Pembimbing:
•
-Skizo Retak atau
pecah
•
-Frenia Jiwa
•
-Skizofrenia
Seseorang yang
mengalami keretakan
jiwa atau keretakan
kepribadian.
2
SKIZOFRENIA
PPDGJ-III
3
ETIOLOGI
•
Belum ditemukan etiologi yang pasti
•
Hipotesis yang paling banyak digunakan: adanya
gangguan transmitter sentral, yaitu terjadinya
peningkatan aktivitas dopamin sentral
•
Ada beberapa teori yang banyak digunakan untuk
saat ini:
– Biologi
– Biokimia
– Genetika
– Faktor keluarga
4
Gejala Klinis
menurut PPDGJ
à
sedikitnya 1 gejala yg amat jelas (2 gejala/lebih apabila gejala2 tsb
kurang jelas), yaitu:
•
A. Thought echo
•
Thought insertion/withdrawal
•
Thought broadcasting
•
B. Delution of influence
•
Delution of control
•
Delution of perseption
•
Delution of passivity
•
C. Halusinasi auditorik
•
D. Waham – waham menetap jenis lainnya
5
KLASIFIKASI
•
F 20.0. Tipe Paranoid
•
F 20.1. Tipe Disorganisasi atau Hebefrenik
•
F 20.2. Tipe Katatonik
•
F 20.3. Tipe Tak Terinci
•
F 20.4. Tipe Residual
•
F 20.5. Skizofrenia Simpleks
•
F 20.6. Depresi Pasca-Skizofrenia 6
Tipe Paranoid F20.0
8
2. Tipe Ter disorganisasi F20.1
•Tidak memenuhi kriteria utk tipe katatonik
•Afek tumpul, ketolol-tololan atau tak serasi
•Sering inkoheren
•Waham tak sistematis
•Menyeringai
•Afek dangkal dan tidak wajar, disertai cekikikan atau perasaan puas diri,
senyum sendiri, menyeringai
•Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tidak menentu,
serta inkoheren 9
3. Tipe Katatonik F20.2
minimal 2 kriteria berikut terpenuhi:
Rigiditas
Echolalia/echopraxia
11
5. Tipe Residual F20.5
15
PROGNOSIS
Nama : NY. H
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : tidak bekerja
Status perkawinan : belum Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Batu Bara No.31
●
Keluhan Utama
●
Keluhan Tambahan
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Kehidupan Pribadi
Situasi kehidupan sosial
sekarang
Persepsi pasien tentang dirinya
dan lingkungan
Pemeriksaan Status Mental
DESKRIPSI UMUM
Penampilan
Pasien seorang wanita berusia ±35tahun, tubuh tidak terlihat kurus, kulit sawo matang dan rambut
sebahu berwarna hitam dan tumbuh merata. Pada saat dilakukan wawancara pasien mengenakan kaos
dan celana selutut. Pasien tampak sesuai umurnya.
Kesadaran
Kesadaran Neurologis : Compos mentis
Kesadaran Psikiatri : Tampak Terganggu
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
Konsentrasi : terganggu, mudah teralih
Daya ingat :
Jangka panjang : Baik, pasien ingat perrnah berobat
DAYA NILAI
Daya nilai sosial : terganggu
Uji daya nilai : terganggu
Penilaian realita: terganggu
TILIKAN
T1= pasien tidak menyadari bahwa dirinya sakit
Pemeriksaan diagnosis lanjutan
STATUS INTERNUS
Bentuk badan:
Kepala
Mata :Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, tampak lingkar hitam di kelopak mata bagian
bawah.
Leher, Thoraks, Abdomen, Ekstremitas, Lain-lain dalam batas
normal
Evaluasi multi aksial
1. Aksis I : Skizofrenia paranoid(F 20.0)
DD paranoia (F 22.0).
2. Aksis II : gangguan kepribadian paranoid(F 60.0)
3. Aksis III : None
4. Aksis IV : Masalah berkaitan dengan perkawinan,
ekonomi, keluarga dan lingkungan sosial.
5. Aksis V : GAF scale 70-61
Daftar Masalah
Organobiologik
Status internus dan kelainan neurologi tidak ada kelainan
Psikologik
kadang bicara melantur tidak nyambung, mendengar bisikan-bisikan.
Kontak dan kewajaran baik, afek hipotym, pembicaraan asosiasi longgar, logore dan
rambling, arus pikir flight of idea, tilikan derajat 1, penilaian realita tentang diri sendiri
terganggu, tidak dapat dipercaya. Halusinasi auditorik (+) mengatakan pasien mendenga
suara yang memanggil namanya. Waham(+) kebesaran mengaku seorang dokter dan
banyak pria yang menyukainya
Sosial Keluarga
Saat ini pasien tidak bekerja . Tinggal bersama ibu, kakak dan adiknya. Ayah pasien suda
meninggal dengan riwayat sakit stroke.Kakak dan adik pasien memiliki riwayat ganguan
jiwa dengan tingkatan gangguan yang berbeda-beda. Untuk memenuhi kebutuhan
keluarga hanya tergantung pada uang pensiun ayahnya
DISKUSI KASUS
Skizofrenia memberikan gambaran klinis yang bervariasi sehingga
diperlukan acuan atau pedoman. Pedoman diagnosis skizofrenia dapat
ditegakkan berdasarkan kriteria pada Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ) III.
36
Diagram Jumlah Pasien Skizofrenia
•
Kasus Skizofrenia yang tercatat di wilayah kerja
puskesmas ialah 37 orang, dengan hasil sebagai
berikut:
37
•
Dari grafik Pasien skizofrenia, berjumlah 37 orang dengan jumlah
Laki-laki sebanyak 27 orang dan Perempuan sebanyak 10 orang.
Angka Kejadian tersebut tersebar dari beberapa daerah yang pernah
berobat ke Puskesmas Pakuan Baru.
•
Dari data diatas terlihat bahwa mayoritas pasien berjenis kelamin
laki-laki dimana laki-laki cenderung sering mengalami perubahan
peran dan penurunan interaksi sosial serta kehilangan pekerjaan hal
ini yang sering menjadi penyebab laki-laki lebih rentan terhadap
masalah-masalah mental, termasuk Skizofrenia. 38
Grafik kepatuhan pasien dalam
minum obat
39
•
Grafik menunjukkan bahwa dari 37 orang pasien
yang mengalami Skizofrenia hanya terdapat 13 orang
pasien yang patuh dalam minum obat, sementara
pasien yang tidak patuh minum obat lebih banyak
dengan jumlah 24 orang.
40
Usia
41
•
Grafik di atas kelompok usia yang lebih banyak
mengalami Skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas
Pakuan Baru ialah kelompok usia muda dengan
rentang usia 26-45 tahun dan kelompok yang
terendah adalah usia 46-60 tahun. Di kalangan usia
muda, terutama pria, cenderung mempunyai tingkat
kepatuhan yang buruk terhadap pengobatan.
42
Masalah Sosial Ekonomi
43
•
Grafik menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
skizofrenia berasal dari keluarga dengan ekonomi yang
kurang yaitu berjumlah 16 orang. Beberapa keluarga
pasien mengeluhkan tidak mempunyai biaya cukup
untuk mengobati pasien ataupun jika mampu jarak
tempuh dan transportasi yang jauh dari kediaman
mereka ke Puskesmas dapat menjadi penghalang.
44
Tingkat Pendidikan
45
•
Grafik diatas menunjukkan pasien Skizofrenia lebih
banyak yang mempunyai pendidikan rendah dengan
lulusan SD berjumlah 8 orang, yang tidak sekolah
dan lulusan SMP dengan jumlah yang sama yaitu 8
orang, dan yang terendah adalah lulusan SMA
dengan jumlah 4 orang.
46
•
Pengetahuan pasien atau keluarga yang rendah tentang
pengobatannya dapat mengakibatkan pasien tidak patuh dalam
minum obat.
•
Pengetahuan rendah pada pasien bisa terjadi karena mereka
kurang mendapat informasi dari fasilitas kesehatan. Fasilitas
kesehatan merupakan sarana penting dimana tenaga kesehatan
dapat memberikan penyuluhan terhadap pasien tentang
pentingnya terapi farmakologi yang dijalani pasien.
47
Faktor Sehubungan dengan
•
Dari
Pengobatan
anamnesa dan alloanamnesa yang dilakukan
terhadap pasien atau keluarga pasien yang menyebabkan
mereka jarang melakukan kontrol ke Puskesmas terkait
dengan penyakitnya karena mereka merasa bosan
menjalani pengobatan yang cukup lama, dan juga mereka
merasa sudah membaik sehingga menghentikan ataupun
mengurangi dosis obat tanpa seizin dari dokter.
48
Faktor Lingkungan
•
Dari alloanamnese yang dilakukan terhadap beberapa keluarga pasien,
terdapat 1 keluarga yang masih melakukan tindakan pasung terhadap
pasien dan 2 keluarga yang membiarkan pasien berkeliaraan bebas di
luar rumah.
•
Mayoritas pasien mempunyai dukungan keluarga yang buruk. Dari
anamnesa juga didapatkan informasi bahwa tidak adanya anggota
keluarga lain yang bisa merawat pasien ataupun mengawasi pasien
dalam minum obat menyebabkan pasien tidak teratur minum obat
sehingga mereka jarang kontrol ke puskesmas. 49
•
Pasien yang tinggal sendirian secara umum mempunyai angka
kepatuhan yang rendah dibandingkan mereka yang tinggal dalam
lingkungan yang mendukung.
•
Dukungan keluarga yang kurang dapat menurunkan motivasi pasien
untuk melakukan perawatan kesehatan, sedangkan dukungan yang
baik akan meningkatkan motivasi pasien untuk melakukan
perawaatan kesehatan dalam hal patuh minum obat secara teratur.
50
Faktor Sehubungan dengan dokter
dan pihak apotik
•
Ketersediaan obat diapotik Puskesmas Pakuan Baru menjadi faktor
penting yang menyebabkan pasien tidak patuh dalam berobat dimana
Pemberian obat dibatasi untuk 10 hari atau paling lama untuk 20 hari
saja. Hal ini mengharuskan pasien atau keluarga untuk lebih sering
datang ke Puskesmas Pakuan Baru. Keterbatasan waktu, tenaga dan
jarak yang harus ditempuh oleh pasien untuk melakukan kontrol
menyebabkan mereka tidak datang pada waktu yang tepat ke
Puskesmas, yang pada akhirnya akan menyebabkan pasien mengalami
putus obat untuk beberapa waktu.. 51
KESIMPULAN
Permasalahan utama pada pembahasan ini adalah masih banyak pasien
skizofrenia yang tidak patuh dalam minum obat. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
ketidakpatuhan pasien dalam minum obat, yang dilihat dari berbagai sisi :
1. pasien yang meliputi : usia, masalah sosial ekonomi dan tingkat pendidikan
dan pengetahuan pasien atau keluarganya.
2. pengobatan.
3. faktor lingkungan
54