‬
َ ِّ ‫اغف ِْر لَ َنا ۖ ِإ َّن َك َعلَ ٰى ُكل‬ َ ‫هَّللا ُ ال َّن ِب َّي َوالَّذِينَ آ َم ُنوا َم َع ُه ۖ ُنو ُر ُه ْم َي ْس َع ٰى َبيْنَ ْيدِي ِه ْم َو ِب ْي َمانِ ِه ْم َيقُولُونَ َر َّب َنا ْت ِم ْم لَ َنا ُن‬
ْ ‫ور َنا َو‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬

”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.

Pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang
cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya
Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu”. [At-Tahrim: 8]

Siapa bertaubat saat di dunia niscaya Allah menerima taubatnya saat di akhirat.

Allah berfirman,

‫الرحِي ُم‬
َّ ‫اب‬ ُ ‫صلَ ُحوا َو َب َّي ُنوا َفُأو ٰلَِئ َك َأ ُت‬
ُ ‫وب َعلَ ْي ِه ْم ۚ َوَأ َنا ال َّت َّو‬ ْ ‫ِإاَّل الَّذِينَ َتا ُبوا َوَأ‬
”Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka
terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha
Penyayang.” [Al-Baqarah: 160]

Allah Ta’ala juga berfirman,

‫وب َعلَ ْي ِه ۗ ِإنَّ هَّللا َ َغفُو ٌر َرحِي ٌم‬


ُ ‫صلَ َح َفِإنَّ هَّللا َ َي ُت‬
ْ ‫اب مِنْ َب ْع ِد ُظ ْل ِم ِه َوَأ‬
َ ‫َفمَنْ َت‬

”Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan
memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Maidah: 39]

Allah Ta’ala tidak menerima taubat orang-orang yang berada di ujung kematiannya.

Hal ini disebabkan orang itu mengetahui bagaimana akhir dirinya nanti. Sementara, di saat dia masih
sehat dan bugar, dia justru enggan bertaubat. Allah Ta’ala berfirman,

‫ض َر َأ َح َد ُه ُم ا ْل َم ْوتُ َقال َ ِإ ِّني ُت ْبتُ اآْل نَ َواَل الَّذِينَ َي ُمو ُتونَ َو ُه ْم ُك َّفا ٌر ۚ ُأو ٰلَِئ َك َأ ْع َتدْ َنا َل ُه ْم‬
َ ‫ت َح َّت ٰى ِإ َذا َح‬ َّ َ‫ت ال َّت ْو َب ُة لِلَّذِينَ َي ْع َملُون‬
ِ ‫الس ِّيَئ ا‬ َ ‫َولَ ْي‬
ِ ‫س‬
‫َأ‬
‫َعذا ًبا لِي ًما‬ َ

”Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga
apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya
saya bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di
dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” [An-Nisa’: 18]

Baca juga Khutbah Jum’at: Cara Meraih Husnul Khotimah

Syarat Taubat

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,

Bila seseorang hendak bertaubat kepada Allah Ta’ala, maka taubatnya harus memenuhi syarat-syarat
diterimanya taubat. Menurut para ulama syarat taubat itu ada tiga:
Menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan.

Berhenti dari pelanggaran serupa.

Bertekad untuk tidak melakukannya lagi di masa mendatang.

Tiga perkara ini harus terkumpul di saat seseorang bertaubat. Artinya, jika seseorang bertaubat maka
dalam satu waktu ia harus menyesal, berhenti total dari pelanggaran serupa dan bertekad tidak
mengulanginya lagi.

Dengan demikian, seseorang yang telah bertaubat dan memenuhi 3 syarat ini maka ia telah kembali
kepada tingkatan ubudiyah. Sebuah titik tolak yang menjadi tujuan penciptaannya. Pada titik balik
inilah seseorang telah melakukan taubat sejati.

Rekomendasi Khutbah Jumat Keutamaan Bulan Muharram

Tanda-Tanda Taubat Nasuha

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah

Orang-orang yang telah bertaubat dengan taubat nasuha memiliki tanda-tanda lahir yang bisa dilihat,
antara lain:

Bergaul dengan orang-orang shalih dan menghindar dari teman-teman yang buruk.

Perilakunya lebih baik daripada sebelumnya.

Berhenti dari perbuatan dosa dan menerima dengan tangan terbuka terhadap segala kebajikan.

Selalu cemas terhadap adzab Allah dan murka-Nya.

Hatinya berpaling dari hal-hal keduniaan dan sebaliknya, hatinya haus akan hal-hal yang bersifat
ukhrawi.

Hatinya selalu aktif dan tersadar karena penyesalan dan rasa cemas yang terus membayangi. Hal ini
tergantung pada seberapa besar pelanggaran yang dilakukannya.

Baca juga Khutbah Jum’at: Penyebab Mati Su’ul Khotimah

Buah Taubat

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah,


Taubat yang betul-betul tulus, sungguh-sungguh dan memenuhi syarat-syarat taubat nasuha akan
memberikan buah-buah yang manis bagi pelakunya. Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai orang yang
bertaubat dan bergembira dengan taubatnya. Allah Ta’ala akan memberinya rasa manis dalam
hatinya, juga kebahagiaan dan kegembiraan. Di antara buah taubat yang paling penting adalah

Ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala

Di antara dalil yang menunjukkan keridhaan Allah kepada orang yang bertaubat adalah firman Allah
Ta’ala dalam surat At-Tahrim: 8

‫ت َت ْج ِري مِنْ َت ْح ِت َها اَأْل ْن َها ُر َي ْو َم اَل ُي ْخ ِزي‬


ٍ ‫س ِّيَئ اتِ ُك ْم َويُدْ ِخ َل ُك ْم َج َّنا‬َ ‫س ٰى َر ُّب ُك ْم َأنْ ُي َك ِّف َر َع ْن ُك ْم‬
َ ‫وحا َع‬
ً ‫ص‬ُ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا ُتو ُبوا ِإلَى هَّللا ِ َت ْو َب ًة َن‬
َ َ َ ْ
َ ِّ ‫ور َنا َواغف ِْر ل َنا ۖ ِإ َّن َك َعل ٰى ُكل‬
‫ش ْيءٍ قدِي ٌر‬ َ ‫هَّللا ُ ال َّنبِ َّي َوالَّذِينَ آ َم ُنوا َم َع ُه ۖ ُنو ُر ُه ْم َي ْس َع ٰى َبيْنَ ْيدِي ِه ْم َوبِ ْي َمانِ ِه ْم َيقولونَ َر َّب َنا ْت ِم ْم ل َنا ُن‬
َ ‫َأ‬ ُ ُ ‫َأ‬ ‫َأ‬

”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah
tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami,
sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu”.

Dalil yang lain yang menunjukkan bahwa taubat itu termasuk taqarrub yang sangat agung dan sangat
dicintai oleh Allah serta menjadikan Allah Ta’ala meridhai pelakunya adalah hadits dari sahabat Abu
Hamzah Anas bin Malik Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah ‫ﷺ‬, dia
berkata,’Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,”

‫س ِم ْن َها َفَأ َتى‬ َ ‫ش َرا ُب ُه َفَأ ِي‬ ِ ‫وب ِإلَ ْي ِه مِنْ َأ َح ِد ُك ْم َكانَ َع َلى َرا ِح َل ِت ِه ِبَأ ْر‬
َ ‫ض َفالَ ٍة َفا ْن َف َل َتتْ ِم ْن ُه َو َعلَ ْي َها َط َعا ُم ُه َو‬ َ ‫هَّلَل ُ َأ‬
ُ ‫ش ُّد َف َر ًحا ِب َت ْو َب ِة َع ْب ِد ِه حِينَ َي ُت‬
َ‫ح اللَّ ُه َّم َأ ْنت‬ ‫َأ‬ ً
ِ ‫س مِنْ َرا ِحلَتِ ِه َف َب ْي َنا ه َُو َك َذلِ َك ِإ َذا ه َُو ِب َها َقاِئ َمة عِ ْن َدهُ َف َخ َذ بِ ِخ َطا ِم َها ُث َّم َقال َ مِنْ شِ َّد ِة ا ْل َف َر‬ َ ِ‫اض َط َج َع فِى ظِ لِّ َها َقدْ َأي‬ ْ ‫ش َج َر ًة َف‬ َ
َ ‫َأ‬ َ ‫َأ‬ ‫َأ‬
ِ ‫ ْخط مِنْ شِ دَّ ِة ا ْلف َر‬.َ‫َع ْبدِى َو َنا َر ُّبك‬
‫ح‬

“Allah sangat gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat pada-Nya melebihi kegembiraan
salah seorang dari kalian yang berada di atas hewan tunggangannya di suatu tanah yang luas (padang
pasir), kemudian hewan yang ditungganginya kabur sementara di hewan tunggangan itu terdapat
perbekalan makan dan minumnya.
Dia pun menjadi putus asa untuk menemukan hewan tunggangannya. Kemudian ia mendatangi
sebuah pohon dan berbaring di bawah naungannya dalam keadaan putus asa terhadap hewan
tuggangannya. Tiba-tiba ketika ia dalam keadaan seperti itu, hewan tunggangannya tampak berdiri di
sisinya, lalu ia mengambil tali kekangnya.

Karena begitu gembiranya, maka ia berkata, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-
Mu.’ Ia telah salah ucap karena sangat gembiranya.” [Hadits riwayat Muslim no. 2747).

Ketenangan jiwa

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Perlu diketahui, bahaya dosa terhadap ruh dan jiwa lebih berbahaya daripada bahaya penyakit pada
tubuh. Bahkan, bahaya dosa mencakup ruh dan tubuh. Anda bisa melihat bahwa orang yang
bermaksiat itu terkumpul pada dirinya berbagai jenis kekhawatiran dan kesedihan, beragam
keresahan dan perasaan was-was.

Anda akan dapati orang yang suka bermaksiat itu senantiasa dalam keadaan cemas, galau dan takut.
Semua itu sebabnya adalah perbuatan dosa dan maksiatnya.

Oleh karena itu, taubat adalah ketenangan bagi jiwa dan kebahagiaan bagi hati. Al-Hassan Al-Bashri,
rahimahullah berkata,”

‫ والسيئة ظلمة في القلب ووهن في البدن‬،‫الحسنة نور في القلب وقوة في البدن‬

”Kebaikan adalah cahaya di hati dan kekuatan di dalam tubuh, dan keburukan adalah kegelapan di
hati dan kelemahan di tubuh.”

Jadi, taubat merupakan obat penyakit jiwa dan badan yang menuntut untuk senantiasa bersabar
dalam melakukannya dan berharap kepada pahala dari Allah Ta’ala. Taubat merupakan obat yang
menjernihkan hati dan membuang sebab-sebab kesempitan yaitu “ar-raan” (noda hitam karena dosa)
sebagaimana firman Allah Ta’ala,

ِ ُ‫كَاَّل ۖ َبلْ ۜ َرانَ َعلَ ٰى ُقل‬


َ‫وب ِه ْم َما َكا ُنوا َي ْكسِ بُون‬

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.
[Al-Muthaffifin: 14]

Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, dari Nabi ‫ﷺ‬, beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang
hamba jika melakukan suatu dosa maka akan diberikan titik hitam di hatinya. Bila dia bertaubat,
meninggalkan dosa itu, dan memohon ampun maka hatinya akan dibersihkan kembali. Namun jika ia
kembali melakukan dosa itu maka titik hitamnya akan bertambah hingga menutupi hatinya. Dan
itulah ‘Raan’ yang disebutkan oleh Allah dalam al-Qur’an.” [Hadits riwayat At-Tirmidzi dan beliau
menyatakan sebagai hadits shahih]

Bila hati sudah dibersihkan dari noda hitam tersebut maka akan menjadi ringan dan lapang tidak
mengenal putus asa dan tidak tertimpa sifat mudah marah. Apabila seorang hamba itu tertimpa
kekhawatiran dan kegalauan dan tekanan jiwa maka itu karena dosa -dosanya.

Menjauh dari kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Sesungguhnya taubat itu melindungi seseorang dari adzab Allah dan hukumannya karena dosa-dosa
itu menyebabkan kemurkaan, dan bencana sedangkan taubat itu menghapus dosa-dosa dan
membersihkannya.

Oleh karenanya Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Yunus ‘Alaihis salam,

َ‫ث فِي َب ْطنِ ِه ِإلَ ٰى َي ْو ِم ُي ْب َع ُثون‬ َ ‫َفلَ ْواَل َأ َّن ُه َكانَ مِنَ ا ْل ُم‬
َ ِ‫س ِّبحِينَ لَلَب‬

”Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan
tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” [Ash-Shaffat: 143-144]

Ucapan tasbih Nabi Yunus ‘alaihis salam yang merupakan ungkapan taubatnya adalah sebagaimana
disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam surat yang lain tentang kisah dirinya.
َ‫الظالِمِين‬ ُ َ‫ت َأنْ اَل ِإ ٰلَ َه ِإاَّل َأ ْنت‬
َّ َ‫س ْب َحا َن َك ِإ ِّني ُك ْنتُ مِن‬ ِ ‫َب ُم َغاضِ ًبا َف َظنَّ َأنْ َلنْ َن ْقد َِر َعلَ ْي ِه َف َنا َد ٰى فِي ال ُّظلُ َما‬
َ ‫ون ِإ ْذ َذه‬
ِ ‫َو َذا ال ُّن‬

”Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka
bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang
sangat gelap:

ُ َ‫اَل ِإ ٰلَ َه ِإاَّل َأ ْنت‬


َّ َ‫س ْب َحا َن َك ِإ ِّني ُك ْنتُ مِن‬
َ‫الظالِمِين‬

“Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-
orang yang zhalim”. [Al-Anbiya’: 87]

َّ ‫ َو َت َق َّبل َ ِم ِّن ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َو َت ُه ِإ َّن ُه ه َُو‬,‫الذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم‬


.‫الس ِم ْي ُع ا ْل َعلِ ْي ُم‬ ِّ ‫ت َو‬ ِ ‫ َو َن َف َعن ِْي َوِإ َّيا ُك ْم بِ َما ِف ْي ِه مِنَ اآل َيا‬,‫آن ا ْل َعظِ ْي ِم‬
ِ ‫ار َك هللاُ ل ِْي َولَ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْر‬
َ ‫َب‬
‫الر ِح ْي ُم‬ ُ
َّ ‫ ِإ َّن ُه ه َُو ا ْل َغف ْو ُر‬،ُ‫اس َت ْغفِ ُر ْوه‬ َ
ْ ‫هللا ا ْل َعظِ ْي َم ل ِْي َولَ ُك ْم ف‬ َ ‫ر‬ ُ ِ ‫ف‬‫غ‬ْ َ
‫ت‬ ‫اس‬
ْ ‫و‬
َ ‫ا‬ ‫ذ‬َ ‫ه‬
َ ‫ِي‬
ْ ‫ل‬ ‫و‬ْ َ
‫ق‬ ُ ‫ل‬‫و‬ْ ُ ‫ق‬‫َأ‬

Khutbah Kedua
ْ ‫ َأ‬.‫اجا َو َق َم ًرا ُمنِ ْي ًرا‬
ُ‫ش َه ُد اَنْ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللا‬ ً ‫السمَاءِ ُب ُر ْو ًجا َو َج َعل َ فِ ْي َها سِ َر‬ َّ ‫ِي َج َعل َ فِي‬ ْ ‫ار َك الَّذ‬ ْ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذ‬
َ ‫ َت َب‬،‫ِي َكانَ ِب ِع َبا ِد ِه َخ ِب ْي ًرا َبصِ ْي ًرا‬
ً ‫ َودَ ا ِع َيا ِإلَى ا ْل َحقِّ بِِإ ْذنِ ِه َوسِ َر‬،‫ِي َب َع َث ُه ِبا ْل َحقِّ َبشِ ْي ًرا َو َن ِذ ْي ًرا‬
‫اجا ُمنِ ْي ًرا‬ ْ ‫سولُ ُه الَّذ‬ ْ ‫وَأ‬
ُ ‫ش َه ُد اَنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُد ُه ُو َر‬

‫ أما بعد‬.‫اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين‬

Bahaya Menunda Taubat

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan bahwa taubat sebagai ibadah kepada Allah
adalah hal yang pada prinsipnya harus segera dilaksanakan. Dengan kata lain, kewajiban taubat ini
haruslah dilakukan sesegera mungkin, yang apabila seseorang menundanya maka ia akan berdosa
karena penundaannya itu.

Maka, ketika seorang hamba bertaubat dari suatu dosa maka tersisalah satu dosa yang belum ia
taubati, yaitu taubat dari dosa menunda taubat.

Kemungkinan, pemahaman seperti ini jarang terlintas di benak orang yang bertaubat dari suatu dosa.
Ia menganggap sudah tidak tersisa lagi dosa yang harus ia taubati. Padahal, dengan ia bertaubat dari
suatu dosa, masih tersisa satu dosa yang belum ditaubati olehnya, yaitu dosa menunda taubat.
Penegasan Ibnul Qayyim tersebut menguatkan pentingnya bersegera dalam melakukan taubat dan
tidak mencoba untuk menunda-nundanya. Hal ini karena orang yang suka menunda taubat itu
sebenarnya sedang bermain-main dengan bahaya kematian mendadak. Dia tidak pernah tahu kapan
ajal menjemputnya.

Bila seseorang menunda taubatnya kemudian ajal menjemputnya maka dia berarti meninggal dalam
keadaan belum bertaubat dari kemaksiatan yang sedang dilakukan. Hal ini menjadi petaka karena
seseorang akan dibangkitkan di yaumul ba’ats sesuai dengan amal terakhir yang dia lakukan.

Oleh karena itu, sudah semestinya kita membiasakan diri untuk segera bertaubat dari dosa dan
kesalahan yang kita lakukan dengan meneladani ptunjuk Nabi ‫ ﷺ‬yang setiap hari bertaubat dan
beristighfar 100 kali sehari, padahal beliau tidak memiliki dosa sama sekali.

Doa Penutup

Mari kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar mengaruniakan kepada kita semuanya sikap
istiqamah di atas agama-Nya dan ketaatan kepada-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.

‫سلِّ ُم ْوا َت ْسلِ ْي ًما‬ َ ‫صلُّ ْونَ َعلَى ال َّنبِ ِّي َيآَأ ُّي َها الَّ ِذيْنَ آ َم ُن ْوا‬
َ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ِإنَّ هللاَ َو َمآلِئ َك َت ُه ُي‬

‫ار َعلَى َن ْه ِج ِه ْم َو َط ِر ْي َقتِ ِه ْم‬َ ‫س‬ َ ْ‫ص َحابِ ِه َأ ْج َم ِعيْنَ َومَن‬ ْ ‫الراشِ ِديْنَ ا ْل َم ْه ِد ِّييْنَ َوَأ‬
َّ ‫اركْ َعلَى َنبِ ِّي َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َعلَى ُخلَ َفاِئ ِه‬
ِ ‫سلِّ ْم َو َب‬ َ ‫الَّل ُه َّم‬
َ ‫صل ِّ َو‬
َ‫الرا ِح ِميْن‬ ‫َأ‬
َّ ‫ض َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َر ْح َمتِ َك َيا ْر َح َم‬ ْ ‫ِإلَى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن َو‬
َ ‫ار‬

ِ ‫ب الدَّ َع َوا‬
‫ت‬ ُ ‫ب َم ِج ْي‬ َ ‫ ِإ َّن َك‬،ِ‫ت اَأل ْحيَآءِ ِم ْن ُه ْم َواَأل ْم َوات‬
ٌ ‫س ِم ْي ٌع َق ِر ْي‬ ِ ‫ت َوا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ َوا ْل ُم ْسلِ َما‬
ِ ‫اغف ِْر لِ ْل ُمْؤ ِمنِيْنَ َوا ْل ُمْؤ ِم َنا‬
ْ ‫اللَّ ُه َّم‬

‫سالَ َم َواَأل ْمنَ لِعِبا ِد َك‬


َّ ‫ب ال‬ َّ ‫ش ْو َك َة‬
ِ ‫ َو ْاك ُت‬، َ‫الظالِمِين‬ َ ‫ َوَأ ْجم ِْع َكلِ َم َت ُه ْم َعلَى‬،‫صفُ ْو َف ُه ْم‬
َ ‫ َو ْاكسِ ْر‬، ِّ‫الحق‬ ُ ‫ َو َو ِّح ِد اللَّ ُه َّم‬، َ‫اللَّ ُه َّم َأعِ َّز اِإل ْسالَ َم َوا ْل ُم ْسلِ ِميْن‬
َ‫ْج َمعِين‬ ‫َأ‬

‫اخ ُذلْ مَنْ َخ َذل َ ا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ و َد ِّم ْر َأ ْعدَآَئ َنا‬


ْ ‫ص ْر عِ بَادَ َك ا ْل ُم َو ِّح ِديْنَ ا ْل ُم ْخلِصِ يْنَ َو‬ ِّ ‫اللَّ ُه َّم َأعِ َّز اِإل ْسالَ َم َوا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ َوَأ ِذل َّ ال‬
ْ ‫ش ْر َك َوا ْل ُم‬
ُ ‫ش ِر ِكيْنَ َوا ْن‬
‫َأ‬
‫َآء ال ِّد ْي ِن و ْع ِل َكلِ َماتِ َك ِإلَى َي ْو ِم الدِّ ْي ِن‬ ‫َأ‬
َ ‫َو ْعد‬

َ ُ‫َر َّب َنا َظلَ ْم َنا َأ ْنف‬


َ َ‫س َنا َوِإنْ لَ ْم َت ْغف ِْر لَ َنا َو َت ْر َح ْم َنا لَ َن ُك ْو َننَّ مِن‬
َ‫الخاسِ ِريْن‬

‫َّاب‬ َ َ‫ ِإ َّن َك َأ ْنت‬،‫َب َل َنا مِنْ لَ ُد ْن َك َر ْح َم ًة‬


ُ ‫الوه‬ ْ ‫ َوه‬،‫َر َّب َنا ال ُت ِز ْغ قُلُ ْو َب َنا َب ْع َد ِإ ْذ هَدَ ْي َت َنا‬
‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫ار‬ ‫س َن ًة َوفي اآلخ َِر ِة َح َ‬
‫َر َّب َنا آتِ َنا في ال ُّد ْن َيا َح َ‬

‫ان ِإلَى َي ْو ِم ال ّد ْين‬


‫س ٍ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَى َنبِ ِّي َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫ص ْحبِ ِه و َمَنْ َتبِ َع ُه ْم بِِإ ْح َ‬ ‫َو َ‬

‫َع َوا َنا َأ ِن ا ْل َح ْم ُد هلل َر ِّ‬


‫ب ا ْل َعالَ ِميْنَ‬ ‫َوآ ِخ ُر د ْ‬

‫‪3. KHUTBAH 3 Bahaya Penyakit Hati, Tanda-Tanda & Cara Mengobatinya‬‬

‫‪Khutbah Pertama‬‬
‫ضلِلْ َفالَ‬‫ت َأ ْع َمالِ َنا‪ ،‬مَنْ َي ْه ِد هللاُ َفالَ ُمضِ ل َّ َل ُه َومَنْ ُي ْ‬ ‫ِإنَّ ا ْل َح ْم َد هَّلِل ِ َن ْح َم ُدهُ َو َن ْس َت ِع ْي ُن ُه َو َن ْس َت ْغفِ ُرهُ‪َ ،‬و َن ُعو ُذ ِباهللِ مِنْ ُ‬
‫ش ُر ْو ِر َأ ْنفُسِ َنا َومِنْ َس ِّيَئ ا ِ‬
‫س ْولُ ُه‬‫ش َه ُد َأنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُد ُه َو َر ُ‬
‫ش ِر ْي َك َل ُه َوَأ ْ‬
‫ش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللاُ َو ْح َد ُه الَ َ‬
‫ِي لَهُ‪َ .‬أ ْ‬
‫هَاد َ‬

‫ان ِإلَى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن‬


‫س ٍ‬ ‫سلَّ َم َو َعلَى آلِ ِه َوَأ ْ‬
‫ص َحابِ ِه َومَنْ َتبِ َع ُه ْم بِِإ ْح َ‬ ‫صلَّى ا هللُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫سلِّ ْم َعلَى َنبِ ِّي َنا َو َر ُ‬
‫س ْولِ َنا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫صل ِّ َو َ‬

‫اءلُونَ بِ ِه‬‫س َ‬ ‫سا ًء َوا َّتقُوا هَّللا َ الَّذِي َت َت َ‬ ‫س َواحِدَ ٍة َو َخلَقَ ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب َّ‬
‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِيراً َونِ َ‬ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّن ُ‬
‫اس ا َّتقُوا َر َّب ُك ْم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف ٍ‬
‫هَّللا‬
‫َواَأل ْر َحا َم ِإنَّ َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبا ً‬

‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َحقَّ ُت َقاتِ ِه َواَل َت ُمو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم ُم ْسلِمُونَ‬

‫از َف ْو ًزا َعظِ ي ًما‬ ‫صل ِْح لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َو َي ْغف ِْر لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َومَنْ ُيطِ ِع هَّللا َ َو َر ُ‬
‫سولَ ُه َف َقدْ َف َ‬ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْواًل َ‬
‫سدِيدً ا ‪ُ ،‬ي ْ‬

‫َأ َّما َب ْع ُد‬

‫‪Penyakit Hati Menurut Islam‬‬

‫‪Jamaah Jumat rahimakumullah,‬‬

‫‪Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Surat Al-Hajj: 52-54 yang menjelaskan tentang adanya‬‬
‫‪tiga jenis hati dalam diri setiap anak manusia.‬‬
‫ش ْي َطانُ ُث َّم ُي ْح ِك ُم هَّللا ُ آ َياتِ ِه ۗ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم‬
َّ ‫س ُخ هَّللا ُ َما ُي ْلقِي ال‬
َ ‫ش ْي َطانُ فِي ُأ ْمنِ َّيتِ ِه َف َي ْن‬
َّ ‫ول َواَل َن ِب ٍّي ِإاَّل ِإ َذا َت َم َّن ٰى َأ ْل َقى ال‬
ٍ ‫س‬ َ ‫َو َما َأ ْر‬
ُ ‫س ْل َنا مِنْ َق ْبلِ َك مِنْ َر‬
‫َحكِي ٌم‬

ٍ ‫الظالِمِينَ َلفِي شِ َق‬


‫اق َبعِي ٍد‬ ٌ ‫ش ْي َطانُ فِ ْت َن ًة لِلَّذِينَ فِي ُقلُوبِ ِه ْم َم َر‬
َّ َّ‫ض َوا ْل َقاسِ َي ِة ُقلُو ُب ُه ْم ۗ َوِإن‬ َّ ‫لِ َي ْج َعل َ َما ُي ْلقِي ال‬

‫هَّللا‬ ‫َأ‬ ‫ُأ‬


ٍ ‫َولِ َي ْعلَ َم الَّذِينَ و ُتوا ا ْل ِع ْل َم َّن ُه ا ْل َحقُّ مِنْ َر ِّب َك َف ُيْؤ ِم ُنوا ِب ِه َف ُت ْخ ِبتَ َل ُه ُقلُو ُب ُه ْم ۗ َوِإنَّ َ لَ َها ِد الَّذِينَ آ َم ُنوا ِإلَ ٰى صِ َراطٍ ُم ْس َتق‬
‫ِيم‬

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan
apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap
keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan
ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,

agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di
dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu,
benar-benar dalam permusuhan yang sangat,

dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari
Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah
Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. [Al-Hajj: 52-54]

Dalam ayat ini Allah membagi hati menjadi tiga macam: Dua hati terkena fitnah dan satu hati yang
selamat. Dua hati yang terkena fitnah adalah hati yang di dalamnya ada penyakit dan hati yang keras
(mati).

Sedang yang selamat adalah hati orang Mukmin yang merendahkan dirinya kepada Tuhannya, dialah
hati yang merasa tenang dengan-Nya, tunduk, berserah diri serta taat kepada-Nya.

Dengan demikian, hati terbagi menjadi tiga macam:


Pertama: Hati yang sehat dan selamat, yaitu hati yang selalu menerima, mencintai dan mendahulukan
kebenaran. Pengetahuannya tentang kebenaran benar-benar sempurna, juga selalu taat dan
menerima sepenuhnya.

Kedua: Hati yang keras, yaitu hati yang tidak menerima dan taat pada kebenaran.

Ketiga: Hati yang sakit, jika penyakitnya sedang kambuh maka hatinya menjadi keras dan mati, dan
jika ia mengalahkan penyakit hatinya maka hatinya menjadi sehat dan selamat.

Macam-Macam Penyakit Hati

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Penyakit hati begitu banyak macamnya. Menurut Dr. Abdussalam Hamud Ghalib yang termasuk
penyakit hati adalah:

Kemunafikan

Riya’

Penyakit syubhat, bimbang dan ragu.

Suuzh-zhan (sangka buruk)

Dengki

Sombong, ujub terhadap diri sendiri dan meremehkan yang lain serta mengolok-olok mereka.

Dendam dan permusuhan

Putus asa

Hawa nafsu dan cinta kepada selain Allah

Takut kepada selain Allah.

Waswas (kecemasan)

Hati yang keras

Fanatik kepada selain kebenaran

Sedangkan menurut Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, penyakit hati itu pada dasarnya ada dua
kategori besar yaitu:

Penyakit syahwat

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,


‫ض َوقُ ْلنَ َق ْواًل َم ْع ُرو ًفا‬
ٌ ‫ض ْعنَ بِا ْل َق ْو ِل َف َي ْط َم َع الَّذِي فِي َق ْلبِ ِه َم َر‬ َ ‫سا َء ال َّنبِ ِّي لَ ْس ُتنَّ َكَأ َح ٍد مِنَ ال ِّن‬
َ ‫ساءِ ۚ ِإ ِن ا َّت َق ْي ُتنَّ َفاَل َت ْخ‬ َ ِ‫َيا ن‬

Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka
janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam
hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik. [Al-Ahzab: 32]

Yang dimaksud penyakit hati dalam ayat ini adalah penyakit syahwat, kedurhakaan dan zina. Penyakit
syahawat adalah kerusakan yang terjadi pada hati yang merusak keinginan atau kehendak hati
terhadap kebenaran.

Kerusakan itu menjadikan hati membenci kebenaran yang bermanfaat dan menyukai kebatilan yang
membahayakan.

Sumber penyakit syahawat adalah hawa nafsu. Sesungguhnya manusia itu mengetahui kebenaran
akan tetapi dia tidak menginginkannya karena pada dirinya terdapat hawa nafsu yang menyelisihi
ajaran yang dibawa Nabi ‫ﷺ‬.

Penyakit syubhat

Allah Ta’ala berfirman tentang orang-orang munafik,

َ‫اب َألِي ٌم ِب َما َكا ُنوا َي ْك ِذبُون‬ ً ‫ض َف َزا َد ُه ُم هَّللا ُ َم َر‬


ٌ ‫ضا ۖ َولَ ُه ْم َع َذ‬ ِ ُ‫فِي ُقل‬
ٌ ‫وب ِه ْم َم َر‬

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta. [Al-Baqarah: 10]

‫ض َوا ْل َكافِرُونَ َم َاذا َأ َرا َد هَّللا ُ ِب ٰ َه َذا َم َثاًل‬ ِ ُ‫ۚ ولِ َيقُول َ الَّذِينَ فِي قُل‬
ٌ ‫وب ِه ْم َم َر‬ َ
dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan):
“Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” [Al-Mudatstsir :
31]

ٍ ‫الظالِمِينَ َلفِي شِ َق‬


‫اق َبعِي ٍد‬ ٌ ‫ش ْي َطانُ فِ ْت َن ًة لِلَّذِينَ فِي ُقلُوبِ ِه ْم َم َر‬
َّ َّ‫ض َوا ْل َقاسِ َي ِة ُقلُو ُب ُه ْم ۗ َوِإن‬ َّ ‫لِ َي ْج َعل َ َما ُي ْلقِي ال‬

Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di
dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu,
benar-benar dalam permusuhan yang sangat. [al-Hajj: 53]

inilah tiga tempat yang menjelaskan penyakit hati berupa penyakit syubuhat, keraguan dan
kebodohan.

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah Ta’ala saat menjelaskan tafsir firman Allah Ta’ala:

ٌ ‫فِي قُلُوبِ ِه ْم َم َر‬


‫ض‬

” Dalam hati mereka ada penyakit,…” [Al-Baqarah: 10] mengatakan,”Yang dimaksud dengan penyakit
di sini adalah penyakit ragu, syubuhat dan kemunafikan. Hati itu rentan terkena dua jenis penyakit
yang mengeluarkan hati dari kesehatannya dan keseimbangannya.

Yaitu penyakit syubuhat yang batil dan penyakit syahawat yang membinasakan. Kekafiran,
kemunafikan, keraguan dan berbagai bid’ah itu merupakan penyakit syubuhat. Sedangkan zina,
menyukai perbuatan keji dan maksiat serta melakukannya termasuk penyakit syahawat.”

Dengan demikian, penyakit syubuhat adalah kerusakan yang terjadi pada hati, yang merusak
pandangan hati tersebut kepada kebenaran, dalam bentuk hati tidak melihat kebenaran sebagai
kebenaran atau melihatnya secara berbeda dari kebenaran yang sebenarnya atau berkurangnya
kemampuan dalam memahaminya.
Ciri Ciri Penyakit Hati Dalam Islam

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Hati yang berpenyakit itu ada ciri-ciri atau tanda-tandanya, sebagaimana tubuh yang tidak sehat
karena suatu penyakit juga ada tanda-tandanya. Di antara tanda-tanda hati yang sakit menurut Imam
Ibnu Qayyim Al-Jauzi adalah:

Tidak merasakan sakitnya luka akibat melakukan berbagai keburukan.

Hati yang sakit itu merasa lezat saat melakukan maksiat dan merasakan nyaman setelah bermaksiat.

Adapun keadaan keadaan orang mukmin itu jika bermaksiat kepada Allah dia akan menyesal dan
beristighfar serta merasakan kepedihan atas apa yang telah terjadi, serta bersegera untuk bertaubat
kepada Allah.

Mendahulukan perkara yang lebih rendah dibandingkan perkara yang lebih tinggi nilainya dan
memperhatikan hal-hal rendah dengan mengorbankan perkara-perkara mulia.

Lantas apa yang akan kita katakan tentang sebagian dari kaum Muslimin yang telah menjadi orang-
orang yang tidak memperhatikan keadaan saudara-saudaranya dan keadaan umatnya?

Sementara mereka mengetahui perkara-perkara yang sepele dan rendah jauh lebih banyak dibanding
pengetahuannya tentang perkara agamanya dan berita tentang para ulama dan pemimpin Islam.

Membenci kebenaran dan merasa sesak dengan kebenaran. Ini merupakan permulaan jalan menuju
kemunafikan dan bahkan puncaknya.

Merasa terasing dari orang-orang shalih dan merasa akrab dengan para pelaku maksiat dan pendosa.

Anda akan dapati sebagian orang itu tidak sanggup duduk bersama dengan orang-orang shalih dan
tidak merasa nyaman dengan mereka. Bahkan mereka mengolok-olok orang-orang shalih dan majlis
orang-orang shalih.

Hatinya tidak merasa nyaman kecuali bila bergaul dengan orang-orang yang suka berbuat keburukan
dan para pelaku kemungkaran. Tidak ragu lagi ini, merupakan indikasi atas kerusakan dan sakitnya
hati.
Menerima syubhat dan terpengaruh dengannya, suka berdebat dan meninggalkan membaca al-Quran

Takut kepada selain Allah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

‫ لو صححتَ لم‬:‫ فقال‬،‫ كما ذكروا أن رجاًل شكا إلى أحمد بن حنبل خوفه من بعض الوالة‬،‫ولن يخاف الرجل غير هللا إال لمرض في قلبه‬
‫ خوفك من أجل زوال الصحة من قلبك‬:‫ أي‬.‫تخف أحدً ا‬

”Seseorang tidak mungkin takut kepada selain Allah kecuali karena penyakit yang ada dalam hatinya.
Hal ini sebagaimana mereka sebutkan bahwa seorang lelaki mengeluhkan kepada Imam Ahmad bin
Hanbal tentang rasa takutnya kepada sebagian dari para pemimpin wilayah, Maka beliau berkata,
’Andaikan kamu sehat kamu tidak akan takut kepada seorang pun.” Maksudnya, rasa takutmu
dikarenakan hilangnya kesehatan dari hatimu.”

Adanya kerinduan atau rasa cinta yang berlebihan terhadap seseorang.

Tidak mengenal hal yang ma’ruf dan tidak mengingkari kemungkaran dan tidak mempan terhadap
nasehat.

Akibat dan Bahaya Penyakit Hati Berupa Fitnah Syubuhat

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Penyakit hati itu lebih berbahaya dibandingkan penyakit badan. Penyakit hati akan selesai bila
seseorang telah meninggal dunia. Sedangkan penyakit hati akan terus dibawa hingga setelah
kematian dirinya.

Penyakit hati berupa fitnah syubuhat dan syahawat merupakan pangkal kerusakan seorang hamba
dan kesengsaraannya di dunia dan akhirat. Penyakit syubuhat adalah penyakit hati yang paling
berbahaya, paling sulit dan paling mematikan.

Bertolak dari sini, para ahli terapi penyakit hati mewasiatkan agar menjauhi para ahli bid’ah karena
penyakit syahawat itu masih bisa diharapkan untuk bisa diobati. Sedangkan penyakit syubuhat maka
tidak ada obatnya kecuali jika Allah memeliharanya dengan rahmat-Nya.
Sumber penyakit syubuhat adalah kebodohan. Seorang yang jahil (bodoh tentang agama) akan
melakukan kebatilan sementara dia menyangka itu kebenaran. Ini penyakit. Penyakit itu disebut
syubuhat karena adanya keserupaan kebenaran dengan kebatilan dalam penyakit tersebut. Penyakit
syubuhat itu memakaikan pakaian kebenaran pada tubuh kebatilan.

Akibat dari fitnah syubuhat adalah kekafiran dan kemunafikan. Fitnah sybuhat adalah fitnah orang-
orang munafik dan fitnah para ahli bid’ah sesuai dengan tingkatan bid’ah mereka. Mereka melakukan
bid’ah hanyalah disebabkan fitnah syubuhat yaitu kebatilan menyerupai kebenaran dan kesesatan
menyerupai petunjuk

Akibat dan Bahaya Penyakit Hati Berupa Fitnah Syahawat

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Fitnah Syahawat itu begitu banyak. Fitnah syahawat itu berupa mengikuti apa saja yang disukai oleh
jiwa, mengikuti syahwat. Allah Ta’ala berfirman,

‫ف َي ْل َق ْونَ َغ ًّيا‬ َ ‫ت ۖ َف‬


َ ‫س ْو‬ َّ ‫صاَل َة َوا َّت َب ُعوا ال‬
ِ ‫ش َه َوا‬ َ ‫ف َأ‬
َّ ‫ضا ُعوا ال‬ َ َ‫َف َخل‬
ٌ ‫ف مِنْ َب ْع ِد ِه ْم َخ ْل‬

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. [Maryam: 59]

Syahwat itu bisa berupa syahwat kemaluan, syahwat perut, syahwat harta, syahwat kepemimpinan
dan jabatan. Hal ini sangat berbahaya bagi agama seorang Muslim. Syahwat kemaluan
menjerumuskan ke dalam perbuatan zina, homoseksual (lgbt) dan onani yang haram. Semoga Allah
melindungi kita semua.

Allah berfirman,

‫سبِياًل‬ َ ‫ش ًة َو‬
َ ‫سا َء‬ َ ‫الز َنا ۖ ِإ َّن ُه َكانَ َفا ِح‬
ِّ ‫َواَل َت ْق َر ُبوا‬

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk. [Al-isra’: 32]
Syahwat perut bisa menjerumuskan seseorang ke dalam memakan yang haram, memakan riba,
memakan harta anak yatim dan banyak perkara lainnya berupa makanan dan minuman yang haram.
Semua ini termasuk fitnah syahawat.

Syahwat harta dan cinta harta bisa menjerumuskan ke dalam riba yang merupakan salah satu perkara
yang membinasakan. Syahwat harta bisa menjerumuskan ke dalam perbuatan suap yang dilaknat
oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬pelaku dan penerimanya.

Ini sedikit dari gambaran betapa berbahayanya fitnah syahawat bagi seorang Muslim. Akibat dari
mengikuti hawa nafsu hanyalah penyesalan, kerugian , kesesatan dan adzab yang keras di akhirat
nanti bagi yang tidak bertaubat hingga akhir hayat sebagaimana ancaman yang disebutkan di dalam
surat Maryam: 59 yang tadi telah kami bacakan.

َّ ‫ َو َت َق َّبل َ ِم ِّن ْي َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه ِإ َّن ُه ه َُو‬,‫الذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم‬


.‫الس ِم ْي ُع ا ْل َعلِ ْي ُم‬ ِّ ‫ت َو‬
ِ ‫ َو َن َف َعن ِْي َوِإ َّيا ُك ْم ِب َما ِف ْي ِه مِنَ اآل َيا‬,‫آن ا ْل َعظِ ْي ِم‬
ِ ‫ار َك هللاُ ل ِْي َولَ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْر‬
َ ‫َب‬
ُ َ ْ َّ
َّ ‫ ِإن ُه ه َُو الغف ْو ُر‬،ُ‫استغفِ ُر ْوه‬
‫الر ِح ْي ُم‬ ْ َ َ ُ َ ْ
ْ ‫استغفِ ُر هللاَ ال َعظِ ْي َم ل ِْي َولك ْم ف‬ ْ َ َ َ ُ
ْ ‫ق ْول ُ ق ْول ِْي َهذا َو‬ ‫َأ‬

Khutbah Kedua
ْ ‫ َأ‬.‫اجا َو َق َم ًرا ُمنِ ْي ًرا‬
ُ‫ش َه ُد اَنْ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللا‬ ً ‫السمَاءِ ُب ُر ْو ًجا َو َج َعل َ فِ ْي َها سِ َر‬ َّ ‫ِي َج َعل َ فِي‬ ْ ‫ار َك الَّذ‬ ْ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذ‬
َ ‫ َت َب‬،‫ِي َكانَ بِ ِع َبا ِد ِه َخبِ ْي ًرا َبصِ ْي ًرا‬
ً ‫ َودَ ا ِع َيا ِإلَى ا ْل َحقِّ بِِإ ْذنِ ِه َوسِ َر‬،‫ِي َب َع َث ُه ِبا ْل َحقِّ َبشِ ْي ًرا َو َن ِذ ْي ًرا‬
‫اجا ُمنِ ْي ًرا‬ ْ ‫سولُ ُه الَّذ‬ ‫َأ‬
ْ ‫و‬
ُ ‫ش َه ُد اَنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ ُو َر‬

‫ أما بعد‬.‫اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين‬

Cara Menghilangkan Penyakit Hati

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,

Bila kita sudah tahu jenis-jenis penyakit hati, tanda-tandanya dan bahaya yang ditimbulkannya, lantas
bagaimana caranya agar kita bisa selamat dari berbagai penyakit hati tersebut? Para ulama telah
menjelaskan cara-cara agar kita bisa selamat dari berbagai penyakit berbahaya ini.

Di antara ulama yang sangat ahli dan mumpuni dalam terapi penyakit hati adalah Al-Imam Ibnu
Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah. Beliau menjelaskan, cara untuk mengobati penyakit hati adalah:

Dengan al-Quran.

Al-quran adalah obat bagi keraguan yang ada dalam hati, menghilangkan kemusyrikan dan noda
kekafiran di dalam dada serta berbagai penyakit syubuhat dan syahawat.
Al-Quran merupakan petunjuk bagi orang yang mengetahui kebenaran dan mengamalkannya serta
menjadi rahmat karena balasan yang akan didapatkan oleh orang-orang mukmin di dunia dan akhirat.

Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫ج ِم ْن َها ۚ َك ٰ َذلِ َك ُزيِّنَ لِ ْل َكاف ِِرينَ َما َكا ُنوا‬


ٍ ‫ار‬ ِ ‫اس َكمَنْ َم َثلُ ُه فِي ال ُّظلُ َما‬
َ ‫ت َل ْي‬
ِ ‫س ِب َخ‬ ً ‫َأ َومَنْ َكانَ َم ْي ًتا َفَأ ْح َي ْي َناهُ َو َج َع ْل َنا لَ ُه ُن‬
ِ ‫ورا َي ْمشِ ي بِ ِه فِي ال َّن‬
َ‫َي ْع َملُون‬

Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya
yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa
dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari
padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka
kerjakan. [Al-An’am: 122]

Menjaga kekuatan dan unsur hati dengan iman dan amal shaleh serta melakukan amalan-amalan
ketaatan secara terus menerus, dengan kata lain memiliki wirid ketaatan.

Melindungi hati dari hal-hal yang membahayakannya yaitu dengan menjauhi seluruh kemaksiatan dan
pelanggaran syariat.

Mengosongkan hati dari segala unsur yang melukai hati dengan taubat dan istighfar.

Sedangkan menurut Dr. Abdussalanm Hamud Ghalib cara mengobati hati yang sakit adalah dengan:

Kesempurnaan cinta kepada Allah.

Caranya adalah dengan menjadikan cintanya hanyalah untuk Allah dan karena Allah serta marah dan
bencinya karena Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,’Sarana terbesar untuk
mengobati hati adalah dengan memenuhi hati manusia dengan cinta kepada Allah. Allah Ta’ala
berfirman,

ِ ‫ش ُّد ُح ًّبا هَّلِل‬


َ ‫ب هَّللا ِ ۖ َوالَّذِينَ آ َم ُنوا َأ‬
ِّ ‫ُون هَّللا ِ َأ ْندَ ا ًدا ُي ِح ُّبو َن ُه ْم َك ُح‬
ِ ‫اس مَنْ َي َّت ِخ ُذ مِنْ د‬
ِ ‫َومِنَ ال َّن‬

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allah. [Al Baqarah: 165]
Sarana untuk mencintai Allah itu banyak, di antaranya adalah membaca al-Quran dan
mentadabburinya serta, memahami maknanya. Mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai
amalan sunnah setelah melakukan yang wajib. Terus menerus berdzikir kepada Allah dalam segala
keadaan dan lain-lain.

Ikhlas

Allah Ta’ala berfirman:

َ‫ش ِري َك لَ ُه ۖ َوبِ ٰ َذلِ َك ُأم ِْرتُ َوَأ َنا َأ َّول ُ ا ْل ُم ْسلِمِين‬ ِّ ‫اي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َر‬
َ ‫ب ا ْل َعالَمِينَ اَل‬ َ َّ‫قُلْ ِإن‬
ُ ‫صاَل تِي َو ُن‬
َ ‫سكِي َو َم ْح َي‬

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.

Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. [Al-An’am: 162-163]

Kalau seseorang mengikhlaskan amal-amalnya hanya untuk Allah semata maka akan mendapatkan
kelapangan dan ketentraman dalam hatinya.

Mengikuti sunnah Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan sebaik-baiknya.

Allah Ta’ala berfirman,

‫ُقلْ ِإنْ ُك ْن ُت ْم ُت ِحبُّونَ هَّللا َ َفا َّت ِب ُعونِي ُي ْح ِب ْب ُك ُم هَّللا ُ َو َي ْغف ِْر َل ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم ۗ َوهَّللا ُ َغفُو ٌر َرحِي ٌم‬

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Ali Imran: 31]

‫ب‬ َ َ ‫سول ُ َف ُخ ُذوهُ َو َما َن َها ُك ْم َع ْن ُه َفا ْن َت ُهوا ۚ َوا َّتقُوا هَّللا َ ۖ ِإنَّ هَّللا‬
ِ ‫شدِي ُد ا ْل ِع َقا‬ َّ ‫َو َما آ َتا ُك ُم‬
ُ ‫الر‬
‫‪Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka‬‬
‫‪tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. [Al-‬‬
‫]‪Hasyr: 7‬‬

‫‪155 Kumpulan Khutbah Jumat Singkat‬‬

‫‪Doa Penutup‬‬

‫صلَّ ْيتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬ ‫صل ِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫سلِّ ُم ْوا َت ْسلِ ْي ًما‪ .‬اَللَّ ُه َّم َ‬
‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َ‬‫صلُّ ْونَ َعلَى ال َّنبِ ِّي‪َ ،‬ياَأ ُّي َها الَّ ِذيْنَ آ َم ُن ْوا َ‬
‫ِإنَّ هللاَ َو َمالَِئ َك َت ُه ُي َ‬
‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم فِي ا ْل َعالَ ِميْنَ ‪ِ ،‬إ َّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
‫ِ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫م‬ ‫َ‬ ‫ي‬
‫ْ‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫ا‬ ‫ر‬‫َ‬ ‫ب‬
‫ْ‬ ‫ِإ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫ع‬‫َ‬ ‫تَ‬‫ك‬‫ْ‬ ‫ار‬
‫َ‬ ‫ب‬
‫َ‬ ‫ا‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ك‬ ‫د‬‫ٍّ‬ ‫م‬
‫َّ‬ ‫ح‬
‫َ‬ ‫م‬
‫ُ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫ع‬‫َ‬ ‫كْ‬ ‫ار‬
‫ِ‬ ‫ب‬
‫َ‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫ي‬
‫ْ‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫ا‬‫ر‬‫َ‬ ‫ب‬
‫ْ‬ ‫آل‬
‫ِ ِإ‬

‫الدَّع َوا ِ‬
‫ت‬ ‫ب ْ‬ ‫ب ُم ِج ْي ُ‬ ‫ت ْاَأل ْحيَاءِ ِم ْن ُه ْم َو ْاَأل ْم َواتِ‪ِ ،‬إ َّن َك َ‬
‫س ِم ْي ٌع َق ِر ْي ٌ‬ ‫ت َوا ْل ُمْؤ ِمنِيْنَ َوا ْل ُمْؤ ِم َنا ِ‬
‫اغف ِْر لِ ْل ُم ْسلِ ِميْنَ َوا ْل ُم ْسلِ َما ِ‬
‫اَللَّ ُه َّم ْ‬

‫ش ْك َر ن ِْع َمتِ َك َيا َأ ْر َح َم‬


‫شدِ‪َ ،‬و َن ْسَألُ َك ُ‬ ‫اف َوا ْل ِغ َنى‪ .‬اَللَّ ُه َّم ِإ َّنا َن ْسَألُ َك ال َّث َباتَ فِي ْاُأل ُم ْو ِر‪َ ،‬و َن ْسَألُ َك َع ِز ْي َم َة ُّ‬
‫الر ْ‬ ‫اَللَّ ُه َّم ِإ َّنا َن ْسَألُ َك ا ْل ُه َدى َوال ُّت َقى َوا ْل َع َف َ‬
‫ب ْاآلخ َِر ِة‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َأ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫ُأل‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َأ‬ ‫َّ‬
‫الرا ِح ِميْنَ ‪ .‬اَلل ُه َّم ْحسِ نْ َعاقِ َبتنا فِي ْا ُم ْو ِركل َها َو ِج ْرنا مِنْ خِزيِ ال ُّدن َيا َو َعذا ِ‬ ‫َّ‬

‫الر ِح ْي ُم‬ ‫الس ِم ْي ُع ا ْل َعلِ ْي ُم‪َ .‬و ُت ْب َعلَ ْي َنا ِإ َّن َك َأ ْنتَ ال َّت َّو ُ‬
‫اب َّ‬ ‫ار‪َ .‬ر َّب َنا َت َق َّبلْ ِم َّنا ِإ َّن َك َأ ْنتَ َّ‬ ‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫اب ال َّن ِ‬ ‫س َن ًة َوفِي اآلخ َِر ِة َح َ‬
‫َر َّب َنا آتِ َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َ‬

‫شاءِ َوا ْل ُم ْن َك ِر َوا ْل َب ْغيِ‪َ ،‬ي ِع ُظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّك ُر ْونَ ‪َ .‬ف ْاذ ُك ُروا َ‬
‫هللا‬ ‫ان َوِإ ْي َتاءِ ذِي ا ْلقُ ْر َبى َو َي ْن َهى َع ِن ا ْل َف ْح َ‬
‫س ِ‬‫ِعبَادَ هللاِ‪ِ ،‬إنَّ هللاَ َيْأ ُم ُر ِبا ْلعَدْ ِل َو ْاِإل ْح َ‬
‫ضلِ ِه ُي ْعطِ ُك ْم‪َ ،‬ولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْك َ‬
‫ب‬ ‫اسَألُ ْوهُ مِنْ َف ْ‬ ‫ا ْل َعظِ ْي َم َي ْذ ُك ْر ُك ْم‪َ ،‬و ْ‬

‫‪3. KHUTBAH HAKIKAT SILATURAHMI DALAM ISLAM‬‬


‫ضلِلْ َفالَ‬‫ت َأ ْع َمالِ َنا‪ ،‬مَنْ َي ْه ِد هللاُ َفالَ ُمضِ ل َّ َل ُه َومَنْ ُي ْ‬ ‫ِإنَّ ا ْل َح ْم َد هَّلِل ِ َن ْح َم ُدهُ َو َن ْس َت ِع ْي ُن ُه َو َن ْس َت ْغفِ ُرهُ‪َ ،‬و َن ُعو ُذ بِاهللِ مِنْ ُ‬
‫ش ُر ْو ِر َأ ْنفُسِ َنا َومِنْ َس ِّيَئ ا ِ‬
‫س ْولُ ُه‬‫ش َه ُد َأنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬
‫ش ِر ْي َك َل ُه َوَأ ْ‬
‫ش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللاُ َو ْح َدهُ الَ َ‬
‫ِي لَهُ‪َ .‬أ ْ‬
‫هَاد َ‬

‫ان ِإلَى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن‬


‫س ٍ‬‫اب ِه َومَنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإ ْح َ‬ ‫سلَّ َم َو َعلَى آلِ ِه َوَأ ْ‬
‫ص َح ِ‬ ‫صلَّى ا هللُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫سلِّ ْم َعلَى َن ِب ِّي َنا َو َر ُ‬
‫س ْولِ َنا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫صل ِّ َو َ‬

‫اءلُونَ بِ ِه‬‫س َ‬ ‫سا ًء َوا َّتقُوا هَّللا َ الَّذِي َت َت َ‬ ‫س َواحِدَ ٍة َو َخلَقَ ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب َّ‬
‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِيراً َونِ َ‬ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّن ُ‬
‫اس ا َّتقُوا َر َّب ُك ْم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف ٍ‬
‫هَّللا‬
‫َوا ْر َحا َم ِإنَّ َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبا ً‬ ‫َأل‬

‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َحقَّ ُت َقاتِ ِه َواَل َت ُمو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم ُم ْسلِمُونَ‬
‫از َف ْو ًزا َعظِ ي ًما‬ ُ ‫صل ِْح لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َو َي ْغف ِْر لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َومَنْ ُيطِ ِع هَّللا َ َو َر‬
َ ‫سولَ ُه َف َقدْ َف‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْواًل‬
ْ ‫ ُي‬، ‫سدِيدً ا‬

‫َأ َّما َب ْع ُد‬

Mukaddimah Pembukaan Khutbah Jumat

Hakikat Silaturrahim Dalam Islam

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Kita semua sudah sangat akrab dengan kata silaturahmi atau silaturrahim. Kata yang diadopsi dari
bahasa Arab. Silaturrahim sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya bangsa ini.

Hanya saja tidak setiap orang yang mengenal kata ini benar-benar memahami konsepnya secara
lengkap dalam Islam. Lantas, sebenarnya apakah yang dimaksud denga silaturrahim?

Secara bahasa, kata ‫( الصلة‬ash-Shilah) merupakan bentuk mashdar (bentuk kata benda) dari kata kerja
َ ‫ َو‬. Bentuk jamak dari ‫ الصلة‬adalah ‫صِ الت‬.
َ ‫صل‬

Kata ini memiliki sejumlah makna: sesuatu yang diberikan, sesuatu yang boleh, al birr (kebaikan yang
luas) dan ihsan (kebaikan), ikatan yang menghubungkan antara dua pihak atau lebih dan menyatukan
mereka.

Sedangkan kata ‫( الرحم‬ar-rahim) adalah tempat menetapnya janin di perut ibunya. Makna lainnya
adalah kerabat dan sebab-sebab kekerabatan.

Secara syar’i silaturrahim berarti berbuat baik kepada para kerabat dan memberikan kebaikan yang
memungkinkan kepada mereka serta menjauhkan mereka sesuai kemampuan dari madharat.
Sedangkan yang dimaksud dengan memutus silaturrahim adalah tidak berbuat baik kepada kerabat.
Ada ulama yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan memutus silaturrahim adalah berbuat
buruk kepada mereka.

Hukum Silaturahmi & Contohnya

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah,

Mengenai hukum silaturrahim, telah disepakati oleh para ulama bahwa secara garis besar
silaturrahim itu hukumnya wajib. Sedangkan memutus silaturrahim termasuk maksiat yang berdosa
besar.

Imam Al-Qurthubi, Al-Qadhi ‘Iyadh (Fudhail bin ‘Iyadh) dan selain mereka telah menukil adanya
kesepakatan ulama atas wajibnya silaturahim dan haramnya memutus silaturahim.

Saat masuk ke dalam rincian dari silaturrahim, hukumnya berbeda-beda sesuai dengan kondisi orang
yang menyambung silaturahmi dan yang disambung hubungannya. Selain itu juga tergantung
perbedaan sarana yang dipakai untuk bersilaturrahim

Misalnya, andai seseorang yang kaya memiliki saudara kandung yang fakir dan membutuhkan
bantuan, maka orang yang kaya ini wajib bersilaturrahim dengan memberikan bantuan kepada
saudaranya yang fakir tersebut.

Dalam hal ini, pemberian tersebut menjadi bagian dari silaturrahim tersebut dan itu wajib.

Sementara, bila saudaranya tadi dalam keadaan kaya yang tidak membutuhkan harta, maka
pemberian tersebut tidak wajib, namun silaturrahim dengan sesuatu yang lain seperti mengucapkan
salam, dan berkomunikasi secara verbal. Yang ini justru menjadi wajib.

Dengan demikian kita perlu memperhatikan keadaan orang yang disambung hubungan
kekerabatannnya tersebut.
Namun juga wajib memperhatikan kemampuan orang yang menyambung silaturrahim. Jika dia
termasuk orang yang punya kemampuan maka wajib atasnya untuk melakukannya. Dan jika tidak
maka tidak wajib.

Demikian pula kita mesti memperhatikan sarana yang digunakan untuk silaturrahim. Ada hal-hal yang
berhukum wajib dan ada hal-hal yang bila dilakukan hukumnya adalah mustahab atau dianjurkan.

Pada contoh tadi, kita dapati bahwa saudara yang fakir tersebut sarana silaturrahim dengannya
adalah dengan memberikan bantuan kepadanya. Bantuan di sini hukumnya wajib.

Jika dia adalah orang yang kaya maka bila bersilaturrahim dengan cara memberi sesuatu, pemberian
tersebut menjadi mustahab bukan wajib.

Hal lain lagi yang perlu diperhatikan adalah bahwa hukum wajib dalam silaturrahim itu berlaku bagi
yang paling dekat kekerabatannya dan kemudian urutan di bawahnya dan seterusnya.

Sebagai misal, apabila orang yang kaya tadi memiliki saudara kandung yang fakir dan paman yang
juga fakir sementara dia tidak mampu memenuhi hak keduanya sekaligus.

Maka dalam kasus semacam ini kita katakan bahwa yang wajib adalah menjalankan kewajiban
silaturrahim berupa memberi bantuan itu kepada saudara kandungnya yang fakir. Sedangkan
menyambung silaturrahim dengan pamannya tadi bersifat mustahab atau dianjurkan.

Kemudian, tidak terlaksananya kewajiban silaturrahim oleh pihak yang paling dekat hubungan
kekerabatannya terhadap kerabatnya yang lain tidak melepaskan kerabat yang jauh dari tanggung
jawab.

Sebagai misal, kita asumsikan bahwa ada seorang yang kaya memiliki saudara kandung yang fakir
yang membutuhkan untuk dibantu. Keduanya memiliki paman yang kaya.
Di sini, membantu saudara yang fakir itu diwajibkan atas saudara kandungnya yang kaya sedangkan
bagi sang paman hanyalah mustahab atau dianjurkan.

Namun bila diasumsikan saudara kandungnya yang kaya tersebut tidak menjalankan kewajibannya,
dan memutus silaturahimnya, sang paman yang kaya tersebut tidak bisa mengatakan bahwa
menyambung hubungan silaturrahim ini kewajiban saudara kandungnya.

Bila dia tidak menjalankannya maka saya tidak memikul tanggung jawab tersebut. Bukan demikian.
Yang benar bahkan kewajiban itu berpindah kepada sang paman.

Dalil Diperintahkannya Silaturrahim Dalam Al-Quran

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan perhatian yang sangat besar tentang masalah silaturrahim.
Hal ini terlihat dari begitu banyak ayat yang memerintahkan silaturrahim. Di antaranya:

Al-Baqarah: 215

‫يل ۗ َو َما َت ْف َعلُوا مِنْ َخ ْي ٍر َفِإنَّ هَّللا َ ِب ِه َعلِي ٌم‬


ِ ‫س ِب‬
َّ ‫ِين َوا ْب ِن ال‬ َ ‫َي ْسَألُو َن َك َم َاذا ُي ْنفِقُونَ ۖ قُلْ َما َأ ْن َف ْق ُت ْم مِنْ َخ ْي ٍر َفلِ ْل َوالِدَ ْي ِن َواَأْل ْق َر ِبينَ َوا ْل َي َتا َم ٰى َوا ْل َم‬
ِ ‫ساك‬

Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu
nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan”. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat,
maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.

Al-Anfal: 75
َ ِّ ‫ب هَّللا ِ ۗ ِإنَّ هَّللا َ بِ ُكل‬
‫ش ْيءٍ َعلِي ٌم‬ ِ ‫ض فِي ِك َتا‬ ُ ‫َاج ُروا َو َجا َهدُوا َم َع ُك ْم َفُأو ٰلَِئ َك ِم ْن ُك ْم ۚ َوُأولُو اَأْل ْر َح ِام َب ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم َأ ْولَ ٰى ِب َب ْع‬ َ ‫َوالَّذِينَ آ َم ُنوا مِنْ َب ْع ُد َوه‬

Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu maka
orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu
sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
An-Nisa’: 36

‫ب‬ِ ‫الصا ِح‬


َّ ‫ب َو‬ ِ ‫ار ذِي ا ْلقُ ْر َب ٰى َوا ْل َج‬
ِ ‫ار ا ْل ُج ُن‬ ِ ‫ِين َوا ْل َج‬ِ ‫ساك‬َ ‫سا ًنا َو ِبذِي ا ْلقُ ْر َب ٰى َوا ْل َي َتا َم ٰى َوا ْل َم‬
َ ‫ش ْيًئ ا ۖ َو ِبا ْل َوالِ َد ْي ِن ِإ ْح‬ ْ ‫اع ُبدُوا هَّللا َ َواَل ُت‬
َ ‫ش ِر ُكوا ِب ِه‬ ْ ‫َو‬
َ ‫اًل‬
ً ‫ِب مَنْ َكانَ ُم ْخ َتا ف ُخ‬
‫ورا‬ ‫اَل‬ ‫هَّللا‬ ‫َأ‬ َ
ُّ ‫يل َو َما َمل َكتْ ْي َما ُن ُك ْم ۗ ِإنَّ َ ُيح‬ ِ ِ‫السب‬
َّ ‫ب َوا ْب ِن‬ ْ
ِ ‫بِال َج ْن‬

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri

An-Nahl: 90

َ‫شاءِ َوا ْل ُم ْن َك ِر َوا ْل َب ْغيِ ۚ َي ِع ُظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكرُون‬


َ ‫ان َوِإي َتاءِ ذِي ا ْلقُ ْر َب ٰى َو َي ْن َه ٰى َع ِن ا ْل َف ْح‬
ِ ‫س‬َ ‫ِإنَّ هَّللا َ َيْأ ُم ُر بِا ْل َعدْ ِل َواِإْل ْح‬

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Dan masih banyak lagi, namun beberapa ayat ini cukup mewakili.

Dalil Diperintahkannya Silaturrahim dalam As-Sunnah

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,

Sedangkan dalil-dalil disyariatkannya silaturrahim dari As-Sunnah cukup banyak juga. Di antaranya:

َ ‫ َأ ْخبِ ْرن ِْي بِ َع َم ٍل يُدْ ِخلُن ِْي ْا‬: ‫سلَّ َم‬


َ ‫ َف َقال َ ال َّنبِ ُّي‬.‫لج َّن َة‬
ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه – َأنَّ َر ُجالً َقال َ لِل َّنبِ ِّي‬-‫ي‬ ِّ ‫ار‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ب ْاَأل ْن‬
ٍ ‫َعنْ َأبِ ْي َأ ُّي ْو‬
، ‫) واللفظ له‬1396( 3 ‫ الفتح‬-‫اري‬ ِ ‫الر ِح َم)) ْال ُب َخ‬َّ ُ ‫ َو َتصِ ل‬،‫الز َكا َة‬ َّ ‫ َو ُتْؤ ت َِي‬،‫الصاَل َة‬
َّ ‫ َو ُتقِ ْي ُم‬،ً‫ش ْيئا‬
َ ‫ش ِر ُك ِب ِه‬ْ ‫ َواَل ُت‬،‫هللا‬
َ ‫ (( َت ْع ُب ُد‬: ‫سلَّ َم‬َ ‫َعلَ ْي ِه َو‬
)14( ‫ومسلم‬

Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bahwa seorang lelaki berkata kepada Nabi ‫ﷺ‬,
’Beritahulah saya satu amalan yang akan memasukkan saya ke dalam surga.” Maka Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,
”Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mensekutukan sesuatu dengan Allah. Dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat serta sambungkanlah hubungan silaturrahim.” [Hadits riwayat Al-Bukhari
dan Muslim]

ْ‫ َومَن‬،ُ‫ض ْي َفه‬
َ ‫س َّل َم ((مَنْ َكانَ ُيْؤ مِنُ ِباهللِ َو ْال َي ْو ِم ْاآلخ ِِر َف ْل ُي ْك ِر ْم‬ َ ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو‬ َ ‫هللا‬
ِ ُ ‫س ْول‬ ُ ‫ َقال َ َر‬: َ ‫ َأ َّن ُه َقال‬-ُ‫ َرضِ َي هللاُ َع ْنه‬-‫عَنْ َأ ِب ْي ه َُر ْي َر َة‬
)6138(10 ‫الفتح‬-‫ص ُمتْ )) البخاري‬ ْ ‫ َومَنْ َكانَ ُيْؤ مِنُ ِباهللِ َو ْال َي ْو ِم ْاآلخ ِِر َف ْل َيقُلْ َخ ْيراً َأ ْو لِ َي‬،ُ‫َكانَ ُيْؤ مِنُ ِباهللِ َو ْال َي ْو ِم ْاآلخ ِِر َف ْل َيصِ لْ َر ِح َمه‬
)47( ‫ ومسلم‬، ‫واللفظ له‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, ”Siapa yang beriman
kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya. Dan siapa yang beriman
kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia menyambung silaturrahim. Dan siapa yang beriman
kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah berkata baik atau diam.” [Hadits riwayat Al-Bukhari dan
Muslim]

‫هلل‬
ِ ُ ‫س ْول‬ ُ ‫ َقدْ َق ِد َم َر‬:َ‫ َوقِ ْيل‬.ُ‫اس ِق َبله‬ ُ ‫ ا ْن َج َفل َ ال َّن‬، ‫سلَّ َم ْال َم ِد ْي َن َة‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ َل َما َق ِد َم ال َّن ِب ُّي‬: َ ‫ َقال‬-ُ‫رضِ َي هللاُ َع ْنه‬- َ ‫ساَل ٍم‬ َ ‫عَنْ َع ْب ِد هللاِ ْب ِن‬
‫اس َأِل ْن ُظ َر َفلَ َّما‬ِ َّ
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ِي‬
ْ ‫ف‬ ُ‫ت‬ ‫ْئ‬ ‫ج‬
ِ ‫ف‬َ ً ‫ا‬ ‫ث‬ ‫اَل‬‫ث‬َ ‫م‬ َّ ‫ل‬ ‫س‬‫و‬ ِ
‫ه‬
َ َ َ ْ َ ُ ‫ي‬ َ ‫ل‬‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ى‬ َّ ‫ل‬‫ص‬َ ‫هللا‬
ِ ‫ل‬ ‫و‬ ‫س‬
ُ ُْ َ َ ‫ر‬ ‫م‬ ‫د‬ِ َ
‫ق‬ ْ‫د‬‫ق‬َ ، ‫م‬ َّ ‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬
َ َ َ ْ َ ُ ِ
‫ه‬ ‫ي‬ َ ‫ل‬‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ى‬ َّ ‫ل‬‫ص‬َ ‫هللا‬
ِ ‫ل‬ ‫و‬
ُ ُْ َ َ‫س‬ ‫ر‬ ‫م‬ ِ
‫د‬ َ
‫ق‬ ْ‫د‬‫ق‬َ ، َ َّ‫سل‬
‫م‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ
ْ
‫و ط ِع ُم ْوا‬، ‫َأ‬ َ
َ ‫السال َم‬َّ ‫ش ْوا‬ ْ ‫َأ‬
ُ ‫اس ف‬ ‫َأ‬ َ ‫َأ‬
ُ ‫ (( َيا ُّي َها ال َن‬: َ ‫سم ِْع ُت ُه َت َكل َم بِ ِه نْ قال‬َّ َ ٍ‫ش ْيء‬ ‫َأ‬
َ ُ ‫ف َكانَ َّول‬، ‫ب‬ َ َّ
ٍ ‫س بِ َو ْج ِه َكذا‬ َ ‫َأ‬ ْ
َ ‫َت َب َّي َنتْ َو ْج َه ُه َع َرفتُ نَّ َو ْج َه ُه ل ْي‬
‫ وأحمد‬. ‫ واللفظ له‬. )3251( ‫وابن ماجه‬.)2485(‫ساَل ٍم)) الترمذي‬ َ ‫لج َّن َة ِب‬
َ ‫ َتدْ ُخلُ ْوا ْا‬،‫اس نِ َيا ٌم‬ ُ ‫صلُّ ْوا ِباْللَّ ْي ِل َوال َّن‬ َ ‫ َو‬،‫ َوصِ لُ ْوا ْاَأل ْر َح ِام‬،‫الط َعا َم‬ َّ
)456( ‫ وذكره األلباني في الصحيحة برقم‬. )5/451(

Dari Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Ketika Nabi ‫ ﷺ‬datang ke Madinah, orang-
orang bergegas menuju ke arahnya. Orang-orang berkata, ”Rasulullah ‫ ﷺ‬telah tiba. Rasulullah ‫ﷺ‬
telah tiba. Rasulullah ‫ ﷺ‬telah tiba tiga kali. Lantas aku bergabung dengan orang banyak untuk
melihat.

Ketika wajah Nabi ‫ ﷺ‬terlihat jelas, aku menjadi tahu bahwa wajahnya bukanlah wajah seorang
pendusta. Hal pertama yang diucapkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬yang aku dengar adalah beliau bersabda, ”Wahai
manusia! Sebarkanlah salam, dan berikanlah makan, dan sambungkanlah hubungan silaturrahim dan
shalatlah pada waktu malam saat orang-orang sedang tidur, kalian akan masuk ke dalam surga
dengan selamat.”

[Hadits riwayat At-Tirmidzi (2485), Ibnu Majah (3251) dan ini lafadznya, dan Ahmad (5/451). Syaikh
Al-Albani menyebut hadits ini di Ash-Shahihah no. 456]

Baca juga Khutbah Jum’at: Menghilangkan Kesusahan Orang Lain

Keutamaan Silaturahmi

Jamaah Jumat rahimakumullah,


Masih banyak hadits yang menunjukkan diperintahkannya silaturrahim dalam Islam. Amal shalih ini
memang memiliki banyak manfaat dan keutamaan.

Di antara hadits-hadits Nabi ‫ ﷺ‬yang menjelaskan keutamaan silaturrahim adalah sebagai berikut:

ْ‫ َومَن‬،ُ‫صلَ ُه هللا‬
َ ‫صلَن ِْي َو‬ ِ ‫((الر ِح ُم ُم َع َّل َق ٌة ِباْل َع ْر‬
َ ‫ مَنْ َو‬: ُ ‫ش َت ُق ْول‬ َّ :‫س َّل َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو‬
َ ‫هللا‬
ِ ُ ‫س ْول‬ َ ‫ش َة‬
ُ ‫ َقال َ َر‬: ْ‫ َقالَت‬-‫رضِ َي هللاُ َع ْن َها‬- َ ‫َعنْ َعاِئ‬
‫) وهذا لفظه‬2555( ‫ ومسلم‬.)5989(10‫ الفتح‬-‫ار ْي‬ َ َ
ِ ‫قط َعن ِْي قط َع ُه هللاُ )) ْال ُب َخ‬ َ َ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, ”Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, ’Ar-Rahim itu tergantung di
‘Arsy. Ar-Rahim tersebut berkata,”Siapa yang menyambungku maka Allah akan menyambungnya dan
siapa yang memutusku maka Allah akan memutusnya.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (5989) dan Muslim
(2555)]

‫سَأ لَ ُه فِي َأ َث ِر ِه‬


َ ‫س َط لَ ُه فِي ِر ْزقِ ِه َأ ْو ُي ْن‬
َ ‫س َّر ُه َأنْ ُي ْب‬
َ ْ‫ ((مَن‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫عن أنس بن مالك_ رضي هللا عنه_ قال‬
)2557( ‫) ومسلم‬5986(10‫َف ْل َيصِ لْ َر ِح َمهُ)) البخاري الفتح‬

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata, ”Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,”Siapa yang suka
rezekinya dilapangkan dan dipanjangkan usianya maka sambungkanlah hubungan silaturrahimnya.”

‫س َن ُه‬ ْ ‫اِئي َو ْاللَ ْف ُظ لَ ُه َوال ِّت ْر ِمذ‬


َّ ‫ِي َو َح‬ ْ ‫س‬ َ ‫صدَ َق ٌة َوصِ لَّ ٌة )) َر َواهُ ال َّن‬ ِ ‫الرح ِِم ا ْث َن َت‬
َ ‫ان‬ ْ ‫صدَ َق ٌة َو َعلَى ذ‬
َّ ‫ِي‬ ْ ‫ص َد َق َة َعلَى ْال‬
َ ‫ِمس ِك ْي ِن‬ َّ ‫ِإنَّ ال‬.

“Sesungguhnya sedekah kepada orang miskin itu satu sedekah dan sedekah kepada orang yang ada
hubungan kekerabatan ada pahalanya yaitu pahala sedekah dan silaturrahim.” [Hadits riwayat An-
Nasa’i, ini lafazhnya dan At-Tirmidzi]

Rekomendasi Khutbah Jumat Keutamaan Bulan Muharram

Cara Menyambung Silaturahmi

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Bila silaturrahim itu kewajiban agama yang sangat mulia dan utama, lantas bagaimana cara
melakukannya?

Sebenarnya ada banyak cara untuk melaksanakan kewajiban ini. Di antaranya:


Mengunjungi para kerabat di tempat mereka.

Menjamu mereka saat berada di rumah anda.

Mencari kabar tentang mereka, menanyakan mereka dan mengirim salam untuk mereka.

Anda bertanya kepada mereka tentang keadaannya baik melalui telepon, surat atau melalui
perantaraan seseorang.

Memberikan sebagian harta yang anda miliki baik pemberian ini merupakan sedekah karena mereka
yang dijalin hubungan silaturrahim ini membutuhkan atau sebagai hadiah karena dia bukan orang
yang membutuhkan.

Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.

Bergembira saat mereka bergembira dan ikut merasa bersedih saat mereka tertimpa musibah.

Menjenguk mereka yang sedang sakit.

Mengiringi jenazah mereka.

Memenuhi undangan mereka kecuali ada udzur.

Membersihkan dada dari rasa dengki kepada mereka.

Memperbaiki hubungan di antara mereka yang sedang bermasalah hubungannya.

Mendoakan mereka. Ini bisa dilakukan siapa saja dan siapa pun membutuhkannya.

Mendakwahi mereka kepada petunjuk dan memerintahkan kepada kebaikan serta melarang mereka
dari kemungkaran.

Contoh cara melakukan silaturahmi yang kami sebutkan diatas bukan untuk membatasi.

َّ ‫ َو َت َق َّبل َ ِم ِّن ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َو َت ُه ِإ َّن ُه ه َُو‬,‫الذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم‬


.‫الس ِم ْي ُع ا ْل َعلِ ْي ُم‬ ِّ ‫ت َو‬ ِ ‫ َو َن َف َعن ِْي َوِإ َّيا ُك ْم بِ َما ِف ْي ِه مِنَ اآل َيا‬,‫آن ا ْل َعظِ ْي ِم‬
ِ ‫ار َك هللاُ ل ِْي َولَ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْر‬
َ ‫َب‬
َّ ‫ ِإ َّن ُه ه َُو ا ْل َغفُ ْو ُر‬،ُ‫اس َت ْغفِ ُر ْوه‬
‫الر ِح ْي ُم‬ ْ ‫هللا ا ْل َعظِ ْي َم ل ِْي َولَ ُك ْم َف‬ َ ‫ر‬ ُ ِ ‫ف‬‫غ‬ْ َ
‫ت‬ ‫اس‬
ْ ‫و‬
َ ‫ا‬ ‫ذ‬َ ‫ه‬
َ ‫ِي‬
ْ ‫ل‬ ‫و‬ْ َ
‫ق‬ ُ ‫ل‬‫و‬ْ ُ ‫ق‬‫َأ‬

155 Materi Khutbah Jumat Terbaru

Khutbah Kedua
ْ ‫ َأ‬.‫اجا َو َق َم ًرا ُمنِ ْي ًرا‬
ُ‫ش َه ُد اَنْ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللا‬ ً ‫السمَاءِ ُب ُر ْو ًجا َو َج َعل َ فِ ْي َها سِ َر‬
َّ ‫ِي َج َعل َ فِي‬ ْ ‫ار َك الَّذ‬ ْ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذ‬
َ ‫ َت َب‬،‫ِي َكانَ بِ ِع َبا ِد ِه َخبِ ْي ًرا َبصِ ْي ًرا‬
‫اجا ُمنِ ْي ًرا‬ ْ َ
ً ‫ َودَ ا ِع َيا ِإلَى ا ْل َحقِّ بِِإذنِ ِه َوسِ َر‬،‫ِي َب َعث ُه ِبا ْل َحقِّ َبشِ ْي ًرا َو َن ِذ ْي ًرا‬
ْ ‫سولُ ُه الَّذ‬ ‫َأ‬
ْ ‫و‬
ُ ‫ش َه ُد اَنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ ُو َر‬

‫ َأ َّما َب ْع ُد‬.‫ان ِإلَى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن‬


ٍ ‫س‬َ ‫اب ِه َو مَنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإ ْح‬ ْ ‫سلِّ ْم َعلَى هَ َذا ال َّن ِب ِّي ْال َك ِر ْي ِم َو َعلَى آلِ ِه َو َأ‬
ِ ‫ص َح‬ َ ‫اللَّ ُه َّم‬
َ ‫صل ِّ َو‬
Larangan Memutus Silaturahim

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Bila silaturrahim itu merupakan kewajiban mulia yang sangat besar pahalanya dan banyak
manfaatnya sehingga diperintahkan oleh Allah dan Rasul-nya ‫ﷺ‬, maka sebaliknya, memutus
silaturrahim itu merupakan salah satu dosa besar yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,

‫ار ُه ْم‬
َ ‫ص‬ َ ‫ض َو ُت َق ِّط ُعوا َأ ْر َحا َم ُك ْم ُأو ٰلَِئ َك الَّذِينَ لَ َع َن ُه ُم هَّللا ُ َفَأ‬
َ ‫ص َّم ُه ْم َوَأ ْع َم ٰى َأ ْب‬ ِ ‫س ْي ُت ْم ِإنْ َت َولَّ ْي ُت ْم َأنْ ُت ْفسِ دُوا فِي اَأْل ْر‬
َ ‫َف َهلْ َع‬

Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan?

Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya
penglihatan mereka. [Muhammad: 22-23]

ُ ‫ض ۙ ُأو ٰلَِئ َك لَ ُه ُم اللَّ ْع َن ُة َولَ ُه ْم‬


‫سو ُء الدَّ ِار‬ َ ‫َوالَّذِينَ َي ْنقُضُونَ َعهْدَ هَّللا ِ مِنْ َب ْع ِد مِي َثاقِ ِه َو َي ْق َطعُونَ َما َأ َم َر هَّللا ُ ِب ِه َأنْ ُيو‬
ِ ‫صل َ َو ُي ْفسِ دُونَ فِي اَأْل ْر‬

Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang
Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang
memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam). [Ar-Ra’du: 25]

Rasulullah ‫ ﷺ‬juga melarang umatnya dari memutus silaturrahim dengan sejumlah sabdanya, di
antaranya:

‫س لَ ْيلَ ِة ْال ُج ْم َع ِة‬ ُ ‫ (( ِإنَّ َأ ْع َمال َ َبن ِْي آدَ َم ُت ْع َر‬: ‫سلَّ َم‬
ٍ ‫ض ُكل َّ َخ ِم ْي‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ َقال َ َر‬:َ‫َعنْ َأبِ ْي ه َُر ْي َر َة ـ َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه ـ َأ َّن ُه َقال‬
َ ِ‫س ْول ُ هللا‬
‫ص ِح ْي ٌح‬ ‫َأ‬ َ
َ ُ‫فاَل َيق َبل ُ َع َمل َ قاطِ ِع َرح ٍِم )) َر َواهُ ْح َم ُد َوِإ ْس َنا ُده‬ْ َ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,”Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, ”Sesungguhnya amalan
keturunan Adam dihadapkan (kepada Allah) setiap kamis malam Jumat. Maka amal orang yang
memutus hubungan kekeluargaan (silaturrahim) tidak diterima.” [Hadits riwayat Ahmad dan
sanadnya shahih]

.‫ َقاطِ َع َرح ٍِم‬:‫سول ُ هَّللَا ِ – صلى هللا عليه وسلم – – اَل يَدْ ُخل ُ اَ ْل َج َّن َة َقاطِ ٌع – َي ْعنِي‬
ُ ‫ َقال َ َر‬:َ‫َو َعنْ ُج َب ْي ِر ْب ِن ُم ْطع ٍِم – رضي هللا عنه – َقال‬
َ َ
‫ُم َّتفقٌ َعل ْي ِه‬

Dari Jabir bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,”Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,”Tidak akan masuk
surga orang yang memutus -yakni orang yang memutus hubungan kekeluargaan (silaturrahim).”
[Muttafaq ‘alaih]

َّ ‫ى َو َقطِ ي َع ِة‬
‫الرح ِِم‬ َ ِ‫ب َأ ْجدَ ُر َأنْ ُي َع ِّجل َ هَّللا ُ ل‬
ِ ‫صاحِبِ ِه ا ْل ُعقُو َب َة فِى ال ُّد ْن َيا َم َع َما َي َّد ِخ ُر لَ ُه فِى اآلخ َِر ِة مِنَ ا ْل َب ْغ‬ ٍ ‫َما مِنْ َذ ْن‬

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, ”Tidak ada dosa yang lebih layak untuk Allah segerakan hukumannya bagi
pelakunya di dunia ini selain hukuman yang Allah simpan baginya di akhirat melebihi dosa al-baghyu
(tindak kezaliman dan melampaui batas kepada orang lain) dan memutuskan silaturrahim.

[Hadits riwayat al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, no. 29; At-Tirmidzi, no. 2511; Abu Dawud, no. 4902;
al-Hakim, no. 3359, 7289; dll. Dishahihkan oleh At-Tirmidzi, al-Hakim, adz-Dzahabi dan al-Albani]

Doa Penutup

Demikian tadi khutbah Jumat tentang pentingnya menyambung silaturrahim. Semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada kita semuanya kesadaran yang kuat dan segala
kemudahan untuk senantiasa memelihara silaturrahim dan menjauhi sejauh-jauhnya segala bentuk
perbuatan yang bisa menyebabkan terputusnya silaturrahim.

Marilah kita akhiri khutbah Jumat ini dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

‫سلِّ ُم ْوا َت ْسلِ ْي ًما‬


َ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫لى ال َّن ِب ْى َيا َ ُّي َهاالَّ ِذيْنَ آ َم ُن ْوا‬
َ ‫صلُّ ْونَ َع‬
َ ‫هللا َو َمالَِئ َك َت ُه ُي‬
َ َّ‫اِن‬

‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ِ ‫اركْ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ ِ ‫صلَّ ْيتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬
ِ ‫ َو َب‬.ٌ‫ ِإ َّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْيد‬،‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‬ ِ ‫صل ِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
َ َّ
‫ ِإنك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬،‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‬ َ َ
ِ ‫ارك َعلى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلى‬ َ‫ت‬ ْ َ ‫َب‬

‫ب ال َّد ْع َو ِة‬ ٌ ‫س ِم ْي ٌع َق ِر ْي‬


ُ ‫ب ُم ِج ْي‬ ِ ‫ت اَأل ْحيَاءِ ِم ْن ُه ْم َواَأل ْم َوا‬
َ ‫ت ِإ َّن َك‬ ِ ‫ت َوالمْؤ ِمنِيْنَ َوالمْؤ ِم َنا‬ ْ ‫اغف ِْر لِ ْل ُم ْسلِ ِميْنَ َو‬
ِ ‫المسلِ َما‬ ْ ‫الل ُه َّم‬
‫ِش َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َطنَ ‪،‬‬ ‫ور‪َ ،‬و َج ِّن ْب َنا ا ْل َف َواح َ‬
‫ت ِإلَى ال ُّن ِ‬ ‫الساَل ِم‪َ ،‬و َن ِّج َنا مِنَ ال ُّظلُ َما ِ‬ ‫س ُبل َ َّ‬ ‫صل ِْح َذاتَ َب ْي ِن َنا‪َ ،‬واهْ ِد َنا ُ‬‫وب َنا‪َ ،‬وَأ ْ‬ ‫ف َبيْنَ ُقلُ ِ‬‫اللَّ ُه َّم َألِّ ْ‬
‫شاك ِِرينَ لِنِ َع ِم َك ُم ْثنِينَ بِ َها‬
‫اج َع ْل َنا َ‬
‫الرحِي ُم‪َ ،‬و ْ‬ ‫ار َنا‪َ ،‬وقُلُوبِ َنا‪َ ،‬وَأ ْز َوا ِج َنا‪َ ،‬و ُذ ِّر َّياتِ َنا‪َ ،‬و ُت ْب َعلَ ْي َنا ِإ َّن َك َأ ْنتَ ال َّت َّو ُ‬
‫اب َّ‬ ‫ص ِ‬ ‫اركْ َل َنا فِي َأ ْس َما ِع َنا‪َ ،‬وَأ ْب َ‬ ‫َو َب ِ‬
‫َأ‬ ‫َ‬
‫َعلَ ْيكَ‪ ،‬قابِلِينَ لَ َها‪َ ،‬و تِم ِْم َها َعلَ ْي َنا‬

‫َب لَ َنا مِنْ َأ ْز َوا ِج َنا َو ُذ ِّر َّياتِ َنا ُق َّر َة َأ ْع ُي ٍن َو ْ‬


‫اج َع ْل َنا لِ ْل ُم َّتقِينَ ِإ َما ًما‬ ‫َر َّب َنا ه ْ‬

‫اللَّ ُه َّم إ َّنا َن ْسَألُ َك الهُدَ ى ‪ ،‬وال ُّت َقى ‪ ،‬وال َع َف َ‬


‫اف ‪ ،‬وال ِغ َنى‬

‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫ار‬ ‫س َن ًة َوفِي اآْل خ َِر ِة َح َ‬
‫َر َّب َنا آتِ َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َ‬

‫ان ِإلَى َي ْو ِم ال ّد ْين‬


‫س ٍ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَى َن ِب ِّي َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫ص ْح ِب ِه و َمَنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإ ْح َ‬ ‫َو َ‬

‫َع َوا َنا َأ ِن ا ْل َح ْم ُد هلل َر ِّ‬


‫ب ا ْل َعالَ ِميْنَ‬ ‫َوآ ِخ ُر د ْ‬

‫‪4. KHUTBAH SEBAIK BAIK MANUSIA ADA YANG PALING BERMANFAAT‬‬

‫‪Khutbah Pertama‬‬
‫ضلِلْ َفالَ‬‫ت َأ ْع َمالِ َنا‪ ،‬مَنْ َي ْه ِد هللاُ َفالَ ُمضِ ل َّ َل ُه َومَنْ ُي ْ‬ ‫ِإنَّ ا ْل َح ْم َد هَّلِل ِ َن ْح َم ُدهُ َو َن ْس َت ِع ْي ُن ُه َو َن ْس َت ْغفِ ُرهُ‪َ ،‬و َن ُعو ُذ ِباهللِ مِنْ ُ‬
‫ش ُر ْو ِر َأ ْنفُسِ َنا َومِنْ َس ِّيَئ ا ِ‬
‫س ْولُ ُه‬‫ش َه ُد َأنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُد ُه َو َر ُ‬
‫ش ِر ْي َك َل ُه َوَأ ْ‬
‫ش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللاُ َو ْح َد ُه الَ َ‬
‫ِي لَهُ‪َ .‬أ ْ‬
‫هَاد َ‬

‫ان ِإلَى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن‬


‫س ٍ‬‫اب ِه َومَنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإ ْح َ‬ ‫سلَّ َم َو َعلَى آلِ ِه َوَأ ْ‬
‫ص َح ِ‬ ‫صلَّى ا هللُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫سلِّ ْم َعلَى َن ِب ِّي َنا َو َر ُ‬
‫س ْولِ َنا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫صل ِّ َو َ‬

‫اءلُونَ بِ ِه‬‫س َ‬ ‫سا ًء َوا َّتقُوا هَّللا َ الَّذِي َت َت َ‬ ‫س َواحِدَ ٍة َو َخلَقَ ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب َّ‬
‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِيراً َونِ َ‬ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّن ُ‬
‫اس ا َّتقُوا َر َّب ُك ْم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف ٍ‬
‫هَّللا‬
‫َوا ْر َحا َم ِإنَّ َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبا ً‬ ‫َأل‬

‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َحقَّ ُت َقاتِ ِه َواَل َت ُمو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم ُم ْسلِمُونَ‬

‫از َف ْو ًزا َعظِ ي ًما‬ ‫صل ِْح لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َو َي ْغف ِْر لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َومَنْ ُيطِ ِع هَّللا َ َو َر ُ‬
‫سولَ ُه َف َقدْ َف َ‬ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْواًل َ‬
‫سدِيدً ا ‪ُ ،‬ي ْ‬

‫َأ َّما َب ْع ُد‬


Mukaddimah Pembukaan Khutbah Jumat

Memberi Manfat Adalah Bagian Dari Akhlak Islamiyah

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Syariat Islam datang untuk memperkuat nilai-nilai akhlak yang terpuji, yang bermacam-macam dalam
jiwa manusia. Syariat Islam mendidik jiwa manusia di atas nilai-nilai akhlak yang terpuji tersebut agar
menjadi perilaku yang dikenal dan karakteristik mereka yang menetap, dalam interaksi mereka
dengan orang-orang di lingkungannya di berbagai posisi dan situasi.

Di antara tujuan mulia dari diutusnya para Rasul dan para Nabi ‘alaihimus salam adalah menguatkan
akhlak yang baik dan membuang akhlak yang buruk serta meninggalkannya.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ‫ﷺ‬
bahwa beliau bersabda,

‫األخالق‬
ِ ‫إ َّنما ُبعِثتُ ألت ِّم َم مكار َم‬

”Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” [Hadits shahih di dalam As-Silsilah
Ash-Shahihah nomor 45.]

Ayat-ayat al-Quran al-Karim dan hadits-hadits nabawi yang mulia telah menyebutkan akhlak mulia
dan perilaku yang lurus serta mendorong untuk mengamalkannya dan menjelaskan keutamaannya.

Al-quran al-Karim dan hadits-hadits nabawi juga menyebutkan akhlak yang buruk dan perilaku yang
tercela serta memperingatkan dari semua itu . Juga menjelaskan akibat dari akhlak semacam itu serta
siksa Allah akibat dari perilaku tersebut.
Dalam kesempatan khutbah ini, kami hendak menjelaskan salah satu dari akhlak yang mulia tersebut,
yaitu memberi manfaat kepada orang lain, hadits-hadits mengenainya, keutamaannya, dan buahnya
bagi individu dan masyarakat.

Hadits Manusia Paling Bermanfaat

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk berbuat baik di dalam kitab-Nya. Allah berfirman,

‫ان‬
ِ ‫س‬َ ‫ِإنَّ هَّللا َ َيْأ ُم ُر بِا ْل َعدْ ِل َواِأْل ْح‬

”Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berbuat adil dan berbuat kebaikan.” [An-Nahl: 90]

‫س َن ٌة‬ َ ‫لِلَّذِينَ َأ ْح‬


َ ‫س ُنوا فِي هَ ِذ ِه ال ُّد ْن َيا َح‬

”Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik..[An-Nahl: 30]

‫س ْن ُت ْم َأَل ْنفُسِ ُك ْم‬


َ ‫س ْن ُت ْم َأ ْح‬
َ ‫ِإنْ َأ ْح‬

”Jika kalian berbuat baik berarti kalian telah berbuat baik untuk diri kalian sendiri.” [al-Isra’: 7]

Kita mesti berbuat baik kepada manusia dan memberi manfaat kepada mereka dengan berbagai
macam manfaat. Nabi ‫ ﷺ‬telah memberi kabar berita bahwa manusia yang paling dicintai oleh Allah
adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan manusia yang paling baik adalah yang
paling bermanfaat bagi manusia yang lain.

Hal ini berdasarkan hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫للناس‬
ِ ‫الناس أنف ُعهم‬
ِ ‫خي ُر‬
”Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfat bagi manusia.” [Hadits riwayat Ibnu Hibban dan
Ath-Thabrani dan dihasankan oleh Al-Albani.]

Sedangkan dalam hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫ ْأو ي ْقضِ ي عن ُه‬، ‫ف عن ُه ُك ْر َب ًة‬


ُ ِ‫ ْأو ي ْكش‬، ‫مسلم‬ ٍ ‫س ُرو ٌر يدْ ِخلُ ُه على‬ ُ َّ ‫عز وجل‬ َّ ِ‫األعمال إلى هللا‬
ِ ‫أحب‬
ُّ ‫ و‬، ‫اس‬ِ ‫هللا أ ْن َف ُع ُه ْم لِل َّن‬
ِ ‫الناس إلى‬
ِ ‫أحب‬
ُّ
‫ و‬، ‫شهرا‬
ً ‫ يعني مسج َد المدين ِة‬، ‫ِف في هذا المسج ِد‬ َ ‫اع َتك‬ ْ ْ‫أحب ِإلَ َّي من أن‬ ُّ ‫حاج ٍة‬
َ ‫خ لي في‬ ‫ و ألنْ َأ ْمشِ ي مع َأ‬، ‫ ْأو َت ْط ُر ُد عن ُه ُجو ًعا‬،‫دَ ْي ًنا‬
ٍ
‫شى مع َأخِي ِه‬ َ ‫ و مَنْ َم‬، ‫ضاهُ َمَأل هللاُ قل َب ُه َر َجا ًء يو َم القيام ِة‬ َ ‫شاء أنْ ُي ْمضِ َي ُه َأ ْم‬َ ‫ و لَ ْو‬، ‫ و مَنْ َك َظ َم َغ ْي َظ ُه‬، ‫ستر هللاُ َع ْو َر َت ُه‬ َّ ‫مَنْ َك‬
َ ‫ف غض َب ُه‬
] َ ‫سل‬ َ ‫الع‬ َ ‫ كما ُي ْفسِ ُد‬، َ ‫سو َء ال ُخلُ ِق ُي ْفسِ ُد ال َع َمل‬
َ ُّ ‫الخل‬ ‫َأل‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
ُ َّ‫ [ و ِإن‬، ‫حاج ٍة حتى ت َت َه َّي ل ُه ْث َبتَ هللاُ َقدَ َم ُه يو َم َت ُزول ُ ا ْقدَ ِام‬ َ ‫في‬

”Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. Dan amal yang
paling dicintai oleh Allah ‘Azza wa Jalla adalah kegembiraan yang dimasukkan ke dalam hati seorang
Muslim.

Atau menghilangkan kesusahan darinya atau melunasi hutangnya atau mengusir kelaparannya. Dan
aku berjalan bersama saudaraku dalam sebuah kebutuhan lebih aku sukai daripada aku beri’tikaf di
masjid ini – yakni Masjid Nabawi- selama satu bulan.

Dan siapa yang menahan amarahnya Allah akan menutup auratnya dan siapa yang menahan
kemarahannya yang seandainya dia mau meluapkannya dia mampu meluapkannya, Allah akan
memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat.

Dan siapa yang berjalan bersama saudaranya dalam suatu keperluan hingga keperluan tersebut telah
tertunaikan untuk saudaranya, Allah akan mengokohkan pijakan kakinya pada hari banyak telapak
kaki itu tergelincir (saat meniti di atas Shiroth). [dan sesungguhnya akhlak yang buruk itu akan
merusak amal sebagaimana cuka merusak madu.] [Hadits riwayat Ath-Thabrani di dalam Al-Ausath
(6026) dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam As-Silsilah Ash-Shahihah no. 906]

)‫ وحسنه األلباني‬،‫ َأ ْن َف ُع ُه ْم لِ ِع َيالِهِ) (أخرجه أبو يعلى في مسنده‬,ِ‫ب ا ْلعبا ِد إلى هللا‬
ُّ ‫ (َأ َح‬:-‫عليه الصالة والسالم‬- ‫قال‬.
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, ’Hamba yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi
keluarganya.”

[Hadits riwayat Abu Ya’la di dalam Musnadnya dan al-Albani menyatakannya sebagai hadits hasan]

Baca juga Khutbah Jum’at: Tanda-Tanda Husnul Khatimah

Faedah Hadits Manusia Paling Bermanfaat

Jamaah Jumat rahimakumullah.

Ada sejumlah faedah atau pelajaran dari hadits tadi, yaitu:

Hadits tersebut menjelaskan bahwa orang yang kemanfaatannya bisa menjangkau orang lain itu
termasuk manusia terbaik dan manusia yang paling dicintai oleh Allah.

Ini merupakan kedudukan yang agung dan derajat yang tinggi sekali karena kecintaan Allah itu
sesuatu yang agung. Allah Ta’ala bila mencintai seseorang maka penduduk langit dan bumi juga
mencintainya.

Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ‫ﷺ‬, bahwa beliau
bersabda,

،‫ إن هللا يحب فالنا فأحبوه‬،‫ فينادي جبريل في أهل السماء‬،‫ فيحبه جبريل‬،‫ إن هللا يحب فالنا فأحببه‬،‫ نادى جبريل‬،‫إذا أحب هللا العبد‬
‫ ثم يوضع له القبول في األرض‬،‫فيحبه أهل السماء‬

”Apabila Allah mencintai seseorang, Allah memanggil Jibril,”Sesungguhnya Allah mencintai Fulan
maka cintailah dia.” Maka Jibril mencintainya. Lalu Jibril menyeru kepada penduduk
langit,”Sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka cintailah dia.” Maka penduduk langit pun
mencintainya. Kemudian penduduk bumi pun memberikan penerimaan kepadanya.” [Muttafaq ‘alaih.
Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim]
Hadits tadi juga memberikan faedah bahwa termasuk amal yang paling dicintai Allah adalah
kebahagiaan yang anda masukkan ke dalam hati seorang Muslim. Hal ini bisa berbeda-beda sesuai
dengan keadaan dan individu.

Sabda Nabi,” Dan aku berjalan bersama saudaraku dalam sebuah kebutuhan lebih aku sukai daripada
aku beri’tikaf di masjid ini – yakni Masjid Nabawi- selama satu bulan.” Ini mengisyaratkan bahwa
berjalan dalam rangka memenuhi kebutuhan kaum muslimin dan memberikan manfaat kepada
mereka serta memenuhi kebutuhan mereka itu pahalanya lebih besar bagi dirinya karena manfaat
yang meluas itu lebih utama daripada manfaat yang terbatas.

Hal ini sebagaimana dalam hadits:

( ‫رواه الحاكم وصحح ) و هللا في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه‬

”Dan Allah senantiasa memberikan pertolongan kepada seorang hamba selama hamba tersebut
memberikan pertolongan kepada saudaranya.” [Hadits riwayat Al-Hakim dan beliau menyatakannya
sebagai hadits shahih.]

Pada prinsipnya, seorang Muslim senantiasa berusaha memberikan manfaat kepada orang lain pada
setiap perkara dunia maupun agama mereka.

Hal paling pertama dalam hal ini adalah menunjukkan kepada kaum muslimin apa saja yang akan
membahagiakan mereka di akhirat dengan cara mengenalkan kepada mereka agama Islam dan
berpegang teguh kepadanya.

Seperti yang terjadi pada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu ketika mendatangi Nabi ‫ ﷺ‬pada kali pertama.
Di antara yang dikatakan Nabi ‫ ﷺ‬kepadanya adalah:

( ‫رواه مسلم )… فهل أنت مبلغ عني قومك ؟ عسى هللا أن ينفعهم بك ويأجرك فيهم‬

“Apakah kamu akan menyampaikan dariku kepada kaummu? Mudah-mudahan Allah memberikan
manfaat kepada mereka melalui dirimu dan memberikan pahala kepadamu karena mereka…” [Hadits
riwayat Muslim]
Dengan demikian, pendidikan pertama yang dilakukan oleh Nabi ‫ ﷺ‬dalam Islam adalah pendidikan
untuk berdakwah dan berkeinginan kuat untuk memberikan manfaat kepada orang lain.

Nabi ‫ ﷺ‬memberikan motivasi untuk memberikan manfaat kepada orang lain apa pun jenis dan
macam dari manfaat yang bisa diberikan.

Dalam sebuah hadits dari Jabir radhiyallahu ‘anhu dia berkata,’Dahulu pamanku (dari jalur ibu)
pernah meruqyah seseorang yang tersengat kalajengking. Ketika Nabi ‫ ﷺ‬melarang ruqyah, dia
menemuinya lalu berkata,”Wahai Rasulullah! Sesungguhnya Anda telah melarang ruqyah. Dan
sesungguhnya saya saat ini meruqyah seseorang karena (disengat) kalajengking.” Maka Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda,

‫من استطاع أن ينفع أخاه فليفعل‬

”Siapa saja yang mampu untuk memberi manfaat kepada saudaranya maka lakukan saja.” [Hadits
riwayat Ahmad dan Al-Hakim]

Meskipun hal ini dalam masalah ruqyah, namun hukumnya bersifat umum dalam segala hal.

Buah Memberi Manfaat dan Bantuan Kepada Orang Lain

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Banyak nash-nash Syar’i yang memotivasi untuk saling bekerja sama, bersaudara, berbuat ma’ruf dan
mengulurkan bantuan kepada yang membutuhkan. Di antara nash syar’i tersebut adalah firman Allah
Ta’ala,

ْ ‫ضاًل مِنْ َر ِّب ِه ْم َو ِر‬


ۚ ‫ض َوا ًنا‬ ْ ‫ي َواَل ا ْل َقاَل ِئ َد َواَل آمِّينَ ا ْل َب ْيتَ ا ْل َح َرا َم َي ْب َت ُغونَ َف‬ َّ ‫اِئر هَّللا ِ َواَل ال‬
َ ْ‫ش ْه َر ا ْل َح َرا َم َواَل ا ْلهَد‬ َ ‫ش َع‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا اَل ُت ِحلُّوا‬
‫صدُّو ُك ْم َع ِن ا ْل َم ْس ِج ِد ا ْل َح َر ِام َأنْ َت ْع َتدُوا ۘ َو َت َع َاو ُنوا َعلَى ا ْلبِ ِّر َوال َّت ْق َو ٰى ۖ َواَل َت َع َاو ُنوا َعلَى‬َ ْ‫ش َنآنُ َق ْو ٍم َأن‬ َ ‫اص َطادُوا ۚ َواَل َي ْج ِر َم َّن ُك ْم‬
ْ ‫َوِإ َذا َحلَ ْل ُت ْم َف‬
َ
ِ ‫شدِي ُد ا ْل ِعقا‬
‫ب‬ ‫هَّللا‬ ‫هَّللا‬
َ َ َّ‫ان ۚ َوا َّتقوا َ ۖ ِإن‬ ُ ْ
ِ ‫اِإْلث ِم َوا ْلعُدْ َو‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar
kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-
binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah
haji, maka bolehlah berburu.

Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi
kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. [Al-
Maidah: 2]

Memberikan manfaat dan pertolongan kepada orang lain itu memiliki buah dan pengaruh yang
diperoleh individu pada khususnya dan masyarakat secara keseluruhan pada umumnya. Di antara
buah dan pengaruh tersebut adalah:

Menyebarkan keakraban dan cinta di antara manusia.

Menghilangkan penyebab iri hati dan pemicu kedengkian dan kebencian dari jiwa manusia.

Mewujudkan makna persaudaraan Islam dan manusia.

Untuk mencapai cinta Allah Yang Maha Tingi, dan untuk mendapatkan keridhaan-Nya serta surga-Nya

Agar Bisa Menjadi Manusia Paling Bermanfaat

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Untuk menjadi orang yang mampu memberi manfaat itu tidak membutuhkan kemampuan khusus
atau tingkat kecerdasan tertentu. Sesungguhnya pintu-pintu kebaikan itu banyak. Tidak ada sesuatu
yang membatasinya.

Yang perlu dilakukan setiap orang hanyalah membulatkan tekad untuk melakukan kebaikan dan
memberikan manfaat kepada orang lain. Nabi ‫ ﷺ‬telah menyebutkan secara garis besar pintu-pintu
kebaikan ini dalam sabdanya,

‫ يعين ذا‬: ‫ فإن لم يجد ؟ قال‬: ‫ قالوا‬،‫ يعمل بيده فينفع نفسه ويتصدق‬: ‫ يا نبي هللا فمن لم يجد؟ قال‬: ‫ فقالوا‬،‫على كل مسلم صدقة‬
‫ فإنها له صدقة ) متفق عليه‬،‫ فليعمل بالمعروف وليمسك عن الشر‬: ‫ فإن لم يجد؟ قال‬: ‫ قالوا‬،‫الحاجة الملهوف‬.

”Setiap Muslim wajib bersedekah.” Para sahabat kemudian bertanya,”Wahai Nabi Allah ! Bagaimana
dengan orang yang tidak memiliki sesuatu untuk disedekahkan?” Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab,”Dia
bekerja dengan usahanya sendiri sehingga bisa memberi manfaat untuk dirinya dan bersedekah.”
Para sahabat bertanya lagi,”Jika masih tidak mendapatkan sesuatu untuk disedekahkan?” Rasulullah
‫ ﷺ‬menjawab,”Membantu orang yang sangat butuh pertolongan yang memohon bantuan
kepadamu.”

Para sahabat bertanya lagi,”Jika masih tidak mendapatkan hal itu?” Rasulullah ‫ﷺ‬
menjawab,”Hendaklah berbuat baik dan menahan diri dari berbuat buruk. Sesungguhnya hal itu
merupakan sedekahnya.” [Muttafaq ‘alaihi. Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim]

( ‫ ) الملهوف‬Al-Malhuf adalah orang yang terzalimi dan orang yang sangat lemah dan sangat
membutuhkan pertolongan yang meminta bantuan kepada anda.

Allah Senantiasa Menyertai Orang-Orang Yang Memberi Manfaat Kepada orang Lain

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,

Perlu dicatat bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyertai hamba yang melayani hamba-Nya
dan membantu orang lain, sehingga Allah akan mendukungnya, membimbingnya, membantunya, dan
mengiringinya dalam setiap situasi.

Bukti terkuat yang menunjukkan hal ini adalah perkataan Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid
radhiyallahu ‘anha kepada Nabi ‫ ﷺ‬ketika pulang dalam keadaan takut dan cemas setelah turunnya
wahyu Allah melalui Jibril ‘alaihis salam kepada dirinya pada kali pertama di Gua Hira’.

Saat itu Khadijah radhiyallahu ‘anha menenangkannya dengan menegaskan bahwa kebaikan
akhlaknya kepada manusia dan pergaulannya yang baik terhadap mereka serta pertolongannya
kepada mereka itu akan menjadi sebab Allah tidak mungkin akan menelantarkannya.

Hal ini sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

،‫الضيف‬
َ ‫ َو َت ْقري‬،َّ‫ َو َت ْح ِمل ُ ال َكل‬،‫الحديث‬
َ َّ ُ ‫ إنك َل َتصِ ل‬،‫ فوهَّللا ِ ال ُي ْخزيك هَّللا ُ أب ًدا‬،‫ َأ ْبشِ ْر‬، ‫ كَاَّل‬:‫ فقالَتْ له‬،‫قد َخشِ يتُ َعلَى نفسي‬
ْ ‫ َو َت‬،‫الر ِح َم‬
ُ‫صدُق‬
ِّ‫الحق‬ ِ ‫…و ُتعينُ َعلَى َنوائ‬
َ ‫ب‬ َ
”Aku mengkhawatirkan kondisi diriku.” Maka Khadijah menjawab,”Jangan pernah khawatir terhadap
dirimu. Bergembiralah. Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya
engkau suka menyambung silaturrahim, berkata jujur, memenuhi kebutuhan (orang-orang lemah dan
yatim) menjamu tamu, dan membela kebenaran…”

Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam Shahih Muslim (2699) dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

‫س َر هللاُ َعلَ ْي ِه فِي ال ُّد ْن َيا‬


َّ ‫س َر َعلَى ُم ْعسِ ٍر َي‬ ِ ‫س هللاُ َع ْن ُه ُك ْر َب ًة مِنْ ُك َر‬
َّ ‫ َومَنْ َي‬،ِ‫ب َي ْو ِم ا ْل ِق َيا َمة‬ ِ ‫ِن ُك ْر َب ًة مِنْ ُك َر‬
َ ‫ب ال ُّد ْن َيا َن َّف‬ َ ‫مَنْ َن َّف‬
ٍ ‫س َعنْ ُمْؤ م‬
ِ‫س َت َرهُ هللاُ فِي ال ُّد ْن َيا َواآلخ َِر ِة َوهللاُ فِي َع ْو ِن ا ْل َع ْب ِد َما كاَنَ ا ْل َع ْب ُد فِي َع ْو ِن َأ ِخ ْيه‬ ً
َ ‫ست َر ُم ْسلِما‬َ َ ْ‫ َومَن‬،ِ‫َواآلخ َِرة‬

”Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang mukmin dari berbagai kesempitan dunia, niscaya
Allah akan menghilangkan satu kesusahan dari sekian kesulitan pada hari kiamat. Dan siapa yang
memudahkan orang yang sedang kesulitan (secara keuangan) niscaya akan Allah mudahkan baginya
di dunia dan akhirat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan menutupi (aibnya) di
dunia dan akhirat. Allah senantia menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong
saudaranya.”

Yang dimaksud dengan ‫( ُك ْر َب ًة‬kurbah) adalah kesedihan, kegundahan dan kesempitan. Sedangkan
pertolongan seseorang kepada saudaranya itu bisa berupa harta, ilmu, nasehat, musyawarah dan
berbagai bentuk bantuan lainnya.

Dalam hadits tersebut terdapat dalil bahwa balasan itu sesuai dengan jenis amalan. Maka, siapa yang
menolong akan ditolong, siapa yang menutupi saudaranya akan dibalas dengan Alllah menutupi
dirinya.

Siapa yang menghilangkan suatu kesusahan akan dibalas dengan dihilangkannya kesusahannya. Siapa
saja yang memudahkan orang lain Allah Ta’ala akan memudahkan segala urusannya.

َّ ‫ َو َت َق َّبل َ ِم ِّن ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َو َت ُه ِإ َّن ُه ه َُو‬,‫الذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم‬


.‫الس ِم ْي ُع ا ْل َعلِ ْي ُم‬ ِّ ‫ت َو‬ ِ ‫ َو َن َف َعن ِْي َوِإ َّيا ُك ْم بِ َما ِف ْي ِه مِنَ اآل َيا‬,‫آن ا ْل َعظِ ْي ِم‬
ِ ‫ار َك هللاُ ل ِْي َولَ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْر‬
َ ‫َب‬
َّ ‫ ِإ َّن ُه ه َُو ا ْل َغفُ ْو ُر‬،ُ‫اس َت ْغفِ ُر ْوه‬
‫الر ِح ْي ُم‬ ْ ‫هللا ا ْل َعظِ ْي َم ل ِْي َولَ ُك ْم َف‬ َ ‫ر‬ ُ ِ ‫ف‬‫غ‬ْ َ
‫ت‬ ‫اس‬
ْ ‫و‬
َ ‫ا‬ ‫ذ‬َ ‫ه‬
َ ‫ِي‬
ْ ‫ل‬ ‫و‬ْ َ
‫ق‬ ُ ‫ل‬‫و‬ْ ُ ‫ق‬‫َأ‬

Khutbah Kedua
‫ أشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له تعظيما لشأنه و أشهد أن محمدا عبده‬،‫الحمدهلل على إحسانه و الشكر له على توفيقه و امتنانه‬
‫ أما‬.‫ اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين‬.‫و رسوله الداعي إلى رضوانه‬
‫بعد‬.

Semangat Ulama Salaf Dalam Memberi Manfaat Kepada Orang Lain

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,

Membantu orang lain dan memberi manfaat kepada mereka sudah menjadi tabiat bawaan dari
Rasulullah ‫ﷺ‬. Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam hadits Khadijah binti Khuwailid
radhiyallahu ‘anha saat menenangkan Nabi ‫ ﷺ‬saat pulang dari Hira’ setelah menerima wahyu untuk
pertama kalinya.

Sifat semacam ini juga telah menjadi tabiat bawaan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu
sama persis dengan karakteristik Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Hal ini sebagaimana terlihat dalam komentar
yang diberikan oleh Ibnu Daghinnah, salah seorang tokoh musyrik Quraisy yang melarang Abu Bakar
untuk keluar dari Mekkah dan berjanji untuk melindunginya dari gangguan orang kafir Quraisy.

Waktu itu Ibnu Daghinah menyatakan bahwa orang seperti kamu ini tidak boleh keluar dan tidak
boleh diusir. Alasan yang diungkapkannya sama persis dengan ungkapan Khadijah radhiyallahu ‘anha.
Kisah ini terdapat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari no. 3905.

Para ulama setelah itu yang mengikuti jejak salaf dengan baik juga memiliki perhatian yang besar
dalam persoalan ini. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menceritakan tentang Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah- rahimahullah yang merupakan gurunya, demikian:

‫”كان شيخ اإلسالم يسعى سعيا ً شديداً لقضاء حوائج الناس‬

”Syaikhul Islam itu biasa berusaha sangat keras untuk memenuhi kebutuhan orang lain.”

Sedangkan Ali bin Al Husain rahimahullah biasa membawa roti (makanan pokok masyarakat saat itu)
ke rumah-rumah orang miskin di saat gelap gulita di waktu malam. Ketika dia meninggal, orang-orang
miskin tersebut kehilangan bantuan rutin tadi.
‫‪Sekelompok masyarakat di Madinah menjalani hidup tanpa mengetahui darimana mereka‬‬
‫‪mendapatkan bantuan untuk kehidupan mereka. Saat Alin bin Al – Husain meninggal, mereka‬‬
‫‪kehilangan bantuan makanan yang datang kepada mereka di malam hari.‬‬

‫‪Semoga sepenggal kisah ini bisa mendorong kita semua untuk berusaha menjadi orang yang‬‬
‫‪senantiasa memiliki tekad dan semangat untuk berbuat baik, memberi manfaat dan menolong orang‬‬
‫‪lain.‬‬

‫‪Doa Penutup‬‬

‫‪Semoga Allah mengaruniakan kepada kita semuanya dan seluruh kaum Muslimin kekuatan, taufik dan‬‬
‫‪hidayah-Nya agar kita bisa melakukannya. Marilah kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala‬‬

‫سلِّ ُم ْوا َت ْسلِ ْي ًما‬ ‫صلُّ ْونَ َعلَى ال َّنبِ ِّي َيآَأ ُّي َها الَّ ِذيْنَ آ َم ُن ْوا َ‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫ِإنَّ هللاَ َو َمآلِئ َك َت ُه ُي َ‬

‫ار َعلَى َن ْه ِج ِه ْم َو َط ِر ْي َقتِ ِه ْم‬‫س َ‬ ‫ص َحابِ ِه َأ ْج َم ِعيْنَ َومَنْ َ‬ ‫الراشِ ِديْنَ ا ْل َم ْه ِد ِّييْنَ َوَأ ْ‬
‫اركْ َعلَى َنبِ ِّي َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َعلَى ُخلَ َفاِئ ِه َّ‬
‫سلِّ ْم َو َب ِ‬ ‫الَّل ُه َّم َ‬
‫صل ِّ َو َ‬
‫الرا ِح ِميْنَ‬ ‫َأ‬
‫ض َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َر ْح َمتِ َك َيا ْر َح َم َّ‬ ‫ِإلَى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن َو ْ‬
‫ار َ‬

‫ب الدَّ َع َوا ِ‬
‫ت‬ ‫ب َم ِج ْي ُ‬ ‫ت اَأل ْحيَآءِ ِم ْن ُه ْم َواَأل ْم َواتِ‪ِ ،‬إ َّن َك َ‬
‫س ِم ْي ٌع َق ِر ْي ٌ‬ ‫ت َوا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ َوا ْل ُم ْسلِ َما ِ‬
‫اغف ِْر لِ ْل ُمْؤ ِمنِيْنَ َوا ْل ُمْؤ ِم َنا ِ‬
‫اللَّ ُه َّم ْ‬

‫سالَ َم َواَأل ْمنَ لِعِبا ِد َك‬


‫ب ال َّ‬ ‫ش ْو َك َة َّ‬
‫الظالِمِينَ ‪َ ،‬و ْاك ُت ِ‬ ‫صفُ ْو َف ُه ْم‪َ ،‬وَأ ْجم ِْع َكلِ َم َت ُه ْم َعلَى َ‬
‫الحقِّ ‪َ ،‬و ْاكسِ ْر َ‬ ‫اللَّ ُه َّم َأعِ َّز اِإل ْسالَ َم َوا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ ‪َ ،‬و َو ِّح ِد اللَّ ُه َّم ُ‬
‫َأ ْج َمعِينَ‬

‫اخ ُذلْ مَنْ َخ َذل َ ا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ و َد ِّم ْر َأ ْعدَآَئ َنا‬


‫ص ْر عِ بَادَ َك ا ْل ُم َو ِّح ِديْنَ ا ْل ُم ْخلِصِ يْنَ َو ْ‬ ‫اللَّ ُه َّم َأعِ َّز اِإل ْسالَ َم َوا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ َوَأ ِذل َّ ال ِّ‬
‫ش ْر َك َوا ْل ُم ْ‬
‫ش ِر ِكيْنَ َوا ْن ُ‬
‫َأ‬
‫َآء ال ِّد ْي ِن و ْع ِل َكلِ َماتِ َك ِإلَى َي ْو ِم الدِّ ْي ِن‬ ‫َأ‬
‫َو ْعد َ‬

‫َر َّب َنا َظلَ ْم َنا َأ ْنفُ َ‬


‫س َنا َوِإنْ لَ ْم َت ْغف ِْر لَ َنا َو َت ْر َح ْم َنا لَ َن ُك ْو َننَّ مِنَ َ‬
‫الخاسِ ِريْنَ‬

‫َّاب‬ ‫َب َل َنا مِنْ لَ ُد ْن َك َر ْح َم ًة‪ِ ،‬إ َّن َك َأ ْنتَ َ‬


‫الوه ُ‬ ‫َر َّب َنا ال ُت ِز ْغ قُلُ ْو َب َنا َب ْع َد ِإ ْذ هَدَ ْي َت َنا‪َ ،‬وه ْ‬

‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫ار‬ ‫س َن ًة َوفي اآلخ َِر ِة َح َ‬
‫َر َّب َنا آتِ َنا في ال ُّد ْن َيا َح َ‬

‫ان ِإلَى َي ْو ِم ال ّد ْين‬


‫س ٍ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَى َن ِب ِّي َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫ص ْح ِب ِه و َمَنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإ ْح َ‬ ‫َو َ‬
‫َع َوا َنا َأ ِن ا ْل َح ْم ُد هلل َر ِّ‬
‫ب ا ْل َعالَ ِميْنَ‬ ‫َوآ ِخ ُر د ْ‬

‫‪5. KHUTBAH JUMAT MENGINGAT KEMATIAN‬‬

‫‪Khutbah Pertama‬‬
‫ت َأ ْع َمالِ َنا‪ ،‬مَنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفاَل‬ ‫ور َأ ْنفُسِ َنا َومِنْ َ‬
‫س ِّيَئ ا ِ‬ ‫الـح ْم َد هّلِل ِ َن ْ‬
‫ـح َم ُدهُ َو َن ْس َت ِع ْي ُن ُه َو َن ْس َت ْغفِ ُرهُ‪َ ،‬و َن ُعو ُذ ِباهللِ مِنْ ُ‬
‫ش ُر ِ‬ ‫إنَّ َ‬

‫سولُه‬ ‫ش َه ُد َأنَّ ُم َ‬
‫ـح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬ ‫ش ِر ْي َك لَ ُه َوَأ ْ‬
‫ش َه ُد َأن الَّ ِإلَ َه ِإالَّ هللا َو ْحدَ هُ اَل َ‬
‫ِي لَهُ‪َ ،‬وَأ ْ‬
‫ضلِلْ َفاَل هَاد َ‬
‫ُمضِ ل َّ َلهُ‪َ ،‬ومَنْ ُي ْ‬

‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َحقَّ ُت َقاتِ ِه َواَل َت ُمو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم ُم ْسلِمُونَ‬

‫اءلُونَ بِ ِه‬ ‫س َ‬ ‫سا ًء َوا َّتقُوا هَّللا َ الَّذِي َت َ‬ ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجااًل َكث ً‬
‫ِيرا َونِ َ‬ ‫س َواحِدَ ٍة َو َخلَقَ ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب َّ‬ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّن ُ‬
‫اس ا َّتقُوا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف ٍ‬
‫هَّللا‬
‫َوا ْر َحا َم ِإنَّ َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِي ًبا‬ ‫َأْل‬

‫از َف ْو ًزا َعظِ ي ًما َأ َّما َب ْع ُد‬ ‫صل ِْح َل ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َو َي ْغف ِْر َل ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َومَنْ ُيطِ ِع هَّللا َ َو َر ُ‬
‫سولَ ُه َف َقدْ َف َ‬ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْواًل َ‬
‫سدِيدً ا ُي ْ‬

‫ضاَل لَ ٌة َو ُكل َّ‬ ‫ش َّر اُأْل ُم ِ‬


‫ور ُم ْح َد َثا ُت َها َو ُكل َّ ُم ْح َد َث ٍة ِبدْ َع ٌة َو ُكل َّ ِبدْ َع ٍة َ‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ‬
‫سلَّ َم َو َ‬ ‫اب هَّللا ِ َو َخ ْي َر ا ْلهَدْ يِ هَدْ ُ‬
‫ي ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫فإن َخ ْي َر ا ْل َحدِي ِ‬
‫ث ِك َت ُ‬
‫ار‬ ‫َّ‬
‫ض ل ٍة فِي الن ِ‬ ‫َ‬ ‫اَل‬ ‫َ‬

‫‪Mukaddimah Pembukaan Khutbah Jumat‬‬

‫‪Peringatan Al-Quran Tentang Kematian‬‬

‫‪Hadirin jamaah Jumat arsyadakumullah‬‬

‫‪Allah Ta’ala sering mengingatkan orang-orang beriman tentang kematian di dalam Al-Quran Al-Karim.‬‬
‫‪Tercatat, kata al-maut (kematian) disebut sebanyak 51 kali dalam Al-Quran. Bila ditambah dengan‬‬
‫‪kata yang bermakna kematian di luar kata al-maut, jumlahnya akan lebih banyak.‬‬
Di antara ayat yang mengingatkan tentang kematian adalah ayat-ayat berikut ini:

ٰ َ ‫ار َوُأدْ ِخل َ ٱ ْل َج َّن َة َف َقدْ َف‬


ِ ‫از ۗ َو َما ٱ ْل َح َي ٰوةُ ٱل ُّد ْن َيآ ِإاَّل َم َت ُع ٱ ْل ُغ ُر‬
‫ور‬ ِ ‫ور ُك ْم َي ْو َم ٱ ْلقِ ٰ َي َم ِة ۖ َف َمن ُز ْح ِز َح َع ِن ٱل َّن‬
َ ‫ت ۗ َوِإ َّن َما ُت َو َّف ْونَ ُأ ُج‬
ِ ‫س َذآِئ َق ُة ٱ ْل َم ْو‬
ٍ ‫ُكل ُّ َن ْف‬

”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.” [Ali Imran: 185]

َ‫ش ٰ َه َد ِة َف ُي َن ِّبُئ ُكم ِب َما ُكن ُت ْم َت ْع َملُون‬ ِ ‫قُلْ ِإنَّ ٱ ْل َم ْوتَ ٱلَّذِى َتف ُِّرونَ ِم ْن ُه َفِإ َّنهُۥ ُم ٰلَقِي ُك ْم ۖ ُث َّم ُت َردُّونَ ِإلَ ٰى ٰ َعل ِِم ٱ ْل َغ ْي‬
َّ ‫ب َوٱل‬

Katakanlah: ”Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu
akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Al-Jum’uah: 8]

Allah juga berfirman,

ۚ ِّ‫سلُ َنا َو ُه ْم اَل ُي َف ِّر ُطونَ ُث َّم ُرد ُّٓو ۟ا ِإ َلى ٱهَّلل ِ َم ْولَ ٰى ُه ُم ٱ ْل َحق‬
ُ ‫آء َأ َحدَ ُك ُم ٱ ْل َم ْوتُ َت َو َّف ْت ُه ُر‬
َ ‫َوه َُو ٱ ْل َقا ِه ُر َف ْوقَ عِ َبا ِدهِۦ ۖ َو ُي ْرسِ ل ُ َعلَ ْي ُك ْم َح َف َظ ًة َح َّت ٰ ٓى ِإ َذا َج‬
ٰ ْ ‫َأ‬
َ‫له ٱل ُحك ُم َوه َُو ْس َر ُع ٱل َحسِ بِين‬ ْ ْ ُ َ ‫اَل‬‫َأ‬

”Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya
kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di
antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak
melalaikan kewajibannya.

Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya.
Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat Perhitungan
yang paling cepat.” [Al-An’am: 61-62]
Begitu banyak firman Allah tentang kematian. Ini menunjukkan besarnya perhatian Allah tentang
masalah kematian. Kematian adalah perkara besar. Ia menjadi pintu gerbang menuju akhirat.

Anjuran Rasulullah ‫ ﷺ‬Untuk Banyak Mengingat Kematian

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Rasulullah ‫ ﷺ‬juga memberikan perhatian besar terhadap masalah kematian. Beliau sering
mengingatkan para sahabatnya tentang masalah kematian. Di antara sabda beliau yang
memperingatkan tentang kematian adalah berikut ini:

‫ َوِإ َّما ُمسِ يًئ ا َفلَ َعلَّ ُه َأنْ َي ْس َت ْعت َِب‬،‫ ِإ َّما ُم ْحسِ ًنا َفلَ َعلَّ ُه َأنْ َي ْز َدا َد َخ ْي ًرا‬: َ‫َوالَ َي َت َم َّنيَنَّ َأ َح ُد ُك ُم ال َم ْوت‬

“Jangan pernah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian. Jika dia orang yang suka
berbuat baik, semoga dia bisa menambah amal kebaikan. Dan jika dia orang yang biasa berbuat
buruk, semoga bisa memohon untuk bertaubat.” [Hadits Riwayat al-Bukhari no. 567, dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu]

َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬


ِ ‫سلَّ َم َأ ْكثِ ُروا ِذ ْك َر هَاذ ِِم اللَّ َّذا‬
َ‫ت َي ْعنِي ا ْل َم ْوت‬ َ ِ ‫سول ُ هَّللا‬
ُ ‫َعنْ َأ ِبي ه َُر ْي َر َة َقال َ َقال َ َر‬

Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,”Perbanyaklah mengingat pemutus


kenikmatan, yaitu kematian.” [Hadits riwayat Ibnu Majah, no. 4.258; At-Tirmidzi; An-Nasai; Ahmad].

Rekomendasi Khutbah Jumat Keutamaan Bulan Muharram

Manfaat Banyak Mengingat Kematian


Banyak mengingat kematian adalah sunnah yang mulia. Namun, pada masa sekarang ini, kelihatannya
sudah banyak dilupakan orang. Padahal sunnah ini begitu besar manfaatnya bagi yang suka
melaziminya.

Memang, yang biasa melazimi sunnah ini hanyalah mereka yang termasuk kategori orang-orang yang
cerdik. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu:

َ ‫ص َّلى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬


‫سلَّ َم ُث َّم َقال َ َيا‬ َ ‫ار َف‬
َ ‫س َّل َم َع َلى ال َّن ِب ِّي‬ ِ ‫ص‬ َ ‫اء ُه َر ُجل ٌ مِنْ اَأْل ْن‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫سلَّ َم َف َج‬ َ ِ ‫ول هَّللا‬
ِ ‫س‬ ُ ‫عَنْ ا ْب ِن ُع َم َر َأ َّن ُه َقال َ ُك ْنتُ َم َع َر‬
‫ُأ‬
‫است ِْعدَ ادًا ولَِئ َك‬ ْ ُ‫س ُن ُه ْم لِ َما َب ْع َده‬ ‫َأ‬
َ ‫ت ِذ ْك ًرا َو ْح‬ َ ‫َأ‬
ِ ‫س قال َ ْكث ُر ُه ْم لِ ْل َم ْو‬َ ‫َأ‬
ُ ‫ي ا ْل ُمْؤ ِمنِينَ ْك َي‬ ‫َأ‬ َ َ ً
ُّ ‫س ُن ُه ْم ُخلُقا قال َ ف‬ ‫َأ‬ َ
َ ‫ضل ُ قال َ ْح‬ ُّ ‫سول َ هَّللا ِ َأ‬
َ ‫ي ا ْل ُمْؤ ِمنِينَ َأ ْف‬ ُ ‫َر‬
ُ ‫اَأْل ْك َي‬
‫اس‬

Dari Ibnu Umar, dia berkata,”Aku pernah bersama Rasulullah ‫ﷺ‬, lalu seorang laki-laki Anshar
menghadap kepadanya. Dia mengucapkan salam kepada Nabi ‫ﷺ‬. Setelah itu dia bertanya, ”Wahai,
Rasulullah. Orang mukmin seperti apakah yang paling utama?”

Beliau menjawab, ”Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” Dia bertanya lagi, ”Orang mukmin
seperti apakah yang paling cerdik?” Beliau menjawab, ”Yang paling banyak mengingat kematian di
antara mereka, dan yang paling bagus persiapannya setelah kematian. Mereka itulah orang-orang
yang paling cerdik.”

[Hadits riwayat Ibnu Majah, no. 4.259. Hadits hasan. Lihat Ash Shahihah, no. 1.384].

Imam Al Qurthubi rahimahullah menukil pernyataan dari Imam Ad Daqqaq rahimahullah bahwa
beliau berkata,”Siapa banyak mengingat kematian niscaya ia akan dimuliakan dengan 3 hal:

Bersegera untuk bertaubat

Hati menjadi qana’ah

Giat dalam beribadah

Imam Abu Ali Ad-Daqqaq adalah seorang ulama yang terkenal zuhud di masanya. Beliau meninggal
pada tahun 405 H. Kesimpulan beliau tentang manfaat banyak mengingat kematian ini sangat
menarik untuk dicermati.
Orang yang sering mengingat kematian dan berbagai kejadian setelahnya, biasanya tidak akan suka
menunda taubat. Dia segera melakukan taubat atas segala dosa dan kesalahan yang ia lakukan. Dia
tidak akan menjadi orang yang suka berkubang di lumpur maksiat.

Hal ini logis, karena kesadaran akan kehidupan akhirat itu sangat mempengaruhi cara berpikir dan
bersikap seseorang di dunia ini. Sebagai contoh kasus adalah adanya sahabat Nabi ‫ ﷺ‬yang
melakukan zina, padahal tidak ada seorang pun yang melihat mereka. Ketika mereka berzina, mereka
dalam keadaan tidak ingat sama sekali tentang akibat perbuatan mereka di akhirat nanti.

Namun begitu mereka kembali teringat akan dahsyatnya sanksi di hari pembalasan (yaumul Jaza),
maka saat itu juga mereka merasakan ketakutan yang sangat kuat.

Rasa takut ini menjadikannya berani mengambil resiko untuk dihukum mati dengan cara yang sangat
berat, yaitu dirajam di hadapan banyak orang. Hukuman rajam diberlakukan bagi pezina yang sudah
menikah.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ibnu
Majah mengenai kisah taubatnya sahabat Nabi ‫ ﷺ‬bernama Ma’iz. Ma’iz secara sukarela mengaku
kepada Nabi mereka bahwa dia telah berzina dan minta untuk dibersihkan dosanya meskipun dengan
cara dirajam.

Taubat Ma’iz, kata Nabi ‫ﷺ‬, adalah taubat yang diterima, hingga nilainya bila dibagi untuk seluruh
penduduk Madinah saat itu akan mencukupi.

Jamaah Jumat rahimakumullah

Orang yang banyak mengingat kematian itu akan menjadi orang yang tidak memiliki obsesi keduniaan
yang muluk-muluk.

Dia akan cenderung hidup sederhana, tidak bermewah-mewah. Ia akan mudah bersikap qana’ah.
Dia tidak akan mendahulukan dunia daripada tuntutan syariat ketika dua hal tersebut bebenturan
pada satu waktu.

Gaya hidup materialistis dan hedonis yang banyak menjangkiti orang pada masa sekarang ini tidak
akan menimpanya. Hal ini karena kematian senantiasa terbayang di benaknya.

Seolah, alam akhirat sudah sedemikian dekat dengannya. Daya tarik dunia menjadi melemah dalam
dirinya.

Hal ini sebagaimana diterangkan dalam hadits riwayat Ath Thabrani dan Al Hakim, bahwa Nabi ‫ﷺ‬
bersabda,

‫ض َّي َق َها َعلَ ْي ِه‬ َ ‫ َوالَ َذ َك َرهُ ف ِْي‬, ‫س َع ُه َعلَ ْي ِه‬


َ َّ‫س َع ٍة ِإال‬ ِ ‫ َفِإ َّن ُه لَ ْم َي ْذ ُك ْرهُ َأ َح ٌد ف ِْي ضِ ْي ٍق مِنَ ا ْل َع ْي‬, َ‫ ا ْل َم ْوت‬: ‫ت‬
َّ ‫ش ِإالَّ َو‬ ِ ‫َأ ْكثِ ُروا ذ ِْك َر هَاذ ِِم اللَّ َّذا‬

”Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena tidaklah seseorang


mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali hal itu akan melonggarkan kesempitan tersebut
pada dirinya. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu lapang (kehidupannya), kecuali hal itu
akan menyempitkan keluasan hidup pada dirinya.” [Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, no. 1.222; Shahih At
Targhib, no. 3.333].

Manfaat yang ketiga dari melaksanakan sunnah banyak mengingat kematian adalah menjadikan
seorang muslim giat dalam beribadah. Orang yang terbiasa memperbanyak ingat kepada kematian
dan alam akhirat, akan memiliki semangat yang kuat untuk beribadah.

Semangat ini muncul dari dalam jiwanya. Semacam inner spirit. Ini yang menyebabkan generasi awal
umat Islam ini, baik dari kalangan sahabat Nabi ‫ ﷺ‬, tabi’in maupun tabi’ut tabi’in, memiliki semangat
yang seolah tak kenal redup dalam beribadah.

Baca juga Khutbah Jum’at: Harapan Mayit Kalau Hidup Lagi di Dunia

Bencana Akibat Melupakan Kematian

Jamaah Jumat rahimakumullah


Imam Abu Ali Ad-Daqqaq rahimahullah melanjutkan pelajarannya. Beliau mengatakan bahwa siapa
saja yang melupakan kematian niscaya ia akan dihukum dengan 3 hal:

1. Suka menunda taubat

2. Hati tidak bisa bersikap qana’ah

3. Malas beribadah. (At Tadzkirah : 4)

Suka menunda taubat dari kubangan dosa adalah ciri khas orang yang lupa kepada akhirat. Senantiasa
merasa usia masih panjang. Padahal kematian bisa datang kapan saja. Ini jelas akibat logis dari
melupakan kematian.

Akibat berikutnya dari melupakan kematian adalah sulitnya hati untuk bisa bersikap qana’ah. Hal ini
bisa terjadi karena hatinya sudah dipenuhi dengan berbagai angan yang melambung tinggi tentang
kemewahan dunia.

Penuhnya hati dengan ambisi duniawi ini karena akhirat sudah tidak lagi tergambar dengan jelas
dalam hatinya.

Gambaran tentang akhirat menjadi kabur bahkan lenyap karena pintu gerbang menuju akhirat, yaitu
kematian, sudah dilupakan sama sekali. Akibatnya dia lalai terhadap akhirat yang menjadi terminal
akhir kehidupan seluruh umat manusia.

Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

َ‫َي ْعلَمُونَ ٰ َظ ِه ًرا مِّنَ ٱ ْل َح َي ٰو ِة ٱل ُّد ْن َيا َو ُه ْم َع ِن ٱلْ َءاخ َِر ِة ُه ْم ٰ َغفِلُون‬

”Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai.” [Ar-Rum: 7]
Bila seorang muslim merasa malas untuk melakukan ibadah sunnah seperti shalat tahajjud, shiyam
sunnah, membaca al-quran, shalat dhuha, dzikir pagi dan sore membaca istighfar, shalawat nabi dan
seterusnya, itu bersumber dari jauhnya dirinya dari sunnah yang agung ini, yaitu banyak mengingat
kematian.

Kemungkinan besar yang memenuhi memorinya adalah perkara-perkara dunia. Sebagai akibat
logisnya, semangat untuk memperbanyak bekal pulang ke akhirat menjadi lemah.

Ini diperparah dengan kondisi lingkungan yang tidak kondusif. Sebagian masyarakat masa kini
cenderung materialistis dan hedonis, sehingga kesadaran untuk banyak beribadah begitu lemah.

Baca juga Khutbah Jum’at: Rahasia Umur 40 Tahun

Cara Mengingat Kematian

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Bila demikian pentingnya sunnah banyak mengingat kematian (dzikrul maut) ini, lantas bagaimanakah
cara memperbanyak mengingat kematian? Apakah seseorang harus sesering mungkin datang ke
kuburan? Tentu saja tidak. Ini sangat merepotkan.

Untuk menjalankan sunnah memperbanyak mengingat kematian, kita bisa melakukan hal-hal berikut
ini:

Secara berkala melakukan ziarah kubur.

Membaca ayat-ayat al-quran yang berbicara tentang akhirat, surga dan neraka beserta
terjemahannya bila tidak mengetahui bahasa Arab. Apabila ditambah dengan membaca tafsirnya
akan lebih baik lagi. Sekarang sudah banyak tersedia tafsir online yang merujuk kepada kitab para
ulama terpercaya dalam bahasa Indonesia. Tinggal meluangkan sedikit waktu untuk membacanya.

Selalu meluangkan waktu untuk membaca hadits-hadits Nabi ‫ ﷺ‬dan terjemahannya yang membahas
tentang kematian, alam akhirat, surga dan neraka. Akan lebih baik bila ditambah dengan membaca
penjelasan para ulama tentang hadits tersebut.

Biasakan untuk mendengarkan ceramah para ustadz yang menjelaskan tentang masalah kematian,
akhirat, surga dan neraka. Silahkan dipilih ustadz yang paling berilmu dan paling menyentuh dalam
membahas tema-tema tersebut.
Senantiasa membaca doa pengantar tidur dengan memahami maknanya. Isi doa sebelum tidur itu
mengingatkan tentang kematian. Tidur adalah saudara kematian. Bila doa ini dilakukan setiap hari
dengan penuh kesadaran, kesungguhan dan ketulusan akan besar pengaruhnya terhadap kondisi
kejiwaan seorang Muslim.

Sering membaca kisah orang-orang shalih, bagaimana mereka senantiasa bersiap menghadapi
kematian. Utamakan kisah orang-orang shalih dari 3 generasi terbaik umat Islam, yaitu sahabat Nabi
‫ﷺ‬, tabi’in dan tabiut tabi’in.

Saran ini bukan membatasi namun hanyalah gambaran bagi yang belum tahu sama sekali. Boleh jadi
seseorang mendapatkan cara yang jauh lebih baik dari cara-cara di atas. Silahkan untuk dilakukan
selama tidak melanggar tuntunan syariat.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada kita semua taufik dan hidayah-Nya dan
melindungi kita semua dari keburukan fitnah dunia dan lalai terhadap akhirat.

َّ ‫ َو َت َق َّبل َ ِم ِّن ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َو َت ُه ِإ َّن ُه ه َُو‬,‫الذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم‬


.‫الس ِم ْي ُع ا ْل َعلِ ْي ُم‬ ِّ ‫ت َو‬ ِ ‫ َو َن َف َعن ِْي َوِإ َّيا ُك ْم بِ َما ِف ْي ِه مِنَ اآل َيا‬,‫آن ا ْل َعظِ ْي ِم‬
ِ ‫ار َك هللاُ ل ِْي َولَ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْر‬
َ ‫َب‬
َّ ‫ ِإ َّن ُه ه َُو ا ْل َغفُ ْو ُر‬،ُ‫اس َت ْغفِ ُر ْوه‬
‫الر ِح ْي ُم‬ ْ ‫هللا ا ْل َعظِ ْي َم ل ِْي َولَ ُك ْم َف‬ َ ‫ر‬ ُ ِ ‫ف‬‫غ‬ْ َ
‫ت‬ ‫اس‬
ْ ‫و‬
َ ‫ا‬ ‫ذ‬َ ‫ه‬
َ ‫ِي‬
ْ ‫ل‬ ‫و‬ْ َ
‫ق‬ ُ ‫ل‬‫و‬ْ ُ ‫ق‬‫َأ‬

155 Khutbah Jumat Singkat Terbaru

Khutbah Kedua

ُ ‫ش َه ُد َأنَّ ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر‬


‫س ْولُ ُه‬ ْ ‫ َوَأ‬،ُ‫ش ِر ْي َك لَه‬
َ َ‫ش َه ُد َأنْ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللاُ َو ْح َدهُ ال‬
ْ ‫ َأ‬.ِ‫امتِ َنانِه‬
ْ ‫ش ْك ُر لَ ُه َعلَى َت ْوفِ ْيقِ ِه َو‬ َ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َعلَى ِإ ْح‬
ُّ ‫ َوال‬،ِ‫سانِه‬
‫ض َوانِ ِه‬ ْ ‫الدَّاعِ ى ِإلَى ِر‬

‫ َأ َّما َب ْع ُد‬.‫سلِّ ْم َت ْسلِ ْي ًما َكثِ ْي ًرا‬


َ ‫اب ِه َو‬ ْ ‫ َو َعلَى آلِ ِه َوَأ‬،ٍ‫س ِّي ِد َنا ُم َح َّمد‬
ِ ‫ص َح‬ َ ‫صل ِّ َعلَى‬
َ ‫اللَّ ُه َّم‬

‫هللا َأ َم َر ُك ْم ِبَأ ْم ٍر َب َدَأ ِف ْي ِه ِب َن ْفسِ ِه َو َثـ َّنى ِب َمآلِئ َكتِ ِه ِبقُدْ سِ ِه‬
َ َّ‫اعلَ ُم ْوا َأن‬
ْ ‫ َو‬،ِ‫هللا َحقَّ ُت َقاتِه‬ ُ ‫َف َيا َأ ُّي َها ال َّن‬
َ ‫ ِا َّتقُوا‬،‫اس‬

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Tabiat dasar manusia secara umum adalah menyukai harta dan ingin tinggal di dunia dalam jangka
waktu lama. Hal ini terus melekat pada dirinya hingga usia tua.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
‫ال َو ُطول ُ ا ْل ُع ُم ِر‬
ِ ‫ب ا ْل َم‬ ِ ‫َي ْك َب ُر ابْنُ آ َد َم َو َي ْك َب ُر َم َع ُه ا ْث َن‬
ُّ ‫ان ُح‬

”Anak keturunan Adam semakin tua dan ada dua hal yang juga semakin tua (semakin menguat)
bersamanya yaitu rasa cinta kepada harta dan panjang usia.” [ Hadits riwayat Al-Bukhari no. 5942]

Satu-satunya cara untuk bisa mengendalikan kecenderungan alami tersebut hanyalah dengan
memperbanyak ingat kematian. Tidak ada cara lain. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh seorang
tokoh ulama Tabi’in Syumaith bin ‘Ajlan rahimahullah,

‫ َواَل ِبسِ َعتِ َها‬، ‫ض ْي ِق ال ُّد ْن َيا‬ ِ ‫ لَ ْم ُي َب‬.. ‫ب َع ْي َن ْي ِه‬


َ ‫ال ِب‬ ْ ‫ ” مَنْ َج َعل َ ا ْل َم ْوتَ َن‬: -‫ر ِح َم ُه هللا َت َعالَى‬-
َ ‫ص‬ َ َ ‫َقال‬
َ ‫ش ِم ْيط ْب ِن ع ِْجاَل ن‬

”Siapa yang menjadikan kematian selalu terbayang di pelupuk matanya niscaya dia tidak akan peduli
dengan kesempitan dunia maupun keluasannya.”i

Usia umat Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬kebanyakan berkisar antara 60 hingga 70 tahun sebagaimana
disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, Al-Hakim, Ibnu Majah, At-Tirmidzi dan
yang lainnya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫صحِي ٌح‬ ٌ ‫ َوه َُو َحد‬.»َ‫ َوَأ َقلُّ ُه ْم مَنْ َي ُجو ُز َذلِك‬، َ‫س ْبعِين‬
َ ‫ِيث‬ ِّ ‫َأ ْع َما ُر ُأ َّمتِي َما َبيْنَ ال‬
َّ ‫س ِّتينَ ِإلَى ال‬

“Umur umatku berkisar antara 60 tahun hingga 70 tahun dan orang yang usianya lebih dari itu sangat
sedikit jumlahnya.” [Hadits shahih menurut Syaikh Ahmas Syarif An-Na’san.]ii

Kalaulah umur kita masih begitu muda, bukan berarti kita boleh merasa aman dari kematian lalu
melupakan sunnah memperbanyak mengingat kematian. Sebab kematian itu pasti, waktunya tidak
diketahui dan bagaimana kita mengakhiri kehidupan itu tergantung apa yang kita lakukan setiap hari.

Untuk itu, biar kita tidak kaget dan menyesal karena kehilangan umur untuk berbekal ke akhirat,
marilah kita tekuni sunnah memperbanyak ingat mati, dengan cara yang bisa kita lazimi.

Semoga Allah Ta’ala memberikan kepada kita sikap istiqamah di atas agama ini dan menutup umur
kita dengan husnul khatimah di hari terbaik, dengan amal terbaik yang kita jalani selama ini.
‫‪Doa Penutup‬‬

‫‪Mari kita tutup khutbah ini dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:‬‬

‫سلِّ ُم ْوا َت ْسلِ ْي ًما‬ ‫صلُّ ْونَ َعلَى ال َّنبِ ِّي َيآَأ ُّي َها الَّ ِذيْنَ آ َم ُن ْوا َ‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫ِإنَّ هللاَ َو َمآلِئ َك َت ُه ُي َ‬

‫ار َعلَى َن ْه ِج ِه ْم َو َط ِر ْي َقتِ ِه ْم‬‫س َ‬ ‫ص َحابِ ِه َأ ْج َم ِعيْنَ َومَنْ َ‬ ‫الراشِ ِديْنَ ا ْل َم ْه ِد ِّييْنَ َوَأ ْ‬
‫اركْ َعلَى َنبِ ِّي َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َعلَى ُخلَ َفاِئ ِه َّ‬
‫سلِّ ْم َو َب ِ‬ ‫الَّل ُه َّم َ‬
‫صل ِّ َو َ‬
‫الرا ِح ِميْنَ‬ ‫َأ‬
‫ض َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َر ْح َمتِ َك َيا ْر َح َم َّ‬ ‫ِإلَى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن َو ْ‬
‫ار َ‬

‫ب الدَّ َع َوا ِ‬
‫ت‬ ‫ب َم ِج ْي ُ‬ ‫ت اَأل ْحيَآءِ ِم ْن ُه ْم َواَأل ْم َواتِ‪ِ ،‬إ َّن َك َ‬
‫س ِم ْي ٌع َق ِر ْي ٌ‬ ‫ت َوا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ َوا ْل ُم ْسلِ َما ِ‬
‫اغف ِْر لِ ْل ُمْؤ ِمنِيْنَ َوا ْل ُمْؤ ِم َنا ِ‬
‫اللَّ ُه َّم ْ‬

‫اخ ُذلْ مَنْ َخ َذل َ ا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ و َد ِّم ْر َأ ْعدَآَئ َنا‬


‫ص ْر عِ بَادَ َك ا ْل ُم َو ِّح ِديْنَ ا ْل ُم ْخلِصِ يْنَ َو ْ‬ ‫اللَّ ُه َّم َأعِ َّز اِإل ْسالَ َم َوا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ َوَأ ِذل َّ ال ِّ‬
‫ش ْر َك َوا ْل ُم ْ‬
‫ش ِر ِكيْنَ َوا ْن ُ‬
‫َآء ال ِّد ْي ِن وَأ ْع ِل َكلِ َماتِ َك ِإلَى َي ْو ِم الدِّ ْي ِن‬
‫َوَأ ْعد َ‬

‫اِئر ا ْل ُب ْل َد ِ‬
‫ان‬ ‫س ِ‬ ‫ص ًة َوعَنْ َ‬ ‫س ْو َء ا ْلفِ ْت َن ِة َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َطنَ عَنْ َبلَدِنا ِإ ْند ُْونِ ْيسِ َيا َخآ َّ‬ ‫اللَّ ُه َّم ادْ َف ْع َع َّنا ا ْل َبالَ َء َوا ْل َو َبا َء َو َّ‬
‫الزالَ ِزل َ َوا ْلم َِحنَ َو ُ‬
‫ب ا ْل َعالَ ِميْنَ‬ ‫ً‬
‫ا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ َعآ َّمة َيا َر َّ‬

‫اع ُه َوَأ ِر َنا ْال َباطِ ل َ َباطِ الً َو ْار ُز ْق َنا ْ‬


‫اجتِ َنا َب ُه‬ ‫اللَّ ُه َّم َأ ِر َنا ْا َ‬
‫لحقَّ َح ّقا ً َو ْار ُز ْق َنا ا ِّت َب َ‬

‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫ار‬ ‫س َن ًة َوفِي اآلخ َِر ِة َح َ‬
‫َر َّب َنا آتِ َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َ‬

‫شآءِ َوا ْل ُم ْن َك ِر َوا ْل َب ْغيِ َي ِع ُظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّك ُر ْونَ ‪َ ،‬و ْاذ ُك ُروا َ‬
‫هللا‬ ‫ان َوِإ ْي َتآءِ ذِي ا ْل ُق ْر َبى َو َي ْن َهى َع ِن ا ْل َف ْح َ‬
‫س ِ‬‫هللا َيْأ ُم ُر ِبا ْلعَدْ ِل َواِإل ْح َ‬
‫عِ بَادَ هللاِ! ِإنَّ َ‬
‫ْ‬ ‫َأ‬ ‫َ‬ ‫طِ‬
‫ضله ُي ْع كم‪َ ،‬ولذِك ُر هللاِ ك َب ُر‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬
‫اس ل ْوهُ مِنْ ف ْ‬ ‫ُ‬ ‫َئ‬ ‫ُ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ال َع ْي َم َيذك ْرك ْم َواشك ُر ْوهُ َعلى ن َعمه َي ِزدْ ك ْم َو ْ‬ ‫ْ‬ ‫ظِ‬ ‫ْ‬

‫‪6. MENUTUP AIB SAUDARA MUSLIM‬‬

‫‪hutbah Pertama‬‬
‫ضلِلْ َفالَ‬‫ت َأ ْع َمالِ َنا‪ ،‬مَنْ َي ْه ِد هللاُ َفالَ ُمضِ ل َّ َل ُه َومَنْ ُي ْ‬ ‫ِإنَّ ا ْل َح ْم َد هَّلِل ِ َن ْح َم ُدهُ َو َن ْس َت ِع ْي ُن ُه َو َن ْس َت ْغفِ ُرهُ‪َ ،‬و َن ُعو ُذ بِاهللِ مِنْ ُ‬
‫ش ُر ْو ِر َأ ْنفُسِ َنا َومِنْ َس ِّيَئ ا ِ‬
‫س ْولُ ُه‬‫ش َه ُد َأنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬
‫ش ِر ْي َك َل ُه َوَأ ْ‬
‫ش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللاُ َو ْح َدهُ الَ َ‬
‫ِي لَهُ‪َ .‬أ ْ‬
‫هَاد َ‬

‫ان ِإلَى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن‬


‫س ٍ‬‫اب ِه َومَنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإ ْح َ‬ ‫سلَّ َم َو َعلَى آلِ ِه َوَأ ْ‬
‫ص َح ِ‬ ‫صلَّى ا هللُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫سلِّ ْم َعلَى َن ِب ِّي َنا َو َر ُ‬
‫س ْولِ َنا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫صل ِّ َو َ‬
‫اءلُونَ ِب ِه‬َ ‫س‬ َ ‫سا ًء َوا َّت ُقوا هَّللا َ الَّذِي َت َت‬ َّ ‫س َواحِدَ ٍة َو َخلَقَ ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب‬
َ ِ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِيراً َون‬ ُ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّن‬
ٍ ‫اس ا َّتقُوا َر َّب ُك ْم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف‬
ً ‫َواَأل ْر َحا َم ِإنَّ هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبا‬

َ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َحقَّ ُت َقاتِ ِه َواَل َت ُمو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم ُم ْسلِمُون‬

‫از َف ْو ًزا َعظِ ي ًما‬ ُ ‫صل ِْح لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َو َي ْغف ِْر لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َومَنْ ُيطِ ِع هَّللا َ َو َر‬
َ ‫سولَ ُه َف َقدْ َف‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْواًل‬
ْ ‫ ُي‬، ‫سدِيدً ا‬

‫َأ َّما َب ْع ُد‬

Mukaddimah Pembukaan Khutbah Jumat

Menutup Aib Sesama Muslim adalah Tuntutan Ukhuwah Islamiyah

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Pada kesempatan khutbah ini, khatib hendak membahas salah satu tuntutan wajib dari ukhuwah
Islamiyah, yaitu menutup aib saudara sesama Muslim. Selain merupakan hak ukhuwah Islamiyah yang
harus dipenuhi, menutup aib sesama Muslim juga merupakan salah satu amal shalih yang sangat
besar pahalanya bila dilakukan dengan benar dan penuh keikhlasan.

Dan sebaliknya, orang yang tidak mau menutup aib saudaranya, atau bahkan suka membongkar dan
menyebar aib dan kekurangan saudaranya sesama Muslim mendapat ancaman yang keras dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

َ‫اب َألِي ٌم فِى ٱل ُّد ْن َيا َوٱلْ َءاخ َِر ِة ۚ َوٱهَّلل ُ َي ْعلَ ُم َوَأن ُت ْم اَل َت ْعلَمُون‬ َ ‫يع ٱ ْل ٰ َف ِح‬
۟ ‫ش ُة فِى ٱلَّذِينَ َءا َم ُن‬
ٌ ‫وا لَ ُه ْم َع َذ‬ َ ِ‫ِإنَّ ٱلَّذِينَ ُي ِحبُّونَ َأن َتش‬

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan
orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah
mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” [An-Nur: 19]
Banyak hadits Nabi ‫ ﷺ‬yang membicarakan tentang menutup aib sesama muslim. Hal ini
menunjukkan pentingnya persoalan ini sehingga Nabi ‫ ﷺ‬banyak memberikan penjelasan dan
dorongan untuk menutup aib sesama Muslim serta memperingatkan dari membuka aib mereka.

Perintah Menutup Aib Saudara Muslim

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,

Di antara hadits-hadits yang menjadi dalil diperintahkannya menutup aib sesama Muslim adalah:

Hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma

Dalam Ash-Shahihain dan Jami’ At-Tirmidzi dari hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma
bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫ َف َّر َج هَّللا ُ َع ْن ُه ُك ْر َب ًة‬، ‫ َومَنْ َف َّر َج َعنْ ُم ْسل ٍِم ُك ْر َب ًة‬، ‫اجتِ ِه‬ َ ‫اج ِة َأخِي ِه َكانَ هَّللا ُ فِي َح‬
َ ‫ َومَنْ َكانَ فِي َح‬، ‫ال ُم ْسلِ ُم َأ ُخو ال ُم ْسل ِِم الَ َي ْظلِ ُم ُه َوالَ ُي ْسلِ ُم ُه‬
‫هَّللا‬
‫ست َرهُ ُ َي ْو َم القِ َيا َم ِة‬ َ َ ‫ست َر ُم ْسلِ ًما‬ َ َ ْ‫ َومَن‬، ‫ت َي ْو ِم القِ َيا َم ِة‬ ُ
ِ ‫مِنْ ك ُر َبا‬

” Seorang Muslim itu saudara Muslim yang lain. Dia tidak akan menzhaliminya dan tidak
menyerahkan kepada musuh. Siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan
memenuhi kebutuhannya.

Dan siapa yang menghilangkan sebuah kesengsaraan (kesusahan) dari seorang Muslim, maka dengan
perbuatan tersebut Allah akan menghilangkan dari dirinya sebuah kesengsaraan (kesusahan) dari
berbagai kesengsaraan pada hari kiamat. Dan siapa yang menutupi seorang Muslim Allah akan
menutupinya pada hari kiamat.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (2442), Muslim (2564) dan At-Tirmidzi
(1426)]

Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

Dalam Shahih Muslim, Musnad Ahmad, Sunan Abu daud dan At-Tirmidzi, An-nasa’i, Ibnu Majah serta
shahih Al-hakim dan shahih Ibnu Hibban dari hadits Abu Hurairah secara marfu’ disebutkan bahwa
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
‫س َر هللاُ َعلَ ْي ِه ف ِْي ال ُّد ْن َيا‬ ِّ ‫س َر َعلَى ُم َع‬
َّ ‫س ٍر َي‬ ِ ‫س هللاُ َع ْن ُه ُك ْر َب ًة مِنْ ُك َر‬
َّ ‫ َومَنْ َي‬،ِ‫ب َي ْو ِم ْال ِق َيا َمة‬ ِ ‫ِن ُك ْر َب ًة مِنْ ُك َر‬
َ ‫ب الدُّن َيا َن َّف‬ َ ‫مَنْ َن َّف‬
ٍ ‫س َعنْ ُمْؤ م‬
ِ‫ َوهللاُ ف ِْي َع ْو ِن ا ْل َع ْب ِد َما َكانَ ا ْل َع ْب ُد فِي َع ْو ِن َأ ِخ ْيه‬،ِ‫س َت َرهُ هللاُ ف ِْي ال ُّد ْن َيا َواآلخ َِرة‬ ً ِ َ
َ ‫ست َر ُم ْسل َما‬ َ ْ‫ َومَن‬،ِ‫َوا خ َِرة‬ ‫َآل‬

”Siapa yang meringankan dari seorang mukmin sebuah kesusahan yang berat dari berbagai kesusahan
dunia, Allah akan meringankannya dari dari kesusahan berat dari sekian kesusahan berat pada hari
kiamat.Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan, Allah akan memudahkannya di
dunia dan akhirat.

Dan siapa yang menutupi seorang Muslim, Allah akan menutupinya di dunia dan akhirat. Dan Allah
senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya.”

Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma

Di dalam Sunan Ibnu Majah dan yang lainnya dari hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi
‫ ﷺ‬beliau bersabda,

َ ‫ َح َّتى َي ْف‬، ‫ف هَّللا ُ َع ْو َر َت ُه‬


‫ض َح ُه ِب َها فِي‬ َ ‫ َك‬، ‫ف َع ْو َر َة َأخِي ِه ا ْل ُم ْسل ِِم‬
َ ‫ش‬ َ ‫ َومَنْ َك‬، ‫س َت َر هَّللا ُ َع ْو َر َت ُه َي ْو َم ا ْلقِ َيا َم ِة‬
َ ‫ش‬ َ ، ‫مَنْ َس َت َر َع ْو َر َة َأخِي ِه ا ْل ُم ْسل ِِم‬
‫َب ْيتِ ِه‬

”Siapa yang menutup seorang aurat saudaranya Muslim Allah akan menutup auratnya pada hari
kiamat. Siapa yang menyingkap aurat saudaranya Muslim Allah akan menyingkap auratnya hingga
Allah akan membongkarnya di rumahnya.” [Syaikh Al-Albani menyatakannya sebagai hadits shahih di
dalam Shahih Sunan Ibni Majah]

Baca juga Khutbah Jum’at: Keutamaan Menghilangkan Kesusahan Muslim

Keutamaan Menutup Aib Saudara Muslim

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Menutup aib saudara sesama muslim itu merupakan sebuah amalan yang sangat utama. Di antara
keutamaan menutupi aib saudaranya sesama Muslim adalah :
Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat

Hal ini sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫س َت َرهُ هَّللا ُ َي ْو َم القِ َيا َم ِة‬


َ ‫س َت َر ُم ْسلِ ًما‬
َ ْ‫ َومَن‬،

”Siapa yang menutupi seorang Muslim, Allah akan menutupinya di dunia dan akhirat.”

Merupakan tanda bukti kecintaannya kepada sesama Muslim.

Hal ini karena dia telah menutupi kekuranganya, menginginkan dia untuk bertaubat, tidak mau
membongkarnya. Ini merupakan indikasi kuat bahwa dia mencintai saudaranya sesama Muslim.

Namun sebaliknya, orang yang membongkar aib saudaranya sesama Muslim, itu menunjukkan
ketidaksukaannnya kepada saudara muslim tersebut, menghendaki keburukan terhadapnya dan
mencemarkan nama baiknya. Akibatnya adalah muncul kebencian di antara sesama Muslim.

Memberikan ketenangan dan kebahagiaan di dalam hati

Hal ini karena dia telah berbuat kebaikan. Setiap kebaikan dilakukan oleh seseorang maka itu akan
menenangkan hatinya, melapangkan dadanya, menjernihkan dan menentramkan jiwanya. Banyak
hadits yang menerangkan tentang hal ini, di antaranya:

Dari Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma dia berkata,” Aku menghafal dari Rasulullah
‫( ﷺ‬sabdanya):

َّ ‫الخ ْي َر ُط َمْأنِ ْي َن ٌة َوِإنَّ ال‬


‫ش َّر ِر ْي َب ٌة‬ َ َّ‫َفِإن‬

”Sesungguhnya kebaikan itu (membuahkan ) ketenangan, sedangkan kejelekan itu (mendatangkan)


kegelisahan.”

[Hadits riwayat Al Hakim 2/51 dalam Mustadroknya. Al-Hakim mengatakan hadits ini sanadnya
shahih. Adz-Dzahabi menyatakan hadits ini shahih.]
Dari Nawas bin Sam’an, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

ُ ‫ا ْل ِب ُّر ُح ْسنُ ا ْل ُخلُ ِق َواِإل ْث ُم َما َحا َك فِى َن ْفسِ َك َو َك ِرهْ تَ َأنْ َي َّطل َِع َعلَ ْي ِه ال َّن‬
‫اس‬

”Kebaikan adalah dengan berakhlak mulia. Dan keburukan adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa
dan kamu tidak suka bila manusia mengetahuinya.” [Hadits riwayat Muslim no. 2553]

Dengan menutupi aib seorang muslim berarti telah menutup keburukan agar tidak tersebar luas,
karena tersebar luasnya sebuah keburukan itu berarti membantu menguatkan hati para pelaku
maksiat, menguatkan setan dalam menguasai para pelaku maksiat dan mencemarkan nama baik
orang lain.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam orang-orang yang suka agar keburukan itu menyebar luas di
kalangan orang-orang beriman dengan firman-Nya:

َ‫اب َألِي ٌم فِي ال ُّد ْن َيا َواآْل خ َِر ِة ۚ َوهَّللا ُ َي ْعلَ ُم َوَأ ْن ُت ْم اَل َت ْعلَمُون‬
ٌ ‫ش ُة فِي الَّذِينَ آ َم ُنوا لَ ُه ْم َع َذ‬ َ ِ‫ِإنَّ الَّذِينَ ُي ِحبُّونَ َأنْ َتش‬
َ ‫يع ا ْل َفا ِح‬

”Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan
orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah
mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” [An-Nur: 19]

Rekomendasi Khutbah Jumat Keutamaan Bulan Muharram

Syariat Islam Untuk Menutup Kesalahan / Aib Saudara Muslim

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Untuk mencegah agar seorang muslim tidak mudah membuka aib atau kekurangan saudaranya,
syariat Islam telah memberikan sejumlah larangan yang bisa berfungsi sebagai sarana untuk menutup
celah bagi seorang muslim untuk membuka aib saudaranya. Di antaranya adalah:

Larangan Ghibah
Ghibah adalah menyebut sesuatu tentang saudara sesama muslim yang tidak disukai oleh muslim
tersebut. Hal ini sebagaimana dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

‫فِ ْي ِه‬ َ‫ ِإنْ َكان‬: َ ‫ َأ َف َرَأ ْيتَ ِإنْ َكانَ ف ِْي َأ ْخ ْي َما َأقُ ْول ُ ؟ َقال‬: َ ‫ َفقِ ْيل‬،ُ‫ ذ ِْك ُر َك َأ َخا َك بِ َما َي ْك َره‬: َ ‫ َقال‬،‫س ْولُ ُه َأ ْعلَ ُم‬
ُ ‫ هللاُ َو َر‬: ‫َأ َتدْ ُر ْونَ َما ا ْل ِغ ْي َب ُة ؟ َقالُ ْوا‬
‫َب َه َّت ُه‬ َْ‫ َو ِإنْ لَ ْم َي ُكنْ فِ ْي ِه َما َتقُ ْول ُ َفقد‬،ُ‫اغ َت ْب َته‬ َ َ ُ
ْ ‫َما َتق ْول ُ فق ِد‬

”Apakah kalian tahu apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab, ”Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui.” Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, ”Kamu menyebut tentang saudaramu dalam hal yang dia
benci.”

Lalu ditanyakan,”Bagaimana pendapat anda jika apa yang aku katakan tentang saudaraku itu benar
adanya?”

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,”Jika apa yang kamu sebutkan tentang saudaramu itu benar adanya maka
sungguh engkau telah mengghibah saudaramu dan jika apa yang kamu katakan itu tidak benar ada
pada dirinya maka engkau telah berdusta tentang saudaramu.”

Di antara dalil yang melarang ghibah adalah firman Allah Ta’ala,

َ ‫ِب َأ َح ُد ُكم َأنْ َيأ ُكل َ لَ ْح َم َأ ِخ ْي ِه َم ْي ًتا َف َك ِرهْ ُت ُم ْو ُه ۚ َوا َّتقُ ْوا هَّللا َ ۚ ِإنَّ هَّللا‬
ُّ ‫ضا ۚ َأ ُيح‬ ُ ‫س ْوا َواَل َي ْغ َت ْب َب ْع‬
ً ‫ض ُك ُم َب ْع‬ َّ ‫ض ال َّظنِّ ِإث ٌم ۖ َواَل َت َج‬
ُ ‫س‬ َ ‫مِنَ ال َّظنِّ ِإنَّ َب ْع‬
‫اب َرحي ٌم‬ ٌ ‫َت ّو‬

”Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu
dosa. Janganlah kamu mencari kesalahan orang lain dan jangan di antara kalian menggunjing sebagian
yang lain. Apakah di antara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentu kalian
akan merasa jijik. Bertakwalah kalian pada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan
Maha Penyayang.” [Al-Hujurat : 12]

Larangan Tajassus

Tajassus berarti mencari – cari kesalahan dan kekeliruan orang lain serta rahasia mereka. Hal ini
dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firmannya,
‫سوا‬ َّ ‫ض ال َّظنِّ ِإ ْث ٌم ۖ َواَل َت َج‬
ُ ‫س‬ َ ‫ِيرا مِّنَ ال َّظنِّ ِإنَّ َب ْع‬ ْ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا‬
ً ‫اج َتنِ ُبوا َكث‬

”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian
tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.” [Al-
Hujurat : 12]

Larangan Mujaharah

Mujaharah adalah melakukan dosa dan maksiat secara terangan atau bisa juga berarti seseorang
melakukan dosa secara tersembunyi lalu menceritakan dan menyebarkan kemaksiatan yang dia
lakukan kepada orang lain.

Pada zaman sekarang bentuk yang paling mudah dipahami adalah orang yang merekam perbuatan
dosa dan maksiat yang dia lakukan lalu diunggah ke media sosial di internet agar dilihat oleh banyak
orang.

Ini bentuk yang paling vulgar. Biasanya dilakukan oleh orang–orang yang sudah menganggap biasa
kemaksiatan yang dilakukan sehingga setan membalik cara pandang dan cara berfikirnya. Sesuatu
yang semestinya memalukan malah dianggap membanggakan. Nasalullahal ‘afiah.

Seorang Muslim wajib menutup aibnya sendiri dan aib orang lain. Bila dia melakukan maksiat maka
kewajibannya adalah bertaubat dan tidak boleh menyebarkan kemaksiatan yang dia lakukan kepada
orang lain.

Bila dia melihat orang lain bermaksiat maka kewajibannya adalah mengingatkan saudaranya agar
bertaubat dan tidak menyebarkan maksiat saudaranya kepada orang lain. Kecuali orang itu dikenal
sebagai ahli maksiat atau melakukannya secara terbuka tanpa merasa malu dan bersalah, apalagi
berbangga dengan maksiatnya.

Larangan membuka ketergelinciran seseorang dalam dosa adalah orang yang dikenal istiqamah
agamanya kemudian suatu saat tergelincir dalam maksiat. Orang semacam ini harus ditutupi
kesalahannya dan tidak boleh disebarluaskan.
Ahli maksiat dan orang yang terus menerus melakukan berbagai kefasikan secara terang-terangan
maka tidak ada kehormatan bagi orang semacam itu. Tidak disyariatkan untuk menutupi dosa dan
maksiatnya.

Di antara dalil yang melarang mujaharah dengan dosa dan maksiat adalah firman Allah Ta’ala,

َ‫اب َألِي ٌم فِى ٱل ُّد ْن َيا َوٱلْ َءاخ َِر ِة ۚ َوٱهَّلل ُ َي ْعلَ ُم َوَأن ُت ْم اَل َت ْعلَمُون‬ َ ‫يع ٱ ْل ٰ َف ِح‬
۟ ‫ش ُة فِى ٱلَّذِينَ َءا َم ُن‬
ٌ ‫وا لَ ُه ْم َع َذ‬ َ ِ‫ِإنَّ ٱلَّذِينَ ُي ِحبُّونَ َأن َتش‬

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan
orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah
mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” [An-Nur: 19]

Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Salim bin Abdillah, dia berkata, ”Aku
mendengar Rasulullah bersabda ‫ﷺ‬,

ُ‫ َع ِم ْلت‬: ُ‫س َت َرهُ هَّللا ُ َع َل ْي ِه َف َي ُقول َ َيا ُفاَل ن‬


َ ْ‫ص ِب َح َو َقد‬ َّ َ ‫ُكل ُّ ُأ َّمتِي ُم َعا ًفى ِإاَّل ا ْل ُم َجاه ِِرينَ َوِإنَّ مِنْ ا ْل ُم َجاه ََر ِة َأنْ َي ْع َمل‬
ْ ‫الر ُجل ُ ِباللَّ ْي ِل َع َماًل ُث َّم ُي‬
ْ‫ف سِ ْت َر هَّللا ِ َعن ُه‬ ْ
ُ ِ‫صبِ ُح َيكش‬ ُ َ َ َ
ْ ‫ َو ُي‬،ُ‫ار َحة كذا َوكذا َوقدْ َباتَ َي ْست ُرهُ َر ُّبه‬ َ َ َ ْ
ِ ‫ال َب‬

Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujaahirin (para pelaku mujaharah,pent). Dan
termasuk perbuatan mujaharah (terang-terangan berbuat dosa) adalah seseorang berbuat (dosa)
pada malam hari, kemudian pada pagi harinya dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi
perbuatannya tersebut.

Dia justru berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu.’ Sebenarnya pada
malam hari Rabb-nya telah menutupinya, tetapi pada pagi harinya dia menyingkap apa yang Allah
telah tutup darinya.”

Baca juga Khutbah Jum’at: Perusak Ukhuwah Islamiyah

Cara Menutup Kekurangan / Aib Saudara Muslim

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah,


Mungkin anda bertanya-tanya, bagaimana caranya agar kita bisa menutupi aib saudara sesama
muslim? Sarana apa yang bisa kita gunakan untuk itu? Di antara cara yang bisa digunakan untuk
memudahkan kita menjalankan kewajiban menutupi kekurangan saudara sesama muslim adalah:

Mengetahui keutamaan menutupi kekurangan saudara sesama Muslim, yaitu Allah akan menutupinya
di dunia dan akhirat.

Senantiasa mengingat dalam hati dan pikiran kita makna persaudaraan iman atau ukhuwah Islamiyah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

ٌ‫ِإ َّن َما ا ْل ُمْؤ ِم ُنونَ ِإ ْخ َوة‬

”Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.” [Al-Hujurat: 10]

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

ُ‫ وال َي ْحقِ ُره‬،ُ‫ ال َي ْظلِ ُم ُه وال َي ْخ ُذلُه‬،‫ال ُم ْسلِ ُم أ ُخو ال ُم ْسل ِِم‬

”Seorang Muslim adalah saudara sesama Muslim, dia tidak menzhaliminya dan tidak
mentelantarkannya, dan tidak merendahkannya.”

[Hadits shahih riwayat Muslim di dalam shahih Muslim no. 2564 dari sahabat Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu]

Anda menempatkan diri anda pada posisi saudara muslim yang sedang bersalah atau melakukan
pelanggaran. Apakah anda suka jika dibongkar atau ditutupi? Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

ُّ ‫ِب َأِلخِي ِه َما ُيح‬


‫ِب لِ َن ْفسِ ِه‬ َّ ‫ َح َّتى ُيح‬،‫الَ ُيْؤ مِنُ َأ َح ُد ُك ْم‬

”Salah seorang dari kalian tidak beriman hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai
untuk dirinya sendiri.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (13) dan Muslim (45)]

Seseorang sibuk dengan upaya memperbaiki dirinya sendiri


Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah – seorang ulama Tabi’in – dari kota Bashrah, Irak, berkata,

‫ فما تصلح عي ًبا إاَّل ترى‬،‫ فتصلحه‬،‫ وتبدأ بذلك العيب من نفسك‬،‫ لن تنال حقيقة اإليمان ح َّتى ال تعيب ال َّناس بعيب هو فيك‬،‫يا ابن آدم‬
‫خاصة نفسك‬ َّ ‫ فيكون شغلك في‬،‫عي ًبا آخر‬

” Wahai anak Adam! Kamu tidak akan bisa mencapai hakikat iman hingga kamu tidak mengecam
orang lain dengan aib yang ada pada dirimu sendiri. Lalu kamu mulai memperbaiki aib tersebut dari
diri kamu sendiri. Dan tidaklah kamu sedang memperbaiki sebuah kekurangan kecuali kamu akan
melihat kekurangan yang lain. Sehingga kesibukanmu terkait dengan dirimu sendiri.”

Ini tadi sebagian cara untuk menutupi aib-aib saudara sesama Muslim. Semoga Allah Ta’ala senantiasa
memudahkan dan memampukan kita untuk melakukannya.

َّ ‫ َو َت َق َّبل َ ِم ِّن ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َو َت ُه ِإ َّن ُه ه َُو‬,‫الذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم‬


.‫الس ِم ْي ُع ا ْل َعلِ ْي ُم‬ ِّ ‫ت َو‬ ِ ‫ َو َن َف َعن ِْي َوِإ َّيا ُك ْم بِ َما ِف ْي ِه مِنَ اآل َيا‬,‫آن ا ْل َعظِ ْي ِم‬
ِ ‫ار َك هللاُ ل ِْي َولَ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْر‬
َ ‫َب‬
َّ ‫ ِإ َّن ُه ه َُو ا ْل َغفُ ْو ُر‬،ُ‫اس َت ْغفِ ُر ْوه‬
‫الر ِح ْي ُم‬ ْ ‫هللا ا ْل َعظِ ْي َم ل ِْي َولَ ُك ْم َف‬ َ ‫ر‬ ُ ِ ‫ف‬‫غ‬ْ َ
‫ت‬ ‫اس‬
ْ ‫و‬
َ ‫ا‬ ‫ذ‬َ ‫ه‬
َ ‫ِي‬
ْ ‫ل‬ ‫و‬ْ َ
‫ق‬ ُ ‫ل‬‫و‬ْ ُ ‫ق‬‫َأ‬

155 Kumpulan Khutbah Jumat Singkat

Khutah Kedua
ْ ‫ َأ‬.‫اجا َو َق َم ًرا ُمنِ ْي ًرا‬
ُ‫ش َه ُد اَنْ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللا‬ ً ‫السمَاءِ ُب ُر ْو ًجا َو َج َعل َ فِ ْي َها سِ َر‬
َّ ‫ِي َج َعل َ فِي‬ ْ ‫ار َك الَّذ‬ ْ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذ‬
َ ‫ َت َب‬،‫ِي َكانَ ِب ِع َبا ِد ِه َخ ِب ْي ًرا َبصِ ْي ًرا‬
‫اجا ُمنِ ْي ًرا‬ ْ َ
ً ‫ َودَ ا ِع َيا ِإلَى ا ْل َحقِّ بِِإذنِ ِه َوسِ َر‬،‫ِي َب َعث ُه ِبا ْل َحقِّ َبشِ ْي ًرا َو َن ِذ ْي ًرا‬
ْ ‫سولُ ُه الَّذ‬ ‫َأ‬
ْ ‫و‬.
ُ ‫ش َه ُد اَنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ ُو َر‬

‫ أما بعد‬.‫اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين‬.

Perkataan Salaf Tentang Menutup Aib Saudara Muslim

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Para Ulama salaf memiliki komitmen sangat kuat dalam masalah menutup kekurangan saudaranya
sesama Muslim. Mereka begitu sensitif terhadap persoalan membuka aurat saudaranya. Membuka
kekurangan saudaranya merupakan persoalan serius bagi mereka. Berikut ini sebagian dari mutiara
hikmah dari mereka:

Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu


َّ ‫عز وجل‬ َّ ‫ (لو أخذت سار ًقا ألحببت أن َي ْس ُتره هللا‬:‫الصديق رضي هللا عنه‬
َّ ‫ ألحببت أن َي ْس ُتره هللا‬،‫ ولو أخذت شار ًبا‬،َّ‫عز وجل‬ ِّ ‫قال أبو بكر‬

Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Andaikan aku menangkap seorang pencuri, aku
benar-benar ingin agar Allah ‘Azza wa Jalla menutupinya. Dan andaikan aku menangkap orang yang
sedang minum khamr, aku benar-benar ingin agar Allah ‘Azza wa Jalla menutupinya.”

Abdullah bin Al-Mubarok rahimahullah (tokoh ulama Tabiut tabi’in)

– ‫ و ُيؤجر في‬،‫ ف ُيؤجر في سِ ْتره‬،‫ ونهاه في سِ ْتر‬،‫ أمره في سِ ْتر‬،‫الرجل إذا رأى من أخيه ما يكره‬
َّ ‫ (كان‬:‫ قال‬،‫وعن عبد هللا بن المبارك‬
)‫ وهتك سِ ْتره‬،‫ استغضب أخاه‬،‫ فأ َّما اليوم فإذا رأى أح ٌد من أح ٍد ما يكره‬،‫نهيه‬

Dari Abdullah bin Al-Mubarok, dia berkata,”Dahulu seseorang itu jika melihat ada sesuatu yang tidak
dia sukai dari saudaranya (sesama muslim) dia memerintahnya secara tertutup dan melarangnya
secara tertutup, sehingga dia diberi pahala dalam perbuatannya memerintah dan melarang
saudaranya tersebut.

Adapun sekarang, jika seseorang melihat ada sesuatu yang tidak dia sukai pada orang lain, dia
memarahi saudaranya tersebut dan merobek tirai yang menutupinya.”

Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah (wafat tahun 795 H)

Ibnu Rajab berkata,” Diriwayatkan dari salah seorang ulama Salaf bahwa beliau berkata,

‫ كانت لهم عيوب ف َك ُّفوا عن عيوب ال َّناس‬،‫ وأدركت أقوا ًما‬.‫ فذكر ال َّناس عيوبهم‬،‫ فذكروا عيوب ال َّناس‬،‫أدركت قو ًما لم يكن لهم عيوب‬
‫ف ُنسيت عيوبهم‬

”Saya mendapati sejumlah orang yang tidak memiliki banyak aib. Mereka menyebut-nyebut aib-aib
orang. Maka orang-orang pun menyebut kekurangan-kekurangannya. Dan aku mendapati sejumlah
orang yang punya banyak aib namun mereka menahan diri dari membicarakan aib-aib orang lain
maka kekurangan-kekurangan mereka dilupakan.”

155 Khutbah Jumat Singkat Terbaru

Doa Penutup

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala berkenan menutupi semua aib kita dan seluruh kaum Muslimin
baik di dunia dan akhirat. Mari kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
‫سلِّ ُم ْوا َت ْسلِ ْي ًما‬ ‫صلُّ ْونَ َعلَى ال َّنبِ ِّي َيآَأ ُّي َها الَّ ِذيْنَ آ َم ُن ْوا َ‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫ِإنَّ هللاَ َو َمآلِئ َك َت ُه ُي َ‬

‫ار َعلَى َن ْه ِج ِه ْم َو َط ِر ْي َقتِ ِه ْم‬‫س َ‬ ‫ص َحابِ ِه َأ ْج َم ِعيْنَ َومَنْ َ‬ ‫الراشِ ِديْنَ ا ْل َم ْه ِد ِّييْنَ َوَأ ْ‬
‫اركْ َعلَى َنبِ ِّي َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َعلَى ُخلَ َفاِئ ِه َّ‬
‫سلِّ ْم َو َب ِ‬ ‫الَّل ُه َّم َ‬
‫صل ِّ َو َ‬
‫الرا ِح ِميْنَ‬ ‫َأ‬
‫ض َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َر ْح َمتِ َك َيا ْر َح َم َّ‬ ‫ِإلَى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن َو ْ‬
‫ار َ‬

‫ب الدَّ َع َوا ِ‬
‫ت‬ ‫ب َم ِج ْي ُ‬ ‫ت اَأل ْحيَآءِ ِم ْن ُه ْم َواَأل ْم َواتِ‪ِ ،‬إ َّن َك َ‬
‫س ِم ْي ٌع َق ِر ْي ٌ‬ ‫ت َوا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ َوا ْل ُم ْسلِ َما ِ‬
‫اغف ِْر لِ ْل ُمْؤ ِمنِيْنَ َوا ْل ُمْؤ ِم َنا ِ‬
‫اللَّ ُه َّم ْ‬

‫سالَ َم َواَأل ْمنَ لِعِبا ِد َك‬


‫ب ال َّ‬ ‫ش ْو َك َة َّ‬
‫الظالِمِينَ ‪َ ،‬و ْاك ُت ِ‬ ‫صفُ ْو َف ُه ْم‪َ ،‬وَأ ْجم ِْع َكلِ َم َت ُه ْم َعلَى َ‬
‫الحقِّ ‪َ ،‬و ْاكسِ ْر َ‬ ‫اللَّ ُه َّم َأعِ َّز اِإل ْسالَ َم َوا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ ‪َ ،‬و َو ِّح ِد اللَّ ُه َّم ُ‬
‫ْج َمعِينَ‬ ‫َأ‬

‫اخ ُذلْ مَنْ َخ َذل َ ا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ و َد ِّم ْر َأ ْعدَآَئ َنا‬


‫ص ْر عِ بَادَ َك ا ْل ُم َو ِّح ِديْنَ ا ْل ُم ْخلِصِ يْنَ َو ْ‬ ‫اللَّ ُه َّم َأعِ َّز اِإل ْسالَ َم َوا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ َوَأ ِذل َّ ال ِّ‬
‫ش ْر َك َوا ْل ُم ْ‬
‫ش ِر ِكيْنَ َوا ْن ُ‬
‫َأ‬
‫َآء ال ِّد ْي ِن و ْع ِل َكلِ َماتِ َك ِإلَى َي ْو ِم الدِّ ْي ِن‬ ‫َأ‬
‫َو ْعد َ‬

‫َر َّب َنا َظلَ ْم َنا َأ ْنفُ َ‬


‫س َنا َوِإنْ لَ ْم َت ْغف ِْر لَ َنا َو َت ْر َح ْم َنا لَ َن ُك ْو َننَّ مِنَ َ‬
‫الخاسِ ِريْنَ‬

‫َّاب‬ ‫َب َل َنا مِنْ لَ ُد ْن َك َر ْح َم ًة‪ِ ،‬إ َّن َك َأ ْنتَ َ‬


‫الوه ُ‬ ‫َر َّب َنا ال ُت ِز ْغ قُلُ ْو َب َنا َب ْع َد ِإ ْذ هَدَ ْي َت َنا‪َ ،‬وه ْ‬

‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫ار‬ ‫س َن ًة َوفي اآلخ َِر ِة َح َ‬
‫َر َّب َنا آتِ َنا في ال ُّد ْن َيا َح َ‬

‫ان ِإلَى َي ْو ِم ال ّد ْين‬


‫س ٍ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَى َن ِب ِّي َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫ص ْح ِب ِه و َمَنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإ ْح َ‬ ‫َو َ‬

‫َع َوا َنا َأ ِن ا ْل َح ْم ُد هلل َر ِّ‬


‫ب ا ْل َعالَ ِميْنَ‬ ‫َوآ ِخ ُر د ْ‬

Anda mungkin juga menyukai