PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah individu yang berada dalam rentang perubahan perkembangan yang mulai
dari bayi hingga remaja. Masa yang dilalui anak merupakan masa pertumbuhan
perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/ toddler (1-2,5 tahun),
pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (6-12 tahun), dan hingga remaja (12-18 tahun).
Proses perkembangan anak memiliki perubahan fisik, kognitif, konsep diri, pola koping
berbeda antara anak satu dengan yang lain. Baik buruknya perkembangan dan
pertumbuhan anak dapat dilihat dari fisik dan psikis sesuai dengan usia mereka. Anak
yang mampu melalui tumbuh kembangnya dengan baik dapat dikatakan sebagai anak
dengan rentang tumbuh kembang baik, sedangkan anak yang mengalami tumbuh
kembang dengan lambat bisa dicurigai adanya gangguan pada anak tersebut. Profil Anak
Sedangkan menurut karakteristik jenis kelamin, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara masalah kesehatan anak laki-laki (15,39 persen) dan anak perempuan (15,13
persen) (Profil Anak Indonesia, 2015). Saat ini masalah perkembangan yang sering
terjadi pada anak yaitu mengenai penyakit tidak menular. Menurut data yang diperoleh
dari Pusdatin (2012) menyebutkan bahwa saat ini yang mempengaruhi kematian adalah
penyakit tidak menular sebanyak 29 persen. Dalam penyakit tidak menular tersebut,
Saat ini, kanker menjadi penyakit serius yang mengancam kesehatan. Kanker sering
disebut dengan tumor atau neoplasma ganas merupakan jaringan abnormal yang
terbentuk sekumpulan sel (jaringan) yang pertumbuhannya terus menerus tidak terbatas
dan tidak terkoordinasi dibandingkan dengan jaringan normal yang ada di sekitarnya. Sel-
sel abnormal yang tumbuh secara cepat dan tidak terkendali, kemudian dapat menyerang
pada bagian sebelah tubuh dan menyebar ke ogan yang lain. Proses ini disebut sebagai
metastasis yang merupakan penyebab umum kematian akibat kanker (WHO, 2014 dalam
Badan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mengatakan,
masalah kesehatan salah satunya kanker di dunia pada tahun 2012 sekitar 14,1 juta
dengan angka kematian 8,2 juta. Sebelumnya, tahun 2008 masalah kesehatan akibat
kanker 12,7 juta dengan angka kematian sebesar 7,6 juta. Data ini menunjukkan adanya
peningkatan jika dibandingkan data tahun 2008, 12,7 juta kasus baru dengan 7,6 juta
kematian. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, namun anak-anak juga
berpotensi terkena kanker. Istilah “kanker anak” adalah yang paling sering digunakan
untuk menunjuk kanker yang timbul pada anak-anak sebelum usia 15 tahun (WHO,
2009).
Menurut data Union for International Cancer Control (UICC) (2013), setiap tahun
terdapat sekitar 176.000 anak yang didiagnosis kanker, yang mayoritas berasal dari
negara berpenghasilan rendah dan menengah. Meskipun kejadian kanker pada anak di
seluruh dunia masih cukup jarang, namun kanker merupakan salah satu penyebab utama
merupakan penyebab kedua terbesar kematian anak umur 5-14 tahun, setelah cedera dan
kecelakaan. Menurut National Cancer Institute atau NCI (2009) dan NCI (2010),
diperkirakan terdapat lebih dari enam juta penderita baru penyakit kanker setiap tahun.
Menurut Riskesdas (2018), prevalensi kanker anak di Indonesia naik menjadi 1,8 persen
dari prevalensi tahun 2013 yang awalnya hanya 1,4 persen. Saat ini kanker menjadi
sepuluh besar penyakit utama yang menyebabkan kematian anak di Indonesia (Depkes
RI, 2011). Prevalensi kanker tertinggi terdapat di Yogyakarta (4,1%), diikuti Jawa
Tengah (2,1%), dan Bali (2%). Pada penyakit kanker, prevalensi cenderung lebih tinggi
pada pendidikan tinggi dan pada kelompok dengan indeks kepemilikan teratas.
Berdasarkan karakteristik usia <1 tahun (0,3%), usia 1-4 (0,1%), usia 5-14 (0,1%), dan
usia 15-24 (0,6%). Karakteristik jenis kelamin, laki-laki sebanyak (0,6%) dan perempuan
(2,2%). Pada karakteristik pendidikan prevalensi kanker rata-rata pasien tamat SD dan
SMA sebanyak (1,8%), tidak tamat SD dan tamat SMP sebanyak (1,1%), tertinggi adalah
tamat perguruan tinggi sebanyak (3,1%). Berdasarkan data yang saya dapatkan di RSUD
Dr.Moewardi Surakarta pada tahun 2016 sebanyak 116 anak dengan kanker, pada tahun
2017 sebanyak 121 anak dengan kanker, dan pada tahun 2018 sebanyak 134 anak dengan
kanker.
Sehingga dapat disimpulkan pada tiga tahun terakhir terjadi peningkatan anak dengan
kanker. Pada masalah tersebut dapat dilakukan penanganan untuk mengurangi angka
kesakitan.
Anak dengan kanker dapat dilakukan penanganan meliputi kemoterapi, terapi biologi,
terapi radiasi, transplantasi sumsum tulang, dan transplantasi sel darah perifer (peripheral
blood stem cell). Namun yang paling banyak dilakukan pada anak adalah
selain memiliki efek terapeutik, agen tersebut juga menyebabkan berbagai efek samping.
Efek samping tersebut diantaranya masalah fisik, seperti anak mudah mengalami infeksi,
mudah mengalami perdarahan, lemah (fatigue), lesu, rambut rontok, mukositis, mual,
muntah, diare, konstipasi, nafsu makan menurun, neuropati, sistitis hemoragika, retensi
urin, wajah yang menjadi bulat dan tembam (moonface), gangguan tidur, serta
berpengaruh terhadap kesuburan pasien dewasa. Selain masalah fisik, anak yang
mood, kecemasan, kehilangan kepercayaan diri, penurunan persepsi diri, depresi, dan
perubahan perilaku yang berdampak anak tidak dapat bersekolah. Mengenai efek tentang
kemoterapi pada anak kanker, merupakan salah satu hal yang dapat membuat anak
menjadi cemas. Anak dengan kanker yang mengalami kecemasan cenderung berdiam diri
atau lebih mengurungkan diri dirumah dan tidak mau berinteraksi dengan teman-
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek
interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual
terhadap bahaya (Stuart, 2013, hlm.144). Efek yang dapat ditimbulkan apabila anak
mengalami cemas yaitu anak akan mudah marah, berdiam diri, takut untuk bersosialisasi,
Penanganan menyeluruh dari segi fisik dan psikologis sangat penting dalam penanganan
pada kecemasan anak. Pertama yang harus dilakukan berhubungan dengan pasien kanker
adalah membantu pasien mengenali gejala-gejala psikologisnya. Hal ini dilakukan karena
pasien sering kali menyangkal adanya masalah tersebut dalam dirinya. Pengenalan gejala
yang baik akan membantu proses terapi psikologis selanjutnya. Pentingnya melibatkan
keluarga terdekat sebagai sistem dukungan untuk pasien. Hal ini perlu dilakukan untuk
membuat pasien merasa mempunyai dukungan yang bisa menemaninya dalam perjalanan
penyakitnya.
Dukungan orang tua yang baik dalam kehidupan pasien akan meningkatkan harapan
hidup dan berkualitas pada pasien kanker. Peneliti mendapatkan beberapa intervensi
untuk mengatasi kecemasan pada anak yaitu terapi bermain, terapi musik, dan filial
therapy. Filial therapy adalah suatu terapi yang diawali dengan mementori orang tua
terlebih dahulu untuk menentukan jenis permainan yang cocok untuk anak sesuai dengan
usianya sehingga terapi ini akan dilakukan langsung oleh orang tua dalam mengajak
anaknya bermain. Peneliti tertarik menggunakan Filial therapy, karena berpengaruh
terhadap psikologi anak untuk mengatasi masalah kecemasan pada anak. Karena hal ini
Filial therapy ini sudah pernah dilakukan oleh Marziyeh Alivandi Vafa, dkk pada tahun
2009 menyatakan bahwa kualitas hubungan ibu dan anak berubah positif. Hasil
efektivitas filial therapy yang didapat tidak hanya pengamatan pasca bermain ibu dan
anak, tetapi juga dalam wawancara terapis ibu selama sesi penilaian akhir yaitu adanya
peningkatan peran asuh orang tua yang dapat lebih memahami anaknya dan anak lebih
patuh dan terbuka terhadap orang tua. Perbedaan penelitian Marziyeh Alivandi Vafa
berfokus pada perubahan tingkah laku anak, sedangkan penelitian peneliti berfokus pada
kecemasan pada anak dengan kanker. Intervensi yang akan digunakan oleh peneliti yaitu
Filial Therapy yang bertujuan untuk menjadikan anak dapat terbuka tentang apa yang dia
rasakan dan anak dapt merasakan adanya dukungan positif dari orang tua. Salah satu
tempat untuk pengambilan data awal penelitian yang akan diteliti yaitu RSUD Dr.
melakukan penelitian tentang “Pengaruh filial therapy terhadap tingkat kecemasan anak
dengan kanker”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang sering terjadi saat ini adalah anak tampak berdiam diri, tidak
mau bersosialisasi saat mengetahui penyakitnya sehingga anak merasa cemas karena
penyakit maupun pengobatan yang akan dilakukan pada dirinya. Hal tersebut dapat
terutama pada psikologis anak. Saya mendapatkan beberapa intervensi untuk mengatasi
kecemasan pada anak yaitu terapi bermain, terapi musik, dan filial therapy. Peneliti
tertarik untuk memilih filial therapy karena didalam terapi tersebut terdapat intervensi
bermain dengan melibatkan orang tua yang diharapkan anak bisa terbuka dan mau
bercerita dengan orang tuanya tentang apa yang dia rasakan. Sesuai kesimpulan di atas
dapat dirumuskan masalah yang merupakan faktor dalam penelitian ini adalah “Adakah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh filial therapy terhadap tingkat
2. Tujuan Khusus
therapy.
therapy.
c. Menganalisis tingkat kecemasan anak dengan kanker sebelum dan sesudah
dengan kanker.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
filial therapy.
Penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat diterapkan oleh para petugas kesehatan
untuk anak dengan kanker di rumah sakit agar mereka dapat mengatasi tingkat
3. Bagi Peneliti
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan informasi baru dan dapat
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Ikeu Nurhidayah, Sri Kualitas hidup pada Penelitian ini mixed Hasil penelitian
Hendrawati, Henny S. anak dengan kanker di method dengan startegi menunjukkan 32 orang
Mediani, Fanny RSUP Dr. Hasan eksplanatoris (53,3%) anak kanker
Adistie. 2016. Sadikin Bandung sekuensial. Sampel memiliki kualitas hidup
penelitian kuantitatif buruk dengan nilai
dengan 60 responden. terendah pada fungsi
sekolah dan
kekhawatiran anak
dalam menghadapi
pengobatan dan
penyakit.
Penelitian Judul Metode Hasil
Dewi Umu Kulsum, Pengaruh Swedish Jenis penelitian yang Berdasarkan penelitian
Henny Suzana massage terhadap digunakan dalam Swedish massage
Mediana, Argi Virgona tingkat kualitas hidup penelitian ini adalah therapy hasil penelitian
Bangun. 2017. penderita leukemia quasi experiment ini menunjukkan adanya
usia sekolah dengan nonequivalent perbedaan kualitas hidup
control group design pada kelompok
with pretest and intervensi sebelum dan
posttest. Sampel dalam sesudah dilakukan
penelitian ini intervensi (p=0,000 α=5)
menggunakan penelitian ini
consecutive sampling merekomendasikan
pada anak usia sekolah bahwa Swedish massage
yang berjumlah 34 therapy bisa dipakai
orang, terdiri dari 17 sebagai metode
kelompok control dan alternative dalam
17 kelompok intervensi. meningkatkan kualitas
hidup penderita leukemia
usia sekolah.
Dwi Susilawati. 2012. Hubungan Antara
Dukungan Keluarga Penelitian ini adalah Hasil dari penelitian ini
Dengan Tingkat deskriptif korelatif yaitu terdapat hubungan
Kecemasan Penderita dengan rancangan yang kuat antara
Kanker Serviks Paliatif crossectional. Data dukungan keluarga
Di RSUP Dr Sardjito diperoleh dengan cara dengan tingkat
Yogyakarta responden mengisi kecemasan penderita
kuesioner. Sampel kanker serviks paliatif (r)
penelitian yaitu -1,000. Perawat
penderita kanker senantiasa meningkatkan
serviks paliatif di pelayanan kepada
Poliklinik Penyakit penderita kanker serviks
Kandungan dan IRNA dengan memperhatikan
(Anggrek I) RSUP Dr kebutuhan bio-psiko-
Sardjito dan memenuhi sosio dan spiritual
kriteria inklusi. Data melalui pendidikan
hubungan dianalisis kesehatan dan konseling
dengan menggunakan kepada penderita
Gamma Corelation. maupun keluarga.
Variabel yang
digunakan adalah
kuantitatif.
F. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Peneliti
Tabel 1.2
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak
1. Definisi
Menurut Supartini (2014, hlm.5) anak adalah individu yang unik dan bukan orang
mini. Anak juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai
secara sosial ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan
kesehatan secara individual. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang
Lingkungan yang dimaksud bisa berupa keluarga (orang tua), pengurus panti (bila
anak berada di panti asuhan), atau bahkan tanpa orang tua bagi mereka yang hidupnya
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara
bertahap berat dan tinggi anak akan semakin bertambah dan secara simultan
tumbang pada dasarnya merupakan dua peristiwa yang berbeda, akan tetapi saling
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
berkaitan dengan pematangan fungsi sel atau organ tubuh individu (Riyadi, 2009,
hlm.2).
Dalam penelitian Thomas Ari Wibowo (2010) mengatakan, tahap tumbuh kembang
yang optimal dapat tercapai bila kebutuhan anak baik fisik maupun psikis terpenuhi
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Riyadi (2009). Jadi, seorang anak
dikatakan sehat apabila dalam keadaan sejahtera sempurna secara fisik, mental, dan
sosial yang harus dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai tingkat
B. Kanker
1. Definisi
Kanker sering disebut dengan tumor atau neoplasma ganas merupakan jaringan
menerus tidak terbatas dan tidak terkoordinasi dibandingkan dengan jaringan normal
yang ada di sekitarnya. Sel-sel abnormal yang tumbuh secara cepat dan tidak
terkendali, kemudian dapat menyerang pada bagian sebelah tubuh dan menyebar ke
organ yang lain. Proses ini disebut sebagai metastasis yang merupakan penyebab
umum kematian akibat kanker (WHO, 2014 dalam Firman, 2017, hlm.2). Menurut
American Cancer Society (2008), kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai
oleh pertumbuhan dan perkembangan sel-sel abnormal yang tidak terkontrol. Kanker
dapat dicetuskan oleh faktor eksternal maupun faktorinternal yang memicu akan
2. Etiologi
Kategori agen atau faktor tertentu telah memberikan implikasi pada karsinogenik,
agen tersebut antara lain: virus, agen fisik, agen kimia, faktor keturunan, faktor
makanan, dan agen hormonal (Smeltzer, 2002 dalam Adriani, 2018, hlm.22). Kanker
penting pada karsinogenesis (proses pembentukan neoplasma atau tumor ganas) yang
telah dibuktikan dengan berbagai penelitian. Faktor lingkungan yang dimaksud dari
berbagai jenis virus, bahan kimia dan radiasi pengion (radiasi yang menimbulkan
ionisasi dan eksitasi pada materi yang ditembus) dan ultraviolet. Sebagian faktor
lingkungan tersebut bersifat biologis yang sama dan dapat mengakibatkan kerusakan
pada DNA. Kesamaan sifat ini menjadi dugaan bahwa DNA sel merupakan sasaran
utama semua bahan karsinogenik dan kanker dapat disebabkan dari perubahan DNA
a. Faktor keturunan
Beberapa keluarga memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker tertentu
b. Kelainan kromosom
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan seperti gaya hidup dan pola makan selain mendorong
meningkatnya faktor gen muncul, juga mampu memicu kanker sekalipun tanpa
faktor keturunan.
d. Makanan
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lainnya untuk kanker, terutama
kanker pada saluran pencernaan. Diet yang banyak mengandung makanan yang
3. Tanda Gejala
Gejala yang muncul menurut Kresno (2012, hlm.4) pada kanker tergantung
Dari jenis jaringan atau organ tubuh yang merasakan sakit, seperti:
a. Nyeri
Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang melebar sehingga menekan saraf dan
peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh. Nyeri akan semakin bertambah
b. Anemia
Anemia terjadi karena sebagian besar klien mengalami kanker metatastik. Anemia
secara dini terjadi pada mereka yang menderita kanker sel-sel pembentukan
darah, atau kanker yang menyebabkan perdarahan menahun, seperti kanker rahim,
usus besar.
e. Perdarahan atau pengeluaran yang berlebihan, seperti darah berwarna hitam dan
pus.
f. Perubahan kebiasaan saat buang air besar, seperti padafrekuensi, warna dan
teksturnya.
4. Patofisiologi
didalam tubuh. Perkembangan kanker terjadi melalui proses suatu rangkaian proses
gen yang memiliki peranan penting dan keterlibatan dalam transformasi sel sel
normal ke sel kanker yang terkait dengan pertumbuhan sel, siklus sel, diferensiasi,
dan perbaikan deoxyribonucleic acid (DNA). Perubahan yang terjadi dapat berupa
mutase gen yang mengakibatkan perubahan fungsi dari setiap gen tersebut.
kerusakan DNA akibat interaksi faktor genetic dengan agen perusak. Yang disebut
a. Karsinogen fisik, seperti radiasi yang bersifat mutagenic dari ultraviolet, sinar-X,
c. Karsinogen biologis, seperti infeksi kronis dan jenis Human Papilloma Virus
(HPV), Hepatitis B Virus (HBV), Hepatitis C Virus (HVC), bakteri, dan parasit
lainnya.
DNA yang rusak mengalami kegagalan dalam proses perbaikan. Hal ini disebabkan
oleh adanya mutase atau transformasi seel yang menghasilkan klon bersifat ganas
yang tidak merespon pada mekanisme pengaturan secara normal dan proliferasi tanpa
melihat kebutuhan tubuh. Mutasi diturunkan kedalam golongan gen yang berperan
penting dalam mekanisme pertumbuhan dan pembelahan sel dalam siklus sel.
Golongan gen tersebut yaitu protoonkogen, gen supresi tumor, gen pengatur
pertumbuhan, perkembangan, dan pembelahan sel secara normal. Gen supresi tumor
sebagai gen protektif yang berperan untuk menghambat pertumbuhan sel dengan
melakukan evaluasi pada tingkat pembelahan sel. Gen pengatur apoptosis memiliki
peranan memprogram kematian sel secara normal. Sementara gen yang memperbaiki
kesalahan yang terjadi pada saat sel menduplikasi DNA sebelum melakukan proses
pembelahan.
Bentuk mutase dari protoonkogen disebut dengan onkogen yang dapat berkembang
yang dihasilkan oleh oonkogen normal yang tidak mengalami ketergantungan pada
faktor pertumbuhan. Hal ini menyebabkan produk yang dihasilkan dari faktor
stimulasi, tidak terkendalinya faktor pertumbuhan dengan kadar actor transkripsi yang
meningkat. Efek karsinogenik sebagai predisposisi kanker dapat dihasilkan oleh satu
salinan aktif yang cukup. Mutasi protoonkogen dapat ditemukan pada kanker serviks,
Terjadinya mutase pada gen supresi tumor menyebabkan hilangnya fungsi dari gen
tersebut, yaitu untuk menghambat pertumbuhan sel secara normal dan mencegah
pembentukan tumor. Sel tidak merespon atau mengabaikan terhadap jaringan sinyal
gen supresi tumor dapat ditemukan pada kanker: retinoblastoma, payudara, paru,
kegagalan pada sel-sel yang mengalami kerusakan DNA untuk mati secara
terprogram. Sementara jika terjadinya mutase pada gen perbaikan DNA akan
kerusakan tersebut tidak sempat untuk diperbaiki oleh gen perbaikan DNA, dapat
Pada dasarnya proses terbentuknya kanker terbagi dalam tiga tahap, yaitu inisiasi,
promosi, dan progresi yang dapat dikatakan sebagai model klasik dari
karsinogenesis.
a. Tahapan inisiasi
Dimulai ketika pertama kali kontak dengan karsinogen (radaisi, kimia, virus, dan
mempengaruhi sel normal kearah keganasan (kanker). Akan tetapi, semua sel
menjadi lebih rentan atau peka pada karsinogen sebagai akibat kelainan genetic
pada sel.
b. Tahap promosi
Tahap ini sebagai pekembangan sel dari tahapan inisiasi dengan membentuk klon
melalui proliferasi dan mutase yang pada akhirnya terbentuk sel yang abnormal
c. Tahap progresi
Suatu tahapan ketika klon sel mutan memperoleh satu atau lebih karakteristik
heterogen, lebih agresif atau memiliki kemampuan yang lebih dalam menghindari
tekanan dari sistem imun, dan lebih banyak mengalami perubahan yang
Kerusakan gen yang mengontrol pertumbuhan dan pembelahan sel yang terjadi
selama hidup seseorang juga dapat dipengaruhi oleh faktor gaya hidup. Pola
kebiasaan hidup yang tidak sehat sebagai faktor risiko kanker utama, khususnya
seperti kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, diet yang tidak sehat,
5. Tindakan Medis
a. Pembedahan
Peran awal pembedahan adalah diagnosis dan stadium kanker. Dari organ atau
jaringan yang telah diangkat, dibiopsi dan penetapan stadium kanker dapat
telah dikenal dan banyak membantu pasien kanker yang lebih lanjut. Pembedahan
b. Radioterapi
Keuntungan dari terapi yang memakai high energy beams adalah kemampuan
kulit minimal hanya karena 20% dari dosis yang dapat mengenai kulit. Dengan
hight energy beams, dosis yang lebih tinggi dapat diberikan dengan efek samping
yang minimal.
c. Kemoterapi
yang ada, tetapi sangat kecil untuk dideteksi lewat teknik-teknik diagnostik yang
ada.
C. Kecemasan
1. Definisi
individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui
secara khusus penyebabnya (Dalami, 2009, hlm.65). Ansietas merupakan istilah yang
sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir,
gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat
terjadi atau menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan.
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang
Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap
bahaya (Stuart, 2013, hlm.144). Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang
samar-samar karena ketidakmampuan atau rasa takut yang disertai suatu respons
(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak
menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan
Didukung oleh jurnal Ikeu Nurhidayah (2016) yang mengatakan anak dengan kanker
memiliki kecemasan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan anak sehat. Hal
ini terjadi sebagai dampak dari proses penyakitnya itu sendiri ataupun akibat dari
pengobatannya. Tingkat kecemasan yang tinggi ini berpengaruh terhadap fungsi fisik,
emosi, sosial, psikologis, sekolah, dan kognitif sehingga tumbuh kembang anakpun
terganggu.
2. Gejala Klinis Cemas
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
Selain keluhan-keluhan secara umum diatas, adalagi kelompok cemas yang lebih
berat yaitu gangguan cemas menyeluruh, gangguan panik, gangguan phobik dan
3. Tingkat Kecemasan
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan
Respon fisiologi
Respon kognitif
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
Respon fisiologi
c) Mulut kering.
d) Anoreksia.
e) Diare/konstipasi.
f) Gelisah.
Respon kognitif
c) Susah tidur.
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu
Respon fisiologi
a) Nafas pendek.
d) Penglihatan kabur.
e) Ketegangan.
Respon kognitif
c) Bloking.
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan
terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
Respon fisiologi
a) Nafas pendek.
c) Sakit dada.
d) Pucat.
e) Hipotensi.
Respon kognitif
d) Persepsi kacau.
a. Faktor Predisposisi
dapat berupa:
situasional.
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
b. Faktor Presipitasi
tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
123-124).
Alat ukur kecemasan yang digunakan untuk mengetahui tingkat kecemasan pada
anak, teori tersebut dikembangkan oleh Dona L Wong (2009). Teori tersebut terdiri
dari jawaban “Ya” dan “Tidak”. Bila menjawab “Ya” maka diberikan skor 2, apabila
menjawab “Tidak” maka diberikan skor 1. Teori tersebut membagi dalam 3 tingkat
kecemasan dengan skor 7-9 = tingkat kecemasan ringan, skor 10-12 = tingkat
D. Filial Therapy
1. Pengertian
Filial therapy adalah suatu cara untuk mengatasi masalah pada anak, karena hal ini
sangat berpengaruh positif dan adanya dukungan dari keluarga. Terapi ini nantinya
akan dilakukan langsung oleh kedua orang tua dalam mengajak anaknya bermain,
yang diawali dengan mementori orang tua terlebih dahulu sebelum dilakukan ke anak
Menurut Athena (2009) ada beberapa tujuan dari dilakukannya filial therapy:
a. Panduan orang tua untuk bekerja secara langsung dalam memperdalam hubungan
b. Mengubah respon emosional anak kepada orang tua mereka untuk menjadikan
c. Mengubah persepsi anak terhadap orang tua mereka pada tingkat kognitif dengan
keterampilan umum kepada orang tua, nantinya akan memudahkan orang tua dalam
keterlibatan aktif pada saat melakukan filial therapy. Menurut Louise (2013, hlm.18)
pada filial therapy ada beberapa fungsi yang bertujuan untuk pencapaian tindakan
tersebut, yaitu:
a. Filial therapy menekankan bahwa orang tua dan anak akan berkolaborator aktif
c. Filial therapy mengubah perilaku dan sikap anak dalam tindakan maupun lisan
lebih baik.
d. Filial therapy membuat orang tua tahu cara mengasah kemampuan anak dalam
memecahkan masalah.
e. Filial therapy mengajarkan anak untuk berani mengatakan apa yang dia rasakan.
b. Mengubah satu bagian sistem yang dapat memicu perubahan dalam sistem secara
keseluruhan.
c. Orang tua dapat menawarkan bermain atau kegiatan khusus untuk anaknya dalam
d. Akan adanya kerja sama yang harmonis dalam peran orang tua dan anak.
Menurut Athena (2009) manfaat yang akan didapatkan setelah dilakukan filial
therapy adalah
E. Kerangka Teori
Skema 2.1
Kerangka Teori
1. Nyeri
2. Anemia
3. Adanya benjolan atau tumor pada bagian tubuh.
4. Perubahan jaringan abnormal secara cepat dan
KANKER progresif.
5. Perdarahan atau pengeluaran yang berlebihan,
seperti darah berwarna hitam dan pus.
6. Perubahan kebiasaan saat buang air besar, seperti
padafrekuensi, warna dan teksturnya.
7. Luka yang tidak sembuh-sembuh.
Tindakan Medis Yang Dapat
Dilakukan:
a. Pembedahan
b. Kemoterapi
c. Terapi Radiasi
Dampak Psikologis Yang Ditimbulkan:
1. Kecemasan
2. Depresi
3. Stress
4. Kepercayaan Diri Rendah
Dampak Fisik Yang Ditimbulkan:
1. Kerontokan rambut
2. Mual dan muntah Penatalaksaan Kecemasan:
3. Sariawan 1. Filial Therapy
4. Sakit tenggorakan
2. Terapi Bercerita
5. Kelelahan
3. Terapi Musik
4. Alternatif lainnya
Sumber: Junaidi, (2014, hlm.16-17), Kresno, (2012, hlm.3-4), Landerth, (2013, hlm.365),
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Kerangka konseptual dalam penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lain dari masalah yang akan diteliti. Kerangka
konsep ini berguna untuk menghubungkan atau menjelaskan secara lebih luas tentang
topik yang akan dibahas. Kerangka konsep ini didapatkan dari ilmu atau teori yang
ringkasan tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai dengan variabel
yang diteliti.
Kerangka konsep
2. Variabel Peneliti
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Filial therapy sedangkan variabel terikat
B. Hipotesis
didasarkan atas teori yang relevan. Bentuk rumusan hipotesis sama seperti bentuk
rumusan masalah yaitu hipotesis asosiatif dan struktural (Sugiyono, 2013, hlm.59).
Hipotesis alternative (Ha) apabila Pvalue ≤/= 0,05 yang berarti ada perbedaan yang
signifikan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan filial therapy pada anak
dengan kanker.
Hipotesis nol (H0) apabila Pvalue ≥0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan
tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan filial therapy pada anak dengan
kanker.
C. Desain Penelitian
sehingga dapat menuntun peneliti untuk mendapatkan jawaban dari penelitian yang akan
sebagai berikut:
1 X 2
Skema 3.2
Desain penelitian
Keterangan :
D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjelasan tentang semua variabel dan istilah yang terdapat
dalam penelitian. Dalam definisi operasional ini akan dijelaskan secara padat mengenai
unsur-unsur dalam penelitian meliputi caranya untuk menentukan variabel dan mengukur
suatu variabel (Setiadi, 2013, hlm.122-123). Dalam penelitian ini peneliti akan
mengetahui pengaruh filial therapy terhadap tingkat kecemasan anak dengan kanker yang
dilakukan dengan cara pretest dan posttest yang akan diukur dengan lembar kuesioner
yang dikembangkan oleh Dona L Wong (2009) untuk mengetahui adakah perubahan
Tabel 3.1
Definisi operasional
1. Populasi
Populasi bukan sekedar objek atau subjek yang akan dipelajari, namun juga termasuk
seluruh karakteristik atau sifat dimiliki objek atau subjek itu. Populasi sendiri
merupakan wilayah atau generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti
untuk dipelajari yang kemudian dapat ditarik sebuah kesimpulan (Setiadi, 2013,
hlm.100). Populasi dalam penelitian ini adalah anak dengan kanker yang berjumlah
2. Sampel
Sampel penelitian adalah objek dari keseluruhan yang diteliti dan dianggap dapat
mewakili dari populasi dengan kriteria yang telah ditentukan. Dengan demikian
sampel merupakan elemen-elemen populasi yang telah dipilih sesuai dengan kriteria
yang ditentukan dan dianggap dapat mewakili populasi (Setiadi, 2013, hlm.102).
Sampel dalam penelitian ini adalah anak dengan kanker yang didapatkan dari RSUD
a. Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau syarat umum yang harus dipenuhi oleh
2. Kriteria Eksklusi
c.) Pasien anak dengan kanker yang telah berada di stadium terakhir.
3. Teknik sampel
Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang benar
benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan
sampel dimana seluruh jumlah populasi digunakan sebagai sampel (Ariyani, 2014,
populasi yang kurang dari 100, sehingga seluruh populasi diambil sebagai sampel.
F. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilakukan kepada anak dengan kanker di RSUD Dr.Moewardi
Surakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2019 sampai dengan bulan April
2019 mulai dari pengambilan data hingga penyusunan hasil sesuai dengan jadwal.
G. Etika penelitian
Terkait pelaksanaan sebuah penelitian terdapat etika-etika yang harus di patuhi seorang
peneliti, karena etika merupakan masalah yang sangat penting dalam sebuah penelitian.
Maka dalam penelitian etika sangat perlu diperhatikan dengan menjaga hak-hak
responden yang harus dipenuhi dan kewajiban yang yang harus dipenuhi, menurut
dilakukan antara responden dengan peneliti secara tertulis dengan informed consent
yang akan diberikan peneliti kepada responden dengan cara memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Informed consent ini bertujuan agar responden
mengerti dan memahami apa maksud dari dilakukannya penelitian ini, dan
sebuah penelitian yang akan dilakukan dengan cara tidak mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan nama tersebut dapat digantikan dengan kode
pada lembar pengumpulan data ataupun dalam hasil yang akan disajikan. Dalam
penelitian ini menjamin kerahasiaan identitas anak yang akan menjadi responden.
3. Kerahasiaan
peneliti akan dijaga kerahasiaannya dan hanya kelompok data yang akan disajikan
1. Data primer
Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung oleh peneliti dari
lembar kuesioner. Lembar kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
kode responden, umur, dan jenis kelamin. Data ini diambil sebelum diberikan
intervensi filial therapy dan setelah dilakukan intervensi filial therapy. Lembar
observasi yang akan digunakan yaitu dengan kuesioner yang dikembangkan oleh Dona
L Wong (2009). Kuesioner tersebut meliputi kode responden, umur, jenis kelamin
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung
didapatkan peneliti dari responden. Data sekunder yang didapatkan dalam penelitian
ini dari wawancara dengan orang tua dan rekam medik pasien di RSUD Dr.Moewardi
Surakarta.
Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui beberapa jenis data yang diperoleh
Wong (2009).
Cara mengukur:
menjadi responden).
cara menanyakan atau melihat terkait item yang terdiri dari 7 pertanyaan yang
harus dijawab dengan “Ya” atau “Tidak” dengan keterangan sebagai berikut:
Alat bermain yang digunakan pada anak usia 6-12 tahun: papan ular tangga.
a. Validitas
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standart adalah alat
ukur yang melalui validitas data dan reliabilitas data. Peneliti tidak melakukan uji
(2009).
b. Reliabilitas
Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat ukur
pengukuran terhadap fakta atau kenyataan hidup yang diamati beberapa kali dan
dalam waktu berlainan. Peneliti tidak melakukan uji reliabilitas dikarenakan peneliti
Prosedur dalam pengumpulan data dapat menggunakan lembar observasi yang akan
didapatkan informasi atau data dari responden atau orang tua responden. Dalam
a. Pra Penelitian
Telogorejo Semarang.
2. Mengajukan surat ijin pengambilan data dan melakukan penelitian di RSUD
4. Mendapatkan sampel dan kriteria yang diharapkan dan yang sudah ditetapkan.
b. Penelitian
ini dilaksanakan.
3. Menjelaskan kepada orang tua untuk memilih jenis permainan yang cocok untuk
4. Menjelaskan prosedur permainan kepada orang tua agar orang tua mengerti tata
6. Memberikan intervensi filial therapy selama kurang lebih 45-60 menit sesuai
prosedur.
1. Mencatat atau mendokumentasikan hasil dari pretest dan posttest pada lembar
K. Pengolahan Data
a. Editing
Rencana peneliti akan dilakukan editing dari pengumpulan hasil lembar observasi.
Jika ternyata terdapat data atau informasi yang kurang atau tidak lengkap, dan tidak
tersebut dikeluarkan (Drop out). Hasil dari penelitian ini seperti kode responden,
b. Coding
Coding atau kode merupakan instrument yang berbentuk kolom-kolom yang berisi
kode dari nomer responden, dan nomor-nomor pertanyaan yang digunakan merekam
data secara normal. Pemberian kode yang bertujuan untuk mempermudah dalam
melakukan pengolahan data. Rencana penelitian dalam memberikan kode untuk hasil
intervensi filial therapy terhadap tingkat kecemasan, jika hasilnya tidak cemas
diberikan kode 0, jika mengalami kecemasan ringan diberikan kode 1, jika tingkat
kecemasan sedang diberi kode 2, jika tingkat kecemasan berat diberi kode 3, jika
c. Data entry
Memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database
tabel kontigensi. Dalam rencana penelitian akan memasukkan data yang meliputi
kode responden, jenis kelamin, usia, kecemasan sebelum perlakuan, dan kecemasan
setelah perlakuan.
kelengkapan, dan sebagainya dari data yang diperoleh yang kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi. Dalam proses cleaning pada jumlah kemoterapi belum
data tersebut.
L. Analisa data
Analisa data suatu penelitian terdapat beberapa tahap menurut Notoarmojo (2012, hlm.
182-183).
a. Analisis univariat
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh atau korelasi dari dua
variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini menganalisis pengaruh dari filial
therapy terhadap tingkat kecemasan anak dengan kanker di RSUD Dr. Moewardi
dilakukan uji normalitas diperoleh nilai pvalue ≤/= 0,05 maka terdapat perbedaan
yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan filial therapy. Sedangkan apabila
dilakukan uji normalitas diperoleh nilai pvalue ≥ 0,05 maka tidak terdapat perbedaan
yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan filial therapy. Peneliti akan
menggunakan data numerik apabila data berdistribusi normal uji yang digunakan
adalah uji T test berpasangan, dan apabila data berdistribusi tidak normal peneliti
RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah salah satu rumah sakit daerah terbaik dan dipilih
untuk masyarakat dalam melakukan pengobatan, dari beberapa rumah sakit daerah
lainnya di Jawa Tengah. Rumah Sakit tersebut didirikan pada tahun 1988 dan berlokasi di
Jl. Kolonel Sutarto No.132, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126. Fasilitas
pelayanan yang terdapat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah sebagai berikut:
instalasi rawat jalan yaitu: Rawat Jalan Paviliun Cendana, Rawat Jalan Reguler, instalasi
rawat darurat, instalasi rawat inap yaitu: ruang cendana, ruang anggrek, ruang mawar dan
ruang melati. Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta juga dilengkapi fasilitas seperti ATM
Center, Tempat Parkir yang luas, Ruang Tunggu pasien yang lebar.
A. Analisis Univariat
Dalam penelitian ini terdapat 42 responden dengan usia minimal 6 tahun dan
maksimal 12 tahun pada anak dengan kanker yang dirawat di ruang Melati 2
Tabel 4.1
Hasil Analisis Univariat-Usia Responden Pasien Anak Dengan Kanker RSUD Dr.Moewardi
Surakarta
Berdasarkan dengan data pada tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa pada kelompok
intervensi anak dengan kanker usia 6 tahun berjumlah 7 responden (16.7%), anak
responden (7.1%), anak usia 9 tahun berjumlah 5 responden (11.9%), anak usia 10
jumlah terbanyak dalam kelompok intervensi adalah pada anak usia 10 tahun
Tabel 4.2
Hasil Analisis Univariat-Jenis Kelamin Responden Pasien Anak Dengan Kanker RSUD
Dr.Moewardi Surakarta
Responden dalam penelitian ini terdiri dari 1 kelompok yaitu kelompok intervensi
sebagai berikut:
Tabel 4.3
Tingkat kecemasan anak dengan kanker di RSUD Dr.Moewardi Surakarta sebelum dilakukan
intervensi Filial Therapy pada bulan April 2019
Pre
Tabel 4.4
Tingkat kecemasan anak dengan kanker di RSUD Dr.Moewardi Surakarta setelah dilakukan
intervensi Filial Therapy pada bulan April 2019
Post
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh hasil setelah dilakukan perlakuan dengan tingkat
Tabel 4.5
Tingkat kecemasan anak dengan kanker di RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebelum dan setelah
dilakukan intervensi Filial Therapy pada bulan April 2019
Pada tabel 4.5 didapatkan nilai hasil tingkat kecemasan sebelum dilakukan filial
therapy dengan nilai minimal 11 dan nilai maksimal 13, sedangkan nilai rata-rata
yaitu 12.3 dan standar deviasi yaitu 0.7. Setelah dilakukan filial therapy
didapatkan nilai minimal 7 dan nilai maksimal 8, sedangkan nilai rata-rata yaitu
7.4 dan standar deviasi 0.5. Tingkat kecemasan tersebut dikategorikan menurut
teori yang dikembangkan oleh Dona L Wong (2009). Teori tersebut membagi
dalam 3 tingkat kecemasan dengan skor 7-9 = tingkat kecemasan ringan, skor 10-
B. Analisis Bivariat
melakukan uji normalitas, uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan
Shapiro Wilk karena data kurang dari 50. Hasil uji normalitas diuraikan dalam
Tabel 4.6
Uji normalitas Tingkat kecemasan responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi filial
therapy pada pasien anak dengan kanker di RSUD Dr.Moewardi Surakarta pada Bulan April 2019
Test of Normality
Shapiro Wilk
Pre Post
P-value Interpretasi P-value Interpretasi
0.0001 Tidak normal 0.0001 Tidak normal
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa p-value sebelum dan setelah diberikan
tindakan filial therapy pada kelompok intervensi adalah 0.0001 dan 0.0001 maka
Tabel 4.7
Analisis Perbedaan Pengaruh Filial Therapy Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Dengan Kanker
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Bulan April 2019
diketahui pada kelompok intervensi nilai mean rank 21,5 negative rank 42,
positive rank 0 dan p-value 0.0001. Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi
diajukan dalam penelitian ini diterima, yang berarti ada pengaruh filial therapy
Tabel 4.8
Analisa Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Dengan Kanker di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Setelah dilakukan Filial Therapy Bulan April 2019
Hasil dari analisa tabel 4.8 didapatkan tingkat kecemasan rata-rata sebelum
dilakukan filial therapy yaitu 12.3 dan rata-rata setelah dilakukan filial therapy
7.4. Sehingga terjadi penurunan tingkat kecemasan sebanyak 4.9. Didapatkan pula
kecemasan.
1. Analisa Univariat
a. Jenis kelamin
Penelitian ini selaras dengan hasil Riskesdas (2018) yang menyatakan bahwa
anak dengan kanker berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada anak
laki-laki. Dengan perbandingan 2.9% atau sekitar 995 ribu anak perempuan
Selain itu penelitian ini didukung oleh teori Delphie (2009, hlm.134) bermain
merupakan suatu kegiatan yang melekat pada anak. Dimana dengan melakukan
permainan dapat mengembangkan pola pikir anak, emosi anak, imajinasi anak,
Penelitian ini juga selaras dengan penelitian Febriana Sartika Sari (2012) yang
daripada anak laki-laki karena anak perempuan lebih sensitif dan mendapat
b. Usia
Pada penelitian ini didapatkan hasil usia responden yang diberikan filial
therapy yaitu anak usia 6 tahun berjumlah 7 responden (16.7%), anak usia 7
responden (7.1%), anak usia 9 tahun berjumlah 5 responden (11.9%), anak usia
jumlah terbanyak dalam kelompok intervensi adalah pada anak usia 10 tahun
Penelitan ini didukung data dari Riskesdas (2018) yang menyatakan bahwa
banyak anak-anak yang terdiagnosis kanker. Terutama pada anak usia sekolah
dengan persentasi 0.31% atau sekitar 142 ribu anak dengan kanker.
motorik yang cukup, dan jiwa sosial yang cukup baik. Secara sosial anak usia
sekolah memiliki hubungan yang baik dengan teman sebaya maupun dengan
orang lain disekitarnya, namun perlu adaptasi untuk mampu beradaptasi sosial
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandao Manado yang menyatakan bahwa anak yang
sering kali pasien menolak saat akan diberikan tindakan oleh perawat atau saat
didatangi dokter. Responden awalnya juga merasa takut atau menutup diri saat
berjalannya intervensi yang dilakukan langsung dari orang tua kepada anak,
ekspresi dan tingkah laku anak menjadi berubah. Hasil perubahan tingkah laku
anak setelah diberikan filial therapy, anak tampak tidak menangis dan tidak
lagi takut saat bertemu dengan perawat dan dokter, walaupun ada beberapa
pasien yang masih tampak gelisah pada saat akan dilakukan tindakan.
Setelah dilakukan filial therapy didapatkan nilai hasil tingkat kecemasan
rendah dengan nilai 7 pada 24 responden (57.1%), sedangkan nilai hasil tingkat
Filial therapy itu sendiri adalah suatu terapi bermain yang dilakukan secara
langsung terhadap orang tua kepada anak (Landerth, 2013, hlm. 25). Maka dari
itu dengan adanya peran orang tua yang bertindak langsung untuk mengatasi
menjadikan anak lebih merasa nyaman dan terbuka mengenai apa yang dia
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marziyeh (2013), pada
filial therapy dapat mengubah tingkah laku yang disebabkan oleh stress dan
bisa merasa lebih santai dan mengekspresikan segala perasaan dengan bebas,
terlebih lagi dengan adanya orang tua yang mendampingi, sehingga dapat
dari 10 responden anak dengan stress dan kecemasan yang tinggi yang
dilakukan dengan filial therapy, hari kedua setelah dilakukan terapi 7 anak
menunjukkan adanya perubahan tingkah laku. Pada usia anak biasanya cukup
memudahkan anak untuk memanipulasi daya ingat untuk tidak merasa cemas.
Penelitian ini juga selaras dengan penelitian Sa’idah Hardiani (2014) yang
pengaruh filial therapy terhadap tingkat kecemasan pada anak retardasi mental
dengan p-value (0,001). Bahwa penelitian ini tidak hanya berpengaruh untuk
anak tersebut berperilaku arrogant mudah marah dan tidak menurut pada
perintah orang tua, yang tentunya setelah dilakukan terapi selama tiga sesi
dalam satu minggu yang secara langsung dilakukan terhadap orang tua
Peneliti menganalisa setelah dilihat dari hasil dan didukung oleh jurnal terkait
seperti penelitian Marziyeh (2013) yang berjudul Reaching out to single parent
2. Analisa bivariat
filial therapy nilai tingkat kecemasan tinggi terdapat 17 responden dengan nilai
tingkat kecemasan sebelum dilakukan filial therapy 12.3 dan rata-rata setelah
setelah diberikan filial therapy. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pada
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak
Hal ini yang menyebabkan anak merasakan cemas yang berlebihan selama
kecemasan pada anak. Maka dari itu sesudah dilakukan filial therapy ada
lebih tenang, mau terbuka atau menjadi tidak menangis dan serta mau
Penelitian ini selaras dengan teori Supartini (2014, hlm.90) yang menyatakan
interpersonal antara anak dengan orang tua, anak dengan perawat, atau anak
orang tua dan anak, selain itu dapat mengubah respon emosional anak, dengan
Penelitian ini juga selaras dengan penelitian Marziyeh (2010) yang berjudul
dilakukan filial therapy dengan p-value <0.05 dari tingkat kecemasan tinggi
therapy adalah orang tua yang melakukan pendekatan atau saat perawatan
anak yang sedang sakit dengan melakukan terapi bermain selama tiga puluh
dalam keluarga dalam bersosialisasi maupun anak lebih patuh saat menjalani
perawatan.
Penelitian ini juga selaras dengan penelitian Nick Cornett (2012) yang berjudul
A Filial Therapy Model Through a Family Therapy Lens: See the Possibilities
yang menyatakan bahwa saat anak menjalani pengobatan bukan hanya terapi
obat saja yang harus diberikan tetapi terapi dengan keluarga juga harus
penting dalam mengatasi psikologis anak saat menjalani pengobatan. Saat anak
merasa takut, merasa cemas dan gelisah, hanya keluarga yang mampu
Peneliti menganalisa dilihat dari hasil dan jurnal terkait dari penelitian
Filial Therapy Model Through a Family Therapy Lens: See the Possibilities,
sebelum dan setelah dilakukan filial therapy pada anak dengan kanker.
b. Keunggulan penelitian
Intervensi penelitian ini baru pertama kali dilakukan kepada responden anak
dengan kanker. Walaupun begitu penelitian ini berjalan dengan baik dan
penelitian ini, dimana filial therapy seharusnya dipakai untuk semua usia anak,
tetapi peneliti hanya memakai anak usia sekolah saja dengan jenis permainan
yang sama.
BAB V
PENUTUP
Bab V ini peneliti menyampaikan kesimpulan dan saran yang disusun berdasarkan uraian pada
bab I-IV yang telah dibahas sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan
A. Kesimpulan
a. Tingkat kecemasan yang berdasarkan usia pada penelitian ini didapatkan hasil anak
anak usia 8 tahun merupakan usia paling sedikit yaitu berjumlah 3 responden (7.1%),
sedangkan anak usia 10 tahun usia terbanyak yaitu berjumlah 11 responden (26.2%).
b. Hasil tingkat kecemasan sebelum dilakukan filial therapy dengan nilai tingkat
responden (40.5%).
didapatkan nilai hasil tingkat kecemasan rendah dengan nilai 7 pada 24 responden
(57.1%), sedangkan nilai hasil tingkat kecemasan rendah dengan nilai 8 pada 18
responden (42.9%).
d. Dalam penelitian filial therapy sebelum dan setelah dilakukan intervensi, didapatkan
kurang dari 50 dengan p-value (0.0001) sebelum dilakukan filial therapy dan p-value
e. Penelitian ini menggunakan analisa uji Wilcoxon, dimana pada kelompok intervensi
didapatkan hasil p-value (0.0001) atau <0.05. Sehingga pada intervensi filial therapy
ini Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan setelah diberikan
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh ada beberapa saran yang perlu dijadikan
Hail penelitian ini dihaarapkan dapat menggunakan filial therapy sebagai alternative
dalam melakukan tindakan dalam penurunan tingkat kecemasan anak dengan kanker.
2. Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan refrensi bagi institusi dalam
Pendidikan Kesehatan.
3. Bagi peneliti
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dijadikan dasar untuk peneliti selanjutnya
yang akan meneliti variabel yang berbeda, sehingga akan mendapatkan analisa mana