PENDAHULUAN
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
kalangan, mulai dari anak-anak sampai dengan lansia. Anemia yang terjadi
asupan zat besi yang cukup banyak. Remaja putri memiliki resiko lebih besar
yang terjadi pada remaja putri akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan
waktu hamil dan melahirkan. Dapat juga berpotensi melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR). Selain itu anemia akan berpotensi
Tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 Tahun (Kemenkes
RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2013
1
2
menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil
sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45, 1 %, remaja putri usia 10-18 Tahun
sebesar 57, 1% dan usia 19-45 Tahun sebesar 39,5%. Dan wanita mempunyai
Penyakit Dalam (RPD Lantai 2) mulai bulan Januari 2018 s.d September
melena 32 orang (36%), sirosis hepatis 11 orang (13%), dan anemia sendiri
pasien (25%) dari total 15 pasien di Ruang Penyakit Dalam Atas (RPD Atas).
sumsum tulang (misalnya oleh sel kanker), dan defisiensi nutrien meliputi
asupan zat besi dan makanan bergizi lainnya seperti Vitamin A, C, Folat,
Riboflatin, dan B12 untuk mencukupi kebutuhan dalam sehari-hari. Zat besi
setara dengan tiga kali kadar hemoglobin. Laki- laki dikatakan anemia, jika
kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dL dan eritrosit kurang dari 41%,
sedangkan pada wanita, kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dL dan eritrosit
3
kurang dari 37%(Wong, 2010). Jika terjadi anemia maka akan merasa lemah,
mudah lelah, kulit tampak pucat, mata berkunang-kunang serta pusing, akan
sangat kekurangan darah bila tidak cepat mendapatkan darah maka akan
merupakan reduktor, maka dalam usus zat besi tetap dipertahankan dalam
bentuk ferro sehingga lebih mudah diserap. Selain itu, vitamin C membantu
tinggi, oleh sebab itu, peran petugas kesehatan sangat dibutuhkan dalam
peningkatan asupan makanan yang bergizi dan banyak mengandung zat besi.
sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap, mengkonsumsi
sumber makanan nabati yang merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi
teoritis
perawatannya.
Dapat menambah bahan bacaan dan informasi bagi para perawat untuk
anemia.
5
observasi-partisipatif.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM,
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari
41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada
wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan
eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan
penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi
ke jaringan.
Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia
darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
6
7
pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
2.2 KLASIFIKASI ANEMIA
a. Anemia aplastik
Penyebab:
1. agen neoplastik/sitoplastik
2. terapi radiasi
3. antibiotic tertentu
5. benzene
↓
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler
↓
Gangguan sel induk di sumsum tulang
↓
Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai
↓
Pansitopenia
↓
Anemia aplastik
8
Gejala-gejala:
pusat.
Gejala-gejala:
Penyebab:
menstruasi
↓
gangguan eritropoesis
↓
Absorbsi besi dari usus kurang
↓
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin
↓
Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
↓
Megaloblas (eritroblas yang besar)
↓
Eritrosit immatur dan hipofungsi
limfositik kronik
d. Proses autoimun
e. Reaksi transfusi
f. Malaria
↓
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
↓
Antigesn pada eritrosit berubah
↓
Dianggap benda asing oleh tubuh
↓
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
↓
Anemia hemolisis
11
2.3 ETIOLOGI:
2) Perdarahan
menyebabkan anemia.
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB,
dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan
vitamin B12.
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
darah merah.
2.4 PATOFISIOLOGI
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) sel
hemoglobin, tetapi nilai MCV, MCHC, dan RDW dapat bervariasi. Sebagai
<82 fL/sel darah; anemia normositik memiliki MCV antara 82-98 fL/ sel
darah; dan anemia makrositik memiliki mcv >98 fL/ sel darah. Gejala terkait
anemia bergantung pada durasi, tingkat keprarahan dan usia penderita serta
jumlah besi tidak adekuat atau tidak dapat diakses, atau kekurangan
asam folat, vitamin B12, atau globulin. Produksi sel darah merah juga
2.4.2 Anemia akibat perdarahan atau lisis yang mendadak atau kronis
sel darah merah dalam sirkulasi. Anemia jenis ini dapat berhubungan
dalam sirkulasi. Sel darah normal mampu hidup sekitar 120 hari.
Destruksi atau hilangnya sel darah merah yang terjadi sebelum 100 hari
sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit, meskipun jarang,
berbagai obat atau zat kimia, dan radiasi atau kemoterapi. Anemia
akibat destruksi sel darah merah yang berlebihan. Sel darah merah yang
mati, lalu mengalami peningkatan sel darah merah yang belum matur
pajanan darah yang tidak kompatibel atau pajanan obat atau toksin
dijelaskan lebih rinci antara lain adalah anemia sel sabit, malaria,
Penurunan jumlah
eritrosit
Kadar Hb menurun
Anemia
Transport o2 MK;
menurun Penurunan Ketidakseimbangan
Intake nutrisi curah jantung antara suplai dan
menurun kebutuhan
(darah+o2)
Hipoksia
MK; Aliran darah ke Aliran
ketidakseimbangan perifer menurun darah ke
Iskemia miokard
nutrisi kurang dari Metabolisme otak
kebutuhan tubuh menurun menurun
Dingin, pucat, Angina pektoris
perubahan warna
kulit
MK; Energi yang Iskemia
Ketidakefektifan pola nafas dihasilkan sedikit jaringan MK;
otak Nyeri akut
MK;
Ketidakefektifan
MK; Lemah, lesu, perfusi jaringan
Intoleransi aktivitas parastesia perifer MK;
Nyeri akut
MK; Keletihan MK;
Defisit perawatan Resiko jatuh
diri
18
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
(sakit dada)
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
Menurut (Smeltzer & Bare, 2014), Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. Gagal jantung,
2. Kejang.
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
b) Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap darah
- Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin
serum
2) Pemeriksaan laboratorium non hematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam urat,
2.9 PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan Medis
yang hilang:
20
1. Anemia aplastik:
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
sehingga Hb meningkat.
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
B. Penatalaksanaan Keperawatan
Daftar diet yang dianjurkan dan tidak dianjurkan pada pasien anemia.
Sumber Protein Daging sapi, ayam, ikan, telur, Dimasak dengan banyak
susu, dan hasil olah seperti keju minyak atau kelapa/
dan yoghurt custard dan es krim. santan kental.
Sumber Protein Semua jenis kacang-kacangan dan Dimasak dengan banyak
Nabati hasil olahanya, seperti tempe, minyak atau kelapa/
tahu, dan pindakas. santan kental.
Sayuran Semua jenis sayuran, terutama Dimasak dengan banyak
jenis B, seperti bayam, buncis, minyak atau kelapa/
daun singkong, kacang panjang, santan kental.
labu siam dan wortel direbus,
dikukus dan ditumis.
Buah-buahan Semua jenis buah segar, buah
kaleng, buah kering dan jus buah.
Lemak dan minyak Minyak goring, mentega, Santan kental
margarine, santan encer, salad
dressing.
Minuman Soft drink, madu, sirup, teh dan Minuman rendah energy
kopi encer.
Bumbu Bumbu tidak tajam, seperti Bumbu yang tajam,
bawang merah, bawang putih, seperti cabe dan merica
laos, salam, dan kecap.
22
A. Pengkajian
kanker darah) akan saling terkait dengan kondisi penyakit saat ini.
Aspek sosial; fokus pada diri sendiri, tidak peduli dengan lingkungan
sekitar.
Aspek spiritual; Pada kondisi anemia yang berat, klien akan cenderung
spiritualnyaakan terganggu.
a. Pola nutisi
b. Pola eliminasi
Saat sakit; pola BAB tidak teratur, karenaasupan nutrisi yang mvsuk
hanya sedikit
rumah sakit
8. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
yang dikonsumsi.
2. Hidung:
3. Telinga:
4. Mata:
7. Dada/ thorak:
Paru-paru:
pola nafas
Jantung:
tubuh untuk memenuhi organ fital yaitu otak dan jantung itu sendiri.
Payudara:
8. Abdomen:
Adanya nyeri perut pada bagian uluh hati akibat adanya peningkatan
4) Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap
berikut ini:
B12
sitokimia
9. Penatalaksanaan
B. Diagnosa Keperawatan
suplai O2 ke otak
C. Rencana Keperawatan
TUJUAN DAN
DIANGOSA
NO KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN
HASIL
1. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan NIC
nafas b.d peningkatan tindakan Airway manajement
frenkuensi pernafasan keperawatan
akibat kompensasi selama 1 x 2 jam 1. posisikan pasien
paru terhadap kondisi Pola nafas dapat semifowler
anemia efektif 2. identifikasi perlunyaalat
bantuan nafas
Definisi: Kriteria hasil: 3. auskultasi suara nafas
Inspirasi atau - jalan nafas 4. monitor adanya sianosis
27
kuku/CRT)
- Parestesia
- Warna kulit pucat
saat elevasi
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan NIC :
nutrisi kurang dari tindakan a. Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d keperawatan 1. Kaji adanya alergi
penurunan intake selama 1x24 jam makanan
nutrisi akibat status nutrisi 2. Berikan informasi
anoreksia. klien adekuat tentang kebutuhan
dengan kriteria nutrisi
Definisi: Intake hasil: 3. Kolaborasi dengan ahli
nutrisi tidak cukup - Adanya gizi untuk menentukan
untuk keperluan peningkatan jumlah kalori dan nutrisi
metabolisme tubuh. nafsu makan yang dibutuhkan pasien.
- tidak terjadi 4. Anjurkan pasien untuk
Batasan mual/ muntah meningkatkan intake Fe
karakteristik : - Membran 5. Anjurkan pasien untuk
- Berat badan 20 % konjungtiva dan meningkatkan protein
atau lebih di mukosa tidk dan vitamin C
bawah ideal pucat 6. Berikan substansi gula
- Dilaporkan adanya - Nilai Lab.: 7. Yakinkan diet yang
intake makanan Protein total: 6-8 dimakan mengandung
yang kurang dari gr% tinggi serat untuk
RDA Albumin: 3.5-5,3 mencegah konstipasi
(Recomended gr %
Daily Allowance) HB tidak kurang b. Nutrition Monitoring
- Membran mukosa dari 10 gr % 1. Monitor adanya
dan konjungtiva penurunan berat badan
pucat 2. Monitor turgor kulit
- Kelemahan otot 3. Monitor mual dan
yang digunakan muntah
untuk 4. Monitor kadar albumin,
menelan/menguny total protein, Hb, dan
ah kadar Ht
- Luka, inflamasi 5. Monitor pucat,
pada rongga mulut kemerahan, dan
- Keengganan untuk kekeringan jaringan
29
makan konjungtiva
- Nyeri abdominal 6. Monitor kalori dan
dengan atau tanpa intake nuntrisi
patologi
- Kurang berminat
terhadap makanan
4. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan NIC :
b/d keletihan tindakan Self Care Assistane : ADLs
keperawatan 1. Kaji kemempuan klien
Definisi : selama 1x24 jam untuk perawatan diri yang
Gangguan kebutuhan mandiri.
kemampuan untuk mandiri klien 2. Monitor kebutuhan klien
melakukan ADL pada terpenuhi dengan untuk alat-alat bantu
diri kriteria hasil: untuk kebersihan diri,
- Klien terbebas berpakaian, berhias,
Batasan dari bau toileting dan makan.
karakteristik : badan 3. Ajarkan keluarga untuk
- Ketidakmampuan - Menyatakan mendorong kemandirian,
untuk mandi, kenyamanan untuk memberikan
- Ketidakmampuan terhadap bantuan hanya jika pasien
untuk berpakaian, kemampuan tidak mampu untuk
- Ketidakmampuan untuk melakukannya.
untuk makan, melakukan
- Ketidakmampuan ADLs
untuk toileting - Dapat
melakukan
ADLS dengan
bantuan
darah, frekuensi
jantung, frekuensi
pernafasan,
saturasi oksigen)
- Perubahan selera
makan
- Putus asa
- Sikap melindungi
area nyeri
8. Penurunan curah Setelah dilakukan NIC
jantung berhubungan asuhan a. Cardiac care;
dengan takikardi keperawatan 1. Evaluasi adanya nyeri
akibat beban jantung selama1x24 jam, dada (intensitas, lokasi,
yang meningkat. penurunan curah durasi)
jantung tidak 2. Catat adanya disritmia
Definisi; terjadi dengan jantung
Ketidakadekuatan kriteria hasil; 3. Catat adanya tanda dan
darah yang dipompa - TTV dalam gejala penurunan cardiac
oleh jantung untuk rentang output
memenuhi kebutuhan normal 4. Monitor status
metabolik tubuh. - Dapat cardiovaskuler
mentoleransi 5. Anjurkan untuk
Batasan karakteristik; aktivitas tidak mengurangi stres
Perubahan ada kelelahan
frekuensi/ irama - Tidak ada b. Vital sign monitor;
jantung edema paru, 1. Monitor TD, nadi, suhu,
c. Bardikardi perifer, dan dan RR.
d. Perubahan tidak adaasites 2. Monitor pola pernafasan
EKG (aritmia, - Tidak ada abnormal
iskemia, penurunan 3. Monitor suhu, warna dan
abnormalitas kesadaran. kelembapan kulit
konduksi) 4. Monitor sianosis perifer
e. Takikardi
Perubahan
perload
a. Edema
34
b. Keletihan
c. Peningkatan
CVP
d. Distensi vena
jugularis
Perubahan
afterload
a. Dispnea
b. Kulit lembap
c. Oliguri
d. Pengisian
kapiler
memanjang
e. Perubahan
tekanan darah
f. Perubahan
warna kulit
(pucat, abu-
abu, sianosis)
Perilaku/ emosi
a. Ansietas
b. Gelisah
D. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
E. Evaluasi
Evaluasi adalah sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematis pada sistem kesehatan klien, tipe pernyataan evaluasi ada dua
yaitu formatif dan sumatif. Pernyataan formatif merefleksi observasi perawat
dan analisa terhadap klien, terhadap respon langsung dari intervensi
keperawatan. Penyataan sumatif adalah merefleksi rekapitulasi dan synopsis
observasi dan analisa mengenai status kesehatan klien terhadap waktu.
Pernyataan ini menguraikan kemajuan terhadap pencapaian kondisi yang
dijelaskan dalam hasil yang diharapkan (Nursalam, 2013).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
3.1 PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Nama : Tn. A
b. Umur : 58 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku/ Bangsa : Jawa - Indonesia
f. Alamat : Stoplas 1/3-Kedung Rejo-Muncar-Banyuwangi
g. Pekerjaan : Wiraswasta
h. Nomor Register : 323859
i. Tanggal MRS : 12-09-2018 Pukul 12;00 WIB
j. Tanggal Pengkajian : 12-09-2018 Pukul 16;00 WIB
k. Diagnosa Medis : Anemia e.c Sirosis Hepatis
a. Nama : Ny. T
b. Umur : 47 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Pendidikan : SD
g. Status Perkawinan : Menikah
h. Suku Bangsa : Jawa – Indonesia
l. Alamat : Stoplas 1/3-Kedung Rejo-Muncar-Banyuwangi
Anggota keluarga tidak pernah mengalami sakit seperti yang dialami oleh klien
saat ini. Anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit Hipertensi, DM
(kensing manis), dll.
b. Aspek Sosial
Klien belum mampu berinteraksi dengan teman yang dirawat disebelahnya.
Saat diajak berkomunikasi dengan petugas, klien dapat merespon dengan
baik, tidak ada hambatan dalam berkomunikasi. Klien kooperatif saat
dilakukan tindakan oleh petugas.
Saat ini klien makan dari diit yang diberikan oleh Rumah Sakit.
Diit TKTP sebanyak 3x sehari.
Komposisi: nasi, lauk pauk & sayuran. 1 porsi tidak dihabiskan (hanya 3-
4 sendok). Keluhan: Tidak nafsu makan.
Klien minum air putih ±5 gelas/ hari.
b. Pola Eliminasi
1). Buang Air Besar
Klien mengatakan saat sakit, klien ke kamar mandi perlu dibantu oleh
keluarganya. Karena jalannya sempoyongan. Klien mengatakan tidak
ada masalah dengan pola eliminasi urinnya. Frekuensi 5-6x/hari.
Warna kuning pekat. Bau khas urin, perasaan setelah BAK adalah
merasa puas.
40
Klien mengatakan selama sakit, klien tidak bisa mandi. Hanya diseka pada
pagi dan sore hari. Mengganti pakaian 1x sehari. Tidak menyisir rambut.
Klien mengatakan, saat ini klien hanya berbaring lemah di atas tempat
tidur. Sesekali turun ke kamar mandi, dibantu oleh anaknya. Klien merasa
kepalanya berat dan jalannya sempoyongan. Dalam pemenuhan ADL
(Activity Day Living) klien mengalami gangguan sehingga perlu dibantu
oleh keluarga.
Inspeksi: bentuk wajah bulat, warna kulit putih, raut wajah lesu dan
pucat. Warna rambut hitam, persebaran rambut merata, kulit kepala
bersih, tidak ada kutu/ ketombe.
Palpasi: tidak teraba massa/hematom pada kepala, tidak ada nyeri tekan
pada wajah
2). Hidung
Palpasi: tidak ada oedem/ bengkak, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan.
3). Telinga
Inspeksi: bentuk /posisi simetris antara kanan dan kiri, bentuk aurikula/
daun telinga normal, warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada lesi,
kondisi telinga kurang bersih, tidak ada serumen, tidak ada cairan yang
keluar dari lubang telinga, tidak menggunakan alat bantu pendengaran
Palpasi; tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan pada daun telinga dan
tulang mastoid
4). Mata
Inspeksi: bentuk dan posisi mata simetris kanan dan kiri, bola mata
simetris kanan dan kiri, tidak ada hematom periorbital, warna
konjungtiva pucat, sklera putih, pupil isokor, reflek cahaya positif,
kantung mata tidak ada, bulu mata tersebar merata.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada area palpebra, tidak ada peningkatan
TIO (Tekanan Intra Okuler)
Inspeksi: bentuknya simetris atas dan bawah, mukosa bibir kering &
pucat, lidah bersih, tidak tampak inflamasi maupun peradangan pada tosil
maupun pharing, tidak terdapat karies gigi, terdapat karang gigi pada
42
Inspeksi: bentuk leher pendek, warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada deviasi trakea, tidak ada lesi.
(1). Inspeksi
Integritas kuli baik, tidak ada oedem, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba
benjolan/ massa yang abnormal, krepitasi tidak ada, pulsasi teraba pada
ics5 midclavicula sinistra, vocal fremitus normal, getaran dada sejajar.
(3). Perkusi
(4). Auskultasi
(1). Inspeksi
(2). Palpasi
43
(3). Perkusi
Batas jantung
Kanan atas : ICS ke-2 linea parasternalis dextra
Kanan bawah : ICS ke-4 linea parasternalis dextra.
Kiri atas : ICS ke-2 parasternalis sinisitra
Kiri bawah : ICS ke-4 midclavicula sinistra.
(4). Auskultasi
(a). Inspeksi
Bentu payudara simetris kanan dan kiri, warna kulit sama dengan
sekitar, tidak ada lesi, inflamasi maupun oedem
(b). Palpasi
(a). Inspeksi
Bentuk perut normal, Warna kulit sama dengan sekitar, Tidak ada strie,
tidak ada lesi maupun jaringan parut, tidak ada kemerahan, terdapat
linea alba (garis bentuk abdomen), tidak ada ikterik, terdapat bekas
oprasi pada abdomen.
(b). Auskultasi
(c). Palpasi
Tidak ada spasme otot, tidak teraba adanya benjolan/ massa yang
abnormal, terdapat nyeri tekan pada area abdomen kanan atas & ulu
hati.
(d). Perkusi
Pekak Tympani
Tympani Tympani
44
Inspeksi:
Tidak terkaji
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 12-09-2018
PARAMETERS NILAI SATUAN NILAI
RUJUKAN
Hemoglobin (HGB) 3,5 ֿ g/Dl L 13,0-18,0
P 11,5-16,5
Eritrosit (RBC) 1,94* 10 ̂ 6/µL L 4,5-5,5
P 4,0-5,0
HCT 12,4* % L 4,0-5,0
P 37,0-45,0
MCV 63,9* fL 82,0 – 92,0
MCH 18,0* Pg 27,0 – 37,0
MCHC 28,2* g/dL 32,0 – 37,0
RDW-SD 51,4* fL 35-47
RDW-CV 24,4* % 11,5-14,5
WBC 18,12* 10 ̂ /µL
3
4,3-10,8
EO% 0,5* % 1-3
BASO% 0,2* % 0-2
NEUT% 84,2* % 50-70
10. Penatalaksanaan
a. Medis
Infus Asering 20 tpm Obat Oral : - Sucralfate 3xCI
Injeksi Ranitidin 2x1 amp - Lansoprazol 3x1
Injeksi Cefotaxim 3x500 mg - Vit. Becom-C 3x1
Injeksi Antrain 2x1 amp
b. Gizi
Diit TKTP
c. Perawat
- Meningkatkan kebutuhan bedrest
- Bantuan ADL (Activity Day Living)
- Pertahankan suhu tubuh
46
Keterangan;
Perempuan
Laki-laki
Pasien
Meninggal /
Garis perkawinan
Garis keturunan
Mahasiswa
(Taslimatur Rizqi)
NIM 2017.04.027
47
ANALISA DATA
1. Ds ; Ketidakefektifan Anemia
Klien mengatakan sesak nafas Pola Nafas
DO ;
1. K/u lemah, kesadaran Kadar HB menurun
composmentis, GCS 4;5;6
2. Terbaring ditempat tidur
3. Posisi Semi Fowler Kompensasi paru
4. Memakai O2 Nasal Kanul 3 Lpm
5. TTV, TD; 110/70 mmHg, RR
22x/menit, N 78x/menit, S 38ºC. Peningkatan
6. Hasil laboratorium tanggal 12
frekuensi nafas
September 2018, Hb; 3,5 g/dL
Dispnea/ sulit
bernafas
Ketidakefektifan
Pola Nafas
MK;
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
49
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ds ;
Klien mengatakan sesak nafas
DO ;
1. K/u lemah, kesadaran composmentis, GCS
4;5;6
2. Terbaring ditempat tidur
3. Posisi Semi Fowler
4. Memakai O2 Nasal Kanul 3 Lpm
5. TTV, TD; 110/70 mmHg, RR 22x/menit, N
78x/menit, S 38ºC.
6. Hasil laboratorium tanggal 12 September
2018, Hb; 3,5 g/dL
DO;
DO;
CATATAN KEPERAWATAN
54
16.15
2 4. Memberikan penjelasan untuk mengurangi
faktor yang dapat mencetus atau
meningkatkan nyeri (misalnya; ketakutan,
kelelahan, keadaan monoton dan kurang
pengetahuan)
Hasil;
Klien dapat memahami apa yang dijelaskan
oleh perawat
16.30 5. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan
2 aman
Hasil;
Tempat tidur bersih, terpasang bed side trail
pada tepi kanan dan kiri tempat tidur
6. Mengkaji adanya kesemutan/ parastesia
16.32 3
Hasil;
Klien mengatakan tangannya sebelah kanan
terasa kaku dan dingin
16.33 1,2,3 7. Melakukan kolaborasi pemberian cairan
intravena
Hasil;
Terpasang infus Asering 20 tpm
1,2,3 8. Mengajarkan teknik distraksi dengan
16.35
meningkatkan tirah baring/bedrest.
55
Hasil;
Klien memejamkan mata dan merelaxkan
tubuh
1,2 9. Memberikan posisi nyaman pasien (Posisi
16.35 Semi Fowler)
Hasil;
Pasien merasa nyaman
1,2,3 10. Melakukan kolaborasi dalam pemberian
20.00 injeksi
Hasil;
Klien mendapatkan injeksi antrain 1 amp,
injeksi ranitidin 1 amp, injeksi cefotaxim 500
mg
Hasil;
Klien post tranfusi WB kolf I
1,2,3 2. Mengevaluasi keluhan klien
Hasil;
09.01 Klien mengatakan nyeri kepalanya masih
dirasakan berat, tubuh masih terasa dingin
2 3. Mengkaji keluhan nyeri klien
Hasil;
09.05 Klien mengatakan badannya masih lemas,
tubuhnya sudah tidak terlalu dingin,
kepalanya masih agak nyeri, masih sesak
1,2,3 4. Melanjutkan kolaborasi dalam pemberia injeksi
09.05 Hasil;
Klien mendapatkan injeksi cefotaxim 500 mg
Hasil;
Hb 6,6 g/dL
2. Memberikan posisi nyaman klien (Posisi
1,2
14.05 SemiFowler)
Hasil;
Klien mengatakan posisinya nyaman
1,2,3 3. Mengevaluasi keluhan klien
Hasil;
Klien mengatakan nyeri kepalanya sudah
berkurang, tubuh sudah tidak dingin, sudah
tidak sesak
3 4. Melakukan kolaborasi dengan tim medis
(transfusi darah)
Hasil;
Pasien post transfusi 1 kolf
5. Mengkaji keluhan nyeri klien
2
Hasil;
Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
6. Mengkaji keluhan sesak klien
1 Hasil;
Klien mengatakan sudah tidak sesak
7. Melanjutkan kolaborasi dalam pemberian
1,2,3 injeksi
Hasil;
Klien mendapatkan injeksi antrain 1 amp,
injeksi ranitidin 1 amp, injeksi cefotaxim 500
mg
8. Mengukur TTV (TD, HR, S, RR)
Hasil;
TD; 110/80 mmHg, HR; 88x/menit, RR;
19x/menit, S; 36,9° C
58
CATATAN PERKEMBANGAN
O; O; O;
O;
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil pembahasan dari "Asuhan
Keperawatan pada Tn. A dengan Diangosa Anemia di Ruang Penyakit Dalam
(RPD Atas) RSUD Genteng Banyuwangi Tahun 2018."
Penyajian dimulai dari konsep teori dan hasil asuhan keperawatan yang
sudah dilakukan pada klien.
Dari tanda dan gejala pada pasien dengan anemia secara umum
menurut Elizabeth (2013), terdapat 6 poin yang sesuai pada pasien
dilapangan. Akan tetapi gejala-gejala seperti halnya takikardi, bising
jantung, dispnea, nafas pendek, tinitus (telinga berdengung) tidak
muncul pada pasien. Hal ini disebabkan pada pemeriksaan EKG
didapatkan hasil yang normal (Sinus Rytme) yaitu 80x/menit. Pola
nafas masih dalam rentang yang normal. Pasien dapat mentoleransi diri
dengan kondisi anemianya. Karena sakit yang dialami klien saat ini
adalah yang kelima kalinya klien menjalani opname dengan diagnosa
yang sama.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.2 Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan di temukan ada 3 masalah
keperawatan yang muncul yaitu ketidakefektifan pola nafas, nyeri
akut, dan ketidakefektufan perfusi jaringan perifer. Oleh karena itu
klien dan keluarga perlu diberikan informasi tentang kondisi yang
dihadapi klien saat ini.
5.2 Saran
Dari hasil pengkajian dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan,
diharapkan dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak terkait yaitu:
5.2.1 Bagi Ruang Penyakit Dalam (RPD)
Hasil studi kasus (laporan ini) dapat dijadikan acuan dalam
mengidentifikasi faktor yang terkait dengan anemia.
5.2.2 Bagi Profesi Keperawatan
Bahwasanya pasien dengan anemia sangat membutuhkan perawatan
yang serius dan komprehensif, karena melihat kondisi pasien dengan
anemiaakan berpotensi mengalami gangguan kesehatan pada banyak
sistem ditubuhnya khususnya pada organ yang vital yaitu otak dan
jantung. Dngan diadakannya studi kasus atau asuhan keperawatan ini
harapannya dapat mengatasi masalah anemia dengan penatalaksanaan
yang sesuai dengan asuhan keperawatan yang tepat.
72
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Nikmatur, Saiful. 2012. Proses Keperawatan Teori Dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-
Ruz Media
Tangerang: Binapuraaksara
Smeltzer & Bare. 2008. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Jakarta.