Anda di halaman 1dari 23

Kelompok 1

1. Nadila Afriantika
2. Putri Ramadhanti Chaniago
3. Wiralas Dwi Afrianto
4. Gilang Ramadhan
5. Muhammad Nabil
BAB 2

Bagaimana Manusia Bertuhan?


A. Menelusuri Konsep Spiritual Sebagai Landasan Kebertuhanan
Dalam Muthohar 2010 : 36
Bahwa spiritualitas adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai moral,
dan rasa ingin memiliki. Spiritual adalah kepercayaan akan kekuatan non
fisik yang lebih besar daripada diri kita.

Menurut kitab zohar, spiritualitas adalah kemampuan internal


bawaan otak dan jiwa manusia yang sumber dalamnya adalah inti
alam itu sendiri.

Menurut Ahmad Saedi, Spriritual adalah dorongan bagi seluruh


tindakan manusia.

Dalam perspektif islam spiritualitas sering di


deskripsikan sebagai jiwa yang halus yang ditiupkan
oleh Tuhan kedalam diri manusia. (Roh).
Roh menurut islam adalah suci karna merupakan karunia dari zat ilahi, yang
bersemayam didalam hati (qalb) sehingga terpancarlah kecerdasan, keinginan,
kemampuan dan perasaan.

Namun ada saatnya pengaruh roh di dalam hati tidak maksimal, cahaya roh
dapat meredup sehingga hati menjadi gelap (qhalbu zhulmani) dan membuat
manusia mampu berbuat maksiat dan keburukan. Untuk itu kita perlu menjaga
diri dan hati kita senantiasa kepada Allah SWT.

Perbedaan antara spiritualitas dan relegiositas.

Relegiositas Ekspresi keagamaan seseorang

Spiritualitas Ekspresi manusia yang bertuhan.


Bagaimana cara menggapai cahaya Tuhan?
‫ق‬
ِ ْ
‫َل‬‫خ‬‫ل‬ِ ‫ل‬
َ ‫ي‬‫د‬ِ ‫ب‬
ْ َ ‫ت‬ َ
‫َل‬
‫ون‬
ۚ ‫ا‬
‫م‬
َ ُ َْ
‫ه‬
َ
َ ‫ل‬
‫ي‬
ْ َ
‫ع‬
‫ل‬‫ع‬َ
‫ي‬
‫اس‬
َ
‫َل‬
َ
‫اس‬
‫ه‬ ‫ن‬‫ال‬
‫ه‬ ‫ن‬
‫ر‬
َ
‫ال‬
َ
‫ط‬
‫ر‬ َ

َ
‫ث‬
‫ف‬
‫ك‬ْ
‫ي‬
َ ‫أ‬
‫ت‬
ِ
‫ن‬ ‫ه‬
‫ه‬ ‫ل‬ ‫ا‬
‫ك‬ َ
ِ
‫َّللا‬
‫ل‬ َٰ
ِ َ ُِ
‫ه‬
‫و‬ ‫م‬
‫ت‬
َ
‫ي‬َ ‫ق‬ ْ
‫ال‬
‫ر‬
َ ْ
‫ط‬
ُ
‫ين‬
‫ف‬
ِ ۚ
‫الد‬
‫ا‬ً ‫ف‬ ‫ي‬‫ن‬
ِ ‫ح‬
َ
ِ َ ِ ۚ ‫َّللا‬
‫ك‬ ‫ل‬َ َٰ
‫ذ‬
‫ين‬
ِ
ِ‫ه‬
‫لد‬
ِ ‫ل‬ِ ‫ك‬
َ َ َ ‫فَأ‬
‫ه‬‫ج‬ْ ‫و‬ ‫م‬
ْ ‫ق‬
ِ َ

ِ َ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui. (QS Ar-Ruum/30:30)
B. Menanyakan Alasan Mengapa Manusia
Memerlukan Spiritualitas
Modernisasi melahirkan manusia dengan sikap hidup yang :

Materialistis Konsumtif

Hedonis

Mekanis Individualistis
Modernisasi dan Globalisasi memiliki lima ciri :

3. Menguatnya
1. Munculnya budaya rasionalisme
global

2. Penekanan yang berlebihan


terhadap kebebasan manusia
dalam bertuhan

4. Orientasi hidup 5. Dominasi sikuat


Materialistis atas silemah

ِ ‫س ِبي ِل‬
‫للا‬ َ ‫عن‬ ِ ُ‫َوَلَتَت ه ِبعِ ْال َه َوى فَي‬
َ ‫ضله َك‬
“Dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu karena akan
menyesatkanmu dari jalan Allah..” (QS. Shaad: 26).
Seni Tari Sufi

Gerak tubuh dan rentang


tangan yang diiringi musik
marawis (rebana).

Penggambaran bumi dan


roda kehidupan yang
selalu berputar.
Bergerak dinamis dan berputar pada sumbunya,
yang diartikan sebagai ungkapan cinta agung
makhluk kepada al-Khaliknya. Cinta kepada sang
Pencipta, Allah Swt, adalah inti dari ajaran, budaya
dan kehidupan kaum Sufi.
Orang yang memiliki kesadaran spiritual akan memiliki beberapa
karakter :
1. Mampu menemukan kekuatan Yang Maha Besar
2. Merasakan kelezatan ibadah
3. Menemukan nilai keabadian
4. Menemukan makna dan keindahan hidup
5. Membangun harmonisasi dan keselarasan dengan semesta
6. Menghadirkan intuisi dan menemukan hakikat metafisik
7. Menemukan pemahaman yang menyeluruh
8. Mampu mengakses hal-hal gaib suprarasional
Dalam istilah neurosains modern, orang orang yang memiliki roh yang kuat sehingga mampu mendatangkan
cahayaTuhan adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan spiritual. Kecerdasan spriritual merupakan temuan
Danah Zohar dan Ian Marshal. Kecerdasan spiritual didefinisikan sebagai kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas.

Ary Ginanjar merumuskan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan untuk memberi makna
spiritual terhadap pemikiran, perilaku, dan kegiatan, serta mampu menyinergikan dengan IQ
dan EQ secara komprehensif.

Bagi mereka yang mempunyai kecerdasan spiritual, dunia diletakkan sebagai pijakan untuk
menuju akhirat. Bahwa waktu yang dimilikinya didunia hanya dikerjakan untuk mencapai
akhirat.

Dalam bahasa agama, orang-orang yang memiliki kesadaran spiritual adalah


orang-orang yang selalu berada dalam kondisi terhubung dengan Tuhan.
C. Menggali Sumber Psikologis, Sosiologis, Filosofis,
dan Teologis Tentang Konsep Bertuhan
1. Bagaimana Tuhan dirasakan kehadirannya dalam perspektif psikologis?

Al qusyairi dalam tafsirannya Latha ‘if al-Isyarat bahwa roh memang Lathifa (jiwa halus) yang
ditempatkan Tuhan dalam diri manusia sebagai potensi untuk membentuk karakter yang terpuji.
Roh-lah yang membuat manusia mengenal Tuhan sebagai bawaan lahir. Dengan adanya roh,
manusia mampu merasakan dan meyakini keberadaan Tuhan dan kehadiran-Nya dalam setiap
fenomena dialam semesta ini.

Penjelasan berbeda dikemukakan oleh Andrew Newberg dan Mark Waldman,


mereka menjelaskan bahwa manusia dilahirkan tidak membawa kepercayaan
khusus kepada Tuhan. Sistem kepercayaan kita dibangun oleh gagasan-gagasan
yang diajarkan secara intens sehingga tertanam secara neurologis di dalam
memori, dan akhirnya dapat mempengaruhi perilaku dan pemikiran kita.
2. Bagaimana Tuhan disembah oleh masyarakat dalam perspektif sosiologis?

Tuhan dalam perspektif sosiologis digambarkan sebagai sumber kebenaran dalam kebajikan
Universal yang diyakini dan dipahami oleh umat manusia.

Ilmuan mengajukan tesis bahwa kebertuhanan umat manusia dimulai dari tahap :
1. Animisme : manusia percaya bahwa semua benda memiliki jiwa atau roh yang dapat memberi
pertolongan kepadanya.
2. Politeisme : saat manusia telah mengenal konsep-konsep tentang Tuhan, namun Tuhan/Dewa
tersebut jumlahnya banyak. Mereka mulai menyembah Tuhan-Tuhan mereka sesuai dengan
keyakinan yang mereka yakini mampu memberikan pertolongan kepada mereka.
3. Manoteisme : manusia memiliki konsep tentang Tuhan/Dewa yang esa, yang tidak berbagi dan
merupakan sumber segala sesuatu yang mampu menolong dan menjawab segala
keterbatasan-keterbatasannya.
3. Bagaimana Tuhan dirasionalkan dalam perspektif Filosofi ?

Menurut Mulyadi Kertanegara, paling tidak terdapat tiga argumen filsafat untuk menjelaskan
hal tersebut, yaitu :
1. Dalil al-huduts diperkenalkan oleh al-Kindi
Tuhan dikatakan sebagai sebab pertama, yang menunjukkan betapa ia adalah sebab paling fundamental
dari semua sebab-sebab lainnya yang berderet panjang. Sebagai sebab pertama, maka ia sekaligus adalah
sumber bagi sesuatu yang lain, yakni alam semesta.
2. Dalil al-imkan diperkenalkan oleh Ibn Sina
Menjelaskan bahwa wujud (eksistensi) itu ada, bahwa setiap wujud yang ada bisa bersifat niscaya atau potensial
(mumkin). Wujud niscaya adalah wujud yang esensi dan eksistensinya sama. Ia memberikan wujud kepada yang
lain, yang bersifat potensial (mumkin).
3. Dalil al-inayah diperkenalkan oleh Ibn Rusyd
Argumen ini didasari oleh pengamatan atas keteraturan dan keterpaduan alam semesta. Berdasarkan
pengamatan tersebut ditarik kesimpulan bahwa alam ini pasti karya seorang perancang yang hebat.
Inti dari pendapat para filsuf muslim klasik bahwa Tuhan adalah pencipta dari segala
sesuatu yang ada di alam nyata ini. Tuhan menjadi sebab utama dari segala akibat yang
kita lihat saat ini. Tuhan merupakan wajib al-wujud atau wujud yang niscaya, artinya
Allah adalah wujud yang ada dengan sendirinya dan tidak membutuhkan sesuatu pun
untuk mengaktualkannya.

4. Konsep tentang Tuhan dalam perspektif Teologis


Dalam perspektif teologis, masalah ketuhanan, kebenaran, dan keberagaman harus dicari penjelasannya
dari sesuatu yang dianggap sakral karna dimulai dari atas (dari Tuhan sendiri melalui wahyu-Nya). Melalui
wahyu yang diberikan Tuhan, manusia dapat mengenal Tuhan; manusia mengetahui cara beribadah; dan
cara memuji dan mengagungkan Tuhan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang Tuhan, baik buruk dan cara beragama dalam
perspektif teologis tidak terjadi atas prakarsa manusia, tetapi terjadi atas dasar wahyu dari atas. Tanpa
inisiatif Tuhan melalui wahyu-Nya, manusia tidak mampu menjadi makhluk yang bertuhan dan beribadah
kepada-Nya
D. Membangun Argumen tentang Cara Manusia Meyakini
dan Mengimani Tuhan

Mengingat Tuhan adalah Zat yang Mahatranseden dan gaib (ghaibul ghuyub), maka
manusia tidak mungkin sepenuhya dapat mempersepsi hakikat-Nya. Manusia hanya mampu
merespon dan mempersepsi tajalliyat Tuhan. Dari interaksi antara tajalliyat Tuhan dan
respon manusia, lahirlah keyakinan tentang Tuhan. Tajalliyat Tuhan adalah manifestasi-
manifestasi Tuhan di alam semesta yang merupakan bentuk pengikatan,pembatasan, dan
transmulasiyang dilakukan Tuhan agar manusia dapat menangkap sinyal dan gelombang
ketuhanan. Dengan demikian keyakinan adalah persepsi kognitif manusia terhadap
penampakan (tajjaliyat) dari-Nya. Dengan kata lain, meyakini atau mempercayai Tuhan
artinya pengikatan dan pembatasan terhadap wujud Mutlak Tuhan yang Gaib dan transeden
yang dilakukan oleh subjek manusia melalui kreasi akalnya, menjadi sebuah ide gagasan dan
konsep tentang Tuhan.
Keimanan memiliki dua aspek : keyakinan dan indikator praktis. Adapun indikator praktis keimanan dapat
diterangi dari sikap dan perilaku yang dilakukan manusia. Orang yang memiliki keimanan kepada Allah harus
dibuktikan dengan amal shaleh, yang menjadi indikator praktis tentang iman tersebut.

Keimanan seseorang bertingkat-tingkat dan mengalami pasang surut seperti sinyal


handphone. Ada kalanya seseorang dapat mencapai tingkat keimanan yang tinggi
seperti baterai handphone yang baru di charge, namun ada kalanya seseorang memiliki
keimanan yang rendah seperti baterai handphone yang ngedrop.

Iman terbentuk karna peran Tuhan dan Manusia. Peran Tuhan dalam pembentukan iman
terletak pada karunia-Nya berupa akal dan potensi kebertuhanan yang disebut dengan roh.
Karna adanya akal dan roh inilah, manusia mempunyai potensi keimanan kepada Allah.

Pembentukan iman identik dengan pembentukan karakter. Orang yang beriman


adalah orang yang berkarakter. Beriman kepada Allah berarti memiliki karakter bertuhan.
Dalam bahasa agama, karakter identik dengan akhlak. Menurut imam Ghazali, akhlak
adalah bentuk jiwa yang darinya muncul sikap dan perilaku secara spontanitas dan disertai
Dengan perasaan nikmat dan enjoy ketika melakukannya.
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Visi Ilahi untuk
Membangun Dunia Yang Damai
• Dalam perspektif Islam, manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna, salah satu
tajalli Tuhan yaitu roh. Ketika manusia masih menjaga dan memelihara fithrahnya itu, manusia
akan hidup dekat dengan Tuhan.
• Dalam perspektif tasawuf, kejatuhan manusia membuat ia semakin Dalam perspektif
tasawuf, kejatuhan manusia membuat ia semakin jauh dari Tuhan. Ketika manusia semakin jauh
dari Tuhan maka, mak ia semakin jauh dari kebenaran dan kebaikan Tuhan.

Manusia adalah makhluk yang menyimpan kontradiksi dalam dirinya. Agar manusia
tetap konsisten dalam kebaikan dan kebenaran Tuhan, maka manusia di tuntut untuk
membangun relasi yang baik dengan Tuhan. Manusia tidak akan mampu membangun relasi
yang harmonis dengan tuhan apabila hidupnya lebih di dominasi oleh ragawi dan bendawi.
Apabila manusia telah mampu mengasah spiritualitasnya, ia dapat merasakan kehadiran
tuhan.

Visi Ilahi inilah yang di butuhkan umat manusia sehingga setiap tindak tanduk dan perilaku
manusia didasari dengan semangat kecintaan kepada tuhan.
SEKIAN & TERIMAKASIH

“Barangsiapa yang mempersulit orang lain, maka Allah akan mempersulitnya


pada hari kiamat”
HR Bukhari No. 7152

Anda mungkin juga menyukai