Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS JIWA PUSKESMAS BAITURAHMAN KOTA BANDA ACEH

I. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis Kelamin Agama Alamat Tanggal pemeriksaan : Ny. A : 39 tahun : Perempuan : Islam : Peuniti : 29 Desember 2012

A. Keluhan Utama : Kontrol Ulang B. Riwayat perjalanan penyakit : Pasien datang sendiri untuk menggambil obat. Pasien saat datang ke puskesmas dan tampak kooperatif, penampilan pasien tampak rapi dan bersih. Saat di ajak mengobrol pasien menyinggung tentang tetangganya yang tidak suka kepadanya karena menurut os tetangganya iri dengan os karena os merasa dirinya cantik. Os mengatakan tetangganya tersebut mengguna-gunainya hingga os menjadi jelek. C. Riwayat Gangguan Sebelumnya Tidak diketahui D. Riwayat Perkembangan Pasien Prenatal Bayi Anak-anak Remaja Dewasa E. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga os yang sakit seperti os. : tidak ada gangguan : tidak ada gangguan : tidak ada gangguan : tidak ada gangguan : Os mulai mengalami gangguan jiwa

F. Riwayat pengobatan Menurut pengakuan pasien, pasien rutin minum obat yang diberikan dari dokter. Obat yang biasa diminum CPZ, Haloperidol dan THF. G. Riwayat Kehidupan Pribadi Prenatal Bayi Anak-anak Remaja Dewasa Hubungan dengan keluarga H. Status Internus 1. 2. Status Present Penampakan umum Kesadaran Tekanan Darah Frekwensi Nafas Frekwensi Nadi Temperatur : Baik : Compos Mentis : 110/70 mmHg : 20 x/i : 80 x/i : Afebris : tidak ada gangguan : tidak ada gangguan : tidak ada gangguan : tidak ada gangguan : Os mulai sering gelisah : Baik

Pemeriksaan Fisik Kepala/Mata/ Telinga/Hidung/Mulut Leher Thorax Paru Jantung Abdomen Hepar : Dalam Batas Normal : Dalam Batas Normal : Dalam Batas Normal : Dalam Batas Normal : Dalam Batas Normal

Splen Ren Extremitas Superior Inferior Genetalia I. Status Mental 1. Deskripsi Umum Penampilan Kebersihan Kerapian Kesadaran Perilaku Sikap terhadap pemeriksa Pembicaraan Arus Isi Asosiasi 2. Keadaan Afektif Afek Mood Emosi Arus Dalam/Dangkal : dangkal : baik : baik : ech Empati : baik : normal : Normal : Relevan : Baik : Baik : Baik : Jernih : Normo Aktif : Kooperatif

: Dalam Batas Normal : Dalam Batas Normal : Edema (-), sianosis (-) : Edema (-), Sianosis (-) : Tidak dilakukan pemeriksaan

: Appropriate affect : Eutimik

Pengendalian Stabilitas Ech/Unech

3. Fungsi Intelektual (kognitif)

Intelektual Daya konsentrasi Orientasi Diri Waktu Tempat Situasional Daya Ingat Seketika Baru Lama Pikiran Abstrak Bakat Kreatif 4. Proses Pikir Arus Pikir Produktivitas Kontinuitas Hendaya bahasa Isi pikir Preokupasi Waham Delusion of control Though Withdrawal Gangguan Persepsi Halusinasi Auditorik Halusinasi Visual Halusinasi Olfaktori : (-) : Baik : Baik : Baik : Baik : Baik : Baik : Baik

: Baik : Baik

: Baik : Baik

: cukup : baik/relevan : tidak ditemukan

: tidak dijumpai : waham curiga (-) : (-)

Though insertion Thought broadcasting : (-)

: (-)

: (+) riwayat : (+) riwayat : (-)

Ilusi Depersonalisasi Derealisasi 5. Daya Nilai Normo sosial Uji daya nilai Penilaian realita 6. Insight 7. Judgment J. Diagnosa F20.03 Skizofrenia paranoid K. Evaluasi Multiaksial Axis I Axis II Axis III Axis IV Axis V : Baik : Baik : Baik

: (-) : (-) : (-)

: T2 : cukup

: F20.0 Skizofrenia Paranoid : Z 03. 2 tidak ada diagnosis di aksis II : tidak ada diagnosa : Masalah psikososial dan lingkungan lain : GAF 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

N.

Terapi

Psikoterapi Memberikan penjelasaan pada pasien yang bersifat komunikatif, edukatif dan informatif tentang keadaan pasien sehingga pasien dapat menjaga kepatuhan minum obat, mengerti tentang gangguan yang dideritanya dan juga menyadari bahwa ada kemungkinan bahwa keluhan-keluhan yang dideritanya disadari oleh faktor psikologis dan dapat mencari bantuan psikiatri pada saat pasien membutuhkannya.

Mengembalikan pasien pada fungsi optimal terutama dalam kehidupan sosioekonomi, minimal pasien bisa menjalani aktivitas sehari-hari dan merawat kebersihan diri dengan baik tanpa disuruh.

Sosioterapi 1. Kepada keluarga Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan edukatif mengenai penyebab penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktorfaktor yang memberatkan, dan bagaimana cara pencegahannya. Sehingga keluarga bisa menerima dan mengerti keadaan pasien serta mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan. Keluarga diharapkan mampu mengawasi kepatuhan pasien untuk kontrol minum obat maupun kontrol berobat jika obat habis untuk memantau perjalanan penyakit pasien dan tindak lanjut dari pengobatan yang didapat pasien. Terapi Farmakologi o CPZ 1x100 mg o Haloperidol 2x1,5 mg o THF 2x 2 mg O. Prognosis Dubia ad bonam

PEMBAHASAN I. Definisi Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif, emosional dan tingkah laku. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). II. Penyebab Ada beberapa teori tentang pengaruh neurogiologis yang menyebabkan Skizorenia. Salah satunya adalah ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada jalur serebrospinal. III. Gejala Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain 1. ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. 2. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). 3. Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi.

4. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin. Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas: 1. Gejala-gejala Positif

Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain. 2. Gejala-gejala Gejala-gejala Negatif yang dimaksud disebut negatif karena merupakan

kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia). IV. Terapi Pemberian obat-obatan Obat neuroleptika selalu diberikan, kecuali obat-obat ini terkontraindikasi, karena 75% penderita skizofrenia memperoleh perbaikan dengan obat-obat neuroleptika. Kontraindikasi meliputi neuroleptika yang sangat antikolinergik seperti klorpromazin, molindone, dan thioridazine pada penderita dengan hipertrofi prostate atau glaucoma sudut tertutup. Antara sepertiga hingga separuh penderita skizofrenia dapat membaik dengan lithium. Namun, karena lithium belum terbukti lebih baik dari neuroleptika, penggunaannya disarankan sebatas obat penopang. Meskipun terapi elektrokonvulsif (ECT) lebih rendah dibanding dengan neuroleptika bila

dipakai sendirian, penambahan terapi ini pada regimen neuroleptika menguntungkan beberapa penderita skizofrenia.

Pendekatan Psikologi Hal yang penting dilakukan adalah intervensi psikososial. Hal ini dilakukan dengan menurunkan stressor lingkungan atau mempertinggi kemampuan penderita untuk mengatasinya, dan adanya dukungan sosial. Intervensi psikososial diyakini berdampak baik pada angka relaps dan kualitas hidup penderita. Intervensi berpusat pada keluarga hendaknya tidak diupayakan untuk mendorong eksplorasi atau ekspresi perasaan-perasaan, atau mempertinggi kewaspadaan impuls-impuls atau motivasi bawah sadar.

DAFTAR PUSTAKA 1. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa.Rujukan ringkasan dari PPDGJ III.1997. Jakarta 2. Kaplan & Sadock: Skizofrenia dalam Sinopsis Psikiatri Jilid 1, edisi 7, Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1997, halaman 685-729. 3. Maslim. R: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi 3,Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2002, hal 46-51. 4. W.F. Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Universitas Airlangga,1980, hal:215-35

Anda mungkin juga menyukai