Anda di halaman 1dari 25

LONGCASE

“Skizofrenia Residual”

Disusun oleh :
Anna Monita
20204010124
 
Diajukan kepada :
dr. Warih Andan Puspitosari, Sp.KJ (K)
Identitas Pasien
Nama : Tn. HP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 11 Desember 1980
Umur : 40 tahun
Alamat : Nogotirto
Problem

Anamnesis
● Keluhan utama : Takut dengan banyak orang
● RPS : Pasien datang ke poli jiwa RS PKU Muhammadiyah Gamping sejak Mei
2019, ia mengeluh merasa takut dengan banyak orang dan merasa orang lain disekitarnya
membicarakan tentang dirinya. Pasien takut orang lain mendengar makian yang berasal dari
dalam dirinya dan terus terngiang-ngiang didalam pikirannya dan kemudian orang lain tersebut
memaki balik dirinya. Pasien sering mendengar bisikan-bisikan yang tidak ada wujudnya,
bisikan tersebut berupa bisikan jika orang-orang disekitarnya sedang membicarakan dirinya.
Keluhan pasien memberat di pagi hari dan semakin menurun di sore hari.
● RPD : rawat inap di RS Grhasia tahun 2018
● RPK : informasi tidak tersedia
● RPSos : informasi tidak tersedia
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah : 125/98 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Pernapasan : 20 x/menit
Pemeriksaan Psikiatri
Kesan umum : laki-laki sesuai usia, berpakaian rapi, rawat diri baik
Kesadaran : kompos mentis
Sikap & tingkah laku : cenderung hipoaktif
Roman muka : sedikit mimik
Afek : disforik & afek datar
Pikiran :
Arus pikiran : kadang lancar, remming
Pikiran : paranoid idea
Bentuk pikiran : masih realistik
Perhatian : agak sukar ditarik & dicantum
Hipotesis
● Diagnosis
Skizofrenia Residual (F 20.5)
● Diagnosis Multiaxial
Aksis I : F 20.5 Skizofrenia Residual
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : tidak ada diagnosis
Aksis V : gejala sedang (moderate), disabilitas sedang. (60-51)
● Diagnosis banding
Gangguan skizoafektif
Gangguan afektif berat
Gangguan kepribadian paranoid
Tatalaksana

R/ Risperidone 2 mg tab No. LX


S 2 dd tab 1
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
● Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak
belumdiketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas,
serta sejumlah akibatyang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik,
dan sosial budaya. Padaumumnya ditandai oleh penyimpangan yang
foundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang
tidak wajar (inapropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaranyang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemundurankognitif
tertentu dapat berkembang kemudian.
● Skizofrenia residual adalah skizofrenia yang diawali dengan gejala positif,
namunminimal dalam waktu satu tahun terakhir telah timbul gejala negatif.
Epidemiologi

● Insiden skizofrenia secara umum berkisar antara 5-50/100.000 orang pertahun.


Ditemukan pada 1% populasi di seluruh dunia tanpa memandang sosioekonomi
dan jenis kelamin. Onset skizofrenia lebih cepat pada laki-laki (15-25 tahun)
dibanding perempuan (25-35 tahun).
Etiologi
● Faktor Genetik 
 Semakin dekat hubungan genetis antara penderita skizofrenia dan anggota
keluarganya,semakin besar kemungkinannya untuk terkena skizofrenia. Hal ini
menunjukkan bahwa kecenderungan terkena skizofrenia dapat ditularkan secara genetis.
● Faktor Biokimia
Hipotesis dopamine menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu
banyaknya penerimaan dopamine dalam otak. Kelebihan ini mungkin karena produksi
neurotransmitter atau gangguan regulasi mekanisme pengambilan kembali yang dengannya
dopamine kembali dan disimpan oleh vesikel neuron parasimpatik. Kemungkinan lain
adalah adanya oversensitif reseptor dopamine atau terlalu banyaknya respon dopamine. 
● Otak 
Sekitar 20-35% penderita skizofrenia mengalami beberapa bentuk kerusakan otak.
Etiologi

● Menurut Freud struktur kepribadian terdiri atas 3 aspek yaitu id, ego, dan super
ego. Pertimbangan antara id dan super ego seringkali tidak seimbang dan
menimbulkan konflik. Apabila ego berfungsi dengan baik, maka situasi konflik
tersebut akan dapat dikendalikannyaatau di selesaikannya secara adekuat.
Sementara jika ego lemah, maka situasi konflik tersebut tidak akan dapat
diseleaikannya, dan akan timbul banyak konflik internal atau bahkan
konflik yang sifatnya sangat hebat, yang diekspresikan dalam bentuk
tingkahlaku yang abnormal. 
Gejala Klinis
Gejala Positif:
 
1. Halusinasi (auditorik; mendengar suara-suara yang mengomentari atau bercakap-
cakap tentang dirinya, visual, olfaktorik, gustatorik, taktil)
2. Waham (biasa dalam bentuk waham kejar, cemburu, bersalah, kebesaran,
keagamaan, somatik, waham dikendalikan, siar pikiran, penarikan pikiran, waham
menyangkut diri sendiri)
3. Perilaku aneh (dalam berpakaian, perilaku sosial, seksual, agresif, perilaku
berulang)
4. Gangguan proses pikiran (inkoherensi, noologismus, tangensialitas, sirkumtansial,
bicara kacau)
 
Gejala Klinis
Gejala Negatif:
 
1. Afek yang tumpul/datar (ekspresi wajah tidak berubah, penurunan spontanitas
gerak, hilangnya gerakan ekspresif, kontak mata yang buruk, afek yang tidak
sesuai, tidak adanyamodulasi suara)
2. Alogia (kemiskinan bicara, kemiskinan isi bicara, penghambatan dan
peningkatan latensi respon)
3. Tidak ada kemauan, apati (bersikap acuh tak acuh)
4. Anhedonia (tidak suka berhubungan sosial, tidak suka dalam hubungan
pertemanan)
5. Atensional impairmen (pecahnya perhatian)
Diagnosis
● Pedoman Diagnosis menegakkan Skizofrenia menurut PPDGJ III yaitu: 1. Harus ada
sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila
gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
1. Thought echo yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya. Thought insertion or withdrawal yaitu isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu 13 dari/luar dirinya (withdrawal). Thought broadcasting yaitu isi pikirannya
tersiar ke luar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.
2. Delusion of control adalah waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu. Delusion of influence adalah waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar. Delusion of passivity adalah waham tentang
dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar. Delusion of
perception yaitu pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas
bagi dirinya biasanya bersifat mistik atau mujizat.
Diagnosis

3. Halusinasi auditorik, yaitu suara halusinasi yang berkomentar secara


terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien
di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau
jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Diagnosis
● Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
1. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun ide-ide berlebihan yang menetap, atau terjadi selama setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
2. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
3. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
4. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Diagnosis

● Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih.
● Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri
secara sosial.
Diagnosis
Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik untuk Skizofrenia Residual (F20.5) adalah sebagai
berikut: Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut harus dipenuhi semua
 
1. Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotor, aktivitas
menurun, afek yang tumpul, sikap pasif dan ketidaan inisiatif, kemiskinan dalam kualitas
atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka,
kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang
buruk. 
2. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhikriteria untuk diagnosis skizofrenia
3. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala
yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul
sindrom “negatif” dari skizofreniad) 
4. Tidak terdapat dimentia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi kronik atau
institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.
Penatalaksanaan

ANTIPSIKOSIS
Derivat fenotiazin dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar.
1. Kelompok 1: klorpromazin, levopromazin (metotrimeprazin), dan promazin, secara
umum ditandai dengan efek sedatif yang kuat, dan efek samping antimuskarinik
sedang serta efek samping ekstrapiramidal.
2. Kelompok 2: perisiazin dan pipotiazin, secara umum ditandai dengan sifat sedatif
yang sedang, tetapi efek samping efek esktrapiramidal yang lebih kecil dibanding
kelompok 1 dan 3.
3. Kelompok 3: flufenazin, perfenazin, proklorperazin, dan trifluoperazin, ditandai
secara umum oleh efek sedatif yang lebih sedikit, efek antimuskarinik yang kecil,
tetapi efek ekstrapiramidal yang lebih besar dibanding kelompok 1 dan 2.
Neuroleptik Tipikal (Konvensional)
Dosis EPS
Neuroleptik Dosis rata- Antikolinergi Hipotensi
ekivalen sedasi (Ekstrapiramid
tipikal rata(mg/hr) al) k Ortostatik
(mg)
Chlorpromazin
e 100 200-800 +++ ++ ++ ++

Thioridazine 100 150-800 +++ + +++ +++

Pherpenazine 10 8-64 + +++ + +


Flupenazine
HCL 2 0,5-40 + +++ + +
Trifluoiperazin
e 5 2-40 + +++ + +

Haloperidol 2 2-20 + +++ + +


Neuroleptik Atipikal

Neuroleptik Dosis rata- sedasi EPS Antikolinergik Hipotensi


Atipikal rata(mg/hr) Ortostatik
Risperidone 1-6 + -/+ -/+ +
Clozapine 300-900 +++ -/+ +++ +++
Quetiapine 150-600 + -/+ -/+ +
Olanzapine 5-20 + -/+ +++ +
Terimakasih Wassalamualaikum wr wb

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik.
Daftar Pustaka
● Hawari, H, 2001. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
● I.M Ingram. dkk. 1993. Catatan kuliah Psikiatri. Jakarta: buku kedokteran EGC.
● Maslim, R, 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ. III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
● Maslim, R, 2007. Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat Psikotropika. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
● R. Irawati Ismail dan Kristiana Siste, 2013. Dalam Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta:
FKUI.
● Rang H P, Dale M M, Ritter J M, et al.Rang and Dale’s Pharmacology, Ed-7, Churchill
Livingstone, 2012.
● Sadock BJ, Sadock VA, 2010. Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai