D DENGAN
KASUS GEA DENGAN DEHIDRASI DI RUANG HCU RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT
Mengesahkan, Menyetujui,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dimana
atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas
Praktik Belajar Lapangan Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat ini yang berjudul
“Laporan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.D Dengan Kasus GEA dengan
dehidrasi Di Ruang Hcu Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat”.
Dalam proses penyusunan tugas ini, penulis mengalami banyak permasalahan
namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya tugas ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan
hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Santy Sanusi, S.Kep., Ners, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan waktu, dukungan, bimbingan, dan pemahaman kepada penulis
dalam penyusunan laporan tugas praktik belajar lapangan ini.
2. Neti Haryati, S. Kep., Ners. selaku pembimbing lapangan dan perawat diruang
HCU yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari tugas ini belum sempurna, baik dari isi maupun sistematika
penulisannya maka dari pada itu penulis berterimakasih apabila ada kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan tugas ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi menciptakan perawat yang profesional
yang berakhlakul karimah.
Bandung, Juli 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan
dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya. Penyakit ini sering
menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita). Dalam satu
tahun sekitar 760.000 anak usia balita meninggal karena penyakit ini (World Health
Organization (WHO), 2013). Indonesia mengalami peningkatan populasi penduduk
lanjut usia yang amat pesat dari 4,48% pada tahun 1971 (5,3 juta jiwa) menjadi
9,77% pada tahun 2010 (23,9 juta jiwa) dan diprediksi akan terjadi ledakan jumlah
penduduk lansia sebesar 11,34% atau sekitar 28,8 juta jiwa pada tahun 2020. Masalah
lanjut usia akan dihadapi setiap insan dan berkembang menjadi masalah yang lebih
kompleks.
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan
dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR
penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR
yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94).
Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang,
dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare
di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR
1,74 %.) Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa. Diperkirakan
pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare atau gastroenteritis akut.
sebanyak 99.000.000 kasus. Di USA, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke
1
1
dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit tiap tahunnya(1,5 %
merupakan pasien dewasa) yang disebabkan diare atau gastroenteritis. Berdasarkan
data WHO, angka prevalensi diare 2-3 kali lipat lebih besar pada negara berkembang
dibandingkan negara maju.
Penyakit Diare merupakan penyebab kesakitan dan kematian di Negara
berkembang terutama akibat dehidrasi dan berujung kepada syok. Di Indonesia
penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, karena tingginya
angka kesakitan dan angka kematian terutama pada balita. Berdasarkan SDKI tahun
2002 didapatkan insidens diare sebesar 11 %, 55 % dari kejadian diare terjadi pada
golongan balita dengan angka kematian diare pada balita sebesar 2,5 per 1000 balita.
Berdasarkan data riskesdas 2013, Insiden dan period prevalence diare untuk seluruh
kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen. (Riskesdas, 2013)
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan gawat darurat kepada pasien dengan stroke pis di Rumah Sakit Al-Ihsan
Profvinsi Jawa Barat.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dikemukakan rumusan masalah yang ditemukan
penulis yaitu: “Bagaimana penerapan asuhan pada pasien dengan penyakit GEA
dengan dehidrasi di HCU Rumah Sakit Al-Ihsan Profvinsi Jawa Barat?”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan yang ingin penulis capai yaitu melakukan asuhan keperawatan
gawat darurat pada Tn. D dengan diagnosa medis GEA dengan dehidrasi Di HCU
Rumah Sakit Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Proses Keperawatan
2
1) Mampu mengkaji masalah kesehatan pada Tn. D dengan diagnosa medis GEA
dengan dehidrasi di HCU RS Al-Ihsan Profvinsi Jawa Barat
2) Mampu menentukan diganosa keperawatan serta menentukan prioritas
masalah yang timbul pada Tn. D dengan diagnosa medis GEA dengan
dehidrasi di HCU RS Al-Ihsan Profvinsi Jawa Barat.
3) Mempu membuat rencana keperawatan pada Tn. D dengan diagnosa medis
GEA dengan dehidrasi di HCU RS Al-Ihsan Profvinsi Jawa Barat.
4) Melaksanakan implementasi pada Tn. D dengan diagnosa medis GEA dengan
dehidrasi di HCU RS Al-Ihsan Profvinsi Jawa Barat.
5) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada Tn.D dengan diagnosa medis
HCU di IGD RS Al-Ihsan Profvinsi Jawa Barat.
C. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menggunakan sistematika penulis sebagai
berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
BAB ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan umum, tujuan khusus,
dan sistematika penulisan.
2. BAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB ini berisi tentang tinjauan teori dengan bahasa yaitu: definisi, anatomi
fisiologi, etiologi dan faktor predisposisi, patofisiologi, tanda dan gejala,
tindakan medis, prosedur diagnostik, diet, data fokus pengkajian sesuai teori
dan rencana keperawatan yang mungkin muncul sesuai dengan teori.
3. BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
BAB ini yaitu tentang dokumentasi laporan kasus mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan catatan
perkembangan serta pembahasan yang memuat perbandingan antara teori dan
kasus.
3
BAB ini berisi tentang simpulan dari data yang ditemukan di klinik dengan
teori dan saran-saran yang berkaitan.
4
BAB II
TINJUAN TEORITIS
a. Mulut
Rongga mulut atau nama lainnya rongga bukal atau rongga oral mempunyai
beberapa fungsi yaitu menganalisis material makanan sebelum menelan, proses
mekanis gigi, lidah, dan permukaan palatum, lubrikasi oleh sekresi saliva, dan
digesti pada beberapa material karbohidrat dan lemak (mutaqqin & kumala, 2011)
Mulut merupakan bagian pertama saluran cerna. Bagian atas mulut dibatasi
oleh mandibula lidah, dan struktur lain pada dasar mulut. Bagian lateral mulut
dibatasi oleh pipi. Sementara itu, bagian depan mulut dibatasi oleh bibir dan
bagian belakang oleh lubang yang menuju faring(Sodikin, 2012).
b. Lidah
Menurut sodikin (2012), Lidah tersusun atas otot yang dilapisi, pada bagian atas
dan smping, oleh membran mukosa.Lidah menenpati rongga mulut dan melekat
secara langsung pada epiglotisdalam faring.Permukaan atas lidah dipenuhi banyak
tonjolan kecil, yang disebut papilla lidah.Ada empat papilla utama yang dimiliki
manusia, yaitu papila filiformis, papila fungiformis, papila sirkumvalat, dan papila
foliate. Pada permukaan atas dekat pangkal lidah terdapat alur berbentuk V, yaitu
sulkus terminalis memisahkan lidah bagian anteriordan posterior. Sekitar 12 papila
besar terlihat dalam satu baris di bagian depan sulkus terminalis, masing – masing
dikelilingi oleh parit dangkal.
Lidah diinervasi oleh berbagai saraf.Bagian sensorik diinervasi oleh nervus
6
d. Esophagus
Usus halus terbagi menjadi duo denum, jejunum, dan ileum.usus halus memiliki
panjang 300-350cm saat lahir, mengalami peningkatan sekitar 50% selama
tahun pertama kehidupan, dan berukuran ± 6 m saat dewasa. Duo denum
merupakan bagian terpendek dari usus halus yaitu sekitar 7,5-10 cm dengan
diameter 1-1,5 cm. Dinding usus terbagi menjadi 4 lapisan yaitu mukosa,
submukosa, muskuler,dan serosa(peritoneal). Lapisan mukosa tersusun atas
vili usus dan lipatan sirkuler.Vili usus merupakan
tonjolan yang mirip jari dan menonjol kepermukaan dalam usus.Lipatan
sirkuler terdapat disekeliling bagian dalam usus halus.Ukuran dan jumlah lipatan
ini disepanjang usus halus bervariasi.Dibagian bawah ileum, bila ada lipatan
ini berukuran kecil dan berjumlah sedikit.Lipatan sirkuler meningkatkan area
permukaan absorbsi usus (Sodikin, 2011).
g. Usus besar
Usus besar berfungsi mengeluarkan fraksi zat yang tidak terserap, zat
besi, kalium, fosfat, yang ditelan,serta menyekresi mukus, yang
mempermudah perjalanan feses. Usus besar berjalan dari katup ileosekal ke
anus. Panjang usus bervariasi, sekitar ± 180cm. Usus besar dibagi menjadi
bagian sektum, desenden, kolon asenden, kolon desenden, kolon transversum, dan
kolon sigmoid. Sektum adalah kantong besar yang terletak pada fosa iliaka
9
2. Definisi
Gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi dari membran mukosa saluran
pencernaan yaitu di lambung, usus halus dan atau usus besar. Gastroenteritis ditandai
dengan gejala utamanya yaitu diare, muntah, mual dan kadang disertai demam dan
nyeri abdomen (Beers H. et. al, 2003).
diare berlangsung lebih dari 14 hari maka hal tersebut dikatakan sebagai diare kronik.
3. Etiologi
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi
bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno
virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris,
13
4. patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari patofisiologi sebagai berikut:
1) Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik, 2) Sekresi cairan
dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik, 3) Malabsorbsi asam empedu,
malabsorbsi lemak, 4) Defek sistem pertukaran anion/ transport elektrolit aktif di
enterosit, 5) Motilitas dan waktu transit usus abnormal, 6) Gangguan permeabilitas
usus, 7) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik, 8) Infeksi dinding usus
disebut diare infeksi.
Diare sekretorik, diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap
berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini
antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Escherichia coli,
reseksi ileum (gangguang absorpsi garam empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl
sodium sulfosuksinat dll).
Malabsorbsi asam empedu atau malabsorbsi lemak: diare tipe ini didapatkan
pada gangguan pembentukan/produksi empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier
dan hati.
Defek sistem pertukaran anion/traspor elektrolit aktif di enterosit: diare tipe ini
disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+, K+, ATPase di enterosit
dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.
Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan
hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang
15
abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes mellitus,
pasca vagotomi, hipertiroid.
Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang
abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus
halus.
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan adanya
kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus
yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorpsi
air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri
Shigella) atau non infeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Crohn).
Diare infeksi: infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare.
Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non invasif (tidak merusak
mukosa), dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non invasif menyebabkan diare
karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik.
Contoh diare toksigenik adalah kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio
cholera merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus, yang lalu
membentuk adenosine monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan
menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation
natrium dan kalium. Mekanisme absorpsi ion natrium melalui mekanisme pompa
natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida diikuti ion bikarbonat, air,
natrium, ion kalium dapat dikompensasi oleh meningginya absorpi ion natrium
diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat dan klorida. Kompensasi ini dapat
dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding
sel usus.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
16
5. MANIFESTASI KLINIS
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama
tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan
renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang
berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang,
mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang
isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam
karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan
Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan
kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul
aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai
timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit
nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam. (Kusmaul).
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
7. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
18
8. DERAJAT DEHIDRASI
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b. Skor Mavrice King
Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
c. Gejala klinis
Gejala klinis Gejala klinis
19
9. Diet
Pasien dengan gastroenteritis akut dianjurkan minum-minuman sari buah, teh,
makanan yang mudah dicerna seperti pisang, nasi dan sup, kecuali pasien muntah
hebat. Pemberian makanan sebaiknya diberikan setelah 4 jam URO atau cairan
intravena. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi laktase transien yang
disebabkan oleh infeksi vrus dan bakteri. Minuman berkafein dan alkohol harus
dhindarkan karena akan meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
10. Obat-obatan
Antidiare
Penggunaan obat antidiare tidak membunuh kausa dari diare. Pada anak,
penggunakan obat initidak memiliki manfaat secara klinis. Beberapa obat yang dapat
digunakan diantaranya:
20
11. PENATALAKSANAAN
3. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada
manfaatnya untuk kebanyak kasus, termasuk diare berat dan diare dengan panas
kecuali pada disentri, suspek kolera dengan dehidrasi berat, dan diare
parsisten. Obat obatan antidiare meliputi anti motilitas (misal loperamid,
difenoksilat, kodein, opium), adsorben (misal norit, kaolin, attapulgit).
Antimuntah termasuk prometazim, klorpromazin. Tidak satupun obat obatan
inti terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan beberapa malahan
mempunyai efek yang membahayakan. Obat obatan ini tidak boleh diberikan
pada anak < 5 tahun (mansjoer. 2000 dalam Pahlevi. 2014)
22
7. Neurosensori
Tanda : Efek depresi ( mungkin depresi ) perubahan mental ( apatis,
bingung, gangguan memori ) karena mal nutrisi kelaparan.
8. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala.
9. Keamanan
Tanda : Penurunan suhu tubuh, berulangnya masalah infeksi.
10. Interaksi sosial
Gejala : Latar belakang kelas menengah atau atas, Ayah pasif / Ibu dominan
anggota keluarga dekat, kebersamaan dijunjung tinggi, batas pribadi tak dihargai,
riwayat menjadi diam, anak yang dapat bekerja sama, masalah control isu dalam
berhubungan, mengalami upaya mendapat kekuatan.
11. Seksualitas
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga siklus menstruasi berturut-turut, menyangkal /
kehilangan minat seksual.
Tanda : Atrofi payudara, amenorea.
12. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi
keyakinan / praktik kesehatan misalnya yakin makanan mempunyai terlalu
banyak kalori, penggunaan makanan sehat.
FOKUS INTERVENSI
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put yang
berlebihan dengan intrake yang kurang ( Carpenito, 2000 ).
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Turgor kulit elastis dan mukosa bibir lembab
Intervensi Rasional
1. Kaji status dehidrasi : mata, tugor 1. Menunjukkan kehilangan cairan
25
Intervensi Rasional
1. Berikan kompres air hangat 1. Untuk mengurangi / menurunkan
2. Anjurkan pasien dan keluarga rasa panas yang disebabkan oleh
untuk memberikan banyak minum. infeksi.
3. Anjurkan pasien dan keluarga 2. Untuk mengurangi dehidrasi yang
untuk memberikan pakaian tipis, disebabkan oleh out put yang
longgar dan menyerap keringat berlebihan.
4. Kolaborasi dengan tim medis 3. Agar pasien merasa nyaman.
dalam pemberian anti piretik 4. Untuk membantu memulihkan
kondisi tubuh dan mengurangi
terjadinya infeksi.
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
27
28
ANAMNESA
a. Keluhan Utama
menurut keluarga pasien bahwa Tn.D mengalami diare selama 2 hari dan sempat
dibawa ke klinik dan Rumah sakit ebah,selama dirumah klien BAB sebanyak 4x
cair, muntah darah 1x. menurut keluarga karena klien memakan jamur dan cabe
lalu klien dibawa ke klinik dan menurut dokter di klinik tersebut klien disuruh
untuk ke Rumah sakit karena harus mendapatkan perawatan. Menurut keluarga
klien saat diperjalanan klien tidur terus, setelah sampai di Rumah sakit klien di
periksa dengan hasil
Berdasarkan rekam medik dan keluarga pasien datang ke UGD pada tanggal 16
Juli 2019 pukul 19.58 WIB pasien datang dengan kesadaran GSC 14 (compos
mentis), nadi teraba kuat, akral hangat, TD: 107/56 mmHg, N: 102x/menit,
R:28x/menit, S: 36,1oc. Pasien diberi injeksi pantoprazole, arcapec,levofioxan,
sucralfat kemudian pasien dipasang infus Nacl 0,9% 2000 ggt/24 jam, diber.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan EKG dengan hasil sinus rytem, pasien
dipasang O2 5 liter, dipasang kateter urin diuresis 100 cc. Kemudian pasien
dipindahkan ke ruang HCU pada tanggal 17 Juni 2019 Pukul 22.20 WIB dengan
kondisi TTV TD : 98/50 mmHg, N: 116 x/menit, RR:22x/menit, suhu: 36,20C
kesadaran somnolen.
3) Riwayat PQRST saat dilakukan pengkajian
Pada saat dikaji tanggal 18 Juli 2019 Pkl 7.30 WIB pasien dalam keadaan
compos mentis dengan nilai GCS = 14 ( E4M6V4). Pasien terpasang oksigen
29
1. PEMERIKSAAN FISIK
A. KEADAAN UMUM
Kesadaran √ Sadar Letargi Obtundasi
Somnolen Koma DPO
Bila DPO, jenis obat …………………… Dosis obat…………………
Tekanan Darah 130/60 mmHg Frekwensi nadi 89x/menit
Frekwensi Pernapasan 27.x/menit Suhu 36,6ºC Saturasi 98%
Berat Badan 50kg Tinggi Badan 150cm BMI
Resiko Jatuh Ya √ Tidak
√ Bantuan Bantuan
Status Fungsional penuh sebagian Mandiri
B. PERNAPASAN
Work of Breathing Minimal √ Sedang Berat
Alat bantu napas Tidak √ Ya, 10 ltr/menit
O2 canule Sungkup sdrhn √ NRM 10 L
RM Ventury Mask NIPPV/CPAP
Ventilator ETT Tracheostomi
Bila terpasang ventilator, mode setting CMV IPPV
30
SIMV SIMV + PS
………………….
TV….… MV….….…PEEP ….…… I : E ………FiO2….….….Rate.….………
Jalan napas Bersih Sumbatan ……………..
Lidah
Penyebab sumbatan jatuh v Sputum Darah
Edema
Laring Cairan lambung
Cairan Benda
buih asing : ……………………….
Bunyi napas Vesikuler Ronchi Stridor
Pada lobus
√ Wheezing mana…….…….……….
Bau napas keton Ya √ Tidak
Irama & kedalaman √ Dispneu Kusmaul Cheynestokes
Ortopneu
Kecepatan Eupneu Bradipneu √ Tachipneu
Apneu
Retraksi dada √ Simetris Asimetris Flial chest
Penggunaan otot bantu pernapasan Ya √ Tidak
Penurunan kotraksi otot pernapasan Ya √ Tidak
Peningkatan diameter anterior posterior Ya √ Tidak
Pernapasan bibir Ya √ Tidak
Pernapasan cuping hidung Ya √ Tidak
Posisi trachea √ Lurus Bergeser
Bila trachea bergeser kearah mana Kiri Kanan
Jejas/lebam dada Kiri Kanan
Luka terbuka dada dengan sucking Ya Tidak
31
wound
Krepitasi Ya Tidak
C. PERSARAFAN
GCS Score : E4 M6 V4.= 14
Riwayat sincope √ Ya Tidak
Berapa 5 menit lama
Bila (ya) berapa kali 2 kali sincope…………………….
Diameter pupil √ Simetris Asimetris Ki/ka +2/ +2cm
Refleks cahaya Dilatasi Midriasis
Nyeri kepala Ya Tidak Skala nyeri …
Merasa berputar Ya √ Tidak
Rasa takut
Bila (ya) Muntah Limbung jatuh
Tekanan Intra Cranial (ICP)……mmHg Tekanan Perfusi Serebral ……..mmHg
Kejang Ya √ Tidak
Frekwensi Kejang………………….kali Berapa lama setiap kejang……..………..
Kaku kuduk Ya √ Tidak
Tanda dolls eyes Ya √ Tidak
Paralisis √ Ya Tidak
Bila (ya) dimana Hemiplegi Paraplegi
Kanan Kiri
Atas Bawah
Refleks Mengedip
D. CARDIOVASKULER
Sinus
Gambaran jantung √ Rithm Bradikardi Takhikardi
32
E. PENCERNAAN
Ascites √ Tidak Ya, Lingkar perut 23cm
Distensi abdomen √ Tidak Ya Bising usus 16x/m
Bentuk abdomen √ Simetris Asimetris
Teraba hepatomegaly √ Tidak Ya
Teraba massa √ Tidak Ya, pada kuadran………………
Keluhan mual √ Tidak Ya ………….
Muntah √ Tidak Ya Proyektil
Bila (ya), jenis
material Makanan Darah Cairan Lambung
Frekwensi muntah Sering Jarang ……….. x/hari
Riwayat diare Tidak √ Ya
Frekwensi BAB Sering √ Jarang ………...x/hari
Konsistensi √ Cair Lunak Darah
Tonjolan hernia √ Tidak Ya Nyeri, Skala……
Bila (ya) dimana Inguinalis Scrotalis ……………….
Konstipasi √ Tidak Ya …………….hari
Sulit Flatus √ Tidak Ya …………….hari
Distensi Suprapubik √ Tidak Ya Nyeri, Skala……
F. PERKEMIHAN
Pola berkemih Normal √ Melalui kateter urine
Terapi diuretic √ Tidak Ya
34
F. MUSKULOSKELETAL
Kekuatan Otot ( 0 – 5) Atrofi Otot (+ / -)
5 5 - -
5 5 - -
Kontraktur sendi (+ / -)
- -
35
- -
G. INTEGUMEN
Luka Ya √ Tidak
Luka
Jenis luka /lesi bakar Dekubitus Luka tusuk
Vulnus Gangren Abses
Kanker ……………………………………
Bau : ya / tidak
Warna Merah…% Kuning......% Hitam ……%
Eksudat (-), warna kemerahan Jumlah eksudat : banyak/ sedang / sedikit
H. KEBUTUHAN EDUKASI
Hambatan edukasi Ya √ Tidak
Faktor hambatan Kesadaran Pendengaran Penglihatan
36
No Parameter Skor
Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan
1.
dalam 6 bulan terakhir ?
a. Tidak penurunan berat badan 0
b. Tidak yakin / tidak tahu / terasa baju lebih longgar 2
> 15 kg 4
Tidak yakin penurunannya 2
2. Apakah asupan makan berkurang karena berkurangnya nafsu makan ?
a. Tidak 0
b. Ya 1
Total skor 0
3.
4. BB/TB = 50kg/160cm BMI 19,5
5. Pasien dengan diagnosa khusus : Tidak √ Ya
6. DM Ginjal Hati Jantung Paru Stroke Kanker
7. Penurunan Imunitas Geriatri Lain-
lain………………….
1) Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Satuan
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan
16/7/19
Hemoglobin 13,0-18,0 16,2 g/dl
Leukosit 3.800-10.600 22.000 Sel/uL
Hematokrit 40-52 48,0 %
Trombosit 15.000-44.000 153.00 Sel/uL
Eritrosit 4,5-6,5 5,25 Juta/uL
Natrium 134-145 126 mmol/L
Kalium 3,6-5,6 4,1 mmol/L
Calsium 1,15-1,35 0,97 mmol/L
SGOT 10-34 69 U/L
SGPT 9-43 80 U/L
Ureum 10-50 43 mg/dL
Kreatinin 0,9-1,16 2.55 mg/dL
GDS 70-200 72 mg/dL
38
2) Pemeriksaan Diagnostic
b. Terapi obat
B. Analisis Data
Masalah
No Data Kemungkinan Penyebab
Keperawatan
1. DS: klien mengeluh Factor infeksi Ketidak
lemas seimbangan
DO: Masuk melalui makanan yang elektrolit
- Tingkat kesadaran
terkontaminasi
compos mentis
- Klien tampak gelisah
- GCS 14 (E: 4 M:6 Berkembang dalam usus
V: 4)
- Hasil tanda-tanda Mengiritasi otot dan lapisan
vital mukosa intestinum
TD:131/70mmHg,
N:89x/menit, Merangsang pembentukan
RR:27x/menit, sisklik adenosine monofosfat
berlebih
S:36,60C, Sat
O2:98%. Terbukanya kanal Cl
Mengakibatkan pompa Na ke
kripta
DIARE
2. Ds:
Klien mengeluh sesak
Do:
- Tingkat kesadaran
compos mentis
- Klien tampak gelisah
- GCS 14 (E: 4 M:6
V: 4)
- Hasil tanda-tanda
vital
TD:131/70mmHg,
N:89x/menit,
RR:27x/menit,
S:36,60C,
Sat O2:98%.
- O2 NRM 10 L
- Terdapat suara
tambahan whizzing
kekedua paru-paru
42
C. Diagnosis Keperawatan
Tabel 3.5
Diagnosis Tujuan
No Rencana Keperawatan (Nic) Rasional
Keperawatan (Noc)
1. Ketidak Setelah dilakukan 1. Monitor TTV tiap 1 jam sekali 1. Untuk mengetahui keadaan klien
seimbangan tindakan
elektrolit keperawatan selama 2. Observasi adanya dehidrasi ( 2. Untuk mengetahui ada tidaknya dehidrasi,
3x 24 jam minum, sisa infus, diuresis)
diharapkan
kekurangan volume 3. Pantau intake out put 3. Untuk mengetahui seimbang atau tidak
cairan dapat teratasi antara intake dan output pasien
dengan kreteria hasil:
- Tanda-tanda vital 4. Tingkatkan intake/ asupan per 4. Untuk membantu perbaikan dari
TD : 120-140/60- oral dehidrasi
90 mmHg
Nadi : 60- 5. Monitor infus intravena yang 5. agar cairan yang masuk kedalam tubuh
100x/menit tepat dan sesuai 2000cc/24 jam dalam batas normal
RR : 16- 6. Monitor kehilangan cairan 6. untuk mengetahui cairan yang hilang
24x/menit (missal: perdarahan, muntah, seberapa banyak
Suhu : 36,5- diare, keringat)
44
2. Jalan nafas tidak Setelah dilakukan 1. Observasi TTV tiap per jam 1. Untuk mengetahui keadaan pasien
efektip tindakan 2. Observasi ada tidaknya suara 2. Untuk mengetahui terdapat secrek atau
keperawatan selama nafas tambahan tidak
3x 24 jam
3. Observasi ada atau tidak otot 3. Dengan melihat klien menggunkan otot
diharapkan jalan
nafas tidak efektip bantu nafas bantu nafas sehingga klien mengalami sesak
dapat teratasi dengan 4. Kolaborasi pemberian nafas
kreteria hasil: combivent
- Tanda-tanda vital 5. Kolaborasi pemberian
TD : 120-140/60- pulmocort
90 mmHg
Nadi : 60-
100x/menit
45
RR : 16-
24x/menit
Suhu : 36,5-
37,5oC
- Tidak ada suara
tambahan
No Indikator
TANGGAL
18-07-19 18-07-19 19-07-19 20-07-19
1. DIAGNOSA KELOMPOK DATA : EVALUASI EVALUASI EVALUASI
KEPERAWATA DS
S : klien mengatakan lemas S : klien mengatakan lemas S : klien mengatakan lemas
N:
Klien mengatakan lemas
Ketidak O: O: O:
seimbangan - Kesadaran composmentis
DO: - Tingkat kesadaran compos - Tingkat kesadaran
elektrolit - TTV TD: 153/80 mmHg,
- Tingkat kesadaran mentis composmentis
berhubungan N: 81x/menit,
somnolen - TTV TD: 114/67 mmHg, - TTV TD: 144/81 mmHg,
dengan diare RR:15x/menit, S: 36,70C
- GCS 15 (E: 4 M:5 V: 1) N: 181x/menit, N: 72x/menit,
Sat O2: 99%
RR:28x/menit, S:37,30C, RR:22x/menit, S:36,60C,
46
- Pada saat dikaji pasien Sat O2: 95% Sat O2:98% - Intake : 1260 Output : 2233
dalam keadaan - Intake : 1260 Output : 2233 - Intake : 2790 Output : 4048 Balance -973
composmentis Balance -973 Balance -1258
A : masalah belum teratasi
A : masalah belum teratasi
- Hasil tanda-tanda vital A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
TD:131/70mmHg, P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi
N:89x/menit,
RR:27x/menit, S:36,60C,
Sat O2:98%.
- Foto Polos Thorax-
gambaran bronchitis,
kardiomegali tanpa
bendungan paru,
arterosdenosis aorta
- EKG = Sinus rytm
- Foto BNO 2 posisi
gambaran ileus local
diabdomen tengah,
vertebra lumbalis dan
skolisis vertebra lumbalis
kiri
6. Kesadaran composmentis 1. Kesadaran composmentis 1. Kesadaran composmentis
NURSING
2. Tanda-tanda vital 2. Tanda-tanda vital 2. Tanda-tanda vital
OUTCOME
TD : 120-140/60-90 TD : 120-140/60-90 TD : 120-140/60-90
mmHg mmHg mmHg
Nadi : 60-100x/menit Nadi : 60-100x/menit Nadi : 60-100x/menit
RR : 16-24x/menit RR : 16-24x/menit RR : 16-24x/menit
Suhu : 36,5-37,5oC Suhu : 36,5-37,5oC Suhu : 36,5-37,5oC
47
AKTIVITAS Berbaring di tempat tidur Berbaring di tempat tidur Berbaring di tempat tidur Berbaring di tempat tidur
EDUKASI
- Monitor tanda- tanda vital - Monitor tanda- tanda vital - Monitor tanda- tanda vital
RENCANA
- Observasi Intake dan - Observasi Intake dan - Observasi Intake dan
TINDAK
Output pasien Output pasien Output pasien
LANJUT
- Lanjutkan terapi obat - Lanjutkan terapi obat - Lanjutkan terapi obat
- Bantu ADL pasien - Bantu ADL pasien - Bantu ADL pasien
- Rencana pindah ruangan - Rencana pindah ruangan
(ruangan penuh)
TTD PERAWAT
Implementasi, Catatan Perkembangan Dan Evaluasi
No Indikator
TANGGAL
18-07-19 18-07-19 19-07-19 20-07-19
1. DIAGNOSA KELOMPOK DATA : EVALUASI EVALUASI EVALUASI
KEPERAWATA DS
S : klien mengatakan lemas S : klien mengatakan lemas S : klien mengatakan lemas
N:
Klien mengatakan sesak
Bersihan jalan O: O: O:
nafas tidak - Kesadaran composmentis
DO: - Tingkat kesadaran compos - Tingkat kesadaran
efektip - TTV TD: 153/80 mmHg,
- Tingkat kesadaran mentis composmentis
N: 81x/menit,
somnolen - TTV TD: 114/67 mmHg, - TTV TD: 144/81 mmHg,
RR:15x/menit, S: 36,70C
- GCS 15 (E: 4 M:5 V: 1) N: 181x/menit, N: 72x/menit,
Sat O2: 99%
- Pada saat dikaji pasien RR:28x/menit, S:37,30C, RR:22x/menit, S:36,60C,
- Intake : 1260 Output : 2233
dalam keadaan Sat O2: 95% Sat O2:98%
Balance -973
- Intake : 1260 Output : 2233 - Intake : 2790 Output : 4048
51
Tidak ada muntah 4. Turgor kulit < 2 detik 4. Tidak ada muntah
Turgor kulit < 2 detik 5. Turgor kulit < 2 detik
PEMBAHASAN
1. Tahap Pengkajian
Langkah pertama dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
GEA, penulis menggunakan metode wawancara kepada keluarga pasien untuk
mendapatkan data subjektif yang dilakukan dengan cara wawancara kepada
keluarga yang terdekat dengan pasien serta petugas kesehatan lainnya yang
berhubungan langsung dengan pasien, sedangkan untuk mendapatkan data
objektif penulis dapatkan dengan cara observasi dan pemeriksaan fisik.
Pada tahap pengkajian, penulis menemukan data subjektif yang dapat
menyebabkan Tn.A mengalami GEA yaitu menurut keluarga klien sebelumnya
memakan jamur dan cabe. Hal ini sesuai dengan menurut Ngastiyah (1997) bahwa
beberapa factor GEA yang dapat menyebabkan terjadinya GEA yaitu faktor
malaborsi, malaborsi karbohidrat, lemak dan protein, faktor makanan, faktor
psikologis, factor infeksi
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian dan mendapatkan data-data, penulis
mengelompokan data, menganalisa, dan merumuskan diagnosa keperawatan pada
Tn.D pada pengambilan diagnosa keperawatan penulis merumuskan data
berdasarkan prioiritas mengacu pada kaidah dalam menentukan diagnosa prioritas
diantaranya 1. Berdasarkan tingkat Kegawatan, 2. Berdasarkan kebutuhan
Maslow, yaitu Kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, dan keselamatan,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi
diri. Diagnosa ditentukan rumusan diagnosa yang mungkin muncul pada teori
terdapat 1diagnosa. Penulis mengambil 1 diagnosa yang sesuai dengan kondisi
pasien
Berikut adalah diagnosa yang penulis ambil :
a. Kekurangan cairan dan elektrolit
kekurangan volume cairan adalah kondisi ketika individu, yang
tidak mengalani puasa, mengalami atau resiko memgalami resiko dehidrasi
vascular,interstisial, atau intravascular. Dengan batasan karakteristik ketidak
cukupan asupan cairan per oral Balance negative antara asupan dan haluaran
penurunan berat badan, kulit membrane mukosa kering ( turgor
menurun) penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih dan urine pekat
atau sering berkemih,penurunan turgor kulit NANDA (2018)
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan NANDA.
Berdasarkan NANDA, perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan dibuat
berdasarkan pada Nursing Outcomes Classification (NOC) dan Nursing
intervention classification (NIC). Pada tahap ini, rencana asuhan keperawatan
yang telah direncanakan telah disesuaikan dengan permasalahan yang muncul,
situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang tersedia diruangan tanpa
meninggalkan aspek kemampuan penulis mengaplikasikan hasil studi dan
menerapkannya dilapangan. Dalam menetapkan tujuan, intervensi dasar pemikiran
dari setiap intervensi penulis berpedoman pada sumber buku dan literatur yang
57
mendukung permasalahan yang akan diatasi. Intervensi yang akan dilakukan pada
TN.D adalah mengobservasi intake dan out pun, memantau TTV,
4. Tahap Pelaksanaan
Tahap pertama yang diberikan kepada T.D yaitu dengan membawa klien ke
triase merah dan mengkaji tanda gejala dehidrasi dan tingkat kesadaran lalu di
lakukan pengkajian dalam tahap penatalaksanaan asuhan keperawatan dilakukan
berdasarkan tingkat kegawatan, karena sifat pelayanan gawat darurat yang cepat
dan tepat dengan tujuan untuk menyelamatkan kehidupan pasien, mencegah
kerusakan sebelum tindakan/perawatan dan
menyembuhkan.Tahapan dalam memberikan intervensi kegawat daruratan
mengacu pada keluhan utama, keadaan umum serta pengkajian primary seperti
adanya masalah pada airways, breathing, circulation, disability dan exposure.
bahwa penanganan pertama yang dilakukan dengan mengecek ABC terlebih
dahulu lalu dicari penyebab yang menimbulan syok hipovolemik serta melakukan
resusitasi dengan tepat dapat meningkatkan status hemodinamik dan kesadaran
klien. Cairan yang digunakan untuk resusitasi dengan menggunakan cairan
kristaloid atau Nacl. Hal ini sesuai dengan putra dan adiputra (2017) bahwa cairan
yang digunakan untuk resusitasi Nacl karena mengandung kandungan natrium dan
klorida yang sama sehingga isotonis.
Resusitasi cairan yang diberikan sebanyak 2500cc (5 labu) dengan
melakukan evaluasi terhadap tekanan darah dan status kesadaran klien. Hal ini
tidak sesuai dengan algoritma pasien yang diberikan resusitasi sebanyak 1500-
2000 dengan menggunakan cairan Nacl 0,9% dengan pemantauan atau evaluasi
hemodinamik dan produksi urine. Jika pasien sudah mencapai hemodinamik yang
sesuai maka hentikan resusitasi dan evaluasi hemodinamik. Hemodinamik naik
ditandai dengan peningkatan tekanan darah >100mmHg dan nadi <100x/menit
disertai akral hangat. Pada Tn.D setelah dilakukan resusitasi sebanyak 5 labu
menunjukan tanda masih hipotensi dengan TD: 78/58mmHg, N: 100x/m,
R:28x/m.
58
Melakukan observasi tanda tanda vital dimana berfokus pada tekanan darah
dan nafas, nadi, intake dan output, karena dengan mengobservasi intake dan
output dan terlihat balance cairan
Pada saat pasien di IGD klien di beri cairan karena klien tadang dengan
keluhan diare sehingga pertolongan pertama klien diberi cairan terlebih dahulu
klien diberi cairan sebanyak 2500cc tetapi pada teori seharusnya 1500-2000cc.
Memasang dower cateter (DC) dengan tujuan mengobservasi intake output
pasien menurut Dewi dan rahayu (2015) pemasangan kateter dilakukan untuk
mengukur produksi urine. Jika urine yang keluar 0,5-1cc/kg/jam, tanda-tanda vital
baik, nadi teraba jelas menandakan dehidrasi teratasi. pemasangan DC untuk
melihat perbaikan pasien. Jumlah produksi urine yang keluar menandakan aliran
darah ke ginjal yang adekuat.
Diberikan terapi arcapec Arcapec Tablet adalah obat yang digunakan untuk
pengobatan simtomatik diare nonspesifik. Arcapec Tablet mengandung kombinasi
Attapulgite (senyawa magnesium aluminium phyllosilicate alamiah yang telah
diaktifkan) dan Pectin (serat alami yang ditemukan pada buah-buahan).Berikut ini
adalah informasi lengkap obat Arcapec Tablet yang disertai tautan merk-merk
obat lain dengan nama generik yang sama. Tiap kemasan obat Arcapec Tablet
mengandung zat aktif (nama generik) sebagai berikut : Attapulgite 600 mg,
Pectin 50 mg penelitian Lovell & Ernst, (2012)
Attapulgite adalah obat yang digunakan untuk mengobati diare. Senyawa
ini adalah magnesium aluminium phyllosilicate dengan formula (Mg, Al)
2Si4O10 (OH) 4- 4 (H2O). Untuk digunakan sebagai obat diare, Attapulgite akan
dimurnikan dan diaktifkan terlebih dahulu dengan cara pemanasan untuk
meningkatkan kemampuan adsorpsinya. Senyawa ini berupa serbuk sangat halus,
memiliki pH antara 7,0-9,5. Obat ini mengikat asam, zat beracun, bakteri atau
kuman yang dapat menyebabkan diare.Pectin adalah serat yang secara alami
ditemukan pada buah-buahan. Pectin bisa digunakan untuk kolesterol tinggi,
trigliserida tinggi, dan untuk mencegah kanker usus besar dan kanker prostat.
Senyawa ini juga digunakan untuk penyakit diabetes dan gastroesophageal reflux
(GERD). Sering pula digunakan untuk mencegah keracunan akibat timbal,
59
5. Evaluasi
Hasil evaluasi keperawatan yang di dapatkan selama melakukan 3 hari dirawat
dirumah sakit diagnosa kelebihan volume cairan, teratasi dengan tidak adanya
suara nafas tambahan, tidak gelisah, pola nafas kembali normal.dan klien bisa
pindah ruangan.
61
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam perumusan diagnosa keperawatan pada klien GEA dengan dehidrasi,
penulis menyimpulkan bahwa dari data-data yang didapatkan pada tahap pengkajian,
dengan diagnosa yang ditemukan:
1. Kelebihan volume cairan
A. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien Tn. D dengan GEA,
penulis menyarankan beberapa hal kepada pasien dan keluarga untuk mangatasi
masalah diagnosa keperawatan yang belum teratasi sepenuhnya diantaranya:
Penulis menyarankan kepada pasien dan keluarga pasien untuk lebih
memperhatikan makanan yang dapat dan tidak dapat dikonsumsi dan rutin minum air
putih 8 gelas perhari, dan selalu lakukan cucitangan 6 langkah dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Beherman E Richard, dkk, 1999. Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam. Vol 2. Edisi 15.
EGC : Jakarta.
Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1.
Ngastiyah, 2005. Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1. EGC, Jakarta
Sundaru, Heru. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta
Alatas, Husein dan Hasan, Rusepno.Editor.2010. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta,
62
63
EGC
EGC. Jakarta.
Nanny, Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
Sagung Seto.
Boyle, J.T., 2000. Diare Kronis. In : Behrman, Kliegman & Alvin, Nelson, ed. Ilmu
Kedokteran,EGC : Jakarta