Anda di halaman 1dari 8

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

Online ISSN: 2597-8594


Print ISSN: 2580-930X
Jurnal homepage: https://jik.stikesalifah.ac.id

Perfusi Perifer Tidak Efektif (Anemia) pada An. A Di


Ruang Anak RSUD Dr. Soedarso Pontianak
Lince Amelia1, Ramdani Saputra2, Lilis Lestari3,
Dinarwulan Puspita4, Indah Dwi Rahayu5, Dita
Astuti Purnamawati6, Almumtahanah7
Prodi Ners,STIK Muhammadiyah Pontianak, Sungai Raya Dalam,
1,2,3,4,5,6,7

Pontianak,78391,Indonesia
Email : lince@stikmuhptk.ac.id1,ramdaniptk17@gmail.com2, lilis_lestari90@yahoo.com 3,
dinarwulan@yahoo.com 4, indah@stikmuhptk.ac.id 5, dita_astuti@yahoo.com 6,
almumtahanah.nanri@google.com 7

Abstrak
Anemia adalah suatu keadaan di dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin dimana berkurangnya sel darah
merah (eritrosit) sehingga menyebabkan ketidakmampuan untuk memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen ke seluruh jaringan. Anemia merupakan penyebab kecacatan kedua tertinggi didunia. Anemia
diperkirakan menyumbang lebih dari 68 juta tahun hidup dengan cacat, lebih dari perkiraan untuk depresi
berat, penyakit pernapasan kronis dan cedera gabungan. Tujuan Studi kasus ini untuk melakukan asuhan
keperawatan pada anemia. Metode subyek penelitian 1 pasien dengan studi kasus selama 3 hari. Penelitian ini
menggunakan dengan pendekatan asuhan keperawatan dengan mengambil satu sampel sebagai unit analisis.
Hasil analisis didapatkan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan studi kasus asuhan keperawatan pada
pasien dengan anemia dengan diagnosa utama perfusi perifer tidak efektif, dan setelah dilakukan Tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam dengan masalah perfusi perifer tidak efektif teratasi dengan kriteria yang
ditetapkan dengan hasil implementasi yang dilakukan sesuai dengan respon perkembangan klien Kesimpulan:
Terdapat 3 diagnosa yang muncul pada kasus. Setelah tindakan keperawatan ketiga masalah tersebut teratasi
sebagian.

Kata Kunci : Perfusi perifer tidak efektif, anemia

Ineffective Perifer Perfusion (Anemia) in Children at Children's Room of


Dr. Soedarso Pontianak

Abstract
Anemia is a condition in the blood circulation or hemoglobin mass where the reduction of red blood cells
(erythrocytes) causes the inability to fulfill its function to carry oxygen to all tissues. Anemia is the second highest
cause of disability in the world. Anemia is estimated to account for more than 68 million years of life with
estimates, estimates for major depression, respiratory illness and injury combined. The aim of this case study is
to provide nursing care for anemia. Methods of study subjects 1 patient with a case study for 3 days. This study
uses a nursing care approach by taking one sample as a unit analysis. The results of the analysis were found to
be non-existent, between theory and case studies of nursing care in patients with anemia with a main diagnosis of
ineffective performance, and after 3 x 24 hours of nursing actions with ineffective peripheral performance
problems were resolved by the criteria set with the results of implementation carried out in accordance with the
client's developmental response. Conclusion: There are 3 diagnoses that appear in the case. After the nursing
action the three problems were partially resolved.

Keywords: Ineffective peripheral perfusion, anemia

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2021 Volume 5 No. 1 1


doi : 10.33757/jik.v5i1.307.g146
JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

PENDAHULUAN Prevalensi anemia di Indonesia masih


Masalah medis yang paling sering cukup tinggi (Priyanto, 2018). Prevalensi
dijumpai di seluruh dunia adalah anemia, anemia secara nasional pada semua kelompok
disamping sebagai masalah kesehatan umur adalah 21,70%. Prevalensi anemia pada
perempuan relatif lebih tinggi (23,90%)
masyarakat utama, terutama di negara
dibanding laki- laki (18,40%). Prevalensi anemia
berkembang. Kelainan ini merupakan berdasarkan lokasi tempat tinggal menunjukkan
penyebab debilitas kronik (chronic debility) tinggal di pedesaan memiliki persentase lebih
yang mempunyai dampak besar terhadap tinggi (22,80%) dibandingkan tinggal di
kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta perkotaan (20,60%) (Priyanto, 2018). Dengan
kesehatan fisik. Oleh karena frekuensinya demikian, anemia memiliki keterkaitan yang
yang demikian sering, anemia, terutama signifikan bagi kesehatan manusia serta
anemia ringan seringkali tidak mendapat perkembangan sosial dan ekonomi di negara-
perhatian dan dilewati oleh para dokter di negara berpenghasilan rendah, menengah dan
praktek klinik ( B a k t a , 2 0 1 7 ) . Anemia tinggi (WHO, 2017).
juga diartikan sebagai berkurangnya jumlah Beberapa komplikasi secara umum yang
sel darah merah di bawah nilai normal, diakibatkan anemia yaitu, gagal jantung,
kuantitas hemoglobin, dan volume packed red kejang, perkembangan otot buruk (jangka
blood cells (hematokrit) per 100 ml darah panjang), daya konsentrasi menurun serta
(Price & Wilson, 2013). kemampuan mengolah informasi yang
Anemia adalah suatu kondisi di mana didengar menurun (Zulaekah et al., 2014).
jumlah dan ukuran sel darah merah, atau Menurut NANDA (2015), gejala yang dirasakan
konsentrasi hemoglobin, turun di bawah nilai saat menderita anemia yaitu pusing,
cut-off yang ditetapkan, akibatnya mata berkunang-kunang, lesu, aktivitas menurun,
mengganggu kapasitas darah untuk rasa mengantuk, sulit berkonsentrasi, cepat lelah
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh (WHO, dan prestasi kerja fisik/pikiran menurun.
2015). Anemia dikaitkan dengan hasil Berdasarkan tanda dan gejala serta
perkembangan kognitif dan motorik yang patofisiologinya, masalah keperawatan yang
buruk pada anak-anak. Selain itu, anemia juga mungkin muncul pada kasus anemia adalah
dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan perfusi perifer tidak efektif, nyeri akut, defisit
produktivitas. Apabila itu terjadi pada nutrisi, pola nafas tidak efektif, defisit perawatan
kehamilan akan menyebabkan kualitas diri dan intoleransi aktivitas (Nurarif & Kusuma,
kelahiran yang buruk (termasuk berat lahir 2015).
rendah dan prematur) serta kematian ibu dan Peran perawat sebagai pemberi asuhan
perinatal (WHO, 2017). keperawatan dilakukan dengan memperhatikan
Anemia mempengaruhi kira-kira keadaan kebutuhan dasar manusia yang
sepertiga dari populasi dunia dan lebih dari dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
800 juta wanita dan anak-anak (WHO, 2017) keperawatan dengan menggunakan proses
Penduduk dunia yang mengalami anemia keperawatan sehingga dapat ditentukan
30% atau 2,20 miliar orang dan Sebagian diagnosis keperawatan untuk merencanakan dan
besar tinggal di daerah tropis. Prevalensi melaksanakan tindakan yang tepat sesuai
anemia secara global sekitar 51%. Anemia dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
merupakan penyebab kecacatan kedua kemudian dievaluasi tingkat perkembangannya.
tertinggi didunia (Priyanto, 2018). Pada tahun Berdasarkan tingginya angka kejadian anemia
2010, anemia diperkirakan menyumbang dan besarnya dampak atau masalah yang
lebih dari 68 juta tahun hidup dengan cacat, ditimbulkan oleh anemia maka peneliti merasa
lebih dari perkiraan untuk depresi berat,
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
penyakit pernapasan kronis dan cedera
gabungan (WHO, 2017). Hal tersebut masalah perfusi perifer tidak efektif (anemia)
menjadikan anemia sebagai masalah di Ruang Anak RSUD. dr. Sudarso Pontianak.
kesehatan masyarakat yang serius di seluruh
dunia (Priyanto, 2018). Berdasarkan National METODE PENELTIIAN
Vital Statistics Report, menyatakan bahwa Penelitian ini mengunakan metode
terdapat 5349 kasus kematian yang penelitian studi kasus menggunakan pendekatan
diakibatkan anemia di United States pada asuhan keperawatan dengan mengambil satu
tahun 2016 (Xu et al., 2018). sample dari unit analisis. Penulis mengambil 1

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2021 Volume 5 No. 1 2


doi : 10.33757/jik.v5i1.307.g146
JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

pasien studi kasus selama 3 hari. Peneliti yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.
memilih An. A anak usia 10 tahun sesuai Ketika sel darah merah atau hemoglobin
dengan jenis kelamin yang mengalami Anemia. jumlahnya tidak cukup maka tubuh tidak akan
Studi kasus ini dilakukan di Ruang Anak
mendapatkan suplai oksigen sesuai dengan
RSUD dr. Soedarso Pontianak mulai tanggal
15-17 Oktober 2019. kebutuhannya
Teknik pengambilan sampel pada penelitian Hemoglobin sangat membutuhkan zat
ini menggunakan tindakan asuhan besi dalam proses pembentukannya.
keperawatan sesuai intervensi yang sudah Kurangnya asupan zat besi bisa
dibuat dan sesuai keadaan An. A. Jumlah mempengaruhi kadar hemoglobin pada
sampel yang digunakan yaitu 1 orang An. A individu (Waani et al., 2014). Selain itu, zat
menggunakan pendekatan intervensi. Instrumen besi merupakan elemen penting untuk fungsi
yang digunakan dalam kegiatan penelitian berbagai organ, kekurangan yang dapat
adalah Format Asuhan Keperawatan Anak. menyebabkan gangguan persepsi dan kesulitan
belajar berakhir dengan penurunan prestasi di
HASIL DAN PEMBAHASAN sekolah (Ristyaning & Susane L, 2016).
Hemoglobin selain membutuhkan zat
1. Pengkajian besi juga membutuhkan protein, Piridoksin
Pengkajian adalah pendekatan sistematis (vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator
untuk mengumpulkan data dan dalam sintesis hem didalam molekul
menganalisanya. Pengkajian merupakan hemoglobin, vitamin C yang
mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi
pemikiran dasar dari proses keperawatan yang dari transferin ke dalam jaringan tubuh, dan
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau vitamin E yang mempengaruhi membran sel
data tentang pasien, agar dapat diidentifikasi, darah merah (Faridah & Indraswari, 2017).
mengenali masalah- masalah kebutuhan Salah satu penyebab kurangnya asupan zat
kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, besi adalah karena pola konsumsi masyarakat
Indonesia yang masih didominasi sayuran
mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, sebagai sumber zat besi (non heme iron).
2012). Dalam melakukan pengkajian, peneliti Sedangkan daging dan protein hewani lain
melakukan pengkajian komprehensif sesuai (ayam dan ikan) yang diketahui sebagai
dengan kondisi An. A. Penulis mendapatkan sumber zat besi yang baik (heme iron), jarang
dikonsumsi terutama oleh masyarakat di
data melalui wawancara langsung dengan
pedesaan sehingga hal ini menyebabkan
keluarga klien dan klien, dikarenakan klien rendahnya penggunaan dan penyerapan zat
masih anak-anak, peneliti melakukan observasi, besi (Faridah & Indraswari, 2017).
dan pengamatan secara langsung, melakukan Berdasarkan pengkajian yang telah
pemeriksaan fisik pada klien dan dilakukan, penyebab dari anak mengalami
mengambil data dari catatan keperawatan anemia belum diketahui. Hal ini dikarenakan
orang tua tidak mampu untuk membiayai
serta rekam medis klien. Selain itu klien juga
pemeriksaan sumsum tulang belakang yang
di lakukan pemeriksaan penunjang berupa harus dilakukan di salah satu Rumah Sakit di
pemeriksaan laboratorium. Adapun pengkajian Jakarta. Saat ditanyakan kepada orang tua klien
yang dilakukan pada kasus ini yaitu mengenai kebiasaan makan anak, berapa kali
pengkajian mengenai identitas klien, riwayat anak makan dalam sehari, apa saja yang
klien, riwayat keluarga, riwayat kesehatan biasanya dikonsumsi oleh anak, apa makanan
anak, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan yang disukai dan yang tidak disukai. Ibu klien
mengatakan anaknya biasa makan 3 kali sehari
penunjang. dengan porsi sedang. An. A biasanya makan
Berdasarkan U.S Department of Health and nasi hanya dengan kuah sayur saja hal ini
Human Service (2011) saat mengalami anemia, dikarenakan An. A tidak suka memakan sayur
tubuh tidak memiliki sel darah merah yang maupun lauk seperti ikan. An. A juga
cukup. Sel darah merah adalah salah satu dari memiliki alergi dengan ayam yang merupakan
tiga komponen utama dari sel darah. Sel darah salah satu sumber zat besi yang baik.
tersebut mengandung hemoglobin yaitu protein

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2021 Volume 5 No. 1 3


doi : 10.33757/jik.v5i1.307.g146
JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

Kebiasaan makan An. A yang tidak berhubungan dengan agen pencedera fisik
mengkonsumsi makanan yang mengandung (trauma), Intoleransi aktivitas berhubungan
zat besi kemungkinan besar menjadi penyebab dengan kelemahan, Pola nafas tidak efektif
terjadinya anemia. Makanan yang dikonsumsi
berhubungan dengan penurunan transfer
oleh An. A tidak memenuhi kebutuhan zat
besinya. An. A bahkan tidak suka memakan oksigen ke paru, Defisit nutrisi berhubungan
ikan dan alergi ayam yang merupakan sumber dengan intake yang kurang atau anoreksia
zat besi yang baik. Jika zat besi yang (Nurarif & Kusuma, 2015).
dibutuhkan tubuh dalam proses pembentukan Berdasarkan hasil analisis data, diagnosis
hemoglobin tidak mencukupi kebutuhan maka keperawatan ditegakkan penulis pada An. A
jumlah hemoglobin berkurang dan tidak mampu didapatkan diagnosa keperawatan yaitu :
mensuplai oksigen ke seluruh tubuh.
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan
Berkurangnya jumlah hemoglobin menurut dengan penurunan konsentrasi hemoglobin.
NANDA (2015) menyebabkan beberapa tanda Perfusi perifer tidak efektif dalam standar
dan gejala yang akan muncul pada penderita diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI,
anemia yaitu pusing, mata berkunang-kunang, 2016) adalah penurunan sirkulasi darah
lesu, aktivitas menurun, rasa mengantuk, sulit pada level kapiler yang dapat
berkonsentrasi, cepat lelah dan prestasi kerja mengganggu metabolisme tubuh. Menurut
fisik/pikiran menurun. Farida, A (2017) ketidakefektifan perfusi
Hasil dari pengkajian yang dilakukan jaringan perifer, terjadi karena adanya
pada tanggal 15 Oktober 2019, didapatkan penurunan kadar hemoglobin yang
bahwa An. A mengalami sebagian dari terus menerus, sehingga mengganggu
tanda gejala yang disebutkan yaitu : lesu, pemenuhan oksigen ke seluruh tubuh.
aktivitas menurun, cepat lelah dan prestasi Diagnosa ini ditegakkan sebagai
kerja fisik/pikiran menurun. Hal ini prioritas karena berdasarkan hasil
menunjukkan tidak adanya kesenjangan pemeriksaan laboratorium An. A pada
teori antara teori dengan hasil pengkajian tanggal 15 Oktober 2019, nilai Hb :
penulis pada An. A. Kemudian, pengkajian 8,1 g/dl. Sedangkan nilai normal Hb
tidak hanya berfokus pada pengkajian pada perempuan yaitu 12 - 16 g/dl. Selain
tanda dan gejala secara umum. Penulis juga itu, berdasarkan SDKI (2016), salah satu
melakukan pengkajian lebih lanjut dengan kondisi klinis terkait dari perfusi perifer
melakukan pemeriksaan fisik. Hasil dari tidak efektif yaitu terdiagnosis anemia.
pemeriksaan fisik tersebut dianalisis dan Penegakkan diagnosa perfusi
dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. perifer tidak efektif tidak hanya
didasarkan pada nilai Hb An. A saja.
2. Diagnosis Keperawatan Penulis juga menganalisa dari data
Diagnosis keperawatan merupakan subjektif dan objektif yang didapatkan
bagian vital dalam menentukan asuhan pada saat pengkajian. Adapun data
subjektif yaitu: Klien mengatakan
keperawatan yang sesuai untuk membantu tubuhnya terasa lemas dan Ibu klien
klien mencapai kesehatan yang optimal. mengatakan tubuh anaknya pucat.
Mengingat pentingnya diagnosis keperawatan Data objektif yang terlihat yaitu : CRT >
dalam pemberian asuhan keperawatan, maka 3 detik, akral dingin, klien tampak pucat
dan turgor kulit kering.
dibutuhkan standar diagnosis keperawatan
Data subjektif dan objektif yang
yang dapat diterapkan secara nasional di ditemukan pada An. A sebagian besar
Indonesia dengan mengacu pada standar sama dengan gejala mayor dan gejala
diagnosis internasional yang telah dibakukan minor yang ada pada SDKI (2016).
sebelumnya (PPNI, 2016). Adapun gejala mayor berupa : pengisian
kapiler >3detik, nadi perifer menurun
Pada tinjauan teoritis terdapat beberapa atau tidak teraba, akral teraba dingin,
diagnosa yang dapat muncul pada klien warna kulit pucat, turgor kulit menurun.
dengan anemia antara lain Perfusi perifer tidak Sedangkan gejala minor berupa;
efektif berhubungan dengan penurunan parastesia, nyeri ekstremitas, edema,
konsentrasi hemoglobin, Nyeri akut penyembuhan luka lambat, indeks
ankle-brachial < 0,90 dan adanya bruit

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2021 Volume 5 No. 1 4


doi : 10.33757/jik.v5i1.307.g146
JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

femoral. Setelah dianalisis, data subjektif mandi dibantu orang tua, dan sianosis
dan objektif yang ditemukan pada An. A (PPNI, 2016).
sejalan atau tidak ada kesenjangan antara Berdasarkan SDKI (2016), intoleransi
hasil yang ditemukan dilapangan aktivitas memiliki data mayor berupa;
dengan apa yang ada pada teori. mengeluh lelah dan frekuensi jantung
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen meningkat 20% dari kondisi istirahat.
pencedera fisik (trauma) Sedangkan data minornya yaitu ; dyspnea
Nyeri diartikan dalam SDKI saat /setelah aktivitas, merasa tidak
(2016) sebagai pengalaman sensorik atau nyaman setelah aktivitas, merasa lemah,
emosional yang berkaitan dengan tekanan darah berubah >20% dari kondisi
kerusakan jaringan actual atau fungsional, istirahat, gambaran ekg menunjukkan
dengan onset mendadak atau lambat dan aritmia, gambaran ekg menunjukkan
berintensitas ringan hingga berat yang iskemia dan sianosis (PPNI, 2016).
berlangsung kurang dari 3 bulan. Ada 3 3. Intervensi Keperawatan
penyebab nyeriakut yaitu; agen pencedera Adapun intervensi pada diagnosa
fisiologis, agen pencedera kimiawi, agen perfusi perifer tidak efektif yaitu transfusi
pencedera fisik. darah (I.02099). Transfusi darah adalah
Pada kasus anemia yang dialami An. A, rangkaian proses memindahkan darah atau
nyeri akut diakibatkan oleh agen komponen darah dari donor kepada resipien.
pencedera fisik (trauma). Dengan hasil Pada kasus-kasus tertentu, transfuse darah
analisa data subjektif sebagai berikut ; dapat sangat bermanfaat atau bahkan
Klien mengeluh nyeri, Klien mengatakan menyelamatkan nyawa pasien. Transfusi
nyeri karena gusi bengkak dan berdarah, darah pada praktik klinik dapat
Klien mengatakan nyeri berdenyut, Nyeri menggunakan berbagai jenis komponen,
pada gusi sebelah kiri bawah, Nyeri skala baik darah lengkap (whole blood), sel darah
6-7 dan Nyeri terasa sering. Adapun data merah pekat (packed red cells/PRC), sel
objektif berupa; Klien tampak meringis, darah merah yang dicuci (washed
Klien gelisah, Klien menghindari daerah erythrocytes/WE), trombosit, plasma segar
luka, tidak mau membuka mulutnya dan beku (fresh frozen plasma/FFP),
Klien tidak mau makan. kriopresipitat, dan sebagainya sesuai
Terdapat perbedaan penyebab nyeri indikasi (Wahidiyat & Adnani, 2017).
akut pada anemia yang dinyatakan pada Secara umum, transfusi PRC hampir
NANDA (2016). Pada NANDA (2016), selalu diindikasikan pada kadar Hb 10,0
nyeri akut pada kasus anemia diakibatkan g/dL kecuali terdapat indikasi tertentu,
karena adanya beban kerja jantung yang seperti penyakit yang membutuhkan
meningkat yang mengakibatkan nyeri dada. kapasitas transpor oksigen lebih tinggi.
Sedangkan pada kasus An. A, nyeri Sebagai contoh, pada anak dengan anemia
diakibatkan adanya agen pencedera fisik defisiensi besi, transfusi pada umumnya
yaitu trauma / luka terbuka pada gusi klien. tidak dilakukan jika tidak terdapat keluhan
Perbedaan ini terjadi karena adanya dan anak dalam kondisi klinis baik.
kondisi yang berbeda pada setiap klien Sebaliknya, pada pasien anak yang
yang menderita anemia (Nurarif & membutuhkan transfusi rutin, transfusi
Kusuma, 2015). diberikan pada kadar Hb pra-tansfusi 9,0-
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan 10,0 g/dL, untuk mempertahankan tumbuh
kelemahan kembang mendekati tumbuh kembang pada
Defenisi Intoleransi aktivitas menurut anak normal. Rumus untuk menghitung
SDKI (2016) adalah ketidakcukupan kebutuhan PRC adalah [DHb (target Hb –
energy untuk melakukan aktivitas sehari- Hb saat ini) x berat badan x 4], sementara
hari. Diagnosa keperawatan Intoleransi kebutuhan per hari adalah 10-15 kg/BB/hari.
aktivitas diangkat berdasarkan data yang Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
menunjang seperti data yang ditemukan Siska, S.P (2019) dengan judul
pada klien secara subjektif Klien Gambaran Kadar Hemoglobin Sebelum
mengatakan tubuhnya lemah. Sedangkan dan Sesudah Transfusi Darah Pada Pasien
data objektif berupa ; klien tampak Anemia Di RSUD DR. M. ZEIN. PAINAN
berjalan lambat, klien berjalan ke kamar jumlah kadar hemoglobin pada pasien laki-

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2021 Volume 5 No. 1 5


doi : 10.33757/jik.v5i1.307.g146
JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

laki sebelum transfusi 5,4 g/dl sedangkan Pelaksanaan tindakan keperawatan yang
setelah transfusi kadar hemoglobin pasien berdasarkan teoritis ada yang belum terlaksana,
laki-laki 8,1 g/dl masih di bawah batas semua ini disebabkan karena keadaan atau
normal kadar hemoglobin pada pasien laki- sifat klien yang berbeda dan jenis perawatan
laki. Sedangkan pada perempuan kadar yang dilaksanakan di ruang perawatan
hemoglobin sebelum transfusi 6,7 g/dl disesuaikan dengan keadaan dan sarana serta
setelah transfusi kadar hemoglobin menjadi fasilitas yang tersedia. Secara umum tindakan
8,4 g/dl. Rata-rata kenaikan kadar Hb yaitu yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik
karena adanya kerjasama yang baik antara
0,5-1 g/dl tergantung kadar Hb pasien
keluarga klien, perawat dan tenaga kesehatan
sebelum dilakukan transfusi darah dan juga
yang lainnya. Pelaksanaan implementasi
tergantung berat badan pasien dan keperawatan didokumentasikan ke dalam
penyakit anemia yg diderita pasien, setelah catatan keperawatan (Suci Para Siska, 2019).
transfusi kadar Hb diperiksa kembali Hal ini sejalan dengan penelitian yang
minimal 12 jam setelah transfusi darah hal dilakukan Siska (2019) dengan judul
ini juga belum sebanding dengan normal Gambaran Kadar Hemoglobin Sebelum dan
kadar hemoglobin pada pasien anemia. Sesudah Transfusi Darah Pada Pasien Anemia
Kenaikan kadar Hb pada pasien Di RSUD DR. M. ZEIN. PAINAN karena
transfuse tidak terlalu cepat meningkatnya pada An. A memiliki nilai Hb pada saat
karena dipengaruhi oleh zat besi, dan pengkajian di bawah batas normal yaitu 8,1
tergantung usia. Usia remaja apabila g/dl sehingga membutuhkan transfusi darah
ditransfusi lebih cepat meningkat kadar Hb 250 cc Packed Red Cells (PRC)
nya dibandingkan dengan lanjut usia.
Kenaikan kadar Hb juga dipengaruhi oleh 5. Evaluasi Keperawatan
banyaknya cairan yang masuk pada tubuh Menurut NANDA (2015) Proses
pasien dan bisa juga disebabkan oleh keperawatan sering digambarkan sebagai proses
penyakit pasien. Sehingga menyebabkan bertahap, tetapi dalam kenyataannya perawat
kadar Hb tidak mencapai kadar normal, akan kembali ke langkah-langkah dalam proses.
pada pasien transfusi kadar Hb juga Perawat akan bergerak diantara pengkajian dan
dipengaruhi oleh masa hidup eritrosit atau diagnosis keperawatan, misalnya, sebagai data
tambahan dikumpulkan dan
lisisnya darah yang akan di transfusikan
dikelompokkan ke dalam pola yang bermakna,
sehingga kadar Hb setelah ditansfusikan dan ketepatan dan pencapaian hasil yang
tidak mencapai batas normal. teridentifikasi terus dievaluasi sebagai penilaian
status klien. Evaluasi akhirnya harus terjadi
4. Implementasi Keperawatan pada setiap langkah dalam proses keperawatan
Menurut NANDA (2015) Proses (Nurarif & Kusuma, 2015).
keperawatan sering digambarkan sebagai Kondisi An. A tampak membaik dari
proses bertahap, tetapi dalam kenyataannya sebelum dilakukan pengkajian. Selama proses
perawat akan kembali kelangkah-langkah evaluasi dari ketiga diagnosa keperawatan yang
dalam proses. Perawat akan bergerak
terdapat pada An. A, dapat teratasi sebagian
diantara pengkajian dan diagnosis
keperawatan, misalnya, sebagai data sesuai dengan kriteria hasil yang telah
tambahan dikumpulkan dan dikelompokkan direncanakan. Selama proses pendokumentasian
ke dalam pola yang bermakna, dan catatan keperawatan maupun catatan
ketepatan dan pencapaian hasil yang perkembangan asuhan keperawatan yang
teridentifikasi terus dievaluasi sebagai penulis berikan, dapat dilakukan dengan baik
penilaian status klien. Evaluasi akhirnya tanpa mengalami hambatan. Hal ini
harus terjadi pada setiap langkah dikarenakan dalam memberikan asuhan
dalam proses keperawatan (Nurarif & keperawatan, penulis mengacu pada asuhan
Kusuma, 2015). keperawatan pada klien dengan anemia secara
Implementasi keperawatan dilakukan teoritis.
sesuai dengan rencana tindakan yang dibuat
oleh peneliti. Pelaksanaan seluruh tindakan SIMPULAN
keperawatan yang dilakukan pada asuhan
keperawatan ini selalu berorientasi pada Setelah peneliti melakukan asuhan
rencana yang telah dibuat terlebih dahulu. keperawatan pada An. A dengan Anemia dapat
disimpulkan beberapa hal diantaranya: An. A
JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2021 Volume 5 No. 1 6
doi : 10.33757/jik.v5i1.307.g146
JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

menderita anemia dengan keluhan tubuhnya Terapi Terhadap Penderita Anemia. Bali
terasa lemah, nyeri pada gusi dan diagnosa Health Journal, 1(November), 1–48.
yang muncul, yaitu: Perfusi perifer tidak efektif http://ejournal.iikmpbali.ac.id/index.php/
berhubungan dengan penurunan konsentrasi BHJ
hemoglobin, Nyeri akut berhubungan dengan Dermawan, D. (2012). proses
agen pencedera fisik (trauma), Intoleransi keperawatan:penerapan konsep &
aktivitas berhubungan dengan kelemahan. kerangka kerja. Goysen.
Penulis mengangkat diagnosa keperawatan Faridah, U., & Indraswari, V. (2017).
Perfusi perifer tidak efektif berhubungan Pemberian Kacang Hijau Sebagai Upaya
dengan penurunan konsentrasi hemoglobin Peningkatan Kadar Hemoglobin pada
sebagai masalah prioritas yang utama. Remaja Putri. The 5th Urecol Proceeding,
Intervensi yang diberikan pada An. A dengan 9(February), 215–222.
anemia yaitu untuk mengatasi masalah http://lpp.uad.ac.id/wp-
diagnosa Perfusi perifer tidak efektif content/uploads/2017/05/28.-umi-
berhubungan dengan penurunan konsentrasi faridah215-222.pdf
hemoglobin adalah dengan transfusi PRC untuk Nurarif, amin huda, & Kusuma, H. (2015).
menaikan konsentrasi hemoglobin. Dari teori Aplikasi Asuhan Keperawatan
yang ada, hal ini sesuai dengan teori bahwa Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
anemia menimbulkan beberapa masalah NIC-NOC Jilid 2. medication.
keperawatan, yaitu : Perfusi perifer tidak efektif PPNI, T. P. S. D. (2016). Standar diagnosis
berhubungan dengan penurunan konsentrasi keperawatan Indoneia (SDKI). Dewan
hemoglobin, Nyeri akut berhubungan dengan Pengurus Pusat PPNI.
agen pencedera fisik (trauma), Intoleransi Price, S. A., & Wilson, Lorraine M. (2013).
aktivitas berhubungan dengan kelemahan, Pola Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
nafas tidak efektif berhubungan dengan Proses Penyakit. (Alih bahasa). EGC.
penurunan transfer oksigen ke paru, Priyanto, L. D. (2018). Hubungan Umur,
Defisit nutrisi berhubungan dengan intake Tingkat Pendidikan, Dan Aktivitas Fisik
yang kurang atau anoreksia, berdasarkan data Santriwati Husada Dengan Anemia.
yang ditemukan pada An. A peneliti menarik Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(2), 139–
kesimpulan bahwa klien dengan anemia pada 146.
An. A menimbulkan diagnosa keperawatan Ristyaning, P., & Susane L, I. M. A. (2016).
dengan masalah utama yaitu perfusi perifer Madu sebagai Peningkat Kadar
tidak efektif. Pada saat melaksanakan asuhan Hemoglobin pada Remaja Putri yang
keperawatan peneliti tidak banyak mendapat Mengalami Anemia Defisiensi Besi.
kesulitan selama proses pemberian asuhan Majority, 5(1), 49–53.
keperawatan. Disamping peran perawat dalam Suci Para Siska, S. P. S. (2019). GAMBARAN
memberikan asuhan keperawatan, kehadiran KAD AR HEMOGLOBIN SEBELUM
keluarga sangat dibutuhkan dalam memberikan DAN SESUDAH TRANSFUSI DARAH
data yang diperlukan dan membina kerjasama PADA PASIEN ANEMIA DI RSUD DR.
dalam memberikan perawatan pada klien. M. ZEIN. PAINAN. Doctoral
Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa Dissertation.
peran serta keluarga merupakan faktor penting Waani, A., Engka, J. N., & Supit, S. (2014).
dalam proses penyembuhan klien. Kadar Hemoglobin Pada Orang Dewasa
Yang Tinggal Di Dataran Tinggi Dengan
UCAPAN TERIMAKASIH Ketinggian Yang Berbeda. Jurnal E-
Dalam kesempatan ini peneliti ingin Biomedik, 2(2), 471–475.
menyampaikan terima kasih dan rasa hormat https://doi.org/10.35790/ebm.2.2.2014.50
kepada: klien An. A dan orang tua, kepala 01
ruangan anak RSUD Dr.Soedarso Pontianak Wahidiyat, P. A., & Adnani, N. B. (2017).
dan STIK Muhammadiyah Pontianak. Transfusi Rasional pada Anak. Sari
Pediatri, 18(4), 325.
DAFTAR PUSTAKA https://doi.org/10.14238/sp18.4.2016.325-
31
Bakta, I. M. (2017). Pendekatan Diagnosis dan WHO. (2015). The Global Prevalence of

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2021 Volume 5 No. 1 7


doi : 10.33757/jik.v5i1.307.g146
JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

anaemia in 2011.
https://www.who.int/nutrition/publicatio
ns/micronutrients/global_prevalence_an
aemia_2011/en/.
WHO. (2017). Nutrional anaemias : tools for
effective prevention and control.
https://www.who.int/nutrition/publicatio
ns/micronutrients/anaemias-tools-
prevention-control/en/
Xu, J., Murphy, S. L., Kochanek, K. D., Bastian,
B., & Arias, E. (2018). Death: Final
Report for 2016. National Vital Statistics
Report, 67(2), 1–76. https://www.cdc.gov/
Zulaekah, S., Purwanto, S., & Hidayati, L.
(2014). anemia terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak malnutrisi. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 9(2), 1–9.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ke
smas

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2021 Volume 5 No. 1 8


doi : 10.33757/jik.v5i1.307.g146

Anda mungkin juga menyukai