NIM: 1490122006
A. Definisi
Hipertensi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal yang tunjukan oleh angka systolic dan angka diastolic pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa
cuff air raksa (Sphygmanometer) ataupun alat digital lainnya (Sholihach, dkk 2022).
Hipertensi arteri sistemik (yang disebut hipertensi) ditandai dengan tekanan darah
tinggi yang menetap di arteri sistemik. Tekanan darah umumnya dinyatakan sebagai
rasio tekanan darah sistolik atau tekanan yang diberikan darah pada dinding arteri saat
jantung berkontraksi dan tekanan darah diastolik atau tekanan saat jantung berelaksasi
(Maharani, dkk 2021).
Hipertensi diartikan sebagai tekanan darah tinggi secara persisten, dengan sistolik
≥140 mmHg dan distoliknya ≥ 90 mmHg. Yang dapat mengakibatkan angka kesakitan
dan juga angka kematian (Mulyani, 2019). Hipertensi adalah kondisi kardiovaskuler
yang paling umum, ketika tidak diobati, Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi
yang parah, seperti penyakit Arteri Koroner, Infark Miokard, penyakit Arteri Perifer
dan Stroke. Hipertensi tetap menjadi penyebab utama kematian di kalangan orang
dewasa meskipun ada kemajuan dalam pencegahan dan pengobatan (Rajca, A et all.
2018)
B. Etiology
Pada umumnya Hipertensi tidak mempunyai penyebab yang pasti. Hipertensi terjadi
sebagai respons peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan perifer. Akan
tetapi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya Hipertensi seperti :
1. Genetik: respon neurologis terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
C. Faktor resiko
Menurut (Sari, 2020) mempunyai faktor resiko hipertensi yaitu beberapa faktor
resiko hipertensi yang tidak dapat dimodifikasi misalnya umur, jenis kelamin,
riwayat keluarga atau keturunan, dan etnis. Tetapi faktanya pemicu yang paling
besar adalah karena faktor-faktor dari luar yang mengakibatkan hipertensi, dengan
munculnya komplikasi serangan jantung dan stroke, seperti halnya karena obesitas,
stress dan nutrisi.
Selain faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti jenis kelamin, umur dan genetik,
terdapat pula karena faktor lingkungan yang masih bisa di upayakan untuk
mencegah terjadinya hipertensi, faktor-faktor tersebut adalah:
1. Stress stress bisa meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung yang akan merangsang aktivitas pada saraf simpatetik. Adapun stress
bisa berhubungan dengan pekerjaan, ekonomi, kelas sosial, dan karakteristik
personal.
2. Berat badan, penelitian epidemiologi menyebutkan ada hubungan antara berat
badan dengan tekanan darah, baik untuk pasien hipertensi maupun tekanan
darah normal. Obesitas yang terjadi biasanya terdapat pada tubuh bagian atas
yaitu bagian perut dengan peningkatan jumlah lemak yang tinggi.
3. Kebiasaan merokok, orang dikatakan memiliki kebiasaan merokok jika dia
melakukan aktivitas merokok dengan jumlah rokok satu batang atau lebih setiap
harinya yang dilakukan sekurang- kurangnya selama satu tahun. Merokok busa
meningkatkan tekanan darah melalui mekanisme pelepasan noneprineprin dari
ujung saraf adrenergik yang di peroleh dari nikotin. Resiko merokok berkaitan
dengan berapa jumlah rokok yang dihisap setiap harinya bukan dari berapa lama
dia merokok. Seseorang yang merokok lebih dari satu pak perhari mempunyai
kerentanan dua kali lebih besar dari orang yang tidak merokok.
4. Asuhan garam yang berlebihan, peningkatan hipertensi cenderung terjadi karena
bertambahnya asupan garam tinggi. Seseorang yang di beri asupan garam yang
berlebih dalam waktu yang pendek akan mengakibatkan peningkatan tekanan
darah atau peningkatan tahanan perifer. Pengaruh dari asupan garam yang
menimbulkan hipertensi akan terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah
jantung dan tekanan darah yang tidak diikuti oleh peningkatan ekskresi garam.
D. Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015), secara klinis hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa kelompok yaitu:
No. Kategori Sistolik Diastolik
(mmhg) (mmhg)
1 Optimal < 120 < 80
2 Normal 120-129 80-84
3 High normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
Elastisitas menurun,
arterioklerosis
Perubahan status
kesehatan
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah
Ansietas
Paparan informasi
kurang
Penyumbatan
pembuluh darah
Vasokontrksi
Otak Retina
3. Lemas, kelelahan
4. Sesak nafas
G. Diagnostik Penunjang
Menurut (Sari, 2020) pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan pada
penderita hipertensi adalah:
1. Pemeriksaan retina
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah
Data Objektif:
- Gelisah
Vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Otak
Nyeri akut
Data Objektif:
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Susah tidur
Kerusakan vaskuler
- Sering terbangun di
pembuluh darah
malam hari
Perubahan struktur
Data Objektif:
- Tampank gelisah
Penyumbatan
- Tampak lelah
pembuluh darah
- Tekanan darah meningkat
Vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Otak
Perubahan struktur
Penyumbatan
pembuluh darah
Vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Retina
Spasme arteriole
Diplopia
Risiko jatuh
I. Ringkasan Diagnosa Keperawatan
Setiap Diagnosa Keperawatan harus dilengkapi dengan format ringkasan.
Dx Keperawatan Nyeri Akut
Definisi Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
berdasarkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial,
atau yang digambarkan sebagai kerusakan; awitan yang tiba-
tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan
berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan
durasi kurang dari 3 bulan
(Nanda-I, hal 445)
Batasan karakteristik - Perubahan pada parameter fisiologis
- Perilaku distraksi
- Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar
periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat
mengungkapkannya
- Perilaku ekspresif
- Ekspresi wajah nyeri
- Sikap melindungi area nyeri
- Laporan tentang perilaku nyeri/perubahanaktifitas
- Keluhan tentang intensitas menggunakan standar
skala nyeri
- Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan
- menggunakan standar instrumen nyeri
Pengkajian Kaji PQRST
Risiko jatuh
Nursing Outcome (NOC) Tujuan jangka panjang: (SLKI, hal 145)
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
nyeri hilang.
Tujuan jangka pendek :
Meringis menurun
Gelisah menurun
Sumber diagnosa :
Herdman & Kamitsuru. 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan klasifikasi 2018-
2020. Jakarta: EGC. (HAL 445)
Sumber Tujuan dan kriteria Hasil :
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: defisini dan kriteria hasilkeperawata,
edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. (Hal 145)
Sumber intervensi:
Dx Keperawatan Ansietas
Definisi Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respons otonom (sumber seringkali tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampukan individu
untuk bertindak menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik - Gelisah
- Pusing
- Keletihan
Pengkajian - Kaji penyebab ansietas
Stressor
Alternatif Dx (Saran
Penggunaan) Stress berlebihan
Defisien pengetahuan
Nursing Outcome (NOC) Tingkat ansietas
(SLKI, hal 132)
Tujuan Jangka
Panjang :
Terapeutik
- Pahami situasi yang membuat ansietas
Sumber diagnosa :
Herdman & Kamitsuru. 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan klasifikasi 2018-
2020. Jakarta: EGC. (HAL 324)
Sumber Tujuan dan kriteria Hasil :
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: defisini dan kriteria hasilkeperawata, edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI. (Hal 132)
Sumber intervensi:
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakankeperawatan, edisi
1. Jakarta: DPP PPNI. (Hal 387)
Batasan karakteristik
- Perilaku tidak tepat
- Kurang pengetahuan
Faktor yg berhubungan
- Kurang informasi
Sumber diagnosa :
Herdman & Kamitsuru. 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan klasifikasi 2018-
2020. Jakarta: EGC. (HAL 257)
Sumber Tujuan dan kriteria Hasil :
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: defisini dan kriteria hasilkeperawata,
edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. (Hal 146)
Sumber intervensi:
Sumber diagnosa :
Herdman & Kamitsuru. 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan klasifikasi 2018-
2020. Jakarta: EGC. (HAL 214)
Sumber Tujuan dan kriteria Hasil :
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: defisini dan kriteria hasilkeperawata, edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI. (Hal 96)
Sumber intervensi:
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakankeperawatan, edisi
1. Jakarta: DPP PPNI. (Hal 464)
- Hambatan mobilitas
- Usia ≥ 65 tahun
- Gangguan keseimbangan
Edukasi :
- Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
Sumber diagnosa :
Herdman & Kamitsuru. 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan klasifikasi 2018-
2020. Jakarta: EGC. (HAL 390)
Sumber Tujuan dan kriteria Hasil :
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: defisini dan kriteria hasilkeperawata, edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI. (Hal 140)
Sumber intervensi:
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakankeperawatan, edisi
1. Jakarta: DPP PPNI. (Hal 279)
J. Intervensi Keperawatan (5 intervensi mandiri dan 2 intervensi kolaborasi)
No Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut Manajemen nyeri (SIKI, hal 1. Keadaan nyeri menjadi
Tujuan jangka panjang: (SLKI, hal 145)
201) Mandiri acuan data untuk
setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji lokasi, karakteristik, durasi, menentukan intervensi
selama 3x24 jam nyeri hilang. frekuensi, kualitas, intensitas nyeri selanjutnya
Tujuan jangka pendek : 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui seberapa
3. Identifikasi respon nyeri non verbal parah nyeri yang dirasakan
setelah dilakukan tindakan keperawatan
4. Identifikasi faktor yang memperberat klien
selama 1x24 jam nyeri berkurang.
Kriteria Hasil : dan memperingan nyeri 3. Perubahan ekspresi wajah
5. Fasilitasi istirahat dan tidur dapat merupakan respon dari
Keluhan nyeri menurun
Kolaborasi nyeri
Meringis menurun 6. Kolaborasi pemberiananalgetik, jika perlu 4. Untuk dapat meminimalisir
2. Ansietas Tingkat ansietas (SLKI, hal 132) Reduksi Ansietas (SIKI, hal 387) 1. Mengetahui tingkat
Tujuan Jangka Panjang : Observasi perubahan ansietas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas 2. Membantu memilih
3x24 jam diharapkan tingkat ansietas berubah (mis, kondisi,waktu, stresor) keputusan yang akan
menurun. 2. Identifikasi kemampuan mengambil diambil untuk mengatasi
Tujuan Jangka Pendek : keputusan ansietas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal 3. Agar dapat mengetahui
1x24 jam diharapkan tingkat ansietas dan non verbal) tanda- tanda ansietas yang
menurun. Terapeutik dirasakan klien
Dengan Kriteria hasil : 4. Pahami situasi yang membuat ansietas 4. Untuk menghindari hal
- Keluhan pusing menurun yang dapat membuat
5. Dengarkan dengan penuh perhatian
- Tekanan darah menurun klien cemas
- Perilaku gelisah menurun 6. Motivasi mengidentifikasi situasi
5. Untuk mengurangi
yang memicu kecemasan
- Perilaku tegang menurun kecemasan saat
berkomunikasi
Edukasi
6. Untuk memberikan
7. Anjurkan mengungkapkan perasaan
kenyamanan bagi klien
dan persepsi
7. Untuk mengetahui sejauh
8. Latih kegiatan pengalihan apa tingkat kecemaasan
untuk mengurangi ketegangan klien
8. Memberikan teknik rileksasi
pada klien
3. Defisit pengetahuan Tujuan Jangka Panjang : (SLKI, hal 146) Edukasi kesehatan (SIKI, hal 65) 1. Mengetahui kesiapan dan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kemampuan klien dalm
Observasi :
3x24 jam diharapkan kecukupan informasi menerima informasi
1. Indentifikasi kesiapan dan
yang berkaitan dengan topik tertentu 2. Untuk menambah wawasan
kemampuan menerima informasi
meningkat dan pengetahuan klien
Terapeutik :
3. Untuk mengetahui hal yang
Tujuan Jangka Pendek : 1. Sediakan materi dan media belum dipahami oleh klien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pendidikan kesehatan 4. Penjadwalan sesuai
1x24 jam diharapkan tingkat pengetahuan kesepakatan agar tidak
2. Jadwalkan pendidikan
meningkat Dengan Kriteria hasil : mengganggu aktivitas yang
kesehatan sesuai kesepakatan
1. Kemampuan menjelaskan lain
pengetahuan tentang topik 3. Berikan kesempatan untuk
5. Agar klien bisa mengetahui
meningkat bertanya
dan kedepannya lebih
2. Perilaku sesuai dengan Edukasi : berhati-hati
pengetahuan Meningkat
4. Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan
4. Gangguan Pola Tujuan Jangka Panjang : (SLKI, hal 96) Dukungan tidur (SIKI, Hal 48) 1. Peningktan pola tidur akan
Tidur
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Mandiri menentukan tindakan
selama 3x24 jam,diharapkan keadekuatan 1. Monitor kebutuhan tidur klien setiap hari keperawatan selanjutnya
kualitas dan kuantitas tidur meningkat dan jam 2. Untuk mengetahui
Tujuan Jangka Pendek 2. Jelaskan pentingnya pola tidur yang kesadaran dan kondisi
Setelah dilakukan tindakan keperawatn adekuat tubuh klien dalam keadaan
selama 1x24 jam,diharapkan kualitas tidur 3. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas normal atau tidak
pasien meningkat sebelum tidur (Membaca) 3. Untuk mempertahankan
Kriteria Hasil : 4. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aktivitas klien.
aman
- Keluhan sulit tidur menurun Kolaborasi 4. Untuk memberikan rasa
- Keluhan sering terjaga menurun 5. Kolaborasi dalam Pemberian terapi nyaman bagi klien agar
- Keluhan tidak puas tidur menurun Antiansietas pola tidur terpenuhi
- Keluhan istrahat tidak cukup menurun 5. Antiansietas (Diazepam)
- Kemampuan beraktivitas meningkat memberikan rasa tenang
agar klien bisa tidur serta
Pemberian obat sesuai
indikasi.
5. Resiko jatuh Tingkat jatuh (SLKI, hal 140) Pencegahan jatuh ( SIKI, Hal 279) 1. Untuk mencegah klien
Tujuan jangka panjang Mandiri : terjatuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Anjurkan menggunakan alas kaki yang 2. Berkonsentrasi dalam menjaga
3x24 jam diharapkan tingkat jatuh tidak licin 3. Keseimbangan agar tidak
menurun. 2. Anjurkan berkosentrasi untuk menjaga terjatuh
Tujuan Jangka Pendek : keseimbangan tubuh 4. Untuk meningkatkan
3. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki keseimbangan saat berdiri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
untuk meningkatkan keseimbangan saat 5. Untuk mencegah resiko jatuh
1x24 jam diharapkan tingkat jatuh
berdiri Agar klien tidak terjatuh saat
menurun.
4. Anjurkan meminta bantuan saat ingin melakukan mobilisasi atau
Dengan Kriteria hasil :
mengapai sesuatu yang sulit melakukan aktivitas lainnya
- Jatuh saat berdiri menurun Kolaborasi :
- Jatuh saat berjalan menurun 5. Kolaborasi dengan keluarga untuk
memodifikasi area-area yang
- Jatuh saat di kamar mandi menurun
membahayakan di rumah
- Jatuh saat membungkuk menurun
DAFTAR PUSTAKA
Herdman & Kamitsuru. 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi danklasifikasi 2018-
2020. Jakarta: EGC.
Maharani, I. Z., Yuniarti, M., Sari, N. R., Aulia, T. W., Farsida, F., & Syahniar, R.
(2021). EDUKASI PERILAKU CERDIK PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI
WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BANJAR 1. Abdi Masyarakat, 3(2).
MULYANI, S. S. (2019). Asuhan Keperawatan Lansia dengan Hipertensi di Panti Tresna
Werdha Nirwana Puri Samarinda.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Nurjana & Tumanggor. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) edisikeenam.
Indonesia: ELSEVIER.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: defisini dan kriteria hasilkeperawata, edisi
1. Jakarta: DPP PPNI. (Hal 146)
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakankeperawatan,
edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. (Hal 65)
Rajca, A et all (2018). Pravalence of Hypertension Among Chronic Smokers: Findings From
The Early Lung Cancer Detection Programme Moltest Bis. Arterial Hypertens, 2018,
volume 22, No. 2.
Sari, V. I. (2020). GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN
PENDERITA
HIPERTENSI (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang).
Sholihach, R., Sari, N. P., & Muksin, A. (2022). LITERATURE REVIEW ASUHAN
KEPERAWATAN PENERAPAN TERAPI JUS BELIMBING MANIS PADA
LANSIA HIPERTENSI. Healthcare
Nursing Journal, 4(1), 231-235.
II. Laporan Kasus
IDENTITAS
NAMA: Ny. Y USIA : 75 thn P/L
MENIKAH/TIDAKMENIKAH/JANDA/DUDA SUKU : Bugis AGAMA :Islam
PENDIDIKAN: TIDAK TAMAT SD/TAMAT ALERGI:Tidak ada
SD/SMP/SMU/PT
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA: klien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
hipertensi
GENOGRAM
Keterangan:
: Perempuan X : Meninggal
: Laki-laki : tinggal dalam satu rumah
: Klien
RIWAYAT JATUH
WAKTU : > 3 TAHUN/ 2 TAHUN/1 TAHUN/ < 6 BULAN YG LALU
LOKASI & PENYEBAB: klien mengatakan tidak pernah mengalami jatuh pada 3 tahun atau pun 6 bulan
yang lalu
TELINGA: EKSTREMITAS:
Bentuk telinga simetris, tidak terdapat nyeri tangan kiri dan kanan simetris, kaki kiri dan
tekan, tidak terdapat serumen, tidak terdapat kanan simetris, klien tidak menggunakan
benjolan, klien tidak menggunakan alat bantu alat bantu untuk berjalan
OBAT-OBATAN YANG
DIKONSUMSI
RESEP DOKTER TANPA RESEP DOKTER
PERILAKU TERHADAP
KESEHATAN
KEBIASAAN MEROKOK: > 3 BTG sehari / < 3 BTG sehari / TIDAK MEROKOK/ INGIN
BERHENTI/TIDAK INGIN BERHENTI
KEBIASAAN MENGKONSUMSI ALKOHOL: TIDAK MENGKONSUMSI / > 200 ml /<
200 ml Sehari
POLA TIDUR
JUMLAH WAKTU TIDUR SEHARI: MALAM: ± 6 ½ JAM / SIANG: ± 1 JAM
>6 JAM/4-6 JAM/ < 4 JAM
GANGGUAN TIDUR: TIDAK ADA / ADA INSOMNIA/SERING TERBANGUN/SULIT
MENGAWALI/ LAINNYA
PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN
FREKUENSI MINUM: < 3 GELAS* / > 3 Ket: Tidak ada keluhan
GELAS
SEHARI
JENIS MINUMAN: AIR PUTIH / TEH / SUSU / KOPI / LAINNYA (… )
MASALAH DALAM UPAYA PEMENUHAN: Tidak ada
POLA SOSIALISASI
KEMAMPUAN SOSIAL: Baik
SIKAP KLIEN TERHADAP ORANG LAIN: Klien mengatakan hubungan dengan orang lain
sangat baik
MASALAH DALAM BERSOSIALISASI: Tidak ada
PEMENUHAN KEBUTUHAN
SPIRITUAL
PANDANGAN KLIEN: klien mengatakan ibadah itu sangat penting
KEGIATAN YANG DILAKUKAN: klien selalu sholat 5 waktu dan sering ikut pengajian di
masjid
MASALAH DALAM UPAYA PEMENUHAN: tidak ada
H. Analisa Data minimal 2 dx keperawatan tunggal
No Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif: Nyeri Akut
Hipertensi
- Klien mengatakan merasa
pusing dan nyeri dikepala
bagian belakang seperti
tertusuk-tusuk, nyeri yang
Kerusakan vaskuler
dirasakan hilang timbul
pembuluh darah
Data Objektif:
Penyumbatan
pembuluh darah
Vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Otak
Nyeri aku
Data Subjektif: Gangguan pola tidur
Hipertensi
- klien mengatakan sulit tidur
dan sering terbangun di
malam hari
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah
Data Objektif:
- klien tampak lemas
- tampak kantung mata Perubahan struktur
menghitam
Penyumbatan
pembuluh darah
Vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Otak
Gelisah menurun
Tekanan darah
membai
2. Gangguan pola tidur Tujuan Jangka Panjang : Mandiri 1. Peningktan pola tidur akan
Setelah dilakukan asuhan
1. Monitor kebutuhan tidur klien menentukan tindakan
keperawatan selama 3x24
setiahp hari dan jam keperawatan selanjutnya
jam,diharapkan 2. Jelaskan pentingnya pola tidur yang 2. Untuk mengetahui kesadaran
keadekuatan adekuat dan kondisi tubuh klien dalam
kualitas dan kuantitas tidur 3. Fasilitasi untuk mempertahankan keadaan normal atau tidak
meningkat aktivitas sebelum tidur (Membaca) 3. Untuk mempertahankan
Tujuan Jangka Pendek 4. Ciptakan lingkungan yang nyaman aktivitas klien.
Setelah dilakukan tindakan dan aman 4. Untuk memberikan rasa
keperawatn selama 1x24 Kolaborasi nyaman bagi klien agar pola
jam,diharapkan kualitas tidur 5. Kolaborasi dalam Pemberian terapi tidur terpenuhi
pasien meningkat Antiansietas 5. Antiansietas (Diazepam)
Kriteria Hasil :
memberikan rasa tenang agar
- Keluhan sulit tidur
klien bisa tidur serta Pemberian
menurun
obat sesuai indikasi.
- Keluhan sering terjaga
menurun
- Keluhan tidak puas tidur
menurun
- Keluhan istrahat tidak
cukup menurun
- Kemampuan beraktivitas
meningkat
3. lmplementasi dan Evaluasi
Tgl/ jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi Paraf
28/06/2022 - Nyeri akut 1. Mengkaji lokasi, karakteristik, durasi, S:
- Gangguan
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 1. Klien mengatakan masih merasakan pusing dan
pola tidur
09:00 R: P : nyeri di bagian kepala nyeri dikepala bagian belakang seperti tertusuk-
wib
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk tusuk, nyeri yang dirasakan hilang timbul
R: nyeri pada kepala bagian belakang
2. klien mengatakan sulit tidur karena sering
S: skala 4 (0-10)
pusing dan sering terbangun kalau nyeri di
T: hilang timbul
09:15 kepala timbul
Wib 2. Mengidentifikasi skala nyeri
O:
R: klien mengatakan nyeri skala 4