OLEH :
0
LAPORAN PENDAHULUAN
1
sebaran, wilayah yang tinggi populasi hipertensi yakni Bangka Belitung (30,9%),
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).
3. Penyebab/Faktor Predisposisi
Menurut Corwin (2014), penyebab hipertensi terbagi menjadi dua golongan,
yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui
penyebabnya (Idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini:
1) Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak
dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan
darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia: laki – laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause
beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka
tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis
kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.
3) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi.
4) Berat badan: Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan
dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
5) Gaya hidup: Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola
hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi itu terjadi yaitu
merokok dan konsumsi alcohol.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah
hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau
gangguan tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi renal, kelainan saraf pusat yang
dapat mengakibatkan hipertensi dari penyakit tersebut karena hipertensi
2
sekunder yang terkait dengan ginjal disebut hipertensi ginjal (renal
hypertension).
Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan
kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis,
gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka bakar,
dan
3
Faktor predisposisi usia, jenis kelamin, gaya/pola hidup, genetik, , penyakit
PATHWAY lain
(Corwin(2014),NICNOC(2015)
Aliran darah makin cepat keseluruhan tubuh
Ansietas (D.0080)
Perubahan/krisis situasional
Perubahan struktur
Vasokonstriksi
Vasokontriksi
Blood flow darah Ganggn penglihatan/keseimbangan Iskemia miokard
5. Gejala Klinis
Tahapan awal pasien kebanyakan tidak memiliki keluhan. Keadaan
simtomatik maka pasien biasanya peningkatan tekanan darah disertai berdebar–
debar, rasa melayang (dizzy) dan impoten. Hipertensi vaskuler terasa tubuh cepat
untuk merasakan capek, sesak nafas, sakit pada bagian dada, bengkak pada kedua
kaki atau perut (Corwin, 2014). Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi
adalah yaitu peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg, sakit kepala, rasa berat
ditengkuk, sukar tidur, lemah dan lelah, nokturia, sesak nafas / sulit bernafas saat
beraktivitas (Triyanto, 2014).
7. Therapy/Tindakan Penanganan
Menurut Smeltzer & Bare (2017) konsep dasar penatalaksanaan hipertensi
yaitu:
5
a. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup lain ialah menghindari faktor resiko seperti merokok,
minum alkohol, hiperlipidemia, stres. Relaksasi seperti relaksasi napas dalam,
meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf autonom dengan
kemungkinan dapat pula menurunkan tekanan darah dan mengurangi nyeri atau
sakit kepala.
b. Penatalaksanaan farmakologis atau pengobatan hipertensi
Jenis-jenis obat hipertensi yaitu sebagai berikut : diuretik,beta
bloker,antagonis kalsium,penghambat enzim konversi Angiotensin ,golongan
penghambat simpatetik
6
pemeriksaan auskultasi jantung,CRT lebih dari 2 detik,peningkatan
hematokrit.
Pengkajian keperawatan pada pasien dengan hipertensi dilakukan dengan
menggunakan format Gordon yang terdiri dari 11 item pengkajian atau dengan
pengkajian persistem.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis Keperawatan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (peningkatan tekanan
vaskuler serebral,iskemik) dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri, tampak
meringis,bersikap protektif,gelisah,frekuensi nadi meningkat,tekanan darah
meningkat dan sulit tidur
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen,kelemahan,titah baring,gaya hidup monoton dibuktikan
dengan pasien mengeluh lelah dan merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas,frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat,sianosis
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dibuktikan dengan pasien
mengeluh sulit berkonsentrasi,khawatir dengan akibat kondisi yang
dihadapi,tampak gelisah,tegang dan sulit tidur.
d. Nausea berhubungan dengan distensi lambung,peningkatan sekresi asam lambung
dibuktikan dengan pasien mengeluh mual,merasa ingin muntah,tidak minat
makan,merasa asam di mulut,sering menelan, saliva meningkat,pucat,takikardia
dan dilatasi pupil.
e. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi,kelebihan
asupan cairan,kelebihan asupan natrium dibuktikan dengan edema anasarka
dan/atau edema perifer,berat badan meningkat dalam waktu singkat,peningkatan
CVP,kadar HB/Ht menurun,oliguria,balance cairan positif.
f. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi,aneurisma
serebri
g. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload,perubahan preload,irama jantung dan frekuensi jantung
7
h. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan,gangguan
keseimbangan,gangguan pendengar
3. Intervensi Keperawatan
8
Diagnosa Tujuan Perencanaan Keperawatan (SIKI)
Keperawatan (SLKI)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan dinilai berdasarkan Kriteria Evaluasi yang telah ditetapkan
berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Evaluasi dilakukan
secara formatif, yaitu memonitor respon pasien berdasarkan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI) yang telah disusun, serta secara sumatif.
10
DAFTAR PUSTAKA
Black, J., & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Salemba Emba Patria.
Depkes. R.I. (2016). Pedoman Teknis Penemuan & Tatalaksana Penyakit Hipertensi.
Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jenderal PP &
PL.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Nursing diagnoses 2015-2017 : definitions and classification
(Edisi 11). Jakarta: EGC.
Kowalak, J. ., Welsh, W., & Mayer, B. (2011). Buku Ajar Patofisiolog. Jakarta: EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta: Graha Ilmu.
11
Rahajeng, R. (2014). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majalah
Kesehatan Indonesia, 21, 581–587.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2017). Keperawatan Medikal-Bedah; Brunner & Suddart
(Edisi 12). Jakarta: EGC.
Tawaang, E., Mulyadi, N., & Palandeng, H. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Napas
Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Sedang-Berat Di
Ruang Irina C Blu Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT,
1(1), 104995.
Trihono. (2013). Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Seha. Jakarta: Sagung Seto.
12
Diagnosa Tujuan Perencanaan Keperawatan (SIKI)
Keperawatan (SLKI)
Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama :
krisis situasional dibuktikan keperawatan selama... x..jam, 1. Reduksi Ansietas (I.09314)
dengan pasien mengeluh sulit maka diharapkan Tingkat a. Observasi
berkonsentrasi,khawatir Ansietas (L.09093) Menurun 1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
dengan akibat kondisi yang dengan kriteria hasil: 2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
dihadapi,tampak 1)Verbalisasi kebingungan 3) Monitor tanda-tanda verbal dan nonverbal terkait rasa khawatir yang dirasakan
gelisah,tegang dan sulit tidur. menurun b. Terapiutik
2)Verbalisasi khawatir akibat 1) Ciptakan suasana terapiutik untuk menumbuhkan kepercayaan
kondisi yang dihadapi menurun 2) Temani pasien untuk mengurangi tingkat ansietas
3)Perilaku gelisah menurun 3) Pahami situasi yang membuat kecemasan
4)Perilaku tegang 4) Dengar dengan penuh perhatian
menurun 5) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
5) Keluhan pusing menurun 6) Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
6) Anoreksia menurun 7) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
7) Frekuensi 8) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
pernapasan,nadi,darah c. Edukasi
menurun 1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
8) Pola tidur membaik 2) Informasikan secara factual mengenai diagnosis, prognosis, komplikasi , terapi
3) Anjurkan keluarga tetap bersama pasien
4) Anjurkan mengungkapkan perasaan
5) Latih teknik relaksasi
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi obat antiansietas sesuai indikasi
2. Terapi Relaksasi (I.09326)
a. Observasi
1) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, gejala lain yang
mengganggu kemampuan kognitif
2) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
13
3) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
4) monitor terhadap terapi relaksasi yang diberikan
b. Terapeutik
1) Ciptakan lingkungan yang tenang, suhu dan pencahayaan cukup
2) Berikan informasi jelas dan tertulis tentang teknik relaksasi yang akan digunakan
3) Gunakan pakaian longgar
4) Gunakan irama lembut, nada lambat dan berirama
5) Gunakan teknik relaksasi sebagi penunjang analgetika
c. Edukasi
1) Jelaskan tujuan, manfaat teknik relaksasi
2) Jelaskan teknik relaksasi yang dipilih
3) Anjurkan mengambil posisi nyaman
4) Anjurkan untuk rileks semaksimal mungkin
5) Anjurkan sering mengulangi teknik relaksasi yang digemari
6) Demonstrasikan teknik relaksasi
14
f. Frekuensi menelan c. Edukasi
menurun 1) Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
g. Saliva menurun 2) Anjurkan sering membersihkan mulut
h. Pucat membaik 3) Anjurkan makanan tinggi karbohidrat namun rendah lemak
i. Takikardia membaik 4) Anjurkan teknik nonfarmakologis pereda mual
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi obat antiemetika bila perlu
Intervensi Pendukung :
1. Manajemen Nyeri (I.08238)
a. Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuansi, kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi faktir yang memperberat dan meringankan nyeri
4) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
b. Terapiutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis pereda nyeri, misalnya TENS, hypnosis, akupresur,
terpai musik, aroma terapi, kompres, terapi pijat
2) Kontrol lingkungan yang memperberat tingkat nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, priode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri mandiri
4) Ajarkan teknis nonfarmakologis pereda nyeri
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
Risiko perfusi serebral tidak Setelah diberikan Asuhan Intervensi Utama :
efektif berhubungan dengan Keperawatan selama …x…jam, 1.Manajemen Peningkatan Intrakranial(I.06194)
hipertensi,aneurisma serebri diharapkan Perfusi Selebral a. Observasi
(L.02014) Meningkat, dengan
15
Kriteria Hasil : 1) Identifikasi penyebab peningkatan TIK
a. Tingkat kesadaran 2) Monitor tanda /gejala peningkatan TIK
meningkat 3) Monitor MAP dan CVP
b. Tekanan intrakranial 4) Monitor ICP dan CPP
menurun 5) Monitor status pernafasan
c. Sakit Kepala menurun 6) Monitor output dan input cairan
d. Gelisah menurun 7) Monitor cairan serebro-spinalis
e. Nilai rata rata tekanan b. Terapeutik
darah membaik 1) Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
f. Kesadaran membaik 2) Berikan posisi semi Fowler
3) Cegah terjadinya kejang
4) Hindari pemberian IV hipotonik
5) Pertahankan suhu normal
c. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan ,jika perlu
2) Kolaborasi pemberian diuretik osmosis,jika perlu
3) Kolaborasi pemberian pelunak tinja,jika perlu
16
singkat,peningkatan membaik 2) Batasi asupan cairan dan garam
f. Berat badan membaik 3) Tinggikan kepala tempat tidur 30-40˚
CVP,kadar HB/Ht
g. Membran mukosa 3) Edukasi
menurun,oliguria,balance membaik 1) Anjurkan melapor jika haluaran urin<0,5 Ml/kg/jam dalam 6 jam
cairan positif. 2) Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam sehari
3) Ajarkan cara membatasi cairan
4) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian diuretik
2) Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik
3) Kolaborasi pemberian CRRT (continuous renal replacement therapy)
17
i. Tekanan darah c. Edukasi
membaik 1) Anjurkan beraktivitas sesuai fisik toleransi
2) Anjurkan berhenti merokok
3) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
4) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antiaritmia
2) Rujuk ke program rehabilitasi jantung
18
f. Jatuh saat 4) Anjurkan cara memanggil perawat dengan bel pemanggil
membungkuk
menurun
19