Anda di halaman 1dari 54

SKIZOFRENIA

dr. Nikma Kumala Sari

Pembimbing:

-Skizo  Retak atau
pecah

-Frenia  Jiwa


-Skizofrenia 
Seseorang yang
mengalami keretakan
jiwa atau keretakan
kepribadian.

2
SKIZOFRENIA

PPDGJ-III

Sekelompok gangguan jiwa berat yang umumnya


ditandai oleh distorsi proses pikir dan persepsi yang
mendasar, afek yang tidak wajar (inappropriate) atau
tumpul (blunted), tetapi kesadarannya tetap jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara.

3
ETIOLOGI

Belum ditemukan etiologi yang pasti

Hipotesis yang paling banyak digunakan: adanya
gangguan transmitter sentral, yaitu terjadinya
peningkatan aktivitas dopamin sentral

Ada beberapa teori yang banyak digunakan untuk
saat ini:
– Biologi
– Biokimia
– Genetika
– Faktor keluarga
4
Gejala Klinis
menurut PPDGJ
à
sedikitnya 1 gejala yg amat jelas (2 gejala/lebih apabila gejala2 tsb
kurang jelas), yaitu:

A. Thought echo

Thought insertion/withdrawal

Thought broadcasting

B. Delution of influence

Delution of control

Delution of perseption

Delution of passivity

C. Halusinasi auditorik

D. Waham – waham menetap jenis lainnya
5
KLASIFIKASI


F 20.0. Tipe Paranoid

F 20.1. Tipe Disorganisasi atau Hebefrenik

F 20.2. Tipe Katatonik

F 20.3. Tipe Tak Terinci

F 20.4. Tipe Residual

F 20.5. Skizofrenia Simpleks

F 20.6. Depresi Pasca-Skizofrenia 6
Tipe Paranoid F20.0

Pre okupasi dengan 1 / lebih waham atau halusinasi


dengar yang menonjol

Tidak ada dari berikut ini yang menonjol: bicara


terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi / katatonik,afek
datar / tidak sesuai.

Tipe paling stabil dan sering

Gejala terlihat sangat konsisten; pasien dapat atau tidak


bertindak sesuai dengan wahamnya
7

Pasien sering tak kooperatif dan sulit untuk diajak
kerjasama, mungkin agresif, marah atau ketakutan

Pasien jarang memperlihatkan perilaku disorganisasi

Waham dan halusinasi menonjol

Afek dan pembicaraan hampir tidak berpengaruh

Tegang, mudah curiga, berjaga-jaga, berhati-hati

8
2. Tipe Ter disorganisasi F20.1
•Tidak memenuhi kriteria utk tipe katatonik
•Afek tumpul, ketolol-tololan atau tak serasi
•Sering inkoheren
•Waham tak sistematis
•Menyeringai

•Afek dangkal dan tidak wajar, disertai cekikikan atau perasaan puas diri,
senyum sendiri, menyeringai
•Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tidak menentu,
serta inkoheren 9
3. Tipe Katatonik F20.2
minimal 2 kriteria berikut terpenuhi:

Imobilitas motorik seperti yg ditunjukkan oleh katalepsi/stupor

Aktivitas motorik yang berlebihan

Negativisme yg ekstrim atau mutisme

Gerakan volunter yg aneh seperti yang ditunjukkan oleh


posturing/seringai yg menonjol

Rigiditas

Echolalia/echopraxia

Gejala-gejala lain: command automatism, pengulangan


10 kata-kata
3.Tipe Tidak Tergolongkan / Tidak Terinci
F20.3

Pasien mempunyai halusinasi, waham dan gejala
psikosis aktif yang menonjol (mis: kebingungan,
inkoheren) atau memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi
tidak dapat digolongkan pada tipe paranoid,
hebefrenik, atau katatonik

11
5. Tipe Residual F20.5

Kriteria berikut ini terpenuhi:

Tidak adanya waham, halusinasi, bicara


terdisorganisasi/katatonik yg menonjol

Terdapat terus bukti2 gangguan seperti gejala negatif atau


2/lebih gejala yg tertulis dlm kriteria A utk skizofrenia,
ditemukan dlm bentuk yg lebih lemah

Gejala: penarikan diri secara sosial, afek datar atau tak


serasi, perilaku eksentrik, asosiasi longgar, pikiran tak logis
12
PENGOBATAN
Anti-Psikotik Generasi Pertama (APG-I)

Antipsikotika konvensional atau tipikal

Mengontrol gejala-gejala positif

Hampir tidak bermanfaat untuk gejala negatif

Diklasifikasikan menjadi: potensi rendah, potensi
sedang, potensi tinggi

Fenotiazine, Tioxantine, Butirofenon,
Dibenzoxazepine, Dihidronidol, Difenilbutil
13
PENGOBATAN
Anti-Psikotik Generasi Pertama (APG-I)

Efek samping akut:
– Parkinsonisme. Karena blokade dopamine di bangsal ganglia.
Gejala berupa rigiditas, bradikinesia, tremor, muka topeng,
berjalan dengan menyeret kaki
– Distonia Akut. Spasme otot menetap atau intermitten. Gejala
berupa opistotonus, rigiditas otot-otot belakang, spasme pada
sebelah atau kedua mata sehingga mata mendelik ke atas,
makroglosia, distonia laring
14
PENGOBATAN
Anti-Psikotik Generasi Kedua (APG-II)

Bermanfaat untuk gejala positif dan negatif

Standar emas baru, meskipun harganya mahal

Efek samping lebih ringan

Clozapine, Risperidone, Olanzapine,
Quetiapine, Ziprasidone

15
PROGNOSIS

Gambaran klinik yang dikaitkan dengan prognosis baik:


– Awitan gejala-gejala psikotik aktif terjadi secara mendadak
– Awitan terjadi setelah umur 30 tahun, terutama pada perempuan
– Fungsi pekerjaan dan sosial sebelum sakit baik
– Kebingungan sangat jelas dan gambaran emosi menonjol, selama
episode akut (simptom positif)
Prognosis lebih buruk apabila pasien menyalahgunakan zat atau
hidup dalam keluarga yang tidak harmonis
16
IDENTITAS PASIEN

Nama : NY. H
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : tidak bekerja
Status perkawinan : belum Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Batu Bara No.31

Keluhan Utama


Keluhan Tambahan
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Kehidupan Pribadi
Situasi kehidupan sosial
sekarang
Persepsi pasien tentang dirinya
dan lingkungan
Pemeriksaan Status Mental
DESKRIPSI UMUM
Penampilan
Pasien seorang wanita berusia ±35tahun, tubuh tidak terlihat kurus, kulit sawo matang dan rambut
sebahu berwarna hitam dan tumbuh merata. Pada saat dilakukan wawancara pasien mengenakan kaos
dan celana selutut. Pasien tampak sesuai umurnya.

Kesadaran
Kesadaran Neurologis : Compos mentis
Kesadaran Psikiatri : Tampak Terganggu

Perilaku dan aktivitas psikomotor


Selama wawancara: pasien duduk tenang, berbicara dengan spontan dan kadang menjawab tidak
sesuai pertanyaan.
Sesudah wawancara : pasien kembali ke rumah dengan berjalan kaki

Sikap terhadap pemeriksa


Pada saat dilakukan wawancara pasien cukup kooperatif
Alam perasaan
Suasana perasaan (mood): hipotym
Afek ekspresi afektif
Arus : cukup
Stabilitas : cukup
Kedalaman : Dalam
Skala Diferensiasi : sempit
Keserasian : serasi
Pengendalian : Baik
Ekspresi : murung
Dramatisasi : ada
Fungsi Kognitif
Kesadaran : Compos mentis
Orientasi :

Waktu : Baik
Tempat : Baik

Orang : Baik
Konsentrasi : terganggu, mudah teralih

Daya ingat :
Jangka panjang : Baik, pasien ingat perrnah berobat

Jangka pendek : baik, pasien selalu ingat jalan pulang


Segera : baik, dapat mengulang yang baru saja di instrusikan

Intelegensia dan Pengetahuan Umum : Sesuai dengan tingkat pendidikan


pasien.

Pikiran abstrak : Sulit dievaluasi


Gangguan Persepsi
Ilusi (-)
Halusinasi : Audio (+) pasien mendengar
suara yang memanggil namanya
Depersonalisasi/ Derealisasi : (-)
Proses pikir
Arus pikir :
Produktivitas : flight of ideas
Kontinuitas : irrelavan, rambling (bertele-tele),
logorea, asosiasi longgar.
Hendaya berbahasa : inkoheren
Isi Pikir :
a. Preocupasi : (-)
b. Waham : (+) kebesaran mengaku seorang
dokter dan banyak pria yang menyukainya
PENGENDALIAN IMPULS
terkendali

DAYA NILAI
Daya nilai sosial : terganggu
Uji daya nilai : terganggu
Penilaian realita: terganggu
 
TILIKAN
T1= pasien tidak menyadari bahwa dirinya sakit
Pemeriksaan diagnosis lanjutan
STATUS INTERNUS

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Kompos mentis
Gizi : Normal

Bentuk badan:
Kepala
Mata :Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, tampak lingkar hitam di kelopak mata bagian
bawah.
Leher, Thoraks, Abdomen, Ekstremitas, Lain-lain dalam batas
normal
Evaluasi multi aksial
1. Aksis I : Skizofrenia paranoid(F 20.0)
DD paranoia (F 22.0).
2. Aksis II : gangguan kepribadian paranoid(F 60.0)
3. Aksis III : None
4. Aksis IV : Masalah berkaitan dengan perkawinan,
ekonomi, keluarga dan lingkungan sosial.
5. Aksis V : GAF scale 70-61
Daftar Masalah
Organobiologik
Status internus dan kelainan neurologi tidak ada kelainan
Psikologik
kadang bicara melantur tidak nyambung, mendengar bisikan-bisikan.
Kontak dan kewajaran baik, afek hipotym, pembicaraan asosiasi longgar, logore dan
rambling, arus pikir flight of idea, tilikan derajat 1, penilaian realita tentang diri sendiri
terganggu, tidak dapat dipercaya. Halusinasi auditorik (+) mengatakan pasien mendenga
suara yang memanggil namanya. Waham(+) kebesaran mengaku seorang dokter dan
banyak pria yang menyukainya
Sosial Keluarga
Saat ini pasien tidak bekerja . Tinggal bersama ibu, kakak dan adiknya. Ayah pasien suda
meninggal dengan riwayat sakit stroke.Kakak dan adik pasien memiliki riwayat ganguan
jiwa dengan tingkatan gangguan yang berbeda-beda. Untuk memenuhi kebutuhan
keluarga hanya tergantung pada uang pensiun ayahnya
DISKUSI KASUS
Skizofrenia memberikan gambaran klinis yang bervariasi sehingga
diperlukan acuan atau pedoman. Pedoman diagnosis skizofrenia dapat
ditegakkan berdasarkan kriteria pada Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ) III.

Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,


perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan
gejala gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif. Pada
pasien didapatkan Seorang perempuan berusia 23 tahun, berpenampilan
sesuai dengan usianya.Penampilan rapi dan bersih,mengenakan hijab ,
kuku terpotong rapi, perawakan ideal dan dapat mengurus diri dengan
baik. Perilaku dan Aktifitas
Psikomotor : Pasien tampak gelisah, cara berjalan dan duduk biasa.
Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif. Pasien juga memiliki afek :
inappropriate, mood :disforik, emosi: agitasi,halusinasi auditorik : ada
(mendengar bisikan seperti orang menceritakannya) halusinasi visual : ada
(Pasien melihat cahaya putih di atas pojok ruangan setelah mengamuk di
rumah). Pasien talah mengalami gejala tersebut selama 4 bulan. Gejala
klinis yang ada pada pasien mengakibatkan adanya hambatan pada

kegiatan sehari-hari, dan kehidupan bersosialnya. Berdasarkan hal tersebut


diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan.
“Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Ketidak patuhan
Minum Obat Pada Pasien
Skizofrenia di Wilayah Kerja
Puskesmas Pakuan Baru”

36
Diagram Jumlah Pasien Skizofrenia


Kasus Skizofrenia yang tercatat di wilayah kerja
puskesmas ialah 37 orang, dengan hasil sebagai
berikut:

37

Dari grafik Pasien skizofrenia, berjumlah 37 orang dengan jumlah
Laki-laki sebanyak 27 orang dan Perempuan sebanyak 10 orang.
Angka Kejadian tersebut tersebar dari beberapa daerah yang pernah
berobat ke Puskesmas Pakuan Baru.

Dari data diatas terlihat bahwa mayoritas pasien berjenis kelamin
laki-laki dimana laki-laki cenderung sering mengalami perubahan
peran dan penurunan interaksi sosial serta kehilangan pekerjaan hal
ini yang sering menjadi penyebab laki-laki lebih rentan terhadap
masalah-masalah mental, termasuk Skizofrenia. 38
Grafik kepatuhan pasien dalam
minum obat

39

Grafik menunjukkan bahwa dari 37 orang pasien
yang mengalami Skizofrenia hanya terdapat 13 orang
pasien yang patuh dalam minum obat, sementara
pasien yang tidak patuh minum obat lebih banyak
dengan jumlah 24 orang.

40
Usia

41

Grafik di atas kelompok usia yang lebih banyak
mengalami Skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas
Pakuan Baru ialah kelompok usia muda dengan
rentang usia 26-45 tahun dan kelompok yang
terendah adalah usia 46-60 tahun. Di kalangan usia
muda, terutama pria, cenderung mempunyai tingkat
kepatuhan yang buruk terhadap pengobatan.
42
Masalah Sosial Ekonomi

43

Grafik menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
skizofrenia berasal dari keluarga dengan ekonomi yang
kurang yaitu berjumlah 16 orang. Beberapa keluarga
pasien mengeluhkan tidak mempunyai biaya cukup
untuk mengobati pasien ataupun jika mampu jarak
tempuh dan transportasi yang jauh dari kediaman
mereka ke Puskesmas dapat menjadi penghalang.
44
Tingkat Pendidikan

45

Grafik diatas menunjukkan pasien Skizofrenia lebih
banyak yang mempunyai pendidikan rendah dengan
lulusan SD berjumlah 8 orang, yang tidak sekolah
dan lulusan SMP dengan jumlah yang sama yaitu 8
orang, dan yang terendah adalah lulusan SMA
dengan jumlah 4 orang.

46

Pengetahuan pasien atau keluarga yang rendah tentang
pengobatannya dapat mengakibatkan pasien tidak patuh dalam
minum obat.

Pengetahuan rendah pada pasien bisa terjadi karena mereka
kurang mendapat informasi dari fasilitas kesehatan. Fasilitas
kesehatan merupakan sarana penting dimana tenaga kesehatan
dapat memberikan penyuluhan terhadap pasien tentang
pentingnya terapi farmakologi yang dijalani pasien.
47
Faktor Sehubungan dengan

Dari
Pengobatan
anamnesa dan alloanamnesa yang dilakukan
terhadap pasien atau keluarga pasien yang menyebabkan
mereka jarang melakukan kontrol ke Puskesmas terkait
dengan penyakitnya karena mereka merasa bosan
menjalani pengobatan yang cukup lama, dan juga mereka
merasa sudah membaik sehingga menghentikan ataupun
mengurangi dosis obat tanpa seizin dari dokter.

48
Faktor Lingkungan

Dari alloanamnese yang dilakukan terhadap beberapa keluarga pasien,
terdapat 1 keluarga yang masih melakukan tindakan pasung terhadap
pasien dan 2 keluarga yang membiarkan pasien berkeliaraan bebas di
luar rumah.

Mayoritas pasien mempunyai dukungan keluarga yang buruk. Dari
anamnesa juga didapatkan informasi bahwa tidak adanya anggota
keluarga lain yang bisa merawat pasien ataupun mengawasi pasien
dalam minum obat menyebabkan pasien tidak teratur minum obat
sehingga mereka jarang kontrol ke puskesmas. 49

Pasien yang tinggal sendirian secara umum mempunyai angka
kepatuhan yang rendah dibandingkan mereka yang tinggal dalam
lingkungan yang mendukung.

Dukungan keluarga yang kurang dapat menurunkan motivasi pasien
untuk melakukan perawatan kesehatan, sedangkan dukungan yang
baik akan meningkatkan motivasi pasien untuk melakukan
perawaatan kesehatan dalam hal patuh minum obat secara teratur.

50
Faktor Sehubungan dengan dokter
dan pihak apotik

Ketersediaan obat diapotik Puskesmas Pakuan Baru menjadi faktor
penting yang menyebabkan pasien tidak patuh dalam berobat dimana
Pemberian obat dibatasi untuk 10 hari atau paling lama untuk 20 hari
saja. Hal ini mengharuskan pasien atau keluarga untuk lebih sering
datang ke Puskesmas Pakuan Baru. Keterbatasan waktu, tenaga dan
jarak yang harus ditempuh oleh pasien untuk melakukan kontrol
menyebabkan mereka tidak datang pada waktu yang tepat ke
Puskesmas, yang pada akhirnya akan menyebabkan pasien mengalami
putus obat untuk beberapa waktu.. 51
KESIMPULAN
Permasalahan utama pada pembahasan ini adalah masih banyak pasien
skizofrenia yang tidak patuh dalam minum obat. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
ketidakpatuhan pasien dalam minum obat, yang dilihat dari berbagai sisi :

1. pasien yang meliputi : usia, masalah sosial ekonomi dan tingkat pendidikan
dan pengetahuan pasien atau keluarganya.

2. pengobatan.

3. faktor lingkungan

4. dokter dan pihak apotik.


52

Keluarga sebagai unsur yang terdekat dengan pasien harus bersifat
terapeutik, sehingga dapat memberikan dukungan sebaik mungkin
terhadap pasien dalam proses kesembuhannya. Pihak apotik yang
berada di bawah wewenang puskesmas Pakuan Baru harus
menjamin ketersediaan obat yang cukup bagi pasien skizofrenia
sehingga mereka tidak harus mengalami putus obat karena
keterbatasan obat di Puskesmas. Kerjasama yang baik dari berbagai
pihak ini diharapkan akan membantu mempermudah pasien
skizofrenia dalam menjalani proses penobatannya. 53
TERIMA KASIH

54

Anda mungkin juga menyukai