Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

D DENGAN
KASUS GEA DENGAN DEHIDRASI DI RUANG HCU RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

Diajukan untuk memenuhi tugas stase keperawatan gawat darurat


STIKes ‘Aisyiyah Bandung

Nurfitri LIanti 402018020

PRODI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
TAHUN AJARAN 2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Nama institusi : Sekolah tinggi ilmu kesehatan ‘Aisyiyah Bandung

Hari/ tanggal : 26Juli 2019

Judul : LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.D


DENGAN KASUS GEA DENGAN DEHIDRASI DI RUANG HCU RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT
Penyusun : Nurfitri lianti 402018020

Mengesahkan, Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing Lapangan

Santy Sanusi, S.Kep., Ners, M.Kep Neti Haryani, S.Kep., Ners

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dimana
atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas
Praktik Belajar Lapangan Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat ini yang berjudul
“Laporan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.D Dengan Kasus GEA dengan
dehidrasi Di Ruang Hcu Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat”.
Dalam proses penyusunan tugas ini, penulis mengalami banyak permasalahan
namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya tugas ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan
hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Santy Sanusi, S.Kep., Ners, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan waktu, dukungan, bimbingan, dan pemahaman kepada penulis
dalam penyusunan laporan tugas praktik belajar lapangan ini.
2. Neti Haryati, S. Kep., Ners. selaku pembimbing lapangan dan perawat diruang
HCU yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu

Penulis menyadari tugas ini belum sempurna, baik dari isi maupun sistematika
penulisannya maka dari pada itu penulis berterimakasih apabila ada kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan tugas ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi menciptakan perawat yang profesional
yang berakhlakul karimah.
Bandung, Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan
dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya. Penyakit ini sering
menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita). Dalam satu
tahun sekitar 760.000 anak usia balita meninggal karena penyakit ini (World Health
Organization (WHO), 2013). Indonesia mengalami peningkatan populasi penduduk
lanjut usia yang amat pesat dari 4,48% pada tahun 1971 (5,3 juta jiwa) menjadi
9,77% pada tahun 2010 (23,9 juta jiwa) dan diprediksi akan terjadi ledakan jumlah
penduduk lansia sebesar 11,34% atau sekitar 28,8 juta jiwa pada tahun 2020. Masalah
lanjut usia akan dihadapi setiap insan dan berkembang menjadi masalah yang lebih
kompleks.
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan
dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR
penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR
yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94).
Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang,
dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare
di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR
1,74 %.) Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa. Diperkirakan
pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare atau gastroenteritis akut.
sebanyak 99.000.000 kasus. Di USA, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke

1
1

dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit tiap tahunnya(1,5 %
merupakan pasien dewasa) yang disebabkan diare atau gastroenteritis. Berdasarkan
data WHO, angka prevalensi diare 2-3 kali lipat lebih besar pada negara berkembang
dibandingkan negara maju.
Penyakit Diare merupakan penyebab kesakitan dan kematian di Negara
berkembang terutama akibat dehidrasi dan berujung kepada syok. Di Indonesia
penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, karena tingginya
angka kesakitan dan angka kematian terutama pada balita. Berdasarkan SDKI tahun
2002 didapatkan insidens diare sebesar 11 %, 55 % dari kejadian diare terjadi pada
golongan balita dengan angka kematian diare pada balita sebesar 2,5 per 1000 balita.
Berdasarkan data riskesdas 2013, Insiden dan period prevalence diare untuk seluruh
kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen. (Riskesdas, 2013)
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan gawat darurat kepada pasien dengan stroke pis di Rumah Sakit Al-Ihsan
Profvinsi Jawa Barat.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dikemukakan rumusan masalah yang ditemukan
penulis yaitu: “Bagaimana penerapan asuhan pada pasien dengan penyakit GEA
dengan dehidrasi di HCU Rumah Sakit Al-Ihsan Profvinsi Jawa Barat?”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan yang ingin penulis capai yaitu melakukan asuhan keperawatan
gawat darurat pada Tn. D dengan diagnosa medis GEA dengan dehidrasi Di HCU
Rumah Sakit Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.

2. Tujuan Khusus
a. Proses Keperawatan
2

1) Mampu mengkaji masalah kesehatan pada Tn. D dengan diagnosa medis GEA
dengan dehidrasi di HCU RS Al-Ihsan Profvinsi Jawa Barat
2) Mampu menentukan diganosa keperawatan serta menentukan prioritas
masalah yang timbul pada Tn. D dengan diagnosa medis GEA dengan
dehidrasi di HCU RS Al-Ihsan Profvinsi Jawa Barat.
3) Mempu membuat rencana keperawatan pada Tn. D dengan diagnosa medis
GEA dengan dehidrasi di HCU RS Al-Ihsan Profvinsi Jawa Barat.
4) Melaksanakan implementasi pada Tn. D dengan diagnosa medis GEA dengan
dehidrasi di HCU RS Al-Ihsan Profvinsi Jawa Barat.
5) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada Tn.D dengan diagnosa medis
HCU di IGD RS Al-Ihsan Profvinsi Jawa Barat.

C. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menggunakan sistematika penulis sebagai
berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
BAB ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan umum, tujuan khusus,
dan sistematika penulisan.
2. BAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB ini berisi tentang tinjauan teori dengan bahasa yaitu: definisi, anatomi
fisiologi, etiologi dan faktor predisposisi, patofisiologi, tanda dan gejala,
tindakan medis, prosedur diagnostik, diet, data fokus pengkajian sesuai teori
dan rencana keperawatan yang mungkin muncul sesuai dengan teori.
3. BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
BAB ini yaitu tentang dokumentasi laporan kasus mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan catatan
perkembangan serta pembahasan yang memuat perbandingan antara teori dan
kasus.
3

4. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB ini berisi tentang simpulan dari data yang ditemukan di klinik dengan
teori dan saran-saran yang berkaitan.
4

BAB II
TINJUAN TEORITIS

A. Tinjauan Teori Penyakit


1. Anatomi fisiologi

Anatomi dan Fisiologi Gastroenteritis akut Menurut Sodikin (2012),


Sistem pencernaan terdiri atas saluran panjang, yang dimulai dari mulut
sampai anus (rektum). Saluran cerna merupakan porta yang dilalui oleh senyawa
gizi, vitamin, mineral, dan cairan masuk ke dalam tubuh.Di samping itu, setiap
segmen saluran cerna memiliki fungsi pencernaan ini dapat berlangsung dengan
pengaturan system local, saraf, dan hormone
5

a. Mulut

Rongga mulut atau nama lainnya rongga bukal atau rongga oral mempunyai
beberapa fungsi yaitu menganalisis material makanan sebelum menelan, proses
mekanis gigi, lidah, dan permukaan palatum, lubrikasi oleh sekresi saliva, dan
digesti pada beberapa material karbohidrat dan lemak (mutaqqin & kumala, 2011)
Mulut merupakan bagian pertama saluran cerna. Bagian atas mulut dibatasi
oleh mandibula lidah, dan struktur lain pada dasar mulut. Bagian lateral mulut
dibatasi oleh pipi. Sementara itu, bagian depan mulut dibatasi oleh bibir dan
bagian belakang oleh lubang yang menuju faring(Sodikin, 2012).
b. Lidah

Menurut sodikin (2012), Lidah tersusun atas otot yang dilapisi, pada bagian atas
dan smping, oleh membran mukosa.Lidah menenpati rongga mulut dan melekat
secara langsung pada epiglotisdalam faring.Permukaan atas lidah dipenuhi banyak
tonjolan kecil, yang disebut papilla lidah.Ada empat papilla utama yang dimiliki
manusia, yaitu papila filiformis, papila fungiformis, papila sirkumvalat, dan papila
foliate. Pada permukaan atas dekat pangkal lidah terdapat alur berbentuk V, yaitu
sulkus terminalis memisahkan lidah bagian anteriordan posterior. Sekitar 12 papila
besar terlihat dalam satu baris di bagian depan sulkus terminalis, masing – masing
dikelilingi oleh parit dangkal.
Lidah diinervasi oleh berbagai saraf.Bagian sensorik diinervasi oleh nervus
6

lingualis yang merupakan cabang saraf kranial V (trigeminal).Nervusini


menginervasi dua pertiga anterior lidah untuk mengecap.Saraf kranial VII
(fasialis) menginervasi dua pertiga anterior untuk rasa kecap.Saraf kranial IX
(glosofaringeal) menginervasi sepertiga posterior untuk raba dan rasa
kecap.Sementara itu, inervasi motorik dilakukan oleh saraf kranial XII
(hipoglosus).
Fungsi utama lidah meliputi proses mekanik dengan cara menekan,
melunakkan, dan membagi material, melakukan manipulasi material makanan
dalam rongga mulut dan melakukan fungsi dalam proses menelan, analisis sensori
terhadap karakteristik material, suhu, dan reseptor rasa, serta menyekresikan
mukus dan enzim (Mutaqqin & Kumala, 2011)
c. Gigi

Pertumbuhan gigi merupakan suatu proses fisiologis dan dapat menyebabkan


salivasiyang berlebihan serta rasa tidak nyaman (nyeri). Manusia memiliki dua set
gigi primer (gigi susu atau desidua) yang bersifat sementara dan tumbuh melalui
gusi selama tahun pertama serta kedua kehidupan. Gigi susu berjumlah lima buah
pada setiap seteng ah rahang (jumlah seluruhnya 20), muncul (erupsi) pada usia
sekitar enam bulan sampai dua tahun. Gigi susu berangsur tanggal pada usia 6
sampai -13 tahun, kemudian akan digantikan secara bertahap oleh gigi tetap
(permanen) pada orang dewasa. Gigi permanen berjumlah 8 buah pada setiap
setengah rahang (jumlah seluruhnya 32) (Sodikin, 2011)
Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar.Mahkota gigi menjulang di
atas gigi, lehernya di kelilingi gusi, dan akarnya berada di bawahnya.Gigi dibuat
dari bahan yang sangat keras, yaitu dentin.Pusat strukturnya terdapat rongga
pulpa.Pulpa gigi berisi sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf. Bagian
gigi yang menjulang di atas gusi ditutupi email, yang jauh lebih keras dari pada
dentin (Pearce, 2009).
7

d. Esophagus

Esophagus merupakan saluran otot yang membentang dari kartilago


krikoidsampai kardia lambung.Esophagus dimulai dari leher sebagai sambungan
faring berjalan ke bawah leher dan toraks, kemudian melalui crus sinistra
diafragma.Di bagian belakang, esofagus berbatasan dengan kolumna vertebra
sementara di setiap sisi berbatasan dengan paru dan pleura Bagian tersempit
esophagus bersatu dengan faring area ini mudah mengalami cidera akibat intrumen
seperti baugiyang dimasukan ke dalam esophagus (Sodikin, 2012).
Esophagus adalah saluran berotot dengan panjang sekitar 25 cm dan diameter
sekitar 2cm yang berjalan menembus diafragma untuk menyatu dengan lambung
di taut gastroesofagus.Fungsi utama dari esophagus adalah membawa bolus
makanan dari cairan menuju lambung (Gavaghan, 2009 dalam mutaqqin &
Kumala, 2011).
e. Lambung

Menurut Sodikin, 2012 Lambung terletak di kuadran kiri atas


abdomen, lebar dan merupakan bagian saluran cerna yang dapat dilatasi
bentuk lambung bervariasi, bergantung pada jumlah makanan di
dalamnya, gelombang peristaltik, tekanan dari organ lain, pernafasan, dan postur
8

tubuh. Lambung biasanya berbentuk J. Pada lambung janin ditemukan


aktifitas proteolitik,tetapi pada tingkat yang lebih rendah
dibanding aktifitas proteolitik setelah usia 2-3 bulan.kapasitas lambung saat
lahir adalah 30-35 ml dan meningkat sampai 75 ml pada minggu kedua
kehidupan. Kapasitas lambung rata-rata orang dewasa adalah 1000 ml. Pada
kelenjar lambung neonatus jumlahnya sekiitar ± 2.000.000,sedangkat pada
orang deewasa ± 25.000.000.
f. Usus halus

Usus halus terbagi menjadi duo denum, jejunum, dan ileum.usus halus memiliki
panjang 300-350cm saat lahir, mengalami peningkatan sekitar 50% selama
tahun pertama kehidupan, dan berukuran ± 6 m saat dewasa. Duo denum
merupakan bagian terpendek dari usus halus yaitu sekitar 7,5-10 cm dengan
diameter 1-1,5 cm. Dinding usus terbagi menjadi 4 lapisan yaitu mukosa,
submukosa, muskuler,dan serosa(peritoneal). Lapisan mukosa tersusun atas
vili usus dan lipatan sirkuler.Vili usus merupakan
tonjolan yang mirip jari dan menonjol kepermukaan dalam usus.Lipatan
sirkuler terdapat disekeliling bagian dalam usus halus.Ukuran dan jumlah lipatan
ini disepanjang usus halus bervariasi.Dibagian bawah ileum, bila ada lipatan
ini berukuran kecil dan berjumlah sedikit.Lipatan sirkuler meningkatkan area
permukaan absorbsi usus (Sodikin, 2011).
g. Usus besar
Usus besar berfungsi mengeluarkan fraksi zat yang tidak terserap, zat
besi, kalium, fosfat, yang ditelan,serta menyekresi mukus, yang
mempermudah perjalanan feses. Usus besar berjalan dari katup ileosekal ke
anus. Panjang usus bervariasi, sekitar ± 180cm. Usus besar dibagi menjadi
bagian sektum, desenden, kolon asenden, kolon desenden, kolon transversum, dan
kolon sigmoid. Sektum adalah kantong besar yang terletak pada fosa iliaka
9

kanan.Sektum berlanjut ke atas sebagai kolon asenden. Dibawah lubang


ileosekal, apendiks membuka kedalam sekum (Sodikin, 2012)
h. Hati
Hati merupakan gelandula paling besar dalam tubuh yang memiliki berat
± 1.300 – 1.550 gr. Hati berwarna merah coklat,sangat vaskuler dan lunak. Hati
berbentuk baji dengan bagian dasar pada sisi kanan dan apeks pada sisi
kiri.Organ ini terletak pada kuadran kanan atas abdomen dan dilindungi
oleh kartilago kostalis bagian tepi bawah mencapai garis kartilago, tetapi
bagian tepi hati yang sehat tidak teraba. Hati dipertahkan dalam posisinya oleh
tekanan organ lain di dalam abdomen dan oleh
ligamen peritoneum (Sodikin, 2011).
i. Pankreas
Pankrean, organ panjang pada bagian abdomen atas, memiliki
struktur yang terdiri atas kaput (di dalam lengkungan deodenum), leher
pankreas, dan kauda (yang mencapai limpa). Pankreas merupakan agen
ganda yang terdidi atas dua tipe jaringan yaitu jaringan sekresi interna dan
jaringan yang sekresi eksterna (Sodikin, 2012).
j. Peritoneum
Merupakan membran serosa yang tipis, licin, dan lembab yang melapisi
rongga peritoneum dan banyak organ perut seperti kavum abdomen dan
pelfis.Peritoneum menutupi visera, walaupun beberapa hanya di tutupi pada
permukaan abdominal dan pelvis.Peritoneum seperti pleura tersusun dari dua
lappiran yang berkontak, yaitu lapisan varietal dan viseral.Peritoneum
parietal adalah bagian yang melapisi dinding abdomen, sedangkan
peritoneum viseral adalah bagian yang melapisi organ.Ruang atara lapisan
disebut kavum peritoneum (Sodikin, 2011).
Peritonium ialah membran serosa rangkap yang terbesar di dalamubuh.
Peritonium terdiri atas dua bagian utama, yaitu peritoneum perietal, yang
melapisi dinding rongga abdominal, dan peritoneum viseral, yang meliputi
10

semua organ yang berada di dalam rongga itu (Pearce, 2009).


k. Kolon dan Rektum
Kolon mempunyai panjang sekitar 90-150 cm, berjalan dari ileum ke rektum.
Secara fisiologis kolon menyerap air, vitamin, natrium dan klorida, serta
mengeluarkan kalium, bikarbonat, mukus, dan menyimpan feses serta
mengeluarkannya. Selain itu, kolon merupakan tempat pencernaan
karbohidrat dan protein tertentu, maka dapat menghasilkan lingkungan yang
baik bagi bakteri untuk menghasilkan vitamin K (Muttaqin & kumala,
2009 dalam pahlevi, 2014).
Menurut Sodikin (2011) Fisiologi saluran pencernaan terdiri atas
rangkaian proses memakan (ingesti) dan sekresi getah pencernaan ke sistem
pencernaan. Getah pencernaan membantu pencernaan atau digesti makanan,
hasil pencernaan akan di serap (diabsorpsi) ke dalam tubuh berupa zat
gizi. Proses sekresi, digesti, dan absorbsi terjadi secara
berkesinambungan pada saluran pencernaan, mulai dari atas yaitu mulut
sampai ke rektum. Secara bertahap, masa hasil campuran makanan dan
getah pencernaan (bolus) yang telah di cerna, didorong (digerakkan) ke
arah anus (motilitas). Sisa massa yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui
anus (defekasi) berupa feses. Proses perkembangan saluran pencernaan
dimulai semenjak dalam kandungan, proses fisiologi saluran pencernaan ini
berkembang secara bertahap (ontogeni).Proses ingesti secara otonom diatur
oleh pusat saraf di batang otak, akan tetapi untuk jumlah makanan yang di
makan dipengaruhi oleh rasa haus serta rasa lapar sebagai lawan dari rasa
kenyang.
Pusat rasa haus Kolon dan Rektum Kolon mempunyai panjang sekitar 90-
150 cm, berjalan dari ileum ke rektum. Secara fisiologis kolon menyerap air,
vitamin, natrium dan klorida, serta mengeluarkan kalium, bikarbonat,
mukus, dan menyimpan feses serta mengeluarkannya. Selain itu, kolon
merupakan tempat pencernaan karbohidrat dan protein tertentu, maka dapat
11

menghasilkan lingkungan yang baik bagi bakteri untuk menghasilkan


vitamin K (Muttaqin & kumala, 2009 dalam pahlevi, 2014).
Menurut Sodikin (2011) Fisiologi saluran pencernaan terdiri atas
rangkaian proses memakan (ingesti) dan sekresi getah pencernaan ke sistem
pencernaan. Getah pencernaan membantu pencernaan atau digesti makanan,
hasil pencernaan akan di serap (diabsorpsi) ke dalam tubuh berupa zat
gizi. Proses sekresi, digesti, dan absorbsi terjadi secara
berkesinambungan pada saluran pencernaan, mulai dari atas yaitu mulut
sampai ke rektum. Secara bertahap, masa hasil campuran makanan dan
getah pencernaan (bolus) yang telah di cerna, didorong (digerakkan) ke
arah anus (motilitas). Sisa massa yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui
anus (defekasi) berupa feses. Proses perkembangan saluran pencernaan
dimulai semenjak dalam kandungan, proses fisiologi saluran pencernaan ini
berkembang secara bertahap (ontogeni).Proses ingesti secara otonom diatur
oleh pusat saraf di batang otak, akan tetapi untuk jumlah makanan yang di
makan dipengaruhi oleh rasa haus serta rasa lapar sebagai lawan dari rasa
kenyang. Pusat rasa haus

2. Definisi
Gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi dari membran mukosa saluran
pencernaan yaitu di lambung, usus halus dan atau usus besar. Gastroenteritis ditandai
dengan gejala utamanya yaitu diare, muntah, mual dan kadang disertai demam dan
nyeri abdomen (Beers H. et. al, 2003).

Menurut Depkes RI (2005), diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi


(buang air besar) lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja
(menjadi cair) dengan atau tanpa darah maupun lendir. Diare akut diberi batasan
sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja
yang dikeluarkan dan berlangsung tidak lebih dari dua minggu (14 hari). Apabila
12

diare berlangsung lebih dari 14 hari maka hal tersebut dikatakan sebagai diare kronik.

3. Etiologi
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:

a) Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:Infeksi virus, kuman-


kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan
vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik
usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan
makanan). makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan,
gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur
terutama canalida.
1. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan
mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam
beberapa faktor yaitu:

1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi
bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno
virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris,
13

oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia,


trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis
media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
3. Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
4. Faktor makanan
5. Faktor psikologis
Diare akut karena infeksi (gastroenteritis) dapat ditimbulkan oleh:
1. Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi
A/B/C, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio eltor,
Vibrio parahemolyticus, Clostridium perfrigens, Campilobacter (Helicobacter)
jejuni, Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis.
2. Parasit : Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis, Isospora sp) dan Cacing ( A. lumbricodes, A. duodenale,
N. americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis, T. saginata dan T.
solium)
3. Virus : Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk.
Penelitian di RS Persahabatan Jakarta Timur (1993-1994) pada 123 pasien
dewasa yang dirawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi penyebab
diare akut terbanyak adalah E. coli (38 %), V. cholera Ogawa (18 %) dan
Aeromonas sp. 14 %).
14

4. patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari patofisiologi sebagai berikut:
1) Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik, 2) Sekresi cairan
dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik, 3) Malabsorbsi asam empedu,
malabsorbsi lemak, 4) Defek sistem pertukaran anion/ transport elektrolit aktif di
enterosit, 5) Motilitas dan waktu transit usus abnormal, 6) Gangguan permeabilitas
usus, 7) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik, 8) Infeksi dinding usus
disebut diare infeksi.

Diare osmotik, diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik


intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/ zat kimia yang
hiperosmotik ( MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi
mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.

Diare sekretorik, diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap
berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini
antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Escherichia coli,
reseksi ileum (gangguang absorpsi garam empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl
sodium sulfosuksinat dll).

Malabsorbsi asam empedu atau malabsorbsi lemak: diare tipe ini didapatkan
pada gangguan pembentukan/produksi empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier
dan hati.

Defek sistem pertukaran anion/traspor elektrolit aktif di enterosit: diare tipe ini
disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+, K+, ATPase di enterosit
dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.

Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan
hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang
15

abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes mellitus,
pasca vagotomi, hipertiroid.

Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang
abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus
halus.

Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan adanya
kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus
yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorpsi
air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri
Shigella) atau non infeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Crohn).

Diare infeksi: infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare.
Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non invasif (tidak merusak
mukosa), dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non invasif menyebabkan diare
karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik.
Contoh diare toksigenik adalah kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio
cholera merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus, yang lalu
membentuk adenosine monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan
menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation
natrium dan kalium. Mekanisme absorpsi ion natrium melalui mekanisme pompa
natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida diikuti ion bikarbonat, air,
natrium, ion kalium dapat dikompensasi oleh meningginya absorpi ion natrium
diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat dan klorida. Kompensasi ini dapat
dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding
sel usus.

Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
16

5. MANIFESTASI KLINIS
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama
tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan
renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang
berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang,
mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang
isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam
karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan
Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan
kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul
aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai
timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit
nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu


makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai
wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
17

5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam. (Kusmaul).

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

7. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
18

6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.


7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

8. DERAJAT DEHIDRASI
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b. Skor Mavrice King

Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan


Yang diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng Mengigau, koma,
Apatis, ngantuk atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering & sianosis
Denyut nadi/mata Kuat <120 Sedang (120-140) Lemas >40

Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
c. Gejala klinis
Gejala klinis Gejala klinis
19

Ringan Sedang Berat


Keadaan umum
Kesadaran Baik (CM) Gelisah Apatis-koma
Rasa haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi N (120) Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernapasan Biasa Agak cepat Kusz maull
Kulit
Uub Agak cekung Cekung Cekung sekali
Agak cekung Cekung Cekung sekali
Biasa Agak kurang Kurang sekali
Normal Oliguri Anuri
Normal Agak kering Kering/asidosis

9. Diet
Pasien dengan gastroenteritis akut dianjurkan minum-minuman sari buah, teh,
makanan yang mudah dicerna seperti pisang, nasi dan sup, kecuali pasien muntah
hebat. Pemberian makanan sebaiknya diberikan setelah 4 jam URO atau cairan
intravena. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi laktase transien yang
disebabkan oleh infeksi vrus dan bakteri. Minuman berkafein dan alkohol harus
dhindarkan karena akan meningkatkan motilitas dan sekresi usus.

10. Obat-obatan
Antidiare

Penggunaan obat antidiare tidak membunuh kausa dari diare. Pada anak,
penggunakan obat initidak memiliki manfaat secara klinis. Beberapa obat yang dapat
digunakan diantaranya:
20

Antimotilitas. Loperamide merupakan agen pilihan pertama (pada dewasa 4-6


mg/hari, dan 2-4 mg/hari pada anak > 8 tahun). Obat ini merupakan derivat opioid
yang tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil dibandingkan dengan
tinktur maupun difenoksilat-atropin. Obat ini merupakan pilihan pertama pada diare
pada traveler dengan dehidrasi ringan sedang tanpa gejala klinis yang mengarah ke
diare invasif. Obat ini bekerja dengan cara menginhibisi pengeluaran acetilkolin
melalui reseptor opioid prasinaps di usus sehingga mengakibatkan penurunan
peristaltik usus dan efek memiliki antisecretory yang ringan. Sebaiknya dihindari
penggunaannya pada bloody/mucoid diarrhea atau suspek inflamasi (dengan demam).
Nyeri abdomen hebat yang mengarahkan suatu diare inflamatif termasuk
kontraindikasi untuk pemberian loperamide.

Antisekretory. Bistmuth subsalicylate bisa menurunkan pengeluaran BAB


pada anak atau gejala seperti diare, mual dan nyeri abdomen diare pada traveler.
Bistmuth subsalisilat 30 ml atau 2 tablet tiap 30 menit sebanyak 8 dosis bermanfaat
pada beberapa pasien.

Racecadotril merupakan enkepalinase inhibitor (nonopiat) dengan aktivitas


antisekresi yang telah mendapatkan lisensi diberbagai negara diberikan dengan dosis
3 x 100mg terutama pada diare anak dan kolera dewasa.

Adsorbent Agen seperti kaolin-pectin, arang aktif , dan attapulgite bekrja


dengan cara mengabsorbsi air dan senyawa dari larutan dan kemngkinan mengikat
bahan yang berpotensi toksik pada usus. Menurut WHO efikasi pengobatan diare
dengan agen ini masih diragukan.
21

11. PENATALAKSANAAN

Akut Penatalaksanaan untuk gastroenteritis pada anak adalah sebagai berikut:

1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat


etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan
elektrolit secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya
berhenti (terapi rumatan). Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan
jumlah cairan yang telah hilang melalui diare atau muntah (previous
water losses = PWL) ; ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui
keringat, urine, dan pernafasan (normal water losses = NWL) ; dan ditambah
dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih
terus berlangsung (concomitant water losses = CWL). Jumlah ini tergantung
pada derajat dehidrasi, berat badan anak, dan golongan umur.

2. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk


menghindarkan efek buruk pada status gizi.

3. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada
manfaatnya untuk kebanyak kasus, termasuk diare berat dan diare dengan panas
kecuali pada disentri, suspek kolera dengan dehidrasi berat, dan diare
parsisten. Obat obatan antidiare meliputi anti motilitas (misal loperamid,
difenoksilat, kodein, opium), adsorben (misal norit, kaolin, attapulgit).
Antimuntah termasuk prometazim, klorpromazin. Tidak satupun obat obatan
inti terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan beberapa malahan
mempunyai efek yang membahayakan. Obat obatan ini tidak boleh diberikan
pada anak < 5 tahun (mansjoer. 2000 dalam Pahlevi. 2014)
22

12. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.


Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat
dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan
dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik
(0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap
satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan
cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
2) Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar dari badan.
3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa

meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g


glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada
diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk
mempertahankan hidrasi.
4) Jadual pemberian cairan
Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor
diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat
mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada
kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi
diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3

13. Proses Keperawatan


FOKUS PENGKAJIAN
23

Fokus pengkajian menurut Doenges (2000 )


1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Gangguan pola tidur, misalnya insomnia dini hari,
kelemahan, perasaan ‘hiper’ dan ansietas, peningkatan
aktivitas / partisipasi dalam latihan-latihan energi tinggi.
Tanda : Periode hiperaktivitasi, latihan keras terus-menerus.
2. Sirkulasi
Gejala : Perasaan dingin pada ruangan hangat.
Tanda : TD rendah takikardi, bradikardia, disritmia.
3. Integritas ego
Gejala : Ketidakberdayaan / putus asa gangguan ( tak nyata )
gambaran dari melaporkan diri-sendiri sebagai gendut terus
menerus memikirkan bentuk tubuh dan berat badan takut
berat badan meningkat, harapan diri tinggi, marah ditekan.
Tanda : Status emosi depresi menolak, marah, ansietas.
4. Eliminasi
Gejala : Diare / konstipasi,nyeri abdomen dan distress, kembung,
penggunaan laksatif / diuretik.
5. Makanan, cairan
Gejala : Lapar terus-menerus atau menyangkal lapar, nafsu makan
normal atau meningkat.
Tanda : Penampilan kurus, kulit kering, kuning / pucat, dengan turgor
buruk, pembengkakan kelenjar saliva, luka rongga mulut,
luka tenggorokan terus-menerus, muntah, muntah berdarah,
luka gusi luas.
6. Higiene
Tanda : Peningkatan pertumbuhan rambut pada tubuh, kehilangan
rambut ( aksila / pubis ), rambut dangkal / tak bersinar, kuku
rapuh tanda erosi email gigi, kondisi gusi buruk
24

7. Neurosensori
Tanda : Efek depresi ( mungkin depresi ) perubahan mental ( apatis,
bingung, gangguan memori ) karena mal nutrisi kelaparan.
8. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala.
9. Keamanan
Tanda : Penurunan suhu tubuh, berulangnya masalah infeksi.
10. Interaksi sosial
Gejala : Latar belakang kelas menengah atau atas, Ayah pasif / Ibu dominan
anggota keluarga dekat, kebersamaan dijunjung tinggi, batas pribadi tak dihargai,
riwayat menjadi diam, anak yang dapat bekerja sama, masalah control isu dalam
berhubungan, mengalami upaya mendapat kekuatan.
11. Seksualitas
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga siklus menstruasi berturut-turut, menyangkal /
kehilangan minat seksual.
Tanda : Atrofi payudara, amenorea.
12. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi
keyakinan / praktik kesehatan misalnya yakin makanan mempunyai terlalu
banyak kalori, penggunaan makanan sehat.

FOKUS INTERVENSI
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put yang
berlebihan dengan intrake yang kurang ( Carpenito, 2000 ).
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Turgor kulit elastis dan mukosa bibir lembab

Intervensi Rasional
1. Kaji status dehidrasi : mata, tugor 1. Menunjukkan kehilangan cairan
25

kulit dan membran mukosa. berlebihan atau dehidrasi.


2. Kaji pemasukan dan pengeluaran 2. Memberikan informasi tentang
cairan keseimbangan cairan,
3. Monitor TTV 3. Dapat membantu mengevaluasi
4. Pemeriksaan laboratorium sesuai pernyataan verbal dan keefektifan
program : elektrolit, Hb, Ph, dan intervensi
albumin. 4. Untuk menentukan kebutuhan
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam penggantian dan keefektifan terapi
pemberian obat anti diare dan 5. Untuk memperbaiki ketidak
antibiotik. seimbangan cairan / elektrolit
6.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah


(Carpenito, 2000).

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi


Kriteria hasil : BB klien kembali normal dan nafsu makan meningkat
Intervensi Rasional
1. Timbang BB tiap hari 1. Untuk memberikan info tentang
2. Monitor intake dan out put kebutuhan diet atau keefektifan terapi.
3. Hindari makanan buah-buahan dan 2. Untuk mengetahui berapa banyak
hindari diet tinggi serat. masukan dan pengeluaran cairan ke
4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam tubuh
3. Memungkinkan aliran usus untuk
memastikan kembali proses
pencernaan, protein perlu untuk
integritas jaringan.
4. Membantu kebutuhan nutrisi pasien
26

dalam perubahan pencernaan dan


fungsi usus.

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. ( Doenges, 2001 )

Tujuan : Hipertermi teratasi


Kriteria hasil : Tubuh tidak panas dan suhu tubuh normal (S : 36-37 o C)

Intervensi Rasional
1. Berikan kompres air hangat 1. Untuk mengurangi / menurunkan
2. Anjurkan pasien dan keluarga rasa panas yang disebabkan oleh
untuk memberikan banyak minum. infeksi.
3. Anjurkan pasien dan keluarga 2. Untuk mengurangi dehidrasi yang
untuk memberikan pakaian tipis, disebabkan oleh out put yang
longgar dan menyerap keringat berlebihan.
4. Kolaborasi dengan tim medis 3. Agar pasien merasa nyaman.
dalam pemberian anti piretik 4. Untuk membantu memulihkan
kondisi tubuh dan mengurangi
terjadinya infeksi.
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien Tn. D


Tgl. Lahir 16 maret 1943
Jenis Kelamin √ Laki-laki Perempuan
Pendidikan √ SD SMP
SMA/SMK Diploma
Sarjana Lainnya……………
…..
Pekerjaan Petani
No. RM 696614
Alamat Sukasari 1/25 kettasari ciberem
Tgl/jam masuk HCU 17 Juli 2019, Pkl 14.00 WIB
Tanggal Pengkajian 18 Juli 2019, Pkl 07.30 WIB
Sumber Data Pasien Keluarga
√ Rekam Medik ………………………
Rujukan Ya √ Tidak
Bila (ya) dari RS……………………………………………
Puskesmas …………………………………
Dokter praktek ………………………………..
Diagnosis GEA dengan dehidrasi
Penanggung jawab Tn. D
Hubungan dengan pasien Cucu

27
28

ANAMNESA

a. Keluhan Utama

klien mengatakan lemas

b. Riwayat Penyakit Sekarang

1) Kronologis pasien masuk rumah sakit

menurut keluarga pasien bahwa Tn.D mengalami diare selama 2 hari dan sempat
dibawa ke klinik dan Rumah sakit ebah,selama dirumah klien BAB sebanyak 4x
cair, muntah darah 1x. menurut keluarga karena klien memakan jamur dan cabe
lalu klien dibawa ke klinik dan menurut dokter di klinik tersebut klien disuruh
untuk ke Rumah sakit karena harus mendapatkan perawatan. Menurut keluarga
klien saat diperjalanan klien tidur terus, setelah sampai di Rumah sakit klien di
periksa dengan hasil

2) Kronologis penanganan saat di UGD/ruangan sebelum masuk ICU

Berdasarkan rekam medik dan keluarga pasien datang ke UGD pada tanggal 16
Juli 2019 pukul 19.58 WIB pasien datang dengan kesadaran GSC 14 (compos
mentis), nadi teraba kuat, akral hangat, TD: 107/56 mmHg, N: 102x/menit,
R:28x/menit, S: 36,1oc. Pasien diberi injeksi pantoprazole, arcapec,levofioxan,
sucralfat kemudian pasien dipasang infus Nacl 0,9% 2000 ggt/24 jam, diber.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan EKG dengan hasil sinus rytem, pasien
dipasang O2 5 liter, dipasang kateter urin diuresis 100 cc. Kemudian pasien
dipindahkan ke ruang HCU pada tanggal 17 Juni 2019 Pukul 22.20 WIB dengan
kondisi TTV TD : 98/50 mmHg, N: 116 x/menit, RR:22x/menit, suhu: 36,20C
kesadaran somnolen.
3) Riwayat PQRST saat dilakukan pengkajian

Pada saat dikaji tanggal 18 Juli 2019 Pkl 7.30 WIB pasien dalam keadaan
compos mentis dengan nilai GCS = 14 ( E4M6V4). Pasien terpasang oksigen
29

masker non rebriting 10 liter, terpasang kateter. Tanda-tanda vital


TD:131/70mmHg, N:89x/menit, RR:27x/menit, S:36,60C, Sat O2:98%.
4) Riwayat Penyakit Sebelumnya

Berdasarkan rekam medik dan keluarga pasien memiliki asam urat

d. Riwayat Penyakit Keluarga

anggota keluarga tidak mengetahui dikeluarga ada yang mengalami penyakit


hipertensi, DM atau tidak

1. PEMERIKSAAN FISIK
A. KEADAAN UMUM
Kesadaran √ Sadar Letargi Obtundasi
Somnolen Koma DPO
Bila DPO, jenis obat …………………… Dosis obat…………………
Tekanan Darah 130/60 mmHg Frekwensi nadi 89x/menit
Frekwensi Pernapasan 27.x/menit Suhu 36,6ºC Saturasi 98%
Berat Badan 50kg Tinggi Badan 150cm BMI
Resiko Jatuh Ya √ Tidak
√ Bantuan Bantuan
Status Fungsional penuh sebagian Mandiri

B. PERNAPASAN
Work of Breathing Minimal √ Sedang Berat
Alat bantu napas Tidak √ Ya, 10 ltr/menit
O2 canule Sungkup sdrhn √ NRM 10 L
RM Ventury Mask NIPPV/CPAP
Ventilator ETT Tracheostomi
Bila terpasang ventilator, mode setting CMV IPPV
30

SIMV SIMV + PS
………………….
TV….… MV….….…PEEP ….…… I : E ………FiO2….….….Rate.….………
Jalan napas Bersih Sumbatan ……………..
Lidah
Penyebab sumbatan jatuh v Sputum Darah
Edema
Laring Cairan lambung
Cairan Benda
buih asing : ……………………….
Bunyi napas Vesikuler Ronchi Stridor
Pada lobus
√ Wheezing mana…….…….……….
Bau napas keton Ya √ Tidak
Irama & kedalaman √ Dispneu Kusmaul Cheynestokes
Ortopneu
Kecepatan Eupneu Bradipneu √ Tachipneu
Apneu
Retraksi dada √ Simetris Asimetris Flial chest
Penggunaan otot bantu pernapasan Ya √ Tidak
Penurunan kotraksi otot pernapasan Ya √ Tidak
Peningkatan diameter anterior posterior Ya √ Tidak
Pernapasan bibir Ya √ Tidak
Pernapasan cuping hidung Ya √ Tidak
Posisi trachea √ Lurus Bergeser
Bila trachea bergeser kearah mana Kiri Kanan
Jejas/lebam dada Kiri Kanan
Luka terbuka dada dengan sucking Ya Tidak
31

wound
Krepitasi Ya Tidak

C. PERSARAFAN
GCS Score : E4 M6 V4.= 14
Riwayat sincope √ Ya Tidak
Berapa 5 menit lama
Bila (ya) berapa kali 2 kali sincope…………………….
Diameter pupil √ Simetris Asimetris Ki/ka +2/ +2cm
Refleks cahaya Dilatasi Midriasis
Nyeri kepala Ya Tidak Skala nyeri …
Merasa berputar Ya √ Tidak
Rasa takut
Bila (ya) Muntah Limbung jatuh
Tekanan Intra Cranial (ICP)……mmHg Tekanan Perfusi Serebral ……..mmHg
Kejang Ya √ Tidak
Frekwensi Kejang………………….kali Berapa lama setiap kejang……..………..
Kaku kuduk Ya √ Tidak
Tanda dolls eyes Ya √ Tidak
Paralisis √ Ya Tidak
Bila (ya) dimana Hemiplegi Paraplegi
Kanan Kiri
Atas Bawah
Refleks Mengedip

D. CARDIOVASKULER
Sinus
Gambaran jantung √ Rithm Bradikardi Takhikardi
32

Aritmia, bila (ya) tuliskan gambaran aritmia ………


Rentang Tekanan Darah 98./50 mmHg 150/89mmHg
Rentang Mean Arterial Pressure (MAP)
Rentang Cardiac Output (CO) ….…..…liter/menit ….……liter/menit
Rentang Stroke Volume ………………...cc ……………….cc
73x/menit -
Rentang Frekwensi Nadi 93x/menit
Amplitudo nadi Lemah √ Kuat
Amplitudo kiri &
kanan √ Sama Tidak sama
Bila amplitude nadi tidak sama, jelaskan ……………………..
Tidak
Irama nadi teratur √ Teratur
Akral Dingin √ Hangat
Warna kulit Sianosis Pucat √ Kemerahan
Jaundice
Konjungtiva Anemis √ Kemerahan
Keringat
Diaporesis Ya √ Tidak dingin
CapillaryRefillTime √ > 2 detik ≤ 2 detik
Peningkatan JVP Ya √ Tidak
Bunyi Jantung √ S1 √ S2 S3/Murmur
Gallop Suara redup/menjauh
Ictus Cordis terlihat pada ICS 5 midklav kiri Ya √ Tidak
Teraba getaran melebihi midklav ICS 5 kiri Ya √ Tidak
Perdarahan Ya √ Tidak
Bila (ya), di area tubuh
mana…………… Derajat kehilangan cairan…………....cc
33

Sindrome kompartemen Ya √ Tidak


Area syndrome kompartemen Tangan………. Kaki…………
Penyebab syndrome kompartemen Trombosis Cedera
Pembebatan ………………

E. PENCERNAAN
Ascites √ Tidak Ya, Lingkar perut 23cm
Distensi abdomen √ Tidak Ya Bising usus 16x/m
Bentuk abdomen √ Simetris Asimetris
Teraba hepatomegaly √ Tidak Ya
Teraba massa √ Tidak Ya, pada kuadran………………
Keluhan mual √ Tidak Ya ………….
Muntah √ Tidak Ya Proyektil
Bila (ya), jenis
material Makanan Darah Cairan Lambung
Frekwensi muntah Sering Jarang ……….. x/hari
Riwayat diare Tidak √ Ya
Frekwensi BAB Sering √ Jarang ………...x/hari
Konsistensi √ Cair Lunak Darah
Tonjolan hernia √ Tidak Ya Nyeri, Skala……
Bila (ya) dimana Inguinalis Scrotalis ……………….
Konstipasi √ Tidak Ya …………….hari
Sulit Flatus √ Tidak Ya …………….hari
Distensi Suprapubik √ Tidak Ya Nyeri, Skala……

F. PERKEMIHAN
Pola berkemih Normal √ Melalui kateter urine
Terapi diuretic √ Tidak Ya
34

Jumlah urine 1480 cc/24 jam Warna urine kuning jernih


Konsistensi urine kuning Bau
Intake cairan 24 jam terakhir 540 cc Infus Nacl 0,9 %
Makan/minum 50 cc
Cairan oplos obat …………………….cc
Balancing 24 jam terakhir +483 cc
Penggunaan kateter urine lama (> 5 hari) Ya √ Tidak
Bila (ya) sudah berapa lama menggunakan kateter urine …………………………
Ganti kateter setiap 5 hari nomor kateter 16
Jenis bahan kateter Nelaton Silikon …………………
Retensi Urine √ Tidak Ya
Bila (ya) sejak kapan tidak keluar urine …………………………………………….
Hidroneprosis √ Tidak Ya Kanan Kiri
Edema Anasarka Ekstre atas Ekstre bawah
Turgor kulit √ Baik Jelek
Irigasi kandung
kemih √ Tidak Ya, hari ke….… warna………….….

F. MUSKULOSKELETAL
Kekuatan Otot ( 0 – 5) Atrofi Otot (+ / -)
5 5 - -

5 5 - -

Kontraktur sendi (+ / -)
- -
35

- -

Rentang gerak ekstremitas atas √ > 45º <45º


Rentang gerak ekstermitas bawah √ > 45º <45º
Farktur √ Tidak Ya
Jenis fraktur Terbuka Tertutup
Area fraktur Cranium Humerus Radius/ulna
Femoralis Patela Vertebra
Panggul …………………................................
Terpasang alat Skin traksi Skeletal traksi ……………kg
Gips/bidai …………….. ………………
Keluhan nyeri sendi Tidak Ya, area sendi………………………

G. INTEGUMEN
Luka Ya √ Tidak
Luka
Jenis luka /lesi bakar Dekubitus Luka tusuk
Vulnus Gangren Abses
Kanker ……………………………………

Bau : ya / tidak
Warna Merah…% Kuning......% Hitam ……%
Eksudat (-), warna kemerahan Jumlah eksudat : banyak/ sedang / sedikit

H. KEBUTUHAN EDUKASI
Hambatan edukasi Ya √ Tidak
Faktor hambatan Kesadaran Pendengaran Penglihatan
36

Kognitif Status mental Bahasa


Budaya ……………………………………..

I. KONDISI PSIKIS DAN SPIRITUALITAS


Cemas/gelisa
Status Mental Menerima Menolak/marah h
Depresi HDR Menarik diri
Apatis …………………………………….
Kebutuhan pendampingan Sesuai kebutuhan √ Setiap waktu
Bantuan
Ritual ibadah √ penuh Bantuan sebagian Mandiri
Jenis ibadah dibantu Thaharah √ Shalat Baca Al Quran
√ Do’a/dzikir √ Tausyiyah lisan …………
Libatkan rohaniawan √ Ya Tidak
Libatkan keluarga √ Ya Tidak

SKRINNING GIZI (berdasarkan Malnutrition Screening Tool / MST )


(Lingkari skor sesuai dengan jawaban, Total skor adalah jumlah skor yang dilingkari)

No Parameter Skor
Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan
1.
dalam 6 bulan terakhir ?
a. Tidak penurunan berat badan 0
b. Tidak yakin / tidak tahu / terasa baju lebih longgar 2

c. Jika ya, berapa penurunan berat badan tersebut


1-5 kg 1
6-10 kg 2
11-15 kg 3
37

> 15 kg 4
Tidak yakin penurunannya 2
2. Apakah asupan makan berkurang karena berkurangnya nafsu makan ?

a. Tidak 0

b. Ya 1

Total skor 0

3.
4. BB/TB = 50kg/160cm BMI 19,5
5. Pasien dengan diagnosa khusus : Tidak √ Ya
6. DM Ginjal Hati Jantung Paru Stroke Kanker
7. Penurunan Imunitas Geriatri Lain-
lain………………….

a. Hasil Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal Satuan
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan
16/7/19
Hemoglobin 13,0-18,0 16,2 g/dl
Leukosit 3.800-10.600 22.000 Sel/uL
Hematokrit 40-52 48,0 %
Trombosit 15.000-44.000 153.00 Sel/uL
Eritrosit 4,5-6,5 5,25 Juta/uL
Natrium 134-145 126 mmol/L
Kalium 3,6-5,6 4,1 mmol/L
Calsium 1,15-1,35 0,97 mmol/L
SGOT 10-34 69 U/L
SGPT 9-43 80 U/L
Ureum 10-50 43 mg/dL
Kreatinin 0,9-1,16 2.55 mg/dL
GDS 70-200 72 mg/dL
38

2) Pemeriksaan Diagnostic

Hari / Tanggal Jenis Pemeriksaan Kesan Ket


18-07-2019 Foto Thorax - Foto Polos Thorax- gambaran
bronchitis, kardiomegali tanpa
bendungan paru, arterosdenosis
aorta

98u8uuuu EKG Sinus rytm


Foto BNO 2 posisi gambaran ileus local
diabdomen tengah, vertebra
lumbalis dan skolisis vertebra
lumbalis kiri

b. Terapi obat

No Dosi Cara Jam Cara kerja


Nama Obat s Pemb Pemberia
erian n
1. Levofloxacin 1x1 IV 18.00 bekerja dengan berdifusi masuk
melalui dinding sel bakteri dan
menginhibisi DNA gyrase
(topoisomerase II bakterial). DNA
gyrase merupakan enzim yang
dibutuhkan untuk replikasi DNA,
transkripsi RNA, dan perbaikan
kesalahan pada DNA bakteri. Dengan
menginhibisi DNA gyrase akan
menghentikan pertumbuhan bakteri.

2. Pantoprazole 1x1 IV 17.00 Pantoprazole termasuk golongan


PPI (Proton Pump Inhibitor) yang
efektif bekerja dengan menghambat
sekresi asam lambung melalui
sistem enzim adenosin trifosfatase
hidrogen-kalium (pompa proton)
dari sel parietal lambung.

3. Ondancentro 3x 1 IV 08.00,16.0 Ondansetron termasuk antiemetik


golongan serotonin 5-HT3
n 0-24.00 antagonis reseptor yang bekerja
dengan cara menghambat reseptor
serotonin di saluran cerna dan
39

sistem persarafan pusat, senyawa


kimia alami yang merangsang
timbulnya mual dan muntah

4. Ceftazidin 3x1 IV 10.00,18.0 antibakteri dengan menghambat


enzym yang bertanggung jawab
0-02.00 terhadap sintesis dinding sel. Secara
in vitro Ceftazidime dapat
mempengaruhi mikroorganisme
dalam range/spektrum yang luas,
termasuk strain yang resisten
terhadap gentamicin dan
aminoglikosid lainnya

5. Digoxin 1 Iv 15.00 Obat ini bekerja pada mineral


tertentu (natrium dan kalium) di
amp dalam sel jantung. Digoxin
menurunkan ketegangan jantung
extra dan membantu agar denyut jantung
tetap normal, teratur, dan
kuat. Obat ini biasanya digunakan
bersama dengan obat lain.

6. Arcapic 3x2 PO 08.00- Senyawa ini adalah magnesium


aluminium phyllosilicate dengan
12.00- formula (Mg, Al) 2Si4O10 (OH) 4-
4 (H2O). Untuk digunakan sebagai
18.00 obat diare, Attapulgite akan
dimurnikan dan diaktifkan terlebih
dahulu dengan cara pemanasan
untuk meningkatkan kemampuan
adsorpsinya.

7. Flumucyl 3x20 PO 08.00- acetylcysteine bekerja dengan


cara memecah serat asam
0 12.00- mukopolisakarida yang
membuat dahak lebih encer dan
18.00 mengurangi adhesi lendir pada
dinding tenggorokan sehingga
mempermudah pengeluaran
lendir pada saat batuk.
8. Combifen Nebul 13.00 Obat ini memiliki kandungan
albuterol atau salbutamol sulfat dan
izer ipratropium bromida. Combivent
memiliki cara kerja dengan
membuka saluran udara ke paru-
40

paru serta melakukan relaksasi atau


mengendurkan otot-otot pada
saluran napas.

9. Fulmicort Nebul 13.00 Pulmicort mengandung budesonide


yang termasuk golongan
izer kortikosteroid. Obat ini bekerja
dengan nebulizer dan diarahkan
langsung menuju organ target yaitu
paru-paru untuk membuat napas
lebih lega dan mengurangi iritasi
dan pembengkakan pada saluran
pernapasan.

B. Analisis Data

Masalah
No Data Kemungkinan Penyebab
Keperawatan
1. DS: klien mengeluh Factor infeksi Ketidak
lemas seimbangan
DO: Masuk melalui makanan yang elektrolit
- Tingkat kesadaran
terkontaminasi
compos mentis
- Klien tampak gelisah
- GCS 14 (E: 4 M:6 Berkembang dalam usus
V: 4)
- Hasil tanda-tanda Mengiritasi otot dan lapisan
vital mukosa intestinum
TD:131/70mmHg,
N:89x/menit, Merangsang pembentukan
RR:27x/menit, sisklik adenosine monofosfat
berlebih
S:36,60C, Sat
O2:98%. Terbukanya kanal Cl

Cl mengalir cepat dari dalam sel


ke usus
41

Mengakibatkan pompa Na ke
kripta

Hiperekresi air, elektrolit

Meningkatkan isi rongga usus


dan mendorong agen infeksius

DIARE

Frekuensi BAB meningkat

Ketidak seimbangan elektrolit

2. Ds:
Klien mengeluh sesak

Do:
- Tingkat kesadaran
compos mentis
- Klien tampak gelisah
- GCS 14 (E: 4 M:6
V: 4)
- Hasil tanda-tanda
vital
TD:131/70mmHg,
N:89x/menit,
RR:27x/menit,
S:36,60C,
Sat O2:98%.
- O2 NRM 10 L
- Terdapat suara
tambahan whizzing
kekedua paru-paru
42

C. Diagnosis Keperawatan

a. Ketidak seimbangan elektrolit berhubungan dengan diare

b. Jalan nafas tidak efektip berhubungan dengan


43

D. Rencana Tindakan Keperawatan

Nama Pasien : Tn. A Ruangan : HCU


No. Medrek : 696614 Diagnosa Medis : GEA dengan dehidrasi
Hari/Tanggal : 17 Juli 2019

Tabel 3.5

Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosis Tujuan
No Rencana Keperawatan (Nic) Rasional
Keperawatan (Noc)
1. Ketidak Setelah dilakukan 1. Monitor TTV tiap 1 jam sekali 1. Untuk mengetahui keadaan klien
seimbangan tindakan
elektrolit keperawatan selama 2. Observasi adanya dehidrasi ( 2. Untuk mengetahui ada tidaknya dehidrasi,
3x 24 jam minum, sisa infus, diuresis)
diharapkan
kekurangan volume 3. Pantau intake out put 3. Untuk mengetahui seimbang atau tidak
cairan dapat teratasi antara intake dan output pasien
dengan kreteria hasil:
- Tanda-tanda vital 4. Tingkatkan intake/ asupan per 4. Untuk membantu perbaikan dari
TD : 120-140/60- oral dehidrasi
90 mmHg
Nadi : 60- 5. Monitor infus intravena yang 5. agar cairan yang masuk kedalam tubuh
100x/menit tepat dan sesuai 2000cc/24 jam dalam batas normal
RR : 16- 6. Monitor kehilangan cairan 6. untuk mengetahui cairan yang hilang
24x/menit (missal: perdarahan, muntah, seberapa banyak
Suhu : 36,5- diare, keringat)
44

37,5oC 7. Berikan terapi arcapek 3x2 7. untuk pengobatan diare


- Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi 8. Berikan terapi ondancentron 8. untuk mencegah dan mengobati mual dan
- Frekuensi BAB 3x1 muntah
berkurang
- Konsistensi BAB
lembek
- mmHg)
- Denyut nadi
normal (80-100
x/menit)
- Hematokrit dan
BUN dalam batas
normal

2. Jalan nafas tidak Setelah dilakukan 1. Observasi TTV tiap per jam 1. Untuk mengetahui keadaan pasien
efektip tindakan 2. Observasi ada tidaknya suara 2. Untuk mengetahui terdapat secrek atau
keperawatan selama nafas tambahan tidak
3x 24 jam
3. Observasi ada atau tidak otot 3. Dengan melihat klien menggunkan otot
diharapkan jalan
nafas tidak efektip bantu nafas bantu nafas sehingga klien mengalami sesak
dapat teratasi dengan 4. Kolaborasi pemberian nafas
kreteria hasil: combivent
- Tanda-tanda vital 5. Kolaborasi pemberian
TD : 120-140/60- pulmocort
90 mmHg
Nadi : 60-
100x/menit
45

RR : 16-
24x/menit
Suhu : 36,5-
37,5oC
- Tidak ada suara
tambahan

E. Implementasi, Catatan Perkembangan Keperawatan dan Evaluasi

Implementasi, Catatan Perkembangan Dan Evaluasi

No Indikator
TANGGAL
18-07-19 18-07-19 19-07-19 20-07-19
1. DIAGNOSA KELOMPOK DATA : EVALUASI EVALUASI EVALUASI
KEPERAWATA DS
S : klien mengatakan lemas S : klien mengatakan lemas S : klien mengatakan lemas
N:
Klien mengatakan lemas
Ketidak O: O: O:
seimbangan - Kesadaran composmentis
DO: - Tingkat kesadaran compos - Tingkat kesadaran
elektrolit - TTV TD: 153/80 mmHg,
- Tingkat kesadaran mentis composmentis
berhubungan N: 81x/menit,
somnolen - TTV TD: 114/67 mmHg, - TTV TD: 144/81 mmHg,
dengan diare RR:15x/menit, S: 36,70C
- GCS 15 (E: 4 M:5 V: 1) N: 181x/menit, N: 72x/menit,
Sat O2: 99%
RR:28x/menit, S:37,30C, RR:22x/menit, S:36,60C,
46

- Pada saat dikaji pasien Sat O2: 95% Sat O2:98% - Intake : 1260 Output : 2233
dalam keadaan - Intake : 1260 Output : 2233 - Intake : 2790 Output : 4048 Balance -973
composmentis Balance -973 Balance -1258
A : masalah belum teratasi
A : masalah belum teratasi
- Hasil tanda-tanda vital A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
TD:131/70mmHg, P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi
N:89x/menit,
RR:27x/menit, S:36,60C,
Sat O2:98%.
- Foto Polos Thorax-
gambaran bronchitis,
kardiomegali tanpa
bendungan paru,
arterosdenosis aorta
- EKG = Sinus rytm
- Foto BNO 2 posisi
gambaran ileus local
diabdomen tengah,
vertebra lumbalis dan
skolisis vertebra lumbalis
kiri
6. Kesadaran composmentis 1. Kesadaran composmentis 1. Kesadaran composmentis
NURSING
2. Tanda-tanda vital 2. Tanda-tanda vital 2. Tanda-tanda vital
OUTCOME
TD : 120-140/60-90 TD : 120-140/60-90 TD : 120-140/60-90
mmHg mmHg mmHg
Nadi : 60-100x/menit Nadi : 60-100x/menit Nadi : 60-100x/menit
RR : 16-24x/menit RR : 16-24x/menit RR : 16-24x/menit
Suhu : 36,5-37,5oC Suhu : 36,5-37,5oC Suhu : 36,5-37,5oC
47

3. Tidak ada diare 3. Tidak ada diare 3. Tidak ada diare


4. Tidak ada muntah 4. Tidak ada muntah 4. Tidak ada muntah
5. Turgor kulit < 2 detik 5. Turgor kulit < 2 detik 5. Turgor kulit < 2 detik
Jam 07.00-13.00 Jam 07.00-13.00 Jam 07.00-13.00
TINDAKAN
1. Mengobservasi ttv 1. Mengobservasi ttv 1. Mengobservasi ttv
KEPERAWATA
R/ terlampir R/ terlampir R/ terlampir
N
07.30 07.30 07.30
2. Memberikan makan pada 2. Memberikan makan pada 2. Memberikan makan pada
pasien pasien pasien
R/ klien habis 1/3 porsi R/ klien habis 1/3 porsi R/ klien habis 1/3 porsi
08.00 08.00 08.00
3. Kolaborasi dengan dokter 3. Kolaborasi dengan dokter 3. Kolaborasi dengan dokter
pemberian arcapic 3x2 pemberian arcapic 3x2 pemberian arcapic 3x2
R/klien tidak diare R/klien tidak diare R/klien tidak diare
4. Kolaborasi dengan dokter 4. Kolaborasi dengan dokter 4. Kolaborasi dengan dokter
pemberian ondancentron pemberian ondancentron pemberian ondancentron
3x1 3x1 3x1
R/ klien tampak tenang R/ klien tampak tenang R/ klien tampak tenang
08.45 10.00 10.00
5. Melakukan pemasangan 5. Kolaborasi dengan dokter 5. Kolaborasi dengan dokter
infus pemberian ceftazidin 3x1 pemberian ceftazidin 3x1
R/ klien tampak tenang R/ klien tampak tenang R/ klien tampak tenang
pada saat pemasangan 6. Kolaborasi dengan dokter 12.00
infus pemberian sanmol 6. Memberi makan klien
09.30 R/ S: 36,7 R/ habis ¼ porsi
6. Melakukan skintes 12.00 13.00
ceftazidin 7. Memberi makan klien 7. Memonitoring intake dan
R/ tidak ada kemerahan, R/ habis ¼ porsi output pasien
tidak ada gatal di area 13.00 R/ terlampir
48

skintes 8. Memonitoring intake dan


10.00 output pasien
7. Kolaborasi dengan dokter R/ terlampir
pemberian ceftazidin 3x1
R/ klien tampak tenang
12.00
8. Kolaborasi dengan dokter
pemberian nebulizer (
combivent dan pulmicort)
R/ R: 24x/ menit,
whizzing (-)
12.30
9. Memberi makan klien
R/ habis ¼ porsi
13.00
10. Memonitoring intake dan
output pasien
R/ terlampir
- Kolaborasi dengan dokter - Kolaborasi dengan dokter - Kolaborasi dengan dokter
PENGOBATAN
pemberian levofloxacin pemberian levofloxacin pemberian levofloxacin
1x1 (18.00) 1x1 (18.00) 1x1 (18.00)
- Kolaborasi dengan dokter - Kolaborasi dengan dokter - Kolaborasi dengan dokter
pemberian pantoprazole pemberian pantoprazole pemberian pantoprazole
1x1amp IV (17.00) 1x1amp IV (17.00) 1x1amp IV (17.00)
- Kolaborasi dengan dokter - Kolaborasi dengan dokter - Kolaborasi dengan dokter
pemberian ondancentron pemberian ondancentron pemberian ondancentron
3x1 (08.00,16.00,24.00) 3x1 (08.00,16.00,24.00) 3x1 (08.00,16.00,24.00)
- Kolaborasi dengan dokter - Kolaborasi dengan dokter - Kolaborasi dengan dokter
pemberian seftazidin 3x1 pemberian seftazidin 3x1 pemberian seftazidin 3x1
49

(10.00,15.00,02.00) (10.00,15.00,02.00) (10.00,15.00,02.00)


- Kolaborasi dengan dokter - Kolaborasi dengan dokter - Kolaborasi dengan dokter
pemberian digoxin 1 amp pemberian digoxin 1 amp pemberian digoxin 1 amp
ektra (15.00) ektra (15.00) ektra (15.00)
- Kolaborasi dengan dokter - Kolaborasi dengan dokter - Kolaborasi dengan dokter
pemberian Arcapic 3x2 pemberian Arcapic 3x2 pemberian Arcapic 3x2
(08.00,13.00,18.00) (08.00,13.00,18.00) (08.00,13.00,18.00)
- Kolaborasi dengan dokter - Kolaborasi dengan dokter - Kolaborasi dengan dokter
pemberian flumucyl 3x2 pemberian flumucyl 3x2 pemberian flumucyl 3x2
(08.00,13.00,18.00) (08.00,13.00,18.00) (08.00,13.00,18.00)
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian combiven
(12.00)
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian pulmicat
(12.00)
- Foto Polos Thorax-
LAB &
gambaran bronchitis,
PROSEDUR
kardiomegali tanpa
DIAGNOSTIK
bendungan paru,
arterosdenosis aorta
- EKG = Sinus rytm
- Foto BNO 2 posisi
gambaran ileus local
diabdomen tengah,
vertebra lumbalis dan
skolisis vertebra lumbalis
kiri
DIET Bubur saring Bubur saring Bubur saring Bubur
50

AKTIVITAS Berbaring di tempat tidur Berbaring di tempat tidur Berbaring di tempat tidur Berbaring di tempat tidur
EDUKASI
- Monitor tanda- tanda vital - Monitor tanda- tanda vital - Monitor tanda- tanda vital
RENCANA
- Observasi Intake dan - Observasi Intake dan - Observasi Intake dan
TINDAK
Output pasien Output pasien Output pasien
LANJUT
- Lanjutkan terapi obat - Lanjutkan terapi obat - Lanjutkan terapi obat
- Bantu ADL pasien - Bantu ADL pasien - Bantu ADL pasien
- Rencana pindah ruangan - Rencana pindah ruangan
(ruangan penuh)
TTD PERAWAT
Implementasi, Catatan Perkembangan Dan Evaluasi

No Indikator
TANGGAL
18-07-19 18-07-19 19-07-19 20-07-19
1. DIAGNOSA KELOMPOK DATA : EVALUASI EVALUASI EVALUASI
KEPERAWATA DS
S : klien mengatakan lemas S : klien mengatakan lemas S : klien mengatakan lemas
N:
Klien mengatakan sesak
Bersihan jalan O: O: O:
nafas tidak - Kesadaran composmentis
DO: - Tingkat kesadaran compos - Tingkat kesadaran
efektip - TTV TD: 153/80 mmHg,
- Tingkat kesadaran mentis composmentis
N: 81x/menit,
somnolen - TTV TD: 114/67 mmHg, - TTV TD: 144/81 mmHg,
RR:15x/menit, S: 36,70C
- GCS 15 (E: 4 M:5 V: 1) N: 181x/menit, N: 72x/menit,
Sat O2: 99%
- Pada saat dikaji pasien RR:28x/menit, S:37,30C, RR:22x/menit, S:36,60C,
- Intake : 1260 Output : 2233
dalam keadaan Sat O2: 95% Sat O2:98%
Balance -973
- Intake : 1260 Output : 2233 - Intake : 2790 Output : 4048
51

composmentis Balance -973 Balance -1258


A : masalah belum teratasi
- Hasil tanda-tanda vital A : masalah belum teratasi
A : masalah belum teratasi
TD:131/70mmHg, P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi
N:89x/menit,
RR:27x/menit, S:36,60C,
Sat O2:98%.
- Foto Polos Thorax-
gambaran bronchitis,
kardiomegali tanpa
bendungan paru,
arterosdenosis aorta
- EKG = Sinus rytm
- Foto BNO 2 posisi
gambaran ileus local
diabdomen tengah,
vertebra lumbalis dan
skolisis vertebra lumbalis
kiri
1. Kesadaran composmentis 1. Kesadaran composmentis 1. Kesadaran composmentis
NURSING
OUTCOME 2. Tanda-tanda vital Tanda-tanda vital 2. Tanda-tanda vital
TD : 120-140/60-90 TD : 120-140/60-90 TD : 120-140/60-90
mmHg mmHg mmHg
Nadi : 60-100x/menit Nadi : 60-100x/menit Nadi : 60-100x/menit
RR : 16-24x/menit
RR : 16-24x/menit RR : 16-24x/menit
Suhu : 36,5-37,5oC
Suhu : 36,5-37,5oC 2. Tidak ada diare Suhu : 36,5-37,5oC
Tidak ada diare 3. Tidak ada muntah 3. Tidak ada diare
52

Tidak ada muntah 4. Turgor kulit < 2 detik 4. Tidak ada muntah
Turgor kulit < 2 detik 5. Turgor kulit < 2 detik

Jam 07.00-13.00 Jam 07.00-13.00 Jam 07.00-13.00


TINDAKAN
Mengobservasi ttv Mengobservasi ttv Mengobservasi ttv
KEPERAWATA
R/ terlampir R/ terlampir R/ terlampir
N
07.30 07.30 07.30
Memberikan makan pada Memberikan makan pada Memberikan makan pada
pasien pasien pasien
R/ klien habis 1/3 porsi R/ klien habis 1/3 porsi R/ klien habis 1/3 porsi

08.00 08.00 08.00


Mengobservasi O2 Mengobservasi O2 Mengobservasi O2
R/ MNR, O2 10 liter R/ binasal canul, O2 5 R/ binasal canul, O2 5
08.15 liter liter
Memeriksa apakan ada suara 08.15 08.15
nafas tambahan atau tidak Memeriksa apakan ada suara Memeriksa apakan ada suara
R/ terdengar suara nafas tambahan atau tidak nafas tambahan atau tidak
whizzing di paru-paru R/ tidak terdapat suara R/ tidak terdapat suara
kiri dan kanan tambahan di kedua lapang tambahan di kedua lapang
13.00 paru paru
Memberikan terapi nebulizer Terapi nebu lizer di stop Terapi nebu lizer di stop
kombiven dan pulmicort
R/ klien terlihat sesak
13.00
Memeriksa apakan ada nafas
tambahan atau tidak
R/ terdengar suara
whizzing di paru-paru
53

kiri dan kanan

- Memberikan dengan - Memberikan dengan - Memberikan dengan


PENGOBATAN
dokter pemberian dokter pemberian dokter pemberian
levofloxacin 1x1 (18.00) levofloxacin 1x1 (18.00) levofloxacin 1x1 (18.00)
- Memberikan dengan - Memberikan dengan - Memberikan dengan
dokter pemberian dokter pemberian dokter pemberian
pantoprazole 1x1amp IV pantoprazole 1x1amp IV pantoprazole 1x1amp IV
(17.00) (17.00) (17.00)
- Memberikan dengan - Memberikan dengan - Memberikan dengan
dokter pemberian dokter pemberian dokter pemberian
ondancentron 3x1 ondancentron 3x1 ondancentron 3x1
(08.00,16.00,24.00) (08.00,16.00,24.00) (08.00,16.00,24.00)
- Memberikan dengan - Memberikan dengan - dengan dokter pemberian
dokter pemberian dokter pemberian seftazidin 3x1
seftazidin 3x1 seftazidin 3x1 (10.00,15.00,02.00)
(10.00,15.00,02.00) (10.00,15.00,02.00) - Memberikan dengan
- Memberikan dengan - Kolaborasi dengan dokter dokter pemberian digoxin
dokter pemberian digoxin pemberian digoxin 1 amp 1 amp ektra (15.00)
1 amp ektra (15.00) ektra (15.00) - Memberikan dengan
- Memberikan dengan - Memberikan dengan dokter pemberian Arcapic
dokter pemberian Arcapic dokter pemberian Arcapic 3x2 (08.00,13.00,18.00)
3x2 (08.00,13.00,18.00) 3x2 (08.00,13.00,18.00) - Memberikan dengan
- Kolaborasi dengan dokter - Memberikan dengan dokter pemberian
pemberian flumucyl 3x2 dokter pemberian flumucyl 3x2
(08.00,13.00,18.00) flumucyl 3x2 (08.00,13.00,18.00)
- Memberikan dengan (08.00,13.00,18.00) - Terapi combifen dan
dokter pemberian - Terapi combifen dan pulmicot stop
combiven (12.00) pulmicot stop - Tambahan terapi concor
54

- Memberikan dengan 1x1


dokter pemberian
pulmicat (13.00)
- Foto Polos Thorax-
LAB &
gambaran bronchitis,
PROSEDUR
kardiomegali tanpa
DIAGNOSTIK
bendungan paru,
arterosdenosis aorta
- EKG = Sinus rytm
- Foto BNO 2 posisi
gambaran ileus local
diabdomen tengah,
vertebra lumbalis dan
skolisis vertebra lumbalis
kiri
DIET Bubur saring Bubur saring Bubur saring Bubur
AKTIVITAS Berbaring di tempat tidur Berbaring di tempat tidur Berbaring di tempat tidur Berbaring di tempat tidur
EDUKASI
- Monitor tanda- tanda vital - Monitor tanda- tanda vital - Monitor tanda- tanda vital
RENCANA
- Observasi Intake dan - Observasi Intake dan - Observasi Intake dan
TINDAK
Output pasien Output pasien Output pasien
LANJUT
- Lanjutkan terapi obat - Lanjutkan terapi obat - Lanjutkan terapi obat
- Bantu ADL pasien - Bantu ADL pasien - Bantu ADL pasien
- Rencana pindah ruangan - Rencana pindah ruangan
(ruangan penuh)
TTD PERAWAT
55

PEMBAHASAN

Pembahasan kasus ini merupakan bagian dari perbandingan antara asuhan


keperawatan dilapangan selama ini dengan tujuan kasus penulis berupaya dalam
menerapkan asuhan keperawatan dilapangan melalui tahap proses keperawatan
dengan kesenjangan dan kesamaan teori, selain itu juga penulis menemukan faktor
yang menghambat dan mendukung tingkat perkembangan pasien dengan asuhan
keperawatan yang diberikan berdasarkan diagnosa medis pasien yaitu GEA
dengan Dehidrasi.

1. Tahap Pengkajian
Langkah pertama dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
GEA, penulis menggunakan metode wawancara kepada keluarga pasien untuk
mendapatkan data subjektif yang dilakukan dengan cara wawancara kepada
keluarga yang terdekat dengan pasien serta petugas kesehatan lainnya yang
berhubungan langsung dengan pasien, sedangkan untuk mendapatkan data
objektif penulis dapatkan dengan cara observasi dan pemeriksaan fisik.
Pada tahap pengkajian, penulis menemukan data subjektif yang dapat
menyebabkan Tn.A mengalami GEA yaitu menurut keluarga klien sebelumnya
memakan jamur dan cabe. Hal ini sesuai dengan menurut Ngastiyah (1997) bahwa
beberapa factor GEA yang dapat menyebabkan terjadinya GEA yaitu faktor
malaborsi, malaborsi karbohidrat, lemak dan protein, faktor makanan, faktor
psikologis, factor infeksi

Dari hasil pengkajian, diperoleh data objektif yaitu klien mengalami


penurunan kesadaran dengan GCS 14 E4M6V4, kesadaran Composmentis, klien
tampak lemah, pada saat di IGD turgor kulit klien < dari 2 detik sering BAB
konsistensi cair, Selain itu dari hasil data penunjang pemeriksaan lab darah natrium: 126
mmol/L, kalium: 4,1 mmol/L, ureum: 43 mg/dl. Kreatinin: 2,55 mg/dl.
56

2. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian dan mendapatkan data-data, penulis
mengelompokan data, menganalisa, dan merumuskan diagnosa keperawatan pada
Tn.D pada pengambilan diagnosa keperawatan penulis merumuskan data
berdasarkan prioiritas mengacu pada kaidah dalam menentukan diagnosa prioritas
diantaranya 1. Berdasarkan tingkat Kegawatan, 2. Berdasarkan kebutuhan
Maslow, yaitu Kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, dan keselamatan,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi
diri. Diagnosa ditentukan rumusan diagnosa yang mungkin muncul pada teori
terdapat 1diagnosa. Penulis mengambil 1 diagnosa yang sesuai dengan kondisi
pasien
Berikut adalah diagnosa yang penulis ambil :
a. Kekurangan cairan dan elektrolit
kekurangan volume cairan adalah kondisi ketika individu, yang
tidak mengalani puasa, mengalami atau resiko memgalami resiko dehidrasi
vascular,interstisial, atau intravascular. Dengan batasan karakteristik ketidak
cukupan asupan cairan per oral Balance negative antara asupan dan haluaran
penurunan berat badan, kulit membrane mukosa kering ( turgor
menurun) penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih dan urine pekat
atau sering berkemih,penurunan turgor kulit NANDA (2018)

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan NANDA.
Berdasarkan NANDA, perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan dibuat
berdasarkan pada Nursing Outcomes Classification (NOC) dan Nursing
intervention classification (NIC). Pada tahap ini, rencana asuhan keperawatan
yang telah direncanakan telah disesuaikan dengan permasalahan yang muncul,
situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang tersedia diruangan tanpa
meninggalkan aspek kemampuan penulis mengaplikasikan hasil studi dan
menerapkannya dilapangan. Dalam menetapkan tujuan, intervensi dasar pemikiran
dari setiap intervensi penulis berpedoman pada sumber buku dan literatur yang
57

mendukung permasalahan yang akan diatasi. Intervensi yang akan dilakukan pada
TN.D adalah mengobservasi intake dan out pun, memantau TTV,

4. Tahap Pelaksanaan
Tahap pertama yang diberikan kepada T.D yaitu dengan membawa klien ke
triase merah dan mengkaji tanda gejala dehidrasi dan tingkat kesadaran lalu di
lakukan pengkajian dalam tahap penatalaksanaan asuhan keperawatan dilakukan
berdasarkan tingkat kegawatan, karena sifat pelayanan gawat darurat yang cepat
dan tepat dengan tujuan untuk menyelamatkan kehidupan pasien, mencegah
kerusakan sebelum tindakan/perawatan dan
menyembuhkan.Tahapan dalam memberikan intervensi kegawat daruratan
mengacu pada keluhan utama, keadaan umum serta pengkajian primary seperti
adanya masalah pada airways, breathing, circulation, disability dan exposure.
bahwa penanganan pertama yang dilakukan dengan mengecek ABC terlebih
dahulu lalu dicari penyebab yang menimbulan syok hipovolemik serta melakukan
resusitasi dengan tepat dapat meningkatkan status hemodinamik dan kesadaran
klien. Cairan yang digunakan untuk resusitasi dengan menggunakan cairan
kristaloid atau Nacl. Hal ini sesuai dengan putra dan adiputra (2017) bahwa cairan
yang digunakan untuk resusitasi Nacl karena mengandung kandungan natrium dan
klorida yang sama sehingga isotonis.
Resusitasi cairan yang diberikan sebanyak 2500cc (5 labu) dengan
melakukan evaluasi terhadap tekanan darah dan status kesadaran klien. Hal ini
tidak sesuai dengan algoritma pasien yang diberikan resusitasi sebanyak 1500-
2000 dengan menggunakan cairan Nacl 0,9% dengan pemantauan atau evaluasi
hemodinamik dan produksi urine. Jika pasien sudah mencapai hemodinamik yang
sesuai maka hentikan resusitasi dan evaluasi hemodinamik. Hemodinamik naik
ditandai dengan peningkatan tekanan darah >100mmHg dan nadi <100x/menit
disertai akral hangat. Pada Tn.D setelah dilakukan resusitasi sebanyak 5 labu
menunjukan tanda masih hipotensi dengan TD: 78/58mmHg, N: 100x/m,
R:28x/m.
58

Melakukan observasi tanda tanda vital dimana berfokus pada tekanan darah
dan nafas, nadi, intake dan output, karena dengan mengobservasi intake dan
output dan terlihat balance cairan
Pada saat pasien di IGD klien di beri cairan karena klien tadang dengan
keluhan diare sehingga pertolongan pertama klien diberi cairan terlebih dahulu
klien diberi cairan sebanyak 2500cc tetapi pada teori seharusnya 1500-2000cc.
Memasang dower cateter (DC) dengan tujuan mengobservasi intake output
pasien menurut Dewi dan rahayu (2015) pemasangan kateter dilakukan untuk
mengukur produksi urine. Jika urine yang keluar 0,5-1cc/kg/jam, tanda-tanda vital
baik, nadi teraba jelas menandakan dehidrasi teratasi. pemasangan DC untuk
melihat perbaikan pasien. Jumlah produksi urine yang keluar menandakan aliran
darah ke ginjal yang adekuat.
Diberikan terapi arcapec Arcapec Tablet adalah obat yang digunakan untuk
pengobatan simtomatik diare nonspesifik. Arcapec Tablet mengandung kombinasi
Attapulgite (senyawa magnesium aluminium phyllosilicate alamiah yang telah
diaktifkan) dan Pectin (serat alami yang ditemukan pada buah-buahan).Berikut ini
adalah informasi lengkap obat Arcapec Tablet yang disertai tautan merk-merk
obat lain dengan nama generik yang sama. Tiap kemasan obat Arcapec Tablet
mengandung zat aktif (nama generik) sebagai berikut : Attapulgite 600 mg,
Pectin 50 mg penelitian Lovell & Ernst, (2012)
Attapulgite adalah obat yang digunakan untuk mengobati diare. Senyawa
ini adalah magnesium aluminium phyllosilicate dengan formula (Mg, Al)
2Si4O10 (OH) 4- 4 (H2O). Untuk digunakan sebagai obat diare, Attapulgite akan
dimurnikan dan diaktifkan terlebih dahulu dengan cara pemanasan untuk
meningkatkan kemampuan adsorpsinya. Senyawa ini berupa serbuk sangat halus,
memiliki pH antara 7,0-9,5. Obat ini mengikat asam, zat beracun, bakteri atau
kuman yang dapat menyebabkan diare.Pectin adalah serat yang secara alami
ditemukan pada buah-buahan. Pectin bisa digunakan untuk kolesterol tinggi,
trigliserida tinggi, dan untuk mencegah kanker usus besar dan kanker prostat.
Senyawa ini juga digunakan untuk penyakit diabetes dan gastroesophageal reflux
(GERD). Sering pula digunakan untuk mencegah keracunan akibat timbal,
59

strontium, dan logam berat lainnya.Pectin telah digunakan selama bertahun-tahun


dalam kombinasi dengan kaolin untuk mengobati diare. Namun, pada bulan April
2003, FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) menemukan
bahwa bukti ilmiah tidak mendukung penggunaan Pectin untuk diare. Sejak April
2004, FDA belum mengijinkan pectin sebagai agen anti-diare dalam produk over-
the-counter (OTC). Ismail Asrul et al (2013)
levofloxacin utamanya adalah dengan menyebabkan kematian sel bakteri
akibat inhibisi dan peningkatan konsentrasi dari enzim gyrase dan topoisomerase.
Farmakodinamik levofloxacin bekerja dengan berdifusi masuk melalui dinding sel
bakteri dan menginhibisi DNA gyrase (topoisomerase II bakterial). DNA gyrase
merupakan enzim yang dibutuhkan untuk replikasi DNA, transkripsi RNA, dan
perbaikan kesalahan pada DNA bakteri. Dengan menginhibisi DNA gyrase akan
menghentikan pertumbuhan bakteri. Fungsi fisiologis dari gyrase dan
topoisomerase IV adalah menginisiasi proses pembelahan kromosom untuk
replikasi DNA yang penting untuk kelangsungan hidup pertumbuhan bakteri,
namun disaat yang sama enzim ini juga mempunyai kemampuan untuk
memfragmentasi genom. Kuinolon bekerja dengan meningkatkan konsentrasi
enzim pemecah kompleks DNA ini sehingga menginhibisi proses replikasi DNA
bakteri dan bahkan menyebabkan kematian sel.( Tanessa,2012)
Ondansetron termasuk dalam obat golongan antiemetik. Obat ini hanya dapat
diperoleh melalui resep dokter dan tersedia dalam berbagai bentuk sediaan seperti
tablet dan cairan baik dengan merk dagang ataupun generik. Dalam
penggunaannya, dokter dapat meresepkan ondansetron sebagai obat tunggal atau
kombinasi dengan obat lain untuk mengatasi mual dan muntah. Ondansetron
termasuk antiemetik golongan serotonin 5-HT3 antagonis reseptor yang bekerja
dengan cara menghambat reseptor serotonin di saluran cerna dan sistem
persarafan pusat, senyawa kimia alami yang merangsang timbulnya mual dan
muntah. Suriadi & Yuliani (2006)
Ceftazidime merupakan antibiotika sefalosporin semisintetik yang bersifat
bakterisidal. Mekanisme kerja antibakteri dengan menghambat enzym yang
bertanggung jawab terhadap sintesis dinding sel. Secara in vitro Ceftazidime dapat
60

mempengaruhi mikroorganisme dalam range/spektrum yang luas, termasuk strain


yang resisten terhadap gentamicin dan aminoglikosid lainnya. Selain itu
Ceftazidime sangat stabil terhadap sebagian besar beta-laktamase, plasmid dan
kromosomal yang secara klinis dihasilkan oleh kuman gram negatif dan dengan
demikian Ceftazidime aktif terhadap beberapa strain resisten terhadap ampisilin
dan sefalosporin lainnya.
Dobutamin mengaktivasi adrenoreseptor beta, terutama reseptor beta 1.
Selain reseptor beta 1, dobutamin juga berpengaruh sedikit terhadap reseptor beta-
2 dan reseptor alfa. Dobutamin menghasilkan efek inotropik, kronotropik ringan,
aritmogenik, dan vasodilatasi.Dobutamin yang berikatan dengan miokardium dan
mengaktivasi reseptor beta 1 akan memberikan efek inotropik. Dobutamin
meningkatkan kontraktilitas yang menyebabkan volume end-systolic berkurang
sehingga volume meningkat. volume yang meningkat akan meningkatkan cardiac
output, sehingga baroreseptor akan menurunkan resistensi vaskular sistemik,
namun penurunan hanya sedikit atau dapat tidak menyebabkan perubahan sama
sekali pada tekanan darah arterial.ada reseptor beta 2 pembuluh darah, dobutamin
akan mereduksi resistensi vaskular sehingga terjadi vasodilatasi. Pada reseptor
alfa, dobutamin akan menyebabkan vasokonstriksi yang dinegasikan oleh respon
baroreseptor dan aktivitas beta 2.Efek hemodinamik dobutamin bergantung
terhadap dosis. Peningkatan dosis akan menyebabkan peningkatan stroke volume
dan laju detak jantung, serta penurunan filling pressure pada ventrikular kiri dan
resistensi sistemik vaskular. Pada dosis yang besar, dobutamin juga dapat
menurunkan resistensi pulmonal.

5. Evaluasi
Hasil evaluasi keperawatan yang di dapatkan selama melakukan 3 hari dirawat
dirumah sakit diagnosa kelebihan volume cairan, teratasi dengan tidak adanya
suara nafas tambahan, tidak gelisah, pola nafas kembali normal.dan klien bisa
pindah ruangan.
61

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dalam perumusan diagnosa keperawatan pada klien GEA dengan dehidrasi,
penulis menyimpulkan bahwa dari data-data yang didapatkan pada tahap pengkajian,
dengan diagnosa yang ditemukan:
1. Kelebihan volume cairan

Perencanaa dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan NANDA. Berdasarkan


NANDA, perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan dibuat berdasarkan pada
Nursing Outcomes Classification (NOC) dan Nursing intervention classification
(NIC). Pada tahap ini, rencana asuhan keperawatan yang telah direncanakan telah
disesuaikan dengan permasalahan yang muncul.
Hasil evaluasi keperawatan yang di dapatkan selama melakukan 4 hari dirawat
diruang HCU ‘

A. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien Tn. D dengan GEA,
penulis menyarankan beberapa hal kepada pasien dan keluarga untuk mangatasi
masalah diagnosa keperawatan yang belum teratasi sepenuhnya diantaranya:
Penulis menyarankan kepada pasien dan keluarga pasien untuk lebih
memperhatikan makanan yang dapat dan tidak dapat dikonsumsi dan rutin minum air
putih 8 gelas perhari, dan selalu lakukan cucitangan 6 langkah dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Bidup John, 1999. Kesehatan Anak Untuk Keperawatan Petugas Penyuluhan

Kesehatan dan Bidas Desa. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.

Beherman E Richard, dkk, 1999. Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam. Vol 2. Edisi 15.

EGC : Jakarta.

Carpenito. L. J, 2000. Hand Book of Nursing Diagnosa. EGC : Jakarta. Doengoes,

Marilynm E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. EGC. Jakarta.

Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1.

Agung Seto. Jakarta.

Ngastiyah, 2005. Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1. EGC, Jakarta

Sundaru, Heru. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI.

Jakarta

Alatas, Husein dan Hasan, Rusepno.Editor.2010. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.

Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1985.hal.283: 312.

Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi asuhan keperawatan

Medikal Bedah. Jakata: Salemba Medika.

Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta

Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta,

62
63

EGC

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.

EGC. Jakarta.

Nanny, Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:

Salemba Medika.

Suraatmaja. (2010). Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.

Suratmaja, Sudaryat. 2007.Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.Denpasar: CV.

Sagung Seto.

Boyle, J.T., 2000. Diare Kronis. In : Behrman, Kliegman & Alvin, Nelson, ed. Ilmu

Kesehatan Anak Vol.2 Edisi 15. Jakarta : EGC, 1354-1361.

Brown, M. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Penerbit Buku

Kedokteran,EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai