Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar

hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan

normal (Badan POM, 2014). Kondisi anemia dapat menyerang semua

kalangan, mulai dari anak-anak sampai dengan lansia. Anemia yang terjadi

padaanak dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik dan

perkembangan sel otak, mengingat selama proses pertumbuhan membutuhkan

asupan zat besi yang cukup banyak. Remaja putri memiliki resiko lebih besar

mengalami anemia, karena setiap bulannya mengalami menstruasi. Anemia

yang terjadi pada remaja putri akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan

perkembangan sel otak. Sehingga dapat menimbulkan daya tahan tubuh

menurun, mudah merasa lemas dan lapar, konsentasi belajar terganggu,

prestasi belajar menurun. Perempuan dengan anemia sangat berbahaya pada

waktu hamil dan melahirkan. Dapat juga berpotensi melahirkan bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR). Selain itu anemia akan berpotensi

meningkatkan angka kematian (Elizabeth, 2013).

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan didunia terutama

negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia mengalami

anemia (WHO, 2015).Menurut data Riskesdas Tahun 2014, prevalensi

anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14

Tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 Tahun (Kemenkes

RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2013

1
2

menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil

sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45, 1 %, remaja putri usia 10-18 Tahun

sebesar 57, 1% dan usia 19-45 Tahun sebesar 39,5%. Dan wanita mempunyai

resiko terkena anemia paling tinggi.

Angka kejadian anemia di Jawa Timur pada Tahun 2015, mencapai

57,1% (Riskesdas, 2013). Menurut data Dinas Kesehatan Banyuwangi, angka

kejadian anemia di Banyuwangi mencapai 20%. Sedangkan di Ruang

Penyakit Dalam (RPD Lantai 2) mulai bulan Januari 2018 s.d September

2018 pasien yang mengalami anemia mencapai 88 orang meliputi kasus

melena 32 orang (36%), sirosis hepatis 11 orang (13%), dan anemia sendiri

sebanyak 45 orang (51%). Dan pada saat pengambilan kasus tanggal 12

september 2018, di dapatkan pasien yang mengalami anemia mencapai 3

pasien (25%) dari total 15 pasien di Ruang Penyakit Dalam Atas (RPD Atas).

Secara umum tingginya prevalensi anemia di sebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya hemolisis (eritrosit mudah pecah), perdarahan, penekanan

sumsum tulang (misalnya oleh sel kanker), dan defisiensi nutrien meliputi

asupan zat besi dan makanan bergizi lainnya seperti Vitamin A, C, Folat,

Riboflatin, dan B12 untuk mencukupi kebutuhan dalam sehari-hari. Zat besi

diperlukan dalam pembentukan darah untuk sintesa hemoglobin. Penentuan

anemia dapat di lakukan dengan mengukur hematokrit (Ht) yang rata-rata

setara dengan tiga kali kadar hemoglobin. Laki- laki dikatakan anemia, jika

kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dL dan eritrosit kurang dari 41%,

sedangkan pada wanita, kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dL dan eritrosit
3

kurang dari 37%(Wong, 2010). Jika terjadi anemia maka akan merasa lemah,

mudah lelah, kulit tampak pucat, mata berkunang-kunang serta pusing, akan

sangat kekurangan darah bila tidak cepat mendapatkan darah maka akan

timbul berbagai macam penyakit (Elizabeth, 2013).

Asupan protein dalam tubuh sangat membantu penyerapan zat besi,

maka dari itu protein bekerjasamadengan rantai protein mengangkut elektro

yang berperan dalam metabolisme energi. Vitamin C dalam tubuh juga

merupakan reduktor, maka dalam usus zat besi tetap dipertahankan dalam

bentuk ferro sehingga lebih mudah diserap. Selain itu, vitamin C membantu

transfer Fe dari darah ke hati serta mengaktifkan enzim-enzim yang

mengandung Fe (Muchtadi, 2015). Mengingat angka kejadian anemia yang

tinggi, oleh sebab itu, peran petugas kesehatan sangat dibutuhkan dalam

memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit anemia itu sendiri.

Perlunya penderita untuk menjaga keseimbangan nutrisinya terutama

peningkatan asupan makanan yang bergizi dan banyak mengandung zat besi.

Hal ini bisa dilakukan dengan mengkonsumsi sumber makanan hewani

sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap, mengkonsumsi

sumber makanan nabati yang merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi

sulit diserap (Briawan, 2014).

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Menjelaskan konsep dasar teori dan asuhan keperawatan medikal bedah

pada pasien dengan diagnosa Anemia.


4

1.2.2 Tujuan Khusus

1) Mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan anemia dan

membandingkan secara teoritis

2) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan

anemia dan membandingkannya secara teoritis.

3) Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada klien dengan

anemia dan membandingkan secara teoritis

4) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan

anemia dan  membandingkan secara teoritis

5) Mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah

diberikan pada klien dengan anemia dan membandingkan secara

teoritis

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan perbandingan antara tinjauan teori dengan studi kasus

yang ditemui di lapangan.

1.3.2 Bagi Klien

Dapat membantu klien dalam memperoleh informasi penting tentang

penyakit Anemia bagaimana usaha pencegahan, pengobatan dan

perawatannya.

1.3.3 Bagi Lahan Praktik

Dapat menambah bahan bacaan dan informasi bagi para perawat untuk

meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik khususnya pada kasus

anemia.
5

1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan asuhan keperawatan

yang telah dipelajari di lembaga pendidikan.

1.4 Pengumpulan Data

Adapun cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data

guna penyusunan penulisan, yaitu dengan menggunakan metode interview,

observasi-partisipatif.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1    PENGERTIAN

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar

hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan

penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM,

2013).Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau

konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2014)

Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar

hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan

normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari

41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada

wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan

eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan

merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu

penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi

apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen

ke jaringan.

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar

Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.  Anemia

adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen

darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk

pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas

6
7

pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam

penyebabnya. (Badan POM, 2013).

2.2  KLASIFIKASI ANEMIA

Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:

1) Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah

disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:

a. Anemia aplastik

Penyebab:

1. agen neoplastik/sitoplastik

2. terapi radiasi

3. antibiotic tertentu

4. obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason

5. benzene

6. infeksi virus (khususnya hepatitis)


Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
8

Gejala-gejala:

1. Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)

2. Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan

saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf

pusat.

3. Morfologis: anemia normositik normokromik

b. Anemia pada penyakit ginjal

Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah

maupun defisiensi eritopoitin

Gejala-gejala:

1. Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl

2. Hematokrit turun 20-30%

3. Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi

c. Anemia pada penyakit kronis

Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia

jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan

warna yang normal).  Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses

paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan

d. Anemia defisiensi besi

Penyebab:

1. Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,

menstruasi

2. Gangguan absorbsi (post gastrektomi)


9

3. Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,

varises oesophagus, hemoroid, dll.)


gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

Gejala-gejalanya:

1. Atropi papilla lidah

2. Lidah pucat, merah, meradang

3. Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut

4. Morfologi: anemia mikrositik hipokromik

e. Anemia megaloblastik

Penyebab:

1. Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat

2. Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor

3. Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik,


infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu
alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah
10


Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2) Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah

disebabkan oleh destruksi sel darah merah:

a. Pengaruh obat-obatan tertentu

b. Penyakit Hodgkin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia

limfositik kronik

c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase

d. Proses autoimun

e. Reaksi transfusi

f. Malaria


Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
11

Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer


Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai >11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0
normal) g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 < 6.5 g/dL < 6.5 g/dL
(mengancam jiwa)

2.3 ETIOLOGI:

1) Hemolisis (eritrosit mudah pecah)

2) Perdarahan

3) Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)

4) Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi  defisiensi besi, folic

acid, piridoksin, vitamin C dan copper.

Menurut Badan POM (2015), Penyebab anemia yaitu:

1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,

asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk

pembentukan sel darah merah.

2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan

terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya

banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.

3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin

menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.


12

4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus

di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat

menyebabkan anemia.

5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan

lambung (aspirin, anti inflamasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan

masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB,

antiarthritis, dll). Prof. dr. Mochammad anwar,MMedSc,SpOG(K), 2013,

menambahkan bahwa penggunaan pil kontasepsi, alat kontrasepsi dalam

rahim, obat antikoagulansia, antipsikotik, dan preparat hormon bisa juga

menyebabkan perdarahan. Sehingga harus dipikirkan pula saat evaluasi

perdarahan uterus abnormal.

6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini

dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan

vitamin B12.

7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,

masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya

dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel

darah merah.

8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,

malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

2.4 PATOFISIOLOGI

Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam

sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah, atau keduanya.

Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau


13

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum

(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,

pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel

darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) sel

darah merah yang berlebihan.

Semua anemia mengakibatkan penurunan nilai hematokrit dan

hemoglobin, tetapi nilai MCV, MCHC, dan RDW dapat bervariasi. Sebagai

contoh, penggunaan MCV sebagai indeks, anemia mikrositik memiliki MCV

<82 fL/sel darah; anemia normositik memiliki MCV antara 82-98 fL/ sel

darah; dan anemia makrositik memiliki mcv >98 fL/ sel darah. Gejala terkait

anemia bergantung pada durasi, tingkat keprarahan dan usia penderita serta

status kesehatan sebelumnya. Semua gejala pada akhirnya berhubungan

dengan reduksi dalam pengangkutan oksigen ke sel dan organ penderita,

sehingga mengganggu fungsi dan status kesehatan (R.M Karya, 2013).

2.4.1 Anemia akibat gangguan pembentukan sel darah merah

Anemia akibat gangguan pembekuan sel darah merah terjadi jika

jumlah besi tidak adekuat atau tidak dapat diakses, atau kekurangan

asam folat, vitamin B12, atau globulin. Produksi sel darah merah juga

dapat tidak mencukupi jika mengalami penyakit sumsum tulang, seperti

yang terjadi pada leukimia, setelah terpajan radiasi, atau penyakit

sumsum tulang lainnya. Defisiensi eritropoetin yang dapat terjadi pada

gagal ginjal, juga dapat menyebabkan penurunan produksi sel darah

merah. Anemia akibat gangguan pembentukan sel darah merah dapat

menyebabkan sel darah merah berukuran terlalu kecil (mikrositik) atau


14

terlalu besar (makrositik), dan kandungan hemoglobin yang secara

abnormal rendah (hipokromik).

2.4.2 Anemia akibat perdarahan atau lisis yang mendadak atau kronis

Anemia yang disebabkan karena perdarahan mendadak,

perdarahan lambat yang kronis mengakibatkan penurunan jumlah total

sel darah merah dalam sirkulasi. Anemia jenis ini dapat berhubungan

dengan peningkatan persentase sel darah merah imatur (retikulosit)

dalam sirkulasi. Sel darah normal mampu hidup sekitar 120 hari.

Destruksi atau hilangnya sel darah merah yang terjadi sebelum 100 hari

bersifat abnormal. Anemia umum, penyebabnya dan profilnya

laboratorium ditampilkan dalam tabel berikut.

Jenis anemia Penyebab Temuan laboratorium


umum
Normositik Perdarahan akut Penurunan HCT
Anemia sel sabit Penurunan hemoglobin
Malaria Mcv tidak berubah
Anemia aplastik Mchc tidak berubah
Talasemia Zat besi normal
Anemia akibat penyakit Feritin normal
kronis
Mikrositik Defisiensi besi Penurunan HCT
Perdarahan kronis lambat Penurunan hemoglobin
Anemia dalam kehamilan Penurunan status zat besi
(kecuali sideroblastik)
Penurunan feritin
Penurunan MCV
MCHC turun atau tidak
berubah
15

Anemia Defisiensi asam folat Penurunan HCT


megaloblastik Defisiensi vitamin B Penurunan hemoglobin
Peningkatan MCV
MCHC normal

2.4.3 Anemia aplastik

Anemia aplastik adalah anemia normokromik-normositik yang

disebabkan disfungsi sumsum tulang sehingga sel-sel darah yang mati

tidak diganti. Anemia aplastik biasanya dihubungkan dengan defisiensi

sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit, meskipun jarang,

mungkin hanya mengenai sel-sel darah merah. Anemia aplastik

disebabkan banyak hal termasuk kanker sumsum tulang, perusakan

sumsum tulang oleh proses otoimun, defisiensi vitamin, ingesti

berbagai obat atau zat kimia, dan radiasi atau kemoterapi. Anemia

aplastik juga dapat disebabkan berbagai infeksi virus, termasuk

mononukleosis, hepatitis, dan AIDS. Akan tetapi, anemia aplastik

seringkali tidak diketahui penyebabnya dengan pasti.

2.4.4 Anemia hemolitik

Anemia hemolitik adalah penurunan jumlah sel darah merah

akibat destruksi sel darah merah yang berlebihan. Sel darah merah yang

tersisa bersifat normositik dan normokromik. Pembentukan sel darah

merah disumsum tulang akan meningkat untuk mengganti sel-sel yang

mati, lalu mengalami peningkatan sel darah merah yang belum matur

atau retikulosit yang dipercepat masuk ke dalam darah.Anemia


16

hemolitik dapat terjadi dari berbagai penyebab seperti, defek genetik di

sel darah merah yang mempercepat destruksi sel atau perkembangan

idiopatik otoimun yang mendestruksi sel. Luka bakar berat, infeksi,

pajanan darah yang tidak kompatibel atau pajanan obat atau toksin

tertentu juga dapat menyebabkan anemia hemolitik. Bergantung pada

penyebabnya, anemia hemolitik dapat terjadi hanya sekali atau

berulang. Beberapa penyebab khusus anemia hemolitik yang akan

dijelaskan lebih rinci antara lain adalah anemia sel sabit, malaria,

penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan reaksi tranfusi.


17

2.5 PATHWAY ANEMIA (Patrick Davey, 2016)


Perdarahan saluran cerna, - Defisiensi besi, - Overaktif RES
uterus, hidung, luka vitamin b.12, asam (Retikulo Endotelial
folat Sel)
- Depresi sumsum - Sel darah merah
Kehilangan sel darah tulang, eritropoetin abnormal
merah
Penghancuransel darah
Produksi sel darah merah merah meningkat
menurun

Penurunan jumlah
eritrosit

Kadar Hb menurun

Anemia

Efek ke GI track Kompensasi paru Kompensasi jantung Pertahanan sekunder


inadekuat

Gangguan Peningkatan Beban kerja


penyerapan nutrisi frekuensi nafras jantung meningkat
dan defisiensi folat Defisiensi imunitas
kadar leukosit

Dispnea/ sulit Takikardi


Gositis berat (lidah bernafras
radang), anoreksia MK; Resiko infeksi

Transport o2 MK;
menurun Penurunan Ketidakseimbangan
Intake nutrisi curah jantung antara suplai dan
menurun kebutuhan
(darah+o2)
Hipoksia
MK; Aliran darah ke Aliran
ketidakseimbangan perifer menurun darah ke
Iskemia miokard
nutrisi kurang dari Metabolisme otak
kebutuhan tubuh menurun menurun
Dingin, pucat, Angina pektoris
perubahan warna
kulit
MK; Energi yang Iskemia
Ketidakefektifan pola nafas dihasilkan sedikit jaringan MK;
otak Nyeri akut
MK;
Ketidakefektifan
MK; Lemah, lesu, perfusi jaringan
Intoleransi aktivitas parastesia perifer MK;
Nyeri akut
MK; Keletihan MK;
Defisit perawatan Resiko jatuh
diri
18

2.6     TANDA DAN GEJALA

1. Lemah, letih, lesu dan lelah

2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan

menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,

vasokontriksi

4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina

(sakit dada)

5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)

6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan

berkurangnya oksigenasi pada SSP

7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

2.7     KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL

Menurut (Smeltzer & Bare, 2014), Komplikasi umum akibat anemia adalah:

1. Gagal jantung,

2. Kejang.

3. Perkembangan otot buruk(jangka panjang)


19

4. Daya konsentrasi menurun

5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan laboratorium

a) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.

Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanyaanemia dan bentuk

morfologi anemiatersebut. pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada

komponen-komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV,

MCH, MCHC), dan hapusan darah tepi

b) Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap darah

(LED), dan hitung retikulosit.

c) Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi

mengenai keadaan system hematopoesis.

d) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk menghindari dugaan

diagnosaawal yang memiliki komponen berikut ini:

- Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin

serum

- Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin B12

- Anemia hemolitik: hitung retikulosit

- Anemia pada leukimiaakut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia

2) Pemeriksaan laboratorium non hematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam urat,

faal hati, biakan kuman.

3) Radiologi : thorak, USG, atau linfangiografi

2.9 PENATALAKSANAAN

A. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah

yang hilang:
20

1. Anemia aplastik:

a. Transplantasi sumsum tulang

b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)

2. Anemia pada penyakit ginjal

a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat

b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan

3. Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan

penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang

mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah,

sehingga Hb meningkat.

4. Anemia pada defisiensi besi

a. Dicari penyebab defisiensi besi

b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat

ferosus.

5. Anemia megaloblastik

a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila

difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor

intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.

b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan

selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi

yang tidak dapat dikoreksi.

c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan

asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

B. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Tirah baring (Bedrest)

2. Bantuan ADL (Activity Day Living)

3. Pertahankan suhu tubuh


21

C. Penatalaksanaan Diit/ Gizi

Daftar diet yang dianjurkan dan tidak dianjurkan pada pasien anemia.

Bahan makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Sumber Karbohidrat Nasi, mie, roti, macaroni, dan
hasil olah tetepung-tepungan lain,
seperti cake, tarcis, pudding, dan
pastry, dodol, ubi, karbohidrat
sederhana seperti gula pasir.

Sumber Protein Daging sapi, ayam, ikan, telur, Dimasak dengan banyak
susu, dan hasil olah seperti keju minyak atau kelapa/
dan yoghurt custard dan es krim. santan kental.
Sumber Protein Semua jenis kacang-kacangan dan Dimasak dengan banyak
Nabati hasil olahanya, seperti tempe, minyak atau kelapa/
tahu, dan pindakas. santan kental.
Sayuran Semua jenis sayuran, terutama Dimasak dengan banyak
jenis B, seperti bayam, buncis, minyak atau kelapa/
daun singkong, kacang panjang, santan kental.
labu siam dan wortel direbus,
dikukus dan ditumis.
Buah-buahan Semua jenis buah segar, buah
kaleng, buah kering dan jus buah.
Lemak dan minyak Minyak goring, mentega, Santan kental
margarine, santan encer, salad
dressing.
Minuman Soft drink,  madu, sirup, teh dan Minuman rendah energy
kopi encer.
Bumbu Bumbu tidak tajam, seperti Bumbu yang tajam,
bawang merah, bawang putih, seperti cabe dan merica
laos, salam, dan kecap.
22

2.10 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata; meliputi idntitas, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,

alamat, pekerjaan, nomor register, tanggal MRS, tanggal pengkajian,

diagnosa medis, serta biodata penanggung jawab.

2. Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit

Badan lemas, pusing/ nyeri kepala, nyeri otot, mata berkunang-kunang

3. Riwayat penyakit sekarang

Kronologi/ perjalanan penyakit mulai dari timbul gejala sampai dibawa ke

pelayanan medis dan saat dilakukan pengkajian

4. Riwayat penyakit masalalu

Berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya. Adakah

perdarahan, trauma/ cidera, kelainan ginjal, kelainan darah (misal

hipotensi, kanker darah, penggunaan akseptor KB hormonal.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Adanyaanggota keluarga yang menderita penyakit yang sama (anemia,

kanker darah) akan saling terkait dengan kondisi penyakit saat ini.

6. Riwayat psikososial dan spiritual

Riwayat psikologis; cenderung apatis dan gelisah,

Aspek sosial; fokus pada diri sendiri, tidak peduli dengan lingkungan

sekitar.

Aspek spiritual; Pada kondisi anemia yang berat, klien akan cenderung

mengalami hambatan dalam beraktivitas, sehingga pemenuhan kebutuhan

spiritualnyaakan terganggu.

7. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola nutisi

Sebelum sakit; tidak ada hambatan dalam pemenuhan nutrisi

Saat sakit; terjadi anoreksia, mulut terasa pahit


23

b. Pola eliminasi

Buang Air Besar

Sebelum sakit; normal

Saat sakit; pola BAB tidak teratur, karenaasupan nutrisi yang mvsuk

hanya sedikit

Buang Air Kecil; tidak ada masalah

c. Pola kebersihan diri

Sebelum sakit; mampu melakukan secara mandiri

Saat sakit; perlu dibantu, karena badan mengalami keletihan sehingga

tidak mampu melakukan secara mandiri

d. Polaaktivitas, latihan dan bermain

Sebelum sakit; dapat beraktivitas secara maksimal

Saat sakit; kondisi fisik lemah, hanya terbaring ditempat tidur

e. Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit; tidak ada gangguan tidur

Saat sakit; sering terbangun, tidak nyaman dengan kondisi lingkungan

rumah sakit

8. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

1) Keadaan sakit: lemah

2) Tanda-tanda vital: adanya perubahan pada tekanan darah yang

cenderung menurun, nadi meningkat, pernafasan cepat, suhu tubuh

dingin karena hipoperfusi, berat badan tidak menunjukkan penurunan

yang drastis walaupun terjadi anoreksia dan sedikitnyaasupan nutrisi

yang dikonsumsi.

3) Pemeriksaan Cepalo Caudal

1. Kepala dan rambut:

Tidak ada masalah


24

2. Hidung:

Kadang disertai epitaksis, terdapat pernafasan cuping hidung, jika

terjadi pola nafas tidak efektif

3. Telinga:

Tidak ada masalah

4. Mata:

Pandangan kabur, berkunang-kunang, konjungtiva pucat

5. Mulut, gigi, lidah, tonsil dan pharing:

Mukosa bibir pucat dan kering, lidah pucat

6. Leher dan tenggorokoan:

Tidak ada masalah

7. Dada/ thorak:

Paru-paru:

Adanya ekspansi dada yang abnormal, jika terjadi ketidakefektifan

pola nafas

Jantung:

Adanya peningkatan denyut jantung sebagai upaya kompensasi

tubuh untuk memenuhi organ fital yaitu otak dan jantung itu sendiri.

Payudara:

Tidak ada masalah

8. Abdomen:

Adanya nyeri perut pada bagian uluh hati akibat adanya peningkatan

asam lambung yang disebabkan penurunan nafsu makan (anoreksia)

9. Ekstremitas, kuku dan kekuatan otot:

Kulit pucat, akral (dingin, putih, pucat), CRT ≥ 2 detik.

10. Genetalia dan anus:

Adakah perdarahan, kebersihan area genetalia


25

11. Pemeriksaan neurologi:

Pada kasus anemia yang berat bisa terjadi penurunan kesadaran.

4) Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

a) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap

kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan

adanyaanemia dan bentuk morfologi anemia tersebut.

pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen

berikut ini: kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, MCH,

MCHC), dan hapusan darah tepi

b) Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju

endap darah (LED), dan hitung retikulosit.

c) Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan

informasi mengenai keadaan system hematopoesis.

d) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk

menghindari dugaan diagnosaawal yang memiliki komponen

berikut ini:

1. Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferin,

dan feritin serum

2. Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin

B12

3. Anemia hemolitik: hitung retikulosit

4. Anemia pada leukimiaakut biasanya dilakukan pemeriksaan

sitokimia

2) Pemeriksaan laboratorium non hematologis: faal ginjal, faal endokrin,

asam urat, faal hati, biakan kuman.

3) Radiologi : thorak, USG, atau linfangiografi


26

9. Penatalaksanaan

Sesuai klinis dari klasifikasi anemia

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas b.d peningkatan frenkuensi pernafasan

akibat kompensasi paru terhadap kondisi anemia

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d  menurunnya suplai darah

ke perifer akibat anemia

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

penurunan intake nutrisi akibat anoreksia.

4. Defisit perawatan diri b.d keletihan

5. Intoleransi aktifitas b.d keletihan

6. Resiko jatuh berhubungan dengan keletihan

7. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan akibat kurangnya

suplai O2 ke otak

8. Penurunan curah jantung berhubungan dengan takikardi akibat beban

jantung yang meningkat.

9. Resiko infeksi berhubungan dengan defisiensi imunitas (penurunan

kadar leukosit darah).

C. Rencana Keperawatan

TUJUAN DAN
DIANGOSA
NO KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN
HASIL
1. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan NIC
nafas b.d peningkatan tindakan Airway manajement
frenkuensi pernafasan keperawatan
akibat kompensasi selama 1 x 2 jam 1. posisikan pasien
paru terhadap kondisi Pola nafas dapat semifowler
anemia efektif 2. identifikasi perlunyaalat
bantuan nafas
Definisi: Kriteria hasil: 3. auskultasi suara nafas
Inspirasi atau - jalan nafas 4. monitor adanya sianosis
27

ekspirasi yang tidak paten 5. monitor tanda-tanda vital


memberi ventilasi - tidak ada 6. Kolaborasi bronkodilator
pernafasan bibir bila perlu
Batasan karakteristik: dan cuping
- Perubahan dalam hidung
pernnafasan - tanda-tanda
- Perubahan ekspansi vital dalam
dada rentang normal
- Bradipneu (tekanan darah,
- Penurunan tekanan nadi dan
ekspirasi pernafasan).
- Pernafasan cuping
hidung
- Fase ekspirasi
memanjang
- Pernafasan bibir
- Takipneu
- Penggunaan otot
bantu pernafasan
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC
perfusi jaringan tindakan Peripheral Sensation
perifer b.d  keperawatan Management(Manajemen
menurunnya suplai selama1x24 jam Sensasi Perifer)
darah ke perifer perfusi jaringan 1. Monitor adanya
akibat anemia perifer dapat parastesia
efektif 2. Perrtahankan suhu tubuh
Definisi ; 3. Kolaborasi dalam
Penurunan sirkulasi Kriteria hasil; pemberian cairan
darah ke perifer yang - tanda-tanda kristaloid
dapat mengganggu vital dalam 4. Kolaborasi dalam
kesehatan rentang normal pemberian tranfusi darah
- Warna kulit jika diperlukan
Batasan karakteristik; normal/ 5. Monitor TTV (TD, HR,
- Tidak ada nadi kemerahan RR, S)
- Perubahan - CRT ≤ 2 detik 6. Lakukan cek ulang
karakteristik kulit - akral hangat, laboratorium
(warna, elastisitas, kering, merah
kelembapan, suhu,
28

kuku/CRT)
- Parestesia
- Warna kulit pucat
saat elevasi
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan NIC :
nutrisi kurang dari tindakan a. Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d keperawatan 1. Kaji adanya alergi
penurunan intake selama 1x24 jam makanan
nutrisi akibat status nutrisi  2. Berikan informasi
anoreksia. klien adekuat tentang kebutuhan
dengan kriteria nutrisi
Definisi: Intake hasil: 3. Kolaborasi dengan ahli
nutrisi tidak cukup - Adanya gizi untuk menentukan
untuk keperluan peningkatan jumlah kalori dan nutrisi
metabolisme tubuh. nafsu makan yang dibutuhkan pasien.
- tidak terjadi 4. Anjurkan pasien untuk
Batasan mual/ muntah meningkatkan intake Fe
karakteristik : - Membran 5. Anjurkan pasien untuk
-    Berat badan 20 % konjungtiva dan meningkatkan protein
atau lebih di mukosa tidk dan vitamin C
bawah ideal pucat 6. Berikan substansi gula
-    Dilaporkan adanya - Nilai Lab.: 7. Yakinkan diet yang
intake makanan Protein total: 6-8 dimakan mengandung
yang kurang dari gr% tinggi serat untuk
RDA Albumin: 3.5-5,3 mencegah konstipasi
(Recomended gr %
Daily Allowance) HB tidak kurang b. Nutrition Monitoring
-   Membran mukosa dari 10 gr % 1. Monitor adanya
dan konjungtiva penurunan berat badan
pucat 2. Monitor turgor kulit
-   Kelemahan otot 3. Monitor mual dan
yang digunakan muntah
untuk 4. Monitor kadar albumin,
menelan/menguny total protein, Hb, dan
ah kadar Ht
-   Luka, inflamasi 5. Monitor pucat,
pada rongga mulut kemerahan, dan
-   Keengganan untuk kekeringan jaringan
29

makan konjungtiva
-   Nyeri abdominal 6. Monitor kalori dan
dengan atau tanpa intake nuntrisi
patologi
-   Kurang berminat
terhadap makanan
4. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan NIC :
b/d keletihan tindakan Self Care Assistane : ADLs
keperawatan 1. Kaji kemempuan klien
Definisi : selama 1x24 jam untuk perawatan diri yang
Gangguan kebutuhan mandiri.
kemampuan untuk mandiri klien 2. Monitor kebutuhan klien
melakukan ADL pada terpenuhi dengan untuk alat-alat bantu
diri kriteria hasil: untuk kebersihan diri,
- Klien terbebas berpakaian, berhias,
Batasan dari bau toileting dan makan.
karakteristik : badan 3. Ajarkan keluarga untuk
- Ketidakmampuan - Menyatakan mendorong kemandirian,
untuk mandi, kenyamanan untuk memberikan
- Ketidakmampuan terhadap bantuan hanya jika pasien
untuk berpakaian, kemampuan tidak mampu untuk
- Ketidakmampuan untuk melakukannya.
untuk makan, melakukan
- Ketidakmampuan ADLs
untuk toileting - Dapat
melakukan
ADLS dengan
bantuan

5 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan NIC


b.d keletihan tindakan Toleransi aktivitas
keperawatan 1. Menentukan penyebab
Definisi: selama 2x 24 jam intoleransi
Ketidakcukupan klien dapat aktivitas&menentukan
energi psikologis atau beraktivitas apakah penyebab dari
fisiologis untuk bertahap dengan fisik, psikis/motivasi
menyelesaikan kriteria hasil ; 2. Observasi adanya
aktivitas kehidupan - Tanda- tanda pembatasan klien dalam
30

sehari-hari yang harus vital normal beraktifitas.


atau yang ingin - Sirkulasi baik 3. Kaji kesesuaian
dilakukan - Mampu aktivitas&istirahat klien
melakukan sehari-hari
Batasan karakteristik: aktivitas 4. ↑ aktivitas secara
- Respon tekanan secara bertahap, biarkan klien
darah abnormal minimal berpartisipasi dapat
terhadap aktivitas - Peningkatan perubahan posisi,
- Respon frekuensi toleransi berpindah & perawatan
jantung abnormal aktivitas diri
terhadap aktivitas 5. Pastikan klien mengubah
- Ketidaknyamanan posisi secara bertahap.
setelah Monitor gejala
beraktivitas intoleransi aktivitas
- Menyatakan 6. Ketika membantu klien
merasa lemah berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual,
pucat, pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
7. Lakukan latihan ROM
jika klien tidak dapat
menoleransi aktivitas
8. Bantu klien memilih
aktifitas yang mampu
untuk dilakukan
6. Resiko jatuh Setelah dilakukan NIC
berhubungan dengan tindakan Environment management
keletihan keperawatan (manajemen lingkungan)
selama1x24 jam, 1. Sediakan lingkungan
Definisi; rentan klien tidak terjadi yang aman untuk pasien
terhadap peningkatan jatuh 2. Memasang side trail pada
resiko jatuh, yang tepi tempat tidur
dapat menyebabkan Kriteria hasil 3. Menyediakan tempat
bahaya fisik dan - Klien terbebas tidur yang nyaman dan
gangguan kesehatan dari cedera bersih
- Mampu 4. Menganjurkan keluarga
Faktor risiko; menggunakan untuk menemani pasien
fasilitas yang 5. Meningkatkan kebutuhan
31

Dewasa ada tirah baring (bedrest).


- Riwayat jatuh
- Tinggal sendiri
- Usia ≥ 65 tahun
- Penggunaan alat
bantu jalan (kursi
roda, walker,
tongkat)
Anak
- Usia ≤ 2 tahun
- Kurang pengawasan
- Tidak ada pagar
pada tangga
Kognitif
- Ada gangguan
kognitif
Lingkungan
- Kurang
pencahayaan
- Lingkungan yang
tidak terorganisasi
- Penggunaan restrein
Agen farmaseutikal
- Penggunaan alkohol
- Anemia
- Artritis
- Diare
- Gangguan
keseimbangan
- Hipotensi ortostatik
- Penurunan gula
darah
- Pusing saat
mengekstensikan
leher
- mengantuk

7. Nyeri akut Setelah dilakukan NIC


32

berhubungan dengan tindakan


iskemia jaringan keperawatan Pain management;
akibat kurangnya selama1x8 jam, 1. Lakukan pengkajian
suplai O2 ke otak nyeri dapat nyeri secara
berkurang/ komprehensif (meliputi
Definisi; teratasi dengan lokasi, karakteristik,
Pengalaman sensori kriteria hasil; durasi, frekuensi,
dan emosional yang - Melaporkan kualitas, faktor
tidak menyenangkan nyei berkurang predisposisi, skala)
yang muncul akibat - Ekspresi wajah 2. Observasi reaksi non
kerusakan jaringan relax verbal klien dari
aktual dan potensial - TTV dalam ketidaknyamanan
atau yang batas normal. 3. Beri penjelasan tentang
digambarkan sebagai penyebab nyeri
kerusakan; awitan 4. Kaji upaya mengatasi
yang tiba-tiba/ lambat nyeri sebelumnya
dari intensitas ringan 5. Ciptakan lingkungan
hingga berat dengan yang nyaman
akhir yang 6. Ajarkan mengatasi nyeri
diantisipasi atau dengan tekink non
diprediksi. farmakologis (teknik
distraksi dan relaksasi)
Batasan karakteristik; 7. Anjurkan keluarga untuk
- Ekspresi wajah memberikan dukungan
nyeri psikologis
- Fokus menyempit/ 8. Kolaborasi dengan tim
pada diri sendiri medis dalam pemberian
- Perubahan analgesik
aktivitas 9. Monitor tanda-tanda
- Perilaku distraksi vital (TD, HR, S, RR).
- Mengekspresikan
perilaku
(merengek,
gelisah, menangis,
waspada)
- Perubahan pada
parameter
fisiologis (tekanan
33

darah, frekuensi
jantung, frekuensi
pernafasan,
saturasi oksigen)
- Perubahan selera
makan
- Putus asa
- Sikap melindungi
area nyeri
8. Penurunan curah Setelah dilakukan NIC
jantung berhubungan asuhan a. Cardiac care;
dengan takikardi keperawatan 1. Evaluasi adanya nyeri
akibat beban jantung selama1x24 jam, dada (intensitas, lokasi,
yang meningkat. penurunan curah durasi)
jantung tidak 2. Catat adanya disritmia
Definisi; terjadi dengan jantung
Ketidakadekuatan kriteria hasil; 3. Catat adanya tanda dan
darah yang dipompa - TTV dalam gejala penurunan cardiac
oleh jantung untuk rentang output
memenuhi kebutuhan normal 4. Monitor status
metabolik tubuh. - Dapat cardiovaskuler
mentoleransi 5. Anjurkan untuk
Batasan karakteristik; aktivitas tidak mengurangi stres
Perubahan ada kelelahan
frekuensi/ irama - Tidak ada b. Vital sign monitor;
jantung edema paru, 1. Monitor TD, nadi, suhu,
c. Bardikardi perifer, dan dan RR.
d. Perubahan tidak adaasites 2. Monitor pola pernafasan
EKG (aritmia, - Tidak ada abnormal
iskemia, penurunan 3. Monitor suhu, warna dan
abnormalitas kesadaran. kelembapan kulit
konduksi) 4. Monitor sianosis perifer
e. Takikardi

Perubahan
perload
a. Edema
34

b. Keletihan
c. Peningkatan
CVP
d. Distensi vena
jugularis
Perubahan
afterload
a. Dispnea
b. Kulit lembap
c. Oliguri
d. Pengisian
kapiler
memanjang
e. Perubahan
tekanan darah
f. Perubahan
warna kulit
(pucat, abu-
abu, sianosis)
Perilaku/ emosi
a. Ansietas
b. Gelisah

9. Resiko infeksi Setelah dilakukan NIC


berhubungan dengan asuhan Infection control
defisiensi imunitas keperawatan 1. Bersihkan lingkungan
(penurunan kadar selama1x24 jam, setelah dipakai pasien lain
leukosit darah). resiko infeksi 2. Batasi pengunjung bila
tidak terjadi perlu
Definisi; dengan kriteria 3. Cuci tangan sebelum dan
Rentang mengalami hasil; sesudah melakukan
invasi dan multipikasi - Klien bebas tindakan keperawatan
organisme patogenik dari tanda dan 4. Tingkatkan intake nutrisi
yang dapat gejala infeksi 5. Gunakan sarung tangan
mengganggu - Jumlah sebagai pelindung
kesehatan leukosit 6. Monitor tanda dan gejala
dalam batas infeksi (kemerahan, panas,
normal
35

Faktor resiko; - Menunjukkan nyeri, bengkak).


Pertahanan tubuh perilaku hidup 7. Kolaborasi dalam
primer tidak sehat pemberian antibiotik bila
adekuat perlu
a. Gangguan
integritas kulit
b. Ketuban pecah
dini
c. Merokok
d. Gangguan
peristaltik
e. Stasis cairan
tubuh
Pertahanan tubuh
sekunder tidak
adekuat
a. Imunosupresi
b. Leukopenia
c. Penurunan
hemoglobin
Terpajan wabah
(Kamitsuru, 2015)

D. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan

untuk tujuan yang spesifik. Pelaksanaan implementasi merupakan aplikasi

dari perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien (Nursalam, 2013).

Ada beberapa tahap dalam tindakan keperawatan yaitu:

a. Tahap persiapan menuntut perawat mempersiapkan segala sesuatu yang


diperlukan dalam tindakan
b. Tahap intervensi adalah kegiatan pelaksanaan dari rencana yang meliputi
kegiatan independent, dependent dan interdependent
c. Tahap implementasi adalah pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kegiatan dalam proses keperawatan (Nursalam, 2013)
36

E. Evaluasi
Evaluasi adalah sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematis pada sistem kesehatan klien, tipe pernyataan evaluasi ada dua
yaitu formatif dan sumatif. Pernyataan formatif merefleksi observasi perawat
dan analisa terhadap klien, terhadap respon langsung dari intervensi
keperawatan. Penyataan sumatif adalah merefleksi rekapitulasi dan synopsis
observasi dan analisa mengenai status kesehatan klien terhadap waktu.
Pernyataan ini menguraikan kemajuan terhadap pencapaian kondisi yang
dijelaskan dalam hasil yang diharapkan (Nursalam, 2013).
BAB 3

TINJAUAN KASUS
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

3.1 PENGKAJIAN

1. Biodata

a. Nama : Tn. A
b. Umur : 58 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku/ Bangsa : Jawa - Indonesia
f. Alamat : Stoplas 1/3-Kedung Rejo-Muncar-Banyuwangi
g. Pekerjaan : Wiraswasta
h. Nomor Register : 323859
i. Tanggal MRS : 12-09-2018 Pukul 12;00 WIB
j. Tanggal Pengkajian : 12-09-2018 Pukul 16;00 WIB
k. Diagnosa Medis : Anemia e.c Sirosis Hepatis

Biodata Penanggung jawab

a. Nama : Ny. T
b. Umur : 47 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Pendidikan : SD
g. Status Perkawinan : Menikah
h. Suku Bangsa : Jawa – Indonesia
l. Alamat : Stoplas 1/3-Kedung Rejo-Muncar-Banyuwangi

2. KELUHAN UTAMA/ ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


a. Keluhan saat MRS
Klien mengatakan lemas
b. Keluhan saat pengkajian
Klien mengatakan sesak, kepala terasa berat dan pusing

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Keluarga mengatakan klien lemas sejak 3 hari yang lalu, lemas dirasakan beserta
pusing dan nyeri perut hilang timbul dan 2 hari yang lalu klien juga sempat BAB
darah . Klien merasa pusing dan lemas, akhirnya dibawa ke Puskesmas Muncar
pada tanggal 10 September 2018 dan kemudian pasien dirujuk ke RSUD Genteng
Banyuwangi pada tanggal 12 September 2018 jam 12;00 melalui IGD. Hasil
38

pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb klien 3,5 g/dL, disarankan opname oleh


dokter, dan keluarga menyetujuinya. Kemudian oleh petugas IGD pasien dibawa
ke Ruang Penyakit Dalam (RPD Lantai 2) untuk menjalani pengobatan intensif.
Pada saat pengkajian tanggal 12 September 2018 jam 16;00 didapatkan
keluhan sesak, kepala terasa berat dan pusing, kualitas nyeri seperti ditimpa beban
berat. semakin berat saat dibuat duduk & berjalan. Dirasakan pada seluruh kepala,
skala nyeri 6, waktunya menetap. TTV, TD: 110/70 mmHg, HR: 78x/menit,
RR:22x/menit, S:38°C. Hasil laboratorium tanggal 12 September 2018 Hb:3,5
g/dL. Selain itu klien mengeluh badannya lemas dan merasa dingin, mata
berkunang-kunang.
4. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Keluarga mengatakan klien 1 tahun yang lalu pernah sakit sirosis hepatis dan
dilakukan operasi pada bagian perut dan klien tidak memliki riwayat Hipertensi
dan DM.

5. Riwayat Kesehatan keluarga

Anggota keluarga tidak pernah mengalami sakit seperti yang dialami oleh klien
saat ini. Anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit Hipertensi, DM
(kensing manis), dll.

6. Riwayat Psikososial dan Status Spiritual


a. Riwayat Psikologis
Klien mengatakan perasaannya saat ini takut bila sakitnya semakin parah.

b. Aspek Sosial
Klien belum mampu berinteraksi dengan teman yang dirawat disebelahnya.
Saat diajak berkomunikasi dengan petugas, klien dapat merespon dengan
baik, tidak ada hambatan dalam berkomunikasi. Klien kooperatif saat
dilakukan tindakan oleh petugas.

c. Aspek Spiritual/ Sistem Nilai Kepercayaan

Klien mengatakan, ia beragama islam,.


Sebelum sakit: Pada hari-hari biasanya, klien melakukan ibadah secara rutin,
seperti shalat 5 waktu, mengaji alqur’an dan mengikuti pengajian mingguan
di daerah rumahnya.
Saat sakit: Klien saat ini hanya bisa berbaring ditempat tidur (jadi tidak bisa
menjalankan shalat seperti biasanya).
Klien berkeyakinan bahwa saat ini adalah cobaan/ujian dari Allah
Subhanahu Wata’ala yang harus diterima dengan lapang dada.
39

7. Pola Kebiasaan Sehari – hari


a. Pola Nutrisi
1). Sebelum Sakit

Saat di rumah klien biasanya makan sebanyak 3x1 hari.


Komposisi: nasi, lauk pauk & sayuran. 1 porsi dihabiskan. Tidak ada
keluhan saat memasukkan makanan ke mulut, misalnya mual ataupun
muntah.
Klien biasanya minum air putih ±7-8 gelas/ hari.
2). Saat Sakit

Saat ini klien makan dari diit yang diberikan oleh Rumah Sakit.
Diit TKTP sebanyak 3x sehari.
Komposisi: nasi, lauk pauk & sayuran. 1 porsi tidak dihabiskan (hanya 3-
4 sendok). Keluhan: Tidak nafsu makan.
Klien minum air putih ±5 gelas/ hari.
b. Pola Eliminasi
1). Buang Air Besar

a). Sebelum Sakit

Klien mengatakan frekuensi BAB selalu rutin, setiap pagi, dengan


konsistensi lunak berbentuk, bau khas feces, warna kuning kecoklatan.

b). Saat Sakit

Klien belum BAB saat pengkajian.

2). Buang Air Kecil

a). Sebelum Sakit

Klien mengatakan sebelum sakit, BAK nya lancer. Dengan frekuensi


BAK ±6-7x/ hari. warna kuning jernih, perasaan setelah BAK adalah
merasa puas, tidak ada tahanan, bau khas urin

b). Saat Sakit

Klien mengatakan saat sakit, klien ke kamar mandi perlu dibantu oleh
keluarganya. Karena jalannya sempoyongan. Klien mengatakan tidak
ada masalah dengan pola eliminasi urinnya. Frekuensi 5-6x/hari.
Warna kuning pekat. Bau khas urin, perasaan setelah BAK adalah
merasa puas.
40

c. Pola Kebersihan diri

1). Sebelum Sakit

Klien mampu membersihkan diri secara mandiri dengan mandi sebanyak


2x sehari, menggosok gigi 3x sehari (saar mandi pagi, mandi sore dan
malam sebelum tidur), keramas 2 hari sekali. Mengganti pakaian setiap
hari & menyisir rambut. Memotong kuku setiap 1 minggu sekali.

2). Saat Sakit

Klien mengatakan selama sakit, klien tidak bisa mandi. Hanya diseka pada
pagi dan sore hari. Mengganti pakaian 1x sehari. Tidak menyisir rambut.

d. Pola Aktivitas, Latihan dan Bermain

1). Sebelum Sakit

Klien sehari-harinya beraktivitas sebagai petani. Untuk pemenuhan ADL


(Activity Daily Living) seperti mandi, toileting, ganti pakaian, berhias dan
mobilitas fisik dilakukan secara mandiri/ tanpa bantuan orang lain.

2). Saat Sakit

Klien mengatakan, saat ini klien hanya berbaring lemah di atas tempat
tidur. Sesekali turun ke kamar mandi, dibantu oleh anaknya. Klien merasa
kepalanya berat dan jalannya sempoyongan. Dalam pemenuhan ADL
(Activity Day Living) klien mengalami gangguan sehingga perlu dibantu
oleh keluarga.

e. Pola Istirahat dan Tidur

1). Sebelum Sakit


Klien biasanya ± 1 jam, mulai dari jam 14.00 s.d 15.00 WIB.
Tidur malam diawali dari jam 21.00 s.d jam 04.00 WIB (± 7 jam), tidak
ada gangguan tidur.
Perasaan setelah bangun; nyaman, badan terasa segar.
2). Saat Sakit
Tidur siang : tidak bisa tidur.
Jam tidur malam: diawali dari jam 21.00 s.d jam 04.00 WIB (± 7 jam).
Gangguan tidur: sering terbangun, karena sesak.
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
a. Keadaan Sakit
K/u lemah, terbaring di tempat tidur, terpasang infus cairan Asering 20 tpm
pada tangan sebelah kiri, terpasang O2 Nasal Kanul 3 lpm, klien memakai
selimut.
41

b. Tanda – tanda Vital


Tensi : 110/70 mmHg Nadi : 78x/menit
RR : 22 x/menit Suhu : 38ºc
BB : 69 Kg TB : 167 cm
c. Pemeriksaan Cepalo Caudal
1). Kepala dan Rambut

Inspeksi: bentuk wajah bulat, warna kulit putih, raut wajah lesu dan
pucat. Warna rambut hitam, persebaran rambut merata, kulit kepala
bersih, tidak ada kutu/ ketombe.

Palpasi: tidak teraba massa/hematom pada kepala, tidak ada nyeri tekan
pada wajah

2). Hidung

Inspeksi: bentuk hidung mancung, posisi lubangnya simetris kanan &


kiri, warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada lesi, keadaan hidung
bersih, tidak ada cairan/sekret yang keluar, tidak ada pernafasan cuping
hidung.

Palpasi: tidak ada oedem/ bengkak, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan.

3). Telinga

Inspeksi: bentuk /posisi simetris antara kanan dan kiri, bentuk aurikula/
daun telinga normal, warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada lesi,
kondisi telinga kurang bersih, tidak ada serumen, tidak ada cairan yang
keluar dari lubang telinga, tidak menggunakan alat bantu pendengaran

Palpasi; tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan pada daun telinga dan
tulang mastoid

4). Mata

Inspeksi: bentuk dan posisi mata simetris kanan dan kiri, bola mata
simetris kanan dan kiri, tidak ada hematom periorbital, warna
konjungtiva pucat, sklera putih, pupil isokor, reflek cahaya positif,
kantung mata tidak ada, bulu mata tersebar merata.

Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada area palpebra, tidak ada peningkatan
TIO (Tekanan Intra Okuler)

5). Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil dan Pharing

Inspeksi: bentuknya simetris atas dan bawah, mukosa bibir kering &
pucat, lidah bersih, tidak tampak inflamasi maupun peradangan pada tosil
maupun pharing, tidak terdapat karies gigi, terdapat karang gigi pada
42

geraham sebelah kiri, kondisi mulut bersih, tidak ada stomatitis


(sariawan), tidak ada peradangan pada gusi.

Palpasi: tidak ada nyeri tekan, oedem/ bengkak.

6). Leher dan Tenggorokan

Inspeksi: bentuk leher pendek, warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada deviasi trakea, tidak ada lesi.

Palpasi: tidak teraba benjolan, tidak ada pembesaran/ bendungan pada


vena jugularis.

7). Dada/ Thorak

a). Pemeriksaan Paru

(1). Inspeksi

Bentuk dada normal chest


Warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada lesi, perdarahan maupun
hematom,
Ekspansi dada simetris antara kanan dan kiri, gerakan dinding dada
normal (tidak ada yang tertinggal, freksuensi 20x/menit), irama teratur,
kedalaman ±3cm,
Tidak ada tanda-tanda distress pernafasan, tidak ada peningkatan otot
bantu pernafasan,
Ictus cordis tidak terlihat
(2). Palpasi

Integritas kuli baik, tidak ada oedem, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba
benjolan/ massa yang abnormal, krepitasi tidak ada, pulsasi teraba pada
ics5 midclavicula sinistra, vocal fremitus normal, getaran dada sejajar.

(3). Perkusi

Terdengar suara sonor pada seluruh lapang paru.

(4). Auskultasi

Bunyi nafas vesikuler, Tidak ada suara nafas tambahan.


Ronchi ; - , wheezing –
b). Pemeriksaan Jantung

(1). Inspeksi

Tidak tampak pembesaran jantung, ictus cordis tidak terlihat.

(2). Palpasi
43

Teraba ictus cordis pada ICS 5 midclavicula sinistra

(3). Perkusi

Batas jantung
Kanan atas : ICS ke-2 linea parasternalis dextra
Kanan bawah : ICS ke-4 linea parasternalis dextra.
Kiri atas : ICS ke-2 parasternalis sinisitra
Kiri bawah : ICS ke-4 midclavicula sinistra.
(4). Auskultasi

Bunnyi jantung (BJ 1) : Lub


Bunyi jantung (BJ2): Dup
Tidak ada bunyi jantung tambahan/abnormal seperti gallop, murmur.
c). Payudara

(a). Inspeksi

Bentu payudara simetris kanan dan kiri, warna kulit sama dengan
sekitar, tidak ada lesi, inflamasi maupun oedem

(b). Palpasi

Tidak ada oedem/bengkak, tidak ada benjolan akibat pertumbuhan


massa yang abnormal, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

8). Pemeriksaan Abdomen

(a). Inspeksi

Bentuk perut normal, Warna kulit sama dengan sekitar, Tidak ada strie,
tidak ada lesi maupun jaringan parut, tidak ada kemerahan, terdapat
linea alba (garis bentuk abdomen), tidak ada ikterik, terdapat bekas
oprasi pada abdomen.

(b). Auskultasi

Bising usus terdengar ±7x/menit.

(c). Palpasi

Tidak ada spasme otot, tidak teraba adanya benjolan/ massa yang
abnormal, terdapat nyeri tekan pada area abdomen kanan atas & ulu
hati.

(d). Perkusi

Pekak Tympani
Tympani Tympani
44

9). Ekstrimitas, Kuku dan Kekuatan Otot

Inspeksi:

Ekstremitas : terpasang infus pada tangan sebelah kiri, tidak ada


deformitas/ perubahan bentuk tulang, ROM (Range Of Motion) dapat
dilakukan secara aktif. Namun, saat ke kamar mandi tampak
sempoyongan.
Palpasi:
Tidak ada benjolan/ oedem, suhu 38ºC
Akral teraba dingin, putih dan pucat
CRT > 2 detik
Edema pitting : tidak ada
Kekuatan otot 5 5
5 5
10). Genetalia dan Anus

Tidak terkaji

11). Pemeriksaan Neurologi

Keadaan umum: composmentis, GCS 4;5;6, tidak ada reflek patologis.

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 12-09-2018
PARAMETERS NILAI SATUAN NILAI
RUJUKAN
Hemoglobin (HGB) 3,5 ֿ g/Dl L 13,0-18,0
P 11,5-16,5
Eritrosit (RBC) 1,94* 10 ̂ 6/µL L 4,5-5,5
P 4,0-5,0
HCT 12,4* % L 4,0-5,0
P 37,0-45,0
MCV 63,9* fL 82,0 – 92,0
MCH 18,0* Pg 27,0 – 37,0
MCHC 28,2* g/dL 32,0 – 37,0
RDW-SD 51,4* fL 35-47
RDW-CV 24,4* % 11,5-14,5
WBC 18,12* 10 ̂ /µL
3
4,3-10,8
EO% 0,5* % 1-3
BASO% 0,2* % 0-2
NEUT% 84,2* % 50-70

LYMPH% 9,5* % 18-42


45

MONO% 5,6* % 2-11


EO# 0,09* 10 ̂ 3/µL
BASO# 0,04* 10 ̂ 3/µL
NEUT# 15,24* 10 ̂ 3/µL
LYMPH# 1,73* 10 ̂ 3/µL
MONO# 1,02* 10 ̂ 3/µL
PLT 1090* 10 ̂ 3/µL 150-400
PDW 12,4 fL 9,0-13,0
MPV 9,9 fL 7,2-11,1
P-LCR 26,3 % 15,0-25,0
PCT 1,07+ % 0,150-0,400
LEUKOSIT 18.120 sel/Ul 4.000-10.000
HEMATOKRIT 12,4 % 37-45
TROMBOSIT 1.090.000 sel/Ul 150-400
Golongan Darah AB
KGA 129 mg/dL 74-100
Cholestrol 100 mg/dL <200
SGOT 16 U/l L <35 P <31
SGPT 18 U/l L <45 P <34
HbsAg NEGATIF Negatif

10. Penatalaksanaan
a. Medis
Infus Asering 20 tpm Obat Oral : - Sucralfate 3xCI
Injeksi Ranitidin 2x1 amp - Lansoprazol 3x1
Injeksi Cefotaxim 3x500 mg - Vit. Becom-C 3x1
Injeksi Antrain 2x1 amp
b. Gizi
Diit TKTP
c. Perawat
- Meningkatkan kebutuhan bedrest
- Bantuan ADL (Activity Day Living)
- Pertahankan suhu tubuh
46

11. Harapan klien/ keluarga sehubungan dengan penyakitnya


Klien dan keluarga berharap agar kesehatanya dapat segera pulih kembali dan
bisa segera pulang ke rumah. Agar dapat menjalankan aktivitas kembali seperti
kerja, beribadah, dan berkumpul bersama keluarga.
12. Genogram

Keterangan;
Perempuan
Laki-laki
Pasien
Meninggal /
Garis perkawinan
Garis keturunan

Banyuwangi, 13 September 2018

Mahasiswa

(Taslimatur Rizqi)
NIM 2017.04.027
47

ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. A


No. Register : 323859
NO KELOMPOK DATA MASALAH ETILOGI

1. Ds ; Ketidakefektifan Anemia
Klien mengatakan sesak nafas Pola Nafas

DO ;
1. K/u lemah, kesadaran Kadar HB menurun
composmentis, GCS 4;5;6
2. Terbaring ditempat tidur
3. Posisi Semi Fowler Kompensasi paru
4. Memakai O2 Nasal Kanul 3 Lpm
5. TTV, TD; 110/70 mmHg, RR
22x/menit, N 78x/menit, S 38ºC. Peningkatan
6. Hasil laboratorium tanggal 12
frekuensi nafas
September 2018, Hb; 3,5 g/dL

Dispnea/ sulit
bernafas

Ketidakefektifan
Pola Nafas

2. DS ; Nyeri Akut Anemia

Klien mengatakan kepalanya terasa berat,


Kualitas nyeri seperti ditimpa beban berat. Kadar Hb menurun
Semakin berat saat dibuat duduk &
berjalan. Dirasakan pada seluruh kepala,
waktunya menetap. Transport o2
menurun
DO;

1. K/u lemah, kesadaran Aliran darah ke otak


composmentis, GCS 4;5;6 menurun
2. Terbaring ditempat tidur
3. Ekspresi wajah menyeringai
4. Skala nyeri 6 Iskemia jaringan otak
5. TTV, TD; 110/70 mmHg, RR
22x/menit, N 78x/menit, S 38ºC.
6. Hasil laboratorium tanggal 12 Nyeri akut
September 2018, Hb; 3,5 g/dL
48

3. DS; Ketidakefektifan Anemia


perfusi jaringan
Klien mengatakan badannya terasa dingin. perifer
DO; Kadar Hb menurun

1. K/u lemah, kesadaran Transport o2 ke sel


composmentis, GCS 4;5;6 menurun
2. Terbaring di tempat tidur
3. Klien memakai selimut
4. Bibir pucat Hipoksia sel
5. Konjungtiva anemis
6. Akral dingin, putih, pucat. CRT ≥
2 detik. Aliran darah ke
7. TTV, TD; 110/70 mmHg, RR perifer menurun
22x/menit, N 78x/menit, S 38ºC.
8. Hasil laboratorium tanggal 12
September 2018, Hb; 3,5 g/dL Dingin, pucat,
perubahan warna kulit

MK;
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
49

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. A


No. Register : 323859
TANGGAL TANGGAL TANDA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL TERATASI TANGAN
12-09-2018 Ketidakefektifan Pola Nafas Berhubungan dengan sulit
nafas akibat kompensasi paru, yang ditandai dengan;

Ds ;
Klien mengatakan sesak nafas

DO ;
1. K/u lemah, kesadaran composmentis, GCS
4;5;6
2. Terbaring ditempat tidur
3. Posisi Semi Fowler
4. Memakai O2 Nasal Kanul 3 Lpm
5. TTV, TD; 110/70 mmHg, RR 22x/menit, N
78x/menit, S 38ºC.
6. Hasil laboratorium tanggal 12 September
2018, Hb; 3,5 g/dL

Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan otak


akibat berkurangnya suplai O2 ke otak, yang ditandai
dengan;

DS; Klien mengatakan kepalanya terasa berat, Kualitas


nyeri seperti ditimpa beban berat. Semakin berat saat
dibuat duduk & berjalan. Dirasakan pada seluruh
kepala, waktunya menetap.

DO;

1. K/u lemah, kesadaran composmentis, GCS


4;5;6
2. Terbaring ditempat tidur
3. Ekspresi wajah menyeringai
4. Skala nyeri 6
5. TTV, TD; 110/70 mmHg, RR 22x/menit, N
78x/menit, S 38ºC.
6. Hasil laboratorium tanggal 12 september 2018,
Hb; 3,5 g/dL

Ketidakefektifan perfusi jaingan perifer berhubungan


50

dengan suplai O2 ke perifer yang menurun, yang


ditandai dengan;

DS; Klien mengatakan badannya terasa dingin.

DO;

1. K/u lemah, kesadaran composmentis, GCS


4;5;6
2. Terbaring di tempat tidur
3. Klien memakai selimut
4. Bibir pucat
5. Konjungtiva anemis
6. Akral dingin, putih, pucat. CRT ≥ 2 detik.
7. TTV, TD; 110/70 mmHg, RR 22x/menit, N
78x/menit, S 38ºC.
8. Hasil laboratorium tanggal 12 september
2018, Hb; 3,5 g/dL
52
53

CATATAN KEPERAWATAN
54

Nama Pasien : Tn. A


No. Register : 323859
NO
TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TT
DX
12-09-2018 16.00 1 1. Melakukan kolaborasi dengan tim medis
dengan pemberian O2 nasal kanul
Hasil;
Terpasang O2 nasal kanul 3 Lpm
1 2. Mencatat kecepatan dan kesulitan bernafas
16.00
Hasil :
Klien mengatakan sesak nafas. RR;
22x/menit
16.07 2 3. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif
Hasil;
Klien mengatakan kepalanya terasa berat,
Kualitas nyeri seperti ditimpa beban berat.
Semakin berat saat dibuat duduk & berjalan.
Dirasakan pada seluruh kepala, waktunya
menetap, skala nyeri 6

16.15
2 4. Memberikan penjelasan untuk mengurangi
faktor yang dapat mencetus atau
meningkatkan nyeri (misalnya; ketakutan,
kelelahan, keadaan monoton dan kurang
pengetahuan)
Hasil;
Klien dapat memahami apa yang dijelaskan
oleh perawat
16.30 5. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan
2 aman
Hasil;
Tempat tidur bersih, terpasang bed side trail
pada tepi kanan dan kiri tempat tidur
6. Mengkaji adanya kesemutan/ parastesia
16.32 3
Hasil;
Klien mengatakan tangannya sebelah kanan
terasa kaku dan dingin
16.33 1,2,3 7. Melakukan kolaborasi pemberian cairan
intravena
Hasil;
Terpasang infus Asering 20 tpm
1,2,3 8. Mengajarkan teknik distraksi dengan
16.35
meningkatkan tirah baring/bedrest.
55

Hasil;
Klien memejamkan mata dan merelaxkan
tubuh
1,2 9. Memberikan posisi nyaman pasien (Posisi
16.35 Semi Fowler)
Hasil;
Pasien merasa nyaman
1,2,3 10. Melakukan kolaborasi dalam pemberian
20.00 injeksi
Hasil;
Klien mendapatkan injeksi antrain 1 amp,
injeksi ranitidin 1 amp, injeksi cefotaxim 500
mg

3 1. Melakukan kolaborasi dengan tim medis


13-09-2018 dalam pemberian tranfusi darah
09.00
56

Hasil;
Klien post tranfusi WB kolf I
1,2,3 2. Mengevaluasi keluhan klien
Hasil;
09.01 Klien mengatakan nyeri kepalanya masih
dirasakan berat, tubuh masih terasa dingin
2 3. Mengkaji keluhan nyeri klien
Hasil;
09.05 Klien mengatakan badannya masih lemas,
tubuhnya sudah tidak terlalu dingin,
kepalanya masih agak nyeri, masih sesak
1,2,3 4. Melanjutkan kolaborasi dalam pemberia injeksi
09.05 Hasil;
Klien mendapatkan injeksi cefotaxim 500 mg

1,2,3 5. Mengukur TTV (TD, HR, S, RR)


14.15 Hasil;
TD; 110/60 mmHg, HR; 80x/menit, RR;
21x/menit, S; 36,5° C

1. Melihat hasil pemeriksaan ulang


1,2,3
14-09-2018 laboratorium
14.00
57

Hasil;
Hb 6,6 g/dL
2. Memberikan posisi nyaman klien (Posisi
1,2
14.05 SemiFowler)
Hasil;
Klien mengatakan posisinya nyaman
1,2,3 3. Mengevaluasi keluhan klien
Hasil;
Klien mengatakan nyeri kepalanya sudah
berkurang, tubuh sudah tidak dingin, sudah
tidak sesak
3 4. Melakukan kolaborasi dengan tim medis
(transfusi darah)
Hasil;
Pasien post transfusi 1 kolf
5. Mengkaji keluhan nyeri klien
2
Hasil;
Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
6. Mengkaji keluhan sesak klien
1 Hasil;
Klien mengatakan sudah tidak sesak
7. Melanjutkan kolaborasi dalam pemberian
1,2,3 injeksi
Hasil;
Klien mendapatkan injeksi antrain 1 amp,
injeksi ranitidin 1 amp, injeksi cefotaxim 500
mg
8. Mengukur TTV (TD, HR, S, RR)
Hasil;
TD; 110/80 mmHg, HR; 88x/menit, RR;
19x/menit, S; 36,9° C
58

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Tn. A


No. Register : 323859
NO Tgl 14-09-2018 jam
Tgl 12-09-2018 jam 20.00 Tgl 13-09-2018 jam 14.00
DX 14.30
1. S; klien mengatakan sesak S; klien mengatakan S; klien mengatakan
nafas kmasih sesak sudah tidak sesak

O; O; O;

- K/u cukup, kesadaran - K/u cukup, kesadaran - K/u cukup, kesadaran


composmentis, GCS composmentis, GCS composmentis, GCS
4;5;6 4;5;6 4;5;6
- Klien posisi terbaring - Klien posisi terbaring - Klien posisi terbaring
diatas tempat tidur diatas tempat tidur diatas tempat tidur
- Posisi semi fowler - Posisi semi fowler - Posisi semi fowler
- Memakai O2 nasal - Memakai O2 nasal - TTV, TD 110/80
kanul 3 Lpm kanul 3 Lpm mmhg, s; 36,9ºc, N;
- TTV, TD 110/70 - TTV, TD 110/60 88x/menit, RR
mmhg, s; 38ºc, N; mmhg, s; 36,5ºc, N; 19x/menit
78x/menit, RR 80x/menit, RR - Hasil lab tgl 14/09
22x/menit 21x/menit 2018; 6,6 g/dL
- Hasil lab tgl 12/09 - Hasil lab tgl 12/09
A; masalah teratasi
2018; 3,5 g/dL 2018; 3,5 g/dL
P; pertahankan intervensi
A; masalah teratasi A; masalah teratasi
1
sebagian sebagian

P; lanjutkan intervensi P; lanjutkan intervensi


1,2,3,4,5 1,3,4,5

2. S; klien mengatakan S; klien mengatakan S; klien mengatakan neri


kepalanya terasa berat, kepalanya terasa berat, pada kepalanya sudah
kualitas nyeri seperti kualitas nyeri seperti berkurang dan kepalanya
ditimpa beban berat, ditimpa beban berat, dirasakan sudah ringan
semakin berat saat dibuat semakin berat saat dibuat
duduk dan berjalan. duduk dan berjalan.
Dirasakan pada seluruh Dirasakan pada seluruh
kepala, waktunya menetap kepala, waktunya menetap
59

O;

O; O; - K/u cukup, kesadaran


composmentis, GCS
- K/u cukup, kesadaran - K/u cukup, kesadaran
4;5;6
composmentis, GCS composmentis, GCS
- Posisi terbaring diatas
4;5;6 4;5;6
tempat tidur
- Posisi terbaring diatas - Posisi terbaring diatas
- Ekspresi wajah rileks
tempat tidur tempat tidur
- Skala nyeri 2
- Ekspresi wajah - Ekspresi wajah
- TTV, TD 110/80
menyeringai menyeringai
mmHg, s; 36,9ºc, HR
- Skala nyeri 6 - Skala nyeri 5
88x/menit, RR
- TTV, TD 110/70 - TTV, TD 110/60
19x/menit
mmHg, s; 38ºc, HR mmHg, s; 36,5ºc, HR
- Hasil lab tgl 14/09
78x/menit, RR 80x/menit, RR
2018; 6,6 g/dL
22x/menit 21x/menit
- Hasil lab tgl 12/09 - Hasil lab tgl 12/09 A; masalah teratasi
2018; 3,5 g/dL 2018; 3,5 g/dL
P; pertahankan intervensi
A; masalah teratasi A; masalah teratasi 1,,3
sebagian sebagian

P; lanjutkan intervensi P; lanjutkan intervensi


1,2,3 1,2,3

3. S; klien mengatakan S; klien mengatakan S; klien mengatakan


badannya terasa dingin badannya masih lemas dan telapak tangannya sudah
pusing, dingin sudah mulai kemerahan
berkurang.
O; O;
O;
- K/u cukup, kesadaran - K/u cukup, kesadaran
composmentis, GCS - K/u cukup, kesadaran
composmentis, GCS
4;5;6 4;5;6 composmentis, GCS
- Posisi terbaring diatas 4;5;6
- Posisi terbaring diatas
tempat tidur - Posisi terbaring diatas
tempat tidur
- Bibir pucat tempat tidur
- Bibir pucat
- Konjungtiva - Bibir pucat
- Konjungtiva
pucat/anemis - Konjungtiva
pucat/anemis
- Akral dingin, putih, pucat/anemis
- Akral dingin, putih,
pucat - Akral dingin, putih,
pucat
- CRT ≥ 2 detik pucat
- CRT ≥ 2 detik
- TTV, TD 110/70 - CRT ≥ 2 detik
- TTV, TD 110/60
60

mmHg, s; 38ºc, HR mmHg, s; 36,5ºc, HR - TTV, TD 110/80


78x/menit, RR 80x/menit, RR mmHg, s; 36,9ºc, HR
22x/menit 21x/menit 88x/menit, RR
- Hasil lab tgl 12/09 - Hasil lab tgl 12/09 19x/menit
2018; 3,5 g/dL 2018; 3,5 g/dL - Hasil lab tgl 14/09
2018; 6,6 g/dL
A; masalah teratasi A; masalah teratasi
sebagian sebagian A; masalah teratasi
sebagian
P; lanjutkan intervensi P; lanjutkan intervensi
1,2,3 1,2,3 P; lanjutkan intervensi
1,2,3
61

BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil pembahasan dari "Asuhan
Keperawatan pada Tn. A dengan Diangosa Anemia di Ruang Penyakit Dalam
(RPD Atas) RSUD Genteng Banyuwangi Tahun 2018."

Penyajian dimulai dari konsep teori dan hasil asuhan keperawatan yang
sudah dilakukan pada klien.

4.1 Hubungan Konsep Teori dengan Kasus

4.1.1 Hasil Pengkajian

Kegiatan pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses


keperawatan yaitu pengumpulan data. Pengumpulan data adalah
kegiatan untuk menghimpun informasi tentang status kesehatan klien.
Status kesehatan klien yang normal maupun yang senjang hendaknya
dapat dikumpulkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi pola
fungsi kesehatan klien, baik yang efektif optimal maupun yang
bermasalah (Nikmatur, 2013).
Dari hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 12 September 2018
pukul 16.00 WIB di dapatkan hasil sebagai berikut:

Pada kasus anemia yang dialami oleh Tn. A di dapatkan data


keluhan utama saat MRS adalah pusing, sedangkan keluhan utama saat
pengkajian adalah kepala terasa berat. Kualitas nyeri seperti ditimpa
beban berat. Semakin berat saat dibuat duduk & berjalan. Dirasakan
pada seluruh kepala, skala nyeri 6, waktunya menetap. Data-data yang
lain menunjukkan badan lemas dan terasa dingin, mata berkunang-
kunang, mukosa bibir pucat dan kering, perubahan warna kulit menjadi
pucat, Data ekstremitas didapatkan kekuatan otot 5 5/5 5, akral (telapak
62

tangan) dingin, CRT > 2 detik, TD 110/70 mmHg, HR 78x/menit, RR


22x/menit, S 38° C. Tubuh sempoyongan saat berjalan ke kamar mandi.

Pada data penyebab didapatkan nyeri kepala saat ini adalah Hb


klien sangat rendah. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 12
September 2018 di dapatkan Hb klien 3,5 g/dL.

Dari tanda dan gejala pada pasien dengan anemia secara umum
menurut Elizabeth (2013), terdapat 6 poin yang sesuai pada pasien
dilapangan. Akan tetapi gejala-gejala seperti halnya takikardi, bising
jantung, dispnea, nafas pendek, tinitus (telinga berdengung) tidak
muncul pada pasien. Hal ini disebabkan pada pemeriksaan EKG
didapatkan hasil yang normal (Sinus Rytme) yaitu 80x/menit. Pola
nafas masih dalam rentang yang normal. Pasien dapat mentoleransi diri
dengan kondisi anemianya. Karena sakit yang dialami klien saat ini
adalah yang kelima kalinya klien menjalani opname dengan diagnosa
yang sama.

Menurut Badan POM (2011), salah satu penyebab anemia yaitu:


penggunaan obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat
menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat
lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan
vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll). Hal ini sesuai dengan
riwayat penggunaan KB suntik (3 bulan) yang pernah diikuti klien
selama ± 15 tahun dan berhenti sejak 3 tahun terakhir karena suaminya
meninggal. Selama menggunakan KB, siklus menstruasi klien menjadi
tidak lancar, bahkan klien tidak pernah menstruasi. Hal ini diperkuat
dengan pendapat Prof. dr. Mochammad anwar,MMedSc,SpOG(K),
2011, bahwa penggunaan pil kontasepsi, alat kontrasepsi dalam rahim,
obat antikoagulansia, antipsikotik, dan preparat hormon bisa juga
menyebabkan perdarahan. Sehingga harus dipikirkan pula saat evaluasi
perdarahan uterus abnormal.

Menurut (R.M Karya, 2013), semua anemia mengakibatkan


penurunan nilai hematokrit dan hemoglobin, tetapi nilai MCV, MCHC,
63

dan RDW dapat bervariasi. Sebagai contoh, penggunaan MCV sebagai


indeks, anemia mikrositik memiliki MCV <82 fL/sel darah; anemia
normositik memiliki MCV antara 82-98 fL/ sel darah; dan anemia
makrositik memiliki MCV >98 fL/ sel darah. Hal ini sesuai dengan
pemeriksaan laboratorium pasien tanggal 23 oktober 2017 di dapatkan
adanya penurunan pada nilai leukosit, eritrosit (MCH dan MCHC),
hemoglobin, hematoktrit, dan trombosit.

Menurut Kamitsuru (2015), resiko jatuh adalah kondisi rentan


terhadap peningkatan resiko jatuh, yang dapat menyebabkan bahaya
fisik dan gangguan kesehatan. Dengan faktor resiko antara lain, anak-
anak usia < 2 tahun, kondisi fisik (anemia, mengantuk, gangguan
keseimbangan, hipotensi ortostatik, pusing saat ekstensi leher),
lingkungan (kurang pencahayaan, dll), agen farmaceutika (penggunaan
obat-obatan / alkohol, penenang, obat tidur). Pada Ny. N berpotensi
mengalami resiko jatuh karena sesuai dengan kondisi fisik saat ini yaitu
oleh karena faktor anemia. Hal ini dapat menyebabkan suplai O2 ke sel
menurun, sehingga metabolisme dalam tubuh tidak dapat berjalan
maksimal. Akibatnya energi yang di hasilkan jumlahnya terbatas.
Sedangkan energi itu sendiri sangat dibutuhkan tubuh untuk melakukan
aktivitas. Selain itu, kondisi anemia pada umumnya akan menyebabkan
badan terasa lemas. Hal ini disebabkan minimnya energi dalam tubuh.
Sehingga ketika digunakan untuk berjalan, tubuh akan mengalami
gangguan keseimbangan (misalnya pusing, tubuh sempoyongan saat
berjalan, dll).

4.1.2 Analisa Data

Analisa data adalah aktivitas mengelompokkan data-data klien


antara keadaan tertentu tempat klien mengalami permasalahan
kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya.
Klasisifikasi ini berdasarkan pada kebutuhan dasar manusia yang
64

dikelompokkan dalam data subjektif dan data objektif (Nikmatur,


2013).

Berdasarkan data yang ada di atas (asuhan keperawatan), terdapat


beberapa data mendukung penegakan diagnosa keperawatan
dilapangan. Antara lain adalah kepala terasa berat, badan lemas dan
terasa dingin, mata berkunang-kunang, mukosa bibir pucat dan kering,
perubahan warna kulit menjadi pucat, Data ekstremitas didapatkan
kekuatan otot 5 5/5 5, akral (telapak tangan) dingin, CRT > 2 detik, TD
110/70 mmHg, HR 78x/menit, RR 22x/menit, S 38° C, tubuh
sempoyongansaat berjalan ke kamar mandi.

Didukung dengan hasil pemeriksaan penunjang lainnya untuk


menambah data yang bisa menentukan diagnosa keperawatan, yaitu
nilai Hb klien 3,5 g/dL. Oleh sebab itu, data aktual yang ditemukan
pada pasien saat itu adalah prioritas utama untuk menentukan diagnosa
pada pasien tersebut.

4.1.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah


pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang
dikumpulkan (Nursalam, 2013).

Pada saat pengkajian tanggal 12 September 2018, didapatkan


diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. A adalah sebagai berikut:

1) Ketidakefektifan Pola Nafas Berhubungan dengan sulit nafas


2) Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan otak akibat
kurangnya suplai O2 dan darah ke otak
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplai
O2 ke perifer yang menurun
Sedangkan diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori
NANDA Internasional (2015-2017), namun tidak diangkat pada pasien
adalah sebagai berikut;
65

1. Penurunan curah jantung tidak terjadi, karena hasil pemeriksaan


EKG di dapatkan hasil yang normal (Sinus Rytme) 80x/menit, Irama
Reguler.
2. Defisit perawatan diri tidak terjadi, karena selama sakit klien dibantu
untuk pemenuhan ADL (Activity Day Living) oleh keluarga.
3. Intoleransi aktivitas tidak diangkat menjadi masalah, karena pasien
dengan kondisi fisik yang lemah dan nilai Hb yang rendah sudah
pasti diintoleransikan untuk menghindari resiko jatuh.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan, pada saat
pengkajian tidak menjadi masalah yang aktual, melainkan masalah
resiko. Karena pasien mengalami anoreksia. Namun setelah
diberikan KIE tentang pentingnya asupan nutrisi pada pasien dengan
kondisi Anemia, klien mengerti dan mau meningkatkan pola
makannya.
5. Resiko infeksi, masalah ini tidak di harapkan muncul. Karena hal ini
berkaitan dengan peran aktif petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan, khususnya dalam program pencegahan dan
penanggulangan infeksi. Dengan upaya pelaksanaan tindakan sesuai
SPO (Standar Prosedur Operasional), menjaga teknik aseptik dan
antiseptik, menerapkan 5 momen dan 6 langkah cuci tangan, serta
menempatkan pasien yang berpotensi menular pada ruangan isolasi.
Diharapkan resiko infeksi nosokomial pada pasien dapat
diminimalisir.
4.1.4 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah
diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan. Desain perencanaan
menggambvrkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Nikmatur, 2012).
Menurut Nursing Intervention Classificatin / NIC (2013), Pada
diagnosa pola nafas terdapat 3 poin rencana keperawatan. Antara lain:
mencatat kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas, mencatat
66

pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan alat bantu nafas,


dan retraksi pada otot-otot supraclaviculas dan intercosta, mencatat
suara tambahan seperti; ngorok dan mengi, mencatat pola nafas
(misaknya; bradipneu, takipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul,
pernafasan 1:1, apneustik, respirasi biot, dan pola atakic), malkukan
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian O2 nasal kanul.
Sedangkan pada aplikasinya dilapangan, pada kasus Tn. A, 5 poin
direncanakan semua.
Pada diagnosa Nyeri terdapat 3 poin rencana keparawatan. Antara
lain: melakukan pengkajian komphrehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi,kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus, mengurangi atau eliminsi faktor-faktor yang
dapat mencetus atau meningkatkan nyeri (misalnya; ketakutan,
kelelahan, keadaan monoton, dan kurang pengetahuan), melakukan
kolaborasi dengan tim medis dengan pemberian analgesik. Sedangkan
pada aplikasinya dilapangan, pada kasus Tn. A, 3 poin tersebut
direncanakan semua.
Dan pada diagnosa perfusi jaringan perifer terdapat 3 poin rencana
keperawatan. Antara lain; memonitor sensasi tumpul atau tajam, panas
dan dingin (yang dirasakan pasien), memonitor adanya adanya
parathesia dengan tepat (misalnya; mati rasa, tingling, hipertesia,
hipotesia, dan tingkat nyeri), melakukan kolaborasi dengan tim medis
dalam penambahan darah (transfusi darah) jika diperlukan. Sedangkan
pada aplikasinya dilapangan, pada kasus Tn. A, 3 poin tersebut
direncanakan semua.
4.1.5 Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana
tindakan keperawatan untuk tujuan yang spesifik. Pelaksanaan
implementasi merupakan aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh
perawat dan klien (Nursalam, 2013).
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah dibuat. Terhitung setelah pengkajian
67

hari pertama yaitu tanggal 12 September 2018. Hari pertama, masing-


masing poin dari rencana keperawatan pada tiap diagnosa dilakukan
implementasi semua. Namun, terdapat intervensi tambahan diluar
rencana yang telah dibuat, yaitu memberikan posisi nyaman pada klien,
posisi pasien semi fowler, menciptakan lingkungan yang nyaman dan
aman, mengajarkan tekhnik distraksi dengan meningkatkan tirah
baring/bedrest. Karena perawat ingin mengevaluasi apakah klien mau
melaksanakan anjuran perawat atau tidak.
Pada hari kedua tanggal 13 September 2018, perawat
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat. Namun, tidak semua poin intervensi dilaksanakan, melainkan
dititik beratkan pada hasil evaluasi hari sebelumnya. Begitupun hari
berikutnya, sampai akhir pelaksanaan tindakan, yaitu pada tanggal 14
September 2018.
4.1.6 Evaluasi
Evaluasi adalah sesuatu yang direncanakan dan perbandingan
yvng sistematis pada sistem kesehatan pasien. Tipe pernyataan evaluasi
ada dua yaitu formatif dan sumatif. Pernyataan formatif merefleksikan
observasi perawat dan analisa terhadap klien, tentang respon langsung
dari intervensi keperawatan. Pernyataan sumatif adalah merefleksi
rekapitulasi dan sinopsis observasi dan analisa mengenai status
kesehatan klien terhadap waktu. Pernyataan ini menguraikan kemajuan
terhadap pencapaian kondisi yang dijelaskan dalam hasil yang
diharapkan (Nursalam, 2013).
Dari hasil evaluasi atau catatan perkembangan setelah dilakukan
tindakan keperawatan pada hari pertama, di dapatkan belum ada
perubahan yang signifikan pada kondisi pasien. Hal ini didukung
dengan adanya pernyataan pasien yang diutarakan kepada perawat
mengenai keluhan yang dirasakan. Data objektif yang lain juga
menunjukkan k/u lemah, klien posisi terbaring diatas tempat tidur,
posisi semi Fowler, memakai O2 nasal canul 3 Lpm, TTV, TD 110/70
68

mmHg, S; 38ºC, HR 78x/menit, RR 22x/menit, Hasil lab tgl 12/09


2018; 3,5 g/dL, ketika berjalan, tubuhnya sempoyongan.
Pada evaluasi hari kedua didapatkan keluhan sesak masih
dirasakan. Data objektif menunjukkan, k/u lemah, klien posisi terbaring
diatas tempat tidur, posisi semi Fowler, memakai O2 nasal canul 3
Lpm, TTV, TD 110/60 mmHg, S; 36,5ºC, HR 80x/menit, RR
21x/menit, Hasil lab tgl 12/09 2018; 3,5 g/dL, ketika berjalan, tubuhnya
sempoyongan, klien dalam kondisi aman. Hal ini menunjukkan adanya
perubahan kondisi walaupun tidak secara signifikan yaitu ditunjukkan
adanya perubahan status hemodinamik / tanda-tanda vital.
Pada evaluasi hari ketiga didapatkan adanya perubahan kondisi
yang signifikan. Dimana ditunjukkan dengan keluhan sudah tidak sesak.
Data objektif yang lain di dapatkan, k/u cukup, k/u lemah, klien posisi
terbaring diatas tempat tidur, posisi semi Fowler, tidak memakai O2
nasal canul, TTV, TD 110/80 mmHg, S; 36,9ºC, HR 88x/menit, RR
19x/menit, Hasil lab tgl 14/09 2018; 6,6 g/dL. Klien mengatakan saat
mobilisasi ke kamar mandi masih dibantu oleh keluarga.
Pada akhir evaluasi pada tanggal 14 September 2018
menunjukkan kondisi klien adalah sebagai berikut:
- Adanya perbaikan K/U
- Nysesak sudah tidak dirasakan
- Konjungtiva kpucat/anemis
- Warna kulit kemerahan
- Akral (hangat,kering, merah)
- Sudah bisa mobilisasi walaupun masih didampingi keluarga
- Hasil laboratorium terakhir tanggal 14 September 2018 didapatkan
Hb 6,6 g/dL dan tranfusi masih lanjut.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan pengkajian, analisa data, diagnosa


keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi dan pembahasan, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1 Pada survei pengambilan data yang dilakukan pada tanggal 12


September 2018 bahwasanya di Ruang Penyakit Dalam (RPD atas)
RSUD Genteng Banyuwangi pada Bulan Januari- September 2018
ditemukan sebanyak 88 orang menderita Anemia, meliputi kasus
Melena 32 orang (36%), Sirosis Hepatis 11 orang (13%), dan
Anemia sendiri sebanyak 45 orang (51%).

Pengkajian pada Tn. A dengan anemia dilakukan untuk


mendapatkan informasi dan data yang akurat, berdasarkan data dari
hasil pengkajian telah dapat diinterprestasikan dan ditetapkan
diagnosa, rencana keperawatan, tindakan dan evaluasi. Berdasarkan
hasil pengkajian pada Tn. A dengan diagnosa anemia diperoleh data
bahwa saat pengkajian tanggal 12 September 2018 pukul 16;00 WIB
adalah pasien mengeluh sesak, kepala terasa berat, kualitas nyeri
seperti ditimpa beban berat. Semakin berat saat dibuat duduk &
berjalan. Dirasakan pada seluruh kepala, skala nyeri 6, waktunya
menetap. Data-data yang lain menunjukkan badan lemas dan terasa
dingin, mata berkunang-kunang, mukosa bibir pucat dan kering,
perubahan warna kulit menjadi pucat. Data ekstremitas didapatkan
kekuatan otot 5 5/5 5, akral (telapak tangan) dingin, CRT > 2 detik.
TD 110/60 mmHg, HR 78x/menit, RR 22x/menit, S 38° C. Tubuh
sempoyongan saat berjalan ke kamar mandi. Hasil laboratorium
tanggal 12 September 2018 terdapat penurunan yaitu: Hb klien 3,5
g/dL, eritrosit 1,94*x 106/ µL, Leukosit 18.120sel/Ul, Hemtokrit
12,4% , Trombosit 1.090.000 sel/Ul.
70

5.1.2 Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan di temukan ada 3 masalah
keperawatan yang muncul yaitu ketidakefektifan pola nafas, nyeri
akut, dan ketidakefektufan perfusi jaringan perifer. Oleh karena itu
klien dan keluarga perlu diberikan informasi tentang kondisi yang
dihadapi klien saat ini.

5.1.3 Pada tahap perencanaan, rencana keperawatan disusun sesuai dengan


masalah keperawatan. Dalam memprioritaskan masalah keperawatan
dilihat dari kebutuhan dasar manusia menurut Hirarki Maslow dan
kondisi klien pada saat pengkajian.

5.1.4 Asuhan keperawatan yang diberikan dilaksanakan berdasarkan


rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat sesuai dengan tingkat
kebutuhan klien, agar asuhan yang diberikan dapat mengatasi
masalah yang dialami klien. Pada tahap pelaksanaan tindakan
keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah
dibuat dan didokumentasikan pada catatan keperawatan. Penulis
melakukan tindakan keperawatan antara lain adalah mengobservasi
keluhan klien, memonitor tanda-tanda vital, memberikan dukungan
secara psikologis, mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi,
memepertahankan suhu tubuh dalam rentang yang normal, mencatat
adanya perubahan warna kulit, mukosa bibir, akral, dan konjungtiva,
melakukan kolaborasi dalam pemberian terapi cairan, obat, dan
tranfusi, serta melakukan cek ulang terhadap hasil laboratorium.

5.1.5 Evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan kepada klien sesuai


dengan konsep teori yang ada untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan tindakan yang dilakukan pada klien dengan diagnosa
anemia. Dari hasil evaluasi atau catatan perkembangan masalah yang
dialami klien masalah teratasi. Karena pada akhir evaluasi klien pada
tanggal 14 September 2018 menunjukkan masalah ketidakefektifan
pola nafas, nyeri akut dan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
dapat teratasi.
71

5.2 Saran
Dari hasil pengkajian dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan,
diharapkan dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak terkait yaitu:
5.2.1 Bagi Ruang Penyakit Dalam (RPD)
Hasil studi kasus (laporan ini) dapat dijadikan acuan dalam
mengidentifikasi faktor yang terkait dengan anemia.
5.2.2 Bagi Profesi Keperawatan
Bahwasanya pasien dengan anemia sangat membutuhkan perawatan
yang serius dan komprehensif, karena melihat kondisi pasien dengan
anemiaakan berpotensi mengalami gangguan kesehatan pada banyak
sistem ditubuhnya khususnya pada organ yang vital yaitu otak dan
jantung. Dngan diadakannya studi kasus atau asuhan keperawatan ini
harapannya dapat mengatasi masalah anemia dengan penatalaksanaan
yang sesuai dengan asuhan keperawatan yang tepat.
72

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.

Jakarta: EGC

Elizabeth J.C. 2013. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. EGC; Jakarta

Johnson, M., et all. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second

Edition. Singapore: Elseiver

Kamitsuru s, Herdman t.h. 2015. Nanda international inc. Nursing diagnoses;

definitions & classification 2015-2017. Jakarta; EGC

Marlyn E. Doenges, 2009. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Nikmatur, Saiful. 2012. Proses Keperawatan Teori Dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-

Ruz Media

Patrick Davay, 2008, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS

R.M Karya, 2013.Buku ajar patofisiologi mekanisme terjadinta penyakit.

Tangerang: Binapuraaksara

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.

Jakarta: Prima Medika

Smeltzer & Bare. 2008. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :

Jakarta.

Wong, 2010. Patofisiologi Penyakit. Bandung; Mitra medika

Anda mungkin juga menyukai