BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
serta yang masih ada di dalam kandungan dan untuk menjamin terpenuhinya hakhak anak diperlukan
adanya undang-undang yang mengatur tentang perlindungan
Anak menyatakan bahwa setiap anak memiliki hak untuk hidup, tumbuh,
penduduk Indonesia terdiri dari 30% anak-anak, mereka semua adalah masa depan
bangsa dan layak mendapatkan perhatian kesehatan agar proses tumbuh kembang
tidak terganggu.
terjadi sejak adanya konsepsi dan terus berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan
adalah proses bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ
(skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih. & Ranuh, 2013). Proses
tumbuh kembang sangat penting untuk anak, karena pada masa ini pertumbuhan
dibandingkan dengan anak tidak anemia (Zulaekah, Purwanto, & Hidayati, 2014).
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada
anak serta dapat memberikan dampak yang buruk pada proses tumbuh kembang
anak (Novi, Eli & Bandorsono, 2014). Anemia adalah suatu keadaan dimana
konsertrasi hemoglobin (Hb) rendah atau hematokrit berdasarkan nilai ambang
batas (referensi) yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah
dengan pansitopenia (penurunan jumlah sel darah) darah tepi dan menurunnya
aplastik biasanya memiliki tanda gejala seperti terlihat pucat, kelemahan otot serta
demikian, anak dapat melakukan aktivitasnya sampai batas toleransi agar anak
tidak merasa jenuh dan menarik diri dari pergaulannya, dari aktivitas ini anak
yang dilakukan oleh Putrihantini & Erawati (2013) menyatakan bahwa anemia
yang terjadi pada anak usia sekolah dapat menurunkan kemampuan kognitif anak
Salah satu masalah keperawatan yang muncul pada anak dengan anemia
anak atau memberikan istirahat yang cukup serta pengiriman oksigen ke jaringan
masih dalam batas yang dapat ditoleransi (Hidayat, 2008). Hasil yang diharapkan
agar anak dapat bermain dan istirahat dengan tenang dan dapat melakukan
aktivitas sesuai dengan batas kemampuan serta tidak menunjukkan adanya tandatanda aktivitas fisik
seperti keletihan (Wong, 2004).
bulan yaitu 94,0%, sedangkan di Asia mencapai 89,6%, Amerika 86,0% dan
Eropa 12,3% (WHO, 2011). Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Badan
didapatkan angka yang lumayan besar pada balita yang menderita anemia pada
usia 12 sampai 59 bulan yaitu 28,1%. Menurut Sudoyo dkk (2010), prevalensi
anemia di Indonesia pada anak pra sekolah mencapai 30% sampai 40%.
aplastik, dengan 4 orang laki-laki dan 6 orang perempuan, dari 10 orang pasien
2017 terdapat kasus anemia aplastik pada anak sebanyak 155 kasus, diantaranya
kasus anemia aplastik pada anak usia 0-5 tahun sebanyak 33 kasus dan kasus
anemia aplastik pada anak usia 6-17 tahun sebanyak 122 kasus. Sedangkan
sepanjang tahun 2018 terdapat kasus anemia aplastik pada anak sebanyak 162
kasus, diantaranya usia 0-5 tahun sebanyak 23 kasus dan anak usia 6-17 tahun
sebanyak 139 kasus. Dilihat dari data diatas telah terjadi peningkatan kasus
yang diberikan pada anak anemia aplastik dengan intoleransi aktivitas, peneliti
B. Rumusan Masalah
1. Manfaat teoritis
intoleransi aktivitas.
2. Manfaat praktis
Semoga hasil penelitian studi kasus ini dapat dipublikasikan oleh semua tenaga
b. Bagi Institusi
Semoga hasil penelitian studi kasus ini dapat dikembangkan lebih baik lagi dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka ini, peneliti lebih banyak membahas tentang intoleransi
1. Pengertian
aktivitas sehari-hari. (Tim Pokja SDKI DPP, 2016). Selain itu intoleransi aktivitas
keperawatan yang muncul pada anak dengan anemia aplastik adalah intoleransi
2. Etiologi
b. Tirah baring.
c. Kelemahan.
d. Imobilitas.
sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi karena kekurangan nutrisi, terpapar zat
toksik, invasi tumor, atau kebanyakan idiopatik. Sel darah merah dapat berkurang
oksigen yang dikirimkan ke jaringan menjadi sedikit. Pada kasus ini dapat terjadi
(Muttaqin, 2014).
4. Tanda gejala
Berikut ini merupakan tanda dan gejala intoleransi aktivitas pada anak
Tabel 1
Tabel 2
Subjektif Objektif
beraktivitas
3. Merasa lemah
kondisi istirahat
iskemia
4. Sianosis
dan kebutuhan oksigen (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Anemia
penelitian tersebut didapatkan bahwa anak yang tidak anemia mempunyai nilai tes
kemampuan kognitif lebih baik daripada anak yang anemia.
a. Sel darah
retikulositopenia.
3) Leukopenia dengan relative limfositosis, tidak dijumpai sel muda dalam darah
tepi.
Laju endap darah selalu meningkat, sebanyak 62 dari 70 kasus mempunyai laju
c. Faal hemostatik
Waktu perdarahan memanjang dan retraksi bekuan menjadi buruk yan disebabkan
oleh trombositopenia.
d. Sumsum tulang
Hipoplasia sampai aplasia. Aplasia menyebar secara merata pada seluruh sumsum
tulang, sehingga sumsum tulang yang normal dalam satu kali pemeriksaan tidak
1. Pengkajian
pengkajian skrining untuk menentukan normal atau tidak normal yang nantinya
pada pasien berdasarkan data mayor minor yang ada. Data mayor intoleransi
aktivitas adalah anak mengeluh lelah. Data minor intoleransi aktivitas adalah
10
dipsnea (sesak) saat atau setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah
a. Biodata
Data biografi meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
b. Pucat
Pucat pada anak anemia aplastik terjadi karena terhentinya pembentukan sel darah
pada sumsum tulang. Hal ini terjadi karena sumsum tulang mengalami kerusakan.
yang dihasilkan oleh tubuh, sehingga anak kelihatan lesu, kurang bergairah, dan
mudah lelah. Oksigen yang terikat dengan Hb pada sel darah merah mempunyai
d. Pusing kepala
Pusing kepala pada anak anemia terjadi karena persediaan atau aliran darah ke
otak berkurang.
e. Napas pendek
pembawa oksigen. Oleh karena itu sebagai kompensasi atas kekurangan oksigen
f. Nadi cepat
11
Peningkatan denyut nadi sering terjadi terutama pada perdarahan mendadak yang
Adanya perdarahan yang hebat dapat menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga
merangsang hormon rennin angiotensin aktif untuk menahan garam dan air
produksi urine.
Pada anemia yang berat, sering timbul gangguan nyeri perut, mual, muntah, dan
Anak cengeng sering terjadi pada anak anemia. Walaupun anak sudah terpenuhi
kebutuhannya, seperti makan dan minum, anak tetap rewel. Bila sebelumnya
rewel, kemudian setelah diberi minum atau makan anak diam, hal ini tidak
Suhu tubuh meningkat diduga akibat dikeluarkan leukosit dari jaringan iskemik
k. Pemeriksaan penunjang.
Perlu dilakukan pemeriksaan darah tepi untuk mengetahui Hb, eritrosit, dan
hematokrit.
12
2. Diagnosis keperawatan
terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan yang dialaminya baik yang
kategori fisiologi dan sub kategori aktivitas dan istirahat (Tim Pokja SDKI DPP,
3. Perencanaan
keperawatan sangat penting dilakukan karena hal ini dapat memudahkan perawat
dalam menangani masalah keperawatn yang ada pada pasien serta dalam
13
Tabel 3
Diagnosis
Keperawatan
(Nursing Outcome
Classification)
Intervensi Keperawatan
Indonesia)
123
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimb
angan antara
suplai dan
kebutuhan
oksigen, tirah
baring,
kelemahan,
imobilitas,
gaya hidup
monoton
dibuktikan
dengan
mengeluh
lelah,
frekuensi
jantung
meningkat
>20% dari
kondisi
istirahat,
adalah :
1. Toleransi Terhadap
Aktivitas merupakan
memerlukan energi
beraktivitas (skala 5;
tidak terganggu)
b. Frekuensi pernafasan
5; tidak terganggu)
c. Kemudahan bernafas
5; tidak terganggu)
tidak terganggu)
e. Kecepatan berjalan
(skala 4; sedikit
1. Manajemen Energi
a. Orientasi
b. Terapeutik
rendah Stimulus
menenangkan
c. Edukasi
tidak berkurang
mengurangi kelelahan
2. Manajemen medikasi
a. Orientasi
14
123
dipsnea saat
atau setelah
beraktivitas,
merasa tidak
nyaman
setelah
beraktivitas,
merasa lelah,
tekanan darah
berubah
>20% dari
kondisi
istirahat,
gambaran
EKG
menunjukkan
aritma saat
atau setelah
aktivitas,
gambaran
EKG
menunjukkan
iskemia,
sianosis.
terganggu)
sedikit terganggu)
terganggu)
terganggu)
pengobatan
b. Terapeutik
c. Edukasi
obat
a. Observasi
irama)
kedalaman)
vital
b. Terapeutik
c. Edukasi
pemantauan
perlu
Sumber : Moorhead, Johnson, L.Mass, & Swanson, 2016, Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018
15
4. Implementasi
mencatat tindakan keperawatan dan respon pasien terhadap tindakan yang telah
5. Evaluasi
Evaluasi adalah aspek penting dalam proses keperawatan karena
kesimpulan yang ditarik dari evaluasi dan menentukan intervensi harus diakhiri,
kemajuan klien mencapai tujuan atau hasil dan keefektifan rencana asuhan
BAB III
KERANGKA KONSEP
Keterangan :
: Variabel diteliti
: Ada hubungan
menurun
Kelemahan fisik
1. Pengkajian keperawatan
2. Diagnosis keperawatan
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
Dampak :
terhambat Penurunan
Anemia Aplastik
menyebabkan pansitopenia
Berkurannya
Hipoksia jaringan
Frekuensi jantung
meninkat
17
1. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
diteliti satu variabel yaitu, gambaran asuhan keperawatan pada anak anemia
2. Definisi operasional
sehingga akan menjadi variabel yang dapat diukur (Sugiyono, 2014). Untuk
Tabel 4
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri atau lebih
(Sugiyono, 2014). Penelitian dengan rancangan studi kasus yaitu salah satu jenis
rancangan penelitian secara intensif yang dibatasi tempat dan waktu, serta kasus
obyektif.
Penelitian studi kasus tidak mengenal populasi dan sampel, namun lebih
mengarah kepada istilah subyek studi kasus. Subyek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dua orang pasien dengan masalah yang sama yaitu anak
19
1. Kriteria Inklusi
suatu populasi yang akan diteliti. Kritera inklusi dalam penelitian ini yaitu :
a. Rekam medis anak anemia aplastik yang telah diberikan ijin untuk dijadikan
responden.
aktivitas.
2. Kriteria Ekslusi
memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena berbagai sebab. Kriteria ekslusi
a. Rekam medis anak anemia aplastik yang tidak diperbolehkan oleh keluarga.
Fokus studi kasus adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan
acuan studi kasus. Fokus studi kasus pada penelitian ini adalah pemberian asuhan
1. Jenis data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data
yang diperoleh dari pihak lain, badan atau instansi yang secara rutin
mengumpulkan data dan diperoleh dari rekam medik pasien (Setiadi, 2013). Data
20
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah asuhan keperawatan pada anak
variabel yang diteliti adalah dengan studi dokumentasi yaitu dengan melakukan
terhadap suatu objek atau proses, baik secara visual maupun dengan alat.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti mengamati secara
dengan data observasi. Pada penelitian ini peneliti mengamati asuhan keperawatan
informasi melalui fakta yang tersimpan dalam data sekunder misalnya rekam
medik, laporan bulanan, laporan tahunan, catatan pasien, surat keterangan, arsip
foto, jurnal kegiatan dan sebagaianya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini
21
pada anak anemia aplastik dengan intoleransi aktivitas dari pengkajian, diagnosis,
3. Instrumen penelitian
aplastik.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
22
responden.
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan. Peneliti
3. Confidentiality ( kerahasian )
oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil
penelitian.
37
BAB VI
A. Simpulan
1. Pengkajian
Pada pengkajian terdapat persamaan hasil data mayor dan minor antara
dua subjek mengenai intoleransi aktivitas dan metode yang digunakan perawat
telah sama dengan teori, namun terdapat beberapa tanda mayor dan minor pada
teori yang tidak muncul pada subjek, hal ini dapat disebabkan oleh beberpa hal
diantaranya, pasien tidak mengalami tanda dan gejala yang ada pada teori, dan
aktivitas pasien serta adanya waktu yang kurang mencukupi untuk melakukan
2. Diagnosis keperawatan
intoleransi aktivitas tidak dirumuskan meskipun terdapat tanda mayor dan minor
38
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi keperawatan
memantau dan mencatat hasil lab Hb, HCT, RBC, PLT dan sebagainya, namun di
5. Evaluasi keperawatan
39
B. Saran
2. Pihak intitusi agar terus melakukan perbaikan dalam metode penelitian studi
kasus ini untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal lagi kedepannya.
40
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Kalika.
Hary, I. B. K., Jaya, A., Rena, R. A., & Suega, K. (2014). Prevalensi Pasien
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=411973
Medika.
Kozier, B. ; et al. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
Moorhead, S., Johnson, M., L.Mass, M., & Swanson, E. (2016). Nursing
Novi, Eli & Bandorsono, S. (2014). Prevalensi Anemia pada Anak Usia 3 sampai
Publishing.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Nursalam, Susilaningrum, R., & Utami, S. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak (Untuk Perawat dan Bidan) (Edisi 1). Jakarta: Salemba Medika.
41
Ridha, N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. (S. Ruyadi, Ed.). Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Graha Ilmu.
Jakarta: EGC.
Sudoyo, W. A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiadi, S. (Eds.).
Jakarta: InternaPublishing.
Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak: untuk Perawat dan Bidan. (A. Suslia, Ed.) (Edisi 2). Jakarta: Salemba
Medika.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keprawatan Indonesia