Anda di halaman 1dari 75

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Saferi dan Yessie (2013) Anemia didefinisikan sebagai

penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai dibawah rentang nilai yang

berlaku untuk orang sehat. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan

merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara

fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk

mengangkut oksigen ke jaringan. Hasdianah, HR dan Sentot (2016) menyatakan

anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah merah,

etiologi yang mendasari dan penampakan klinis. Penurunan kadar eritrosit atau

kadar Hb menyebabkan terjadinya perfusi perifer tidak efektif yang berisiko

mengalami penurunan sirkulasi suplai darah ke kapiler yang dapat mengganggu

metabolisme tubuh. Sehingga berpengaruh pada kerja sel untuk peningkatan

aktivitas otot tubuh terutama dibagian distal.

Menurut Word Health Organization (WHO) prevalesi anemia berkisar 40-

80% (WHO, 2013). Menurut hasil data Riskesdas tahun 2013, prevalesi anemia di

Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar

26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Data

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2012) menyatakan bahwa prevalensi

anemia pada balita 40,5%, ibu hamil 50,5%, ibu nifas 45,1%, remaja putri usia 10-

18 tahun 57,1% dan usia 19-45 tahun 39,5%. Wanita mempunyai resiko tinggi

terkena anemia terutama remaja putri (Kemkes RI, 2013 dalam Avista, 2019).

1
2

Penyebab perfusi perifer tidak efektif pada pasien dengan kasus anemia

defisiensi zat besi ini adalah kurangnya mengkonsumsi makanan yang

mengandung zat besi seperti sayuran hijau. Tidak cukupnya suplai zat besi

mengakibatkan defek pada sintesis Hb dalam pembentukan darah juga

memerlukan baha-bahan seperti vitamin B12, asam folat, cobalt, magnesium,

tembaga, senk, asam amino, vitamin C dan B kompleks. Jika salah satu unsur atau

bahan pembentuk sel darah merah mengakibatkan penurunan produksi atau

anemia. Sehingga mengakibatkan transportasi sel darah akan terganggu dan

jaringan tubuh klien akan mengurangi oksigen guna menghasikan energi.

Kemudian akan timbul gejala anemia yang ditunjukkan dengan merasa cepat

lelah, pucat, gelisah, mual, mengeluh pusing berkunang-kunang dan terkadang

sesak. Serta ditandai dengan warna pucat di beberapa bagian tubuh seperti lidah

dan kelopak mata, Jika tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan

hipovolemia yang berujung kematian. (Hasdianah,HR dan Sentot, 2016).

Penanganan klien anemia defisiensi zat besi sangat diperlukan dalam

proses kesembuhan klien, beberapa hal yang harus dilakukan antara lain :

mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besi seperti daging merah, sayur-sayuran

berdaun hijau, gandum dan kacang-kacangan, sementara itu klien harus diberi

edukasi tentang diet klien. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan studi

kasus tentang asuhan keperawatan dengan perfusi perifer tidak efektif pada klien

anemia defesiensi zat besi di Dusun Padurekso Desa Kalianget Timur Kecamatan

Kalianget Kabupaten Sumenep.


3

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan dengan perfusi perifer tidak efektif

pada klien anemia defesiensi zat besi di Dusun Padurekso Desa Kalianget Timur

Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep?

1.3 Tujuan Studi Kasus

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan penulisan ini adalah untuk melaksanakan asuhan keperawatan

dengan perfusi perifer tidak efektif pada klien anemia defesiensi zat besi di

Dusun Padurekso Desa Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten

Sumenep.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan dengan perfusi perifer tidak

efektif pada klien anemia defesiensi zat besi di Dusun Padurekso Desa

Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep.

2. Menegakkan diagnosis asuhan keperawatan dengan perfusi perifer tidak

efektif pada klien anemia defesiensi zat besi di Dusun Padurekso Desa

Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep.

3. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan dengan perfusi perifer tidak

efektif pada klien anemia defesiensi zat besi di Dusun Padurekso Desa

Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep.

4. Melaksanakan pelaksanaan asuhan keperawatan dengan perfusi perifer

tidak efektif pada klien anemia defesiensi zat besi di Dusun Padurekso

Desa Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep.


4

5. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dengan perfusi perifer tidak

efektif pada klien anemia defesiensi zat besi di Dusun Padurekso Desa

Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep..

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Manfaat teoritis

1. Pengembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu untuk perkembangan

pengetahuan ilmu keperawatan dalam asuhan keperawatan dan

menamabah wawasan dalam mencari pemecahan masalah perfusi perifer

tidak efektif pada klien anemia defesiensi zat besi.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Perawat

Hasil studi kasus ini diupayakan dapat mengembangkan dan

meningkatkan kualitas ilmu perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada remaja yang mengalami anemia.

2. Bagi Rumah Sakit

Masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan

perfusi perifer tidak efektif pada kasus anemia defesiensi zat besi dan

dapat dijadikan mutu pertimbangan dalam memberikan pelayanan yang

bermutu dan berkualitas.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran mahasiswa

keperawatan.
5

4. Bagi Pasien

Menambah informasi bagi klien maupun keluarga klien dalam menangani

anemia sedini mungkin agar tidak terjadi komplikasi.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Anemia

2.1.1 Definisi

Anemia didefenisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb

sampai dibawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang

memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan

mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh (Hadianah & Suprapto, 2014 Dalam

Olang, 2019).

Anemia adalah suatu keadaan kekurangan sel darah merah yang dapat

disebabkan oleh hilangnya darah secara cepat atau karena produksi sel darah

merah terlalu lambat. Fungsi sel darah merah penting untuk tubuh, diantara lain

fungsinya adalah sarana transportasi gizi, terutama oksigen yang diperlukan pada

proses fisiologis dan biokimia dalam setiap jaringan tubuh. Mengalami anemia

berarti, selain pasokan oksigen keseluruh tubuh menjadi berkurang, berbagai

akibat fisiologis dan psikologis juga akan muncul.

Defesiensi zat besi paling sering memberikan gambaran darah yang

mikrositik hipokromik, yang lain akibat talasemia, dan anemia sideroblastik

(jarang) terutama di Negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Penyakit

ini disebakan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh penderita

Derajat anemia dapat diketahui dengan melihat kadar hemoglobin yang

berada di bawah batas normal pada setiap kelompok umur tertentu. Dan yang

paling umum dipakai adalah dikatakan ringan jika kadar hemoglobin 10-12 g/dl,

6
7

sedang 7-9 g/dl dan berat <7 g/dl.

Tabel 2.1 kriteria anemia menurut WHO sesuai dengan kelompok umur dan
jenis kelamin tahun 2000
Kelompok Batas normal Hb (g/dl)
Anak 6 bulan – 5 tahun 11
Anak 5 tahun – 11 tahun 11,5
Remaja awal 12 – 16 tahun 12
Wanita dewasa tidak hamil 12
Laki – laki dewasa 13
Wanita hamil 11
Sumber : Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2017

Perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah pada level

kapiler yang dapat menggangu metabolisme tubuh (SDKI, 2016).

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh

darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaanya tidak tetap tergantung

pada banyaknya oksigen dan karbondioksida didalamnya. Adanya oksigen dalam

darah diambil dengan jalan benafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa

pembakaran atau metabolisme di dalam tubuh. Karakteristik darah meliputi :

viskositas atau kekentalan darah, temperature, pH, salinitas dan volume.

Darah selamanya beredar dalam tubuh oleh karena adanya atau pompa

jantung. Selama darah ada dalam pembuluh maka akan tetep encer, tetapi kalau

ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan beku. Pembekuan ini dapat dicegah

dengan jalan mencampurkan ked kedalam alam darah tersebut sedikit obat anti

pembekuan atau sitras natrikus.

1. Fungsi darah adalah :

a. Sebagai pengangkut

Mengambil oksigen atau zat pembakaran dari paru-paru untuk

diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, mengangkat karbondioksida dari


8

jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru, mengambil zat-zat

makanan dari usus halus yang diedarkan dan dibagikan keseluruh

jaringan atau alat tubuh dan mengangkat atau mengeluarkan zat-zat

yang tidak berguna bagi tubuh untuk di keluarkan melalui kulit dan

ginjal.

b. Sebagai pertahanan tubuh

Pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit atau racun dengan

perantaraan leukosit dan antibody untuk mempertahankan tubuh

terhadap invasi mikroorganisme dan benda asing (leukosit) dan proses

homeostatis (trombosit).

c. Sebagai pengatur regulasi

Mempertahankan pH dan konsentrasi elektrolit pada cairan interstitial

melalui pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan interstitial dan

darah mengatur suhu tubuh melalui transport panas menuju kulit dan

paru-paru.

2. Tempat pembentukan sel darah

a. Pembentukan sel darah terjadi pada awal masa embrional, sebagian

besar pada hati dan sebagian kecil pada limpa.

b. Dari kehidupan fetus hinggs bayi dilahirkan, pembantukan sel darah

berlangsung dalam 3 tahap, yaitu: pembentukan di saccus vitellinus,

pembentukan di hati serta limpa dan pembentukan di sumsum tulang

belakang.

c. Pembentukan sel darah mulai terjadi pada sumsum tulang belakang

setlah minggu ke-20 masa embrionik.


9

d. Dengan bertambahnya usia janin, produksi sel darah merah semakin

banyak terjadi pada sumsum tulang dan peranan hati dan limpa semakin

berkurang.

e. Sesudah lahir, semua sel darah merah dibuat pad sumsum tulang

belakang, kecuali limfosit yang juga dibentuk di kelenjar limfe, tymus

dan lien.

f. Selanjutnya pada orang dewasa pembentukan sel darah diluar sumsum

tulang (extra medullary hemopoiesis) masih dapat terjadi bila sumsum

tulang mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis.

g. Sampai dengan usia 5 tahun, pada dasarnya semua tulang dapat menjadi

tempat pembentukan sel darah. Tetapi sumsum tulang panjang, kecuali

bagian proksimal humerus dan tibia, tidak lagi membentuk sel darah

setelah usia mencapai 20 tahun.

h. Setelah usia 20 tahun, sel darah diproduksi terutama pada tulang

belakang, sternum, tulang iga dan ileum.

i. 75% sel pada sumsum tulang menghasilkan sel darah putih (leukosit)

dan hanya 25% menghasilkan eritrosit.

j. Jumlah eritrosit dalam sirkulasi 500 kali lebih banyak dari leukosit.

Hal ini disebabkan oleh karena usia leukosit dalam sirkulasi lebih

pendek (hanya beberapa hari) sedangkan eritrosit hanya 120 hari.

3. Komposisi darah :

a. Darah terdiri dari plasma dan sel-sel darah

b. Plasma terdiri dari air, protein, dan bahan-bahan non protein

c. Plasma protein terdiri dari albumin 55%, globulin, 38%, fibrinogen 7%


10

d. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Dimana

leukosit terbagi 2 yaitu granulasit: netrofil, esionofil, dan basophil.

Serta agranulosit: limfosit dan monosit.

e. Dalam pembentukan darah memerlukan bahan-bahan seperti vitamin

B12, asam folat, zat besi, cobalt, magnesium, tembaga (Cu), senk (Zn),

asam amino, vitamin C, dan B kompleks. Kekurangan salah satu unsur

atau bahan pembentuk sel darah merah mengakibatkan penurunan

produksi atau anemia.

2.1.3 Etiologi

Penyebab anemia dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:

a. Perubahn sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia defesiensi

Fe, thalassemia dan anemi infeksi kronik.

b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang

dapat menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.

c. Fungsi sel induk terganggu, sehingga dapat menimbulkan

anemia aplastik dan leukemia.

d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.

2. Kehilangan darah

a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi

secara mendadak.

b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorrhagia.


11

3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)

a. Karena faktor bawaan misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk

mencegah kerusakan eritrosit)

b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit

misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunan

obat acetosal.

4. Bahan baku pembuatan eritrosit tidak ada

Bahan baku yang dimaksud adalah protein asam folat, vitamin B12 dan

mineral Fe. Sebagian besar anemia disebakan oleh kekurangan satu atau

lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat dan B12) yang digunakan dalam

pembentukan sel-sel drah merah. Anemia juga bisa disebabkan oleh

kondisi lain seperti penyakit malaria dan infeksi cacing tambang.

2.1.4 Tanda dan Gejala

Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan

manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemi, usia,

mekanisme kompensasi, tingkat aktifitas, keadaan penyakit yang mendasarinya

dan beratnya anemia. Secara umum gejala anemia adalah :

1. Hb menurun (<10 g/dl), trombositosis/ trombositopenia, pansitopenia

2. Penurunan BB, kelemahan

3. Takikardia, TD menurun, pengisian kapiler lambat, extermitas

dingin, palpitasi, kulit pucat

4. Mudah lelah ; sering istirahat

5. nafas pendek,

6. Sakit kepala
12

7. pusing

8. Konjungtiva anemis

9. Mata berkunang-kunang

Manifestasi klinis berdasarkan jenis anemia ;

1. Anemia karena perdarahan

a. Perdarahan akut; akibat kehilangan darah yang cepat, terjad reflex

kardiovaskuler yang fisiologis berupa kontrasi arteriola, pengurangan

aliran darah atau komponennya keorgan tubuh yang kurang vital

(anggota gerak, ginjal). Gejala yang timbul tergantung dari kecepatan

dan banyaknya darah yang hilang dan apakah tubuh masih dapat

menggadakan kompensasi. Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan

memperlihatkan gejala pucat, transpirasi, takikardia, TD rendah atau

normal. Kehilangan darah sebanyak 15-20% akan mengakibatkan TD

menurun dan dapat terjadi renjatan (shock) yang masih reversible.

Kehilangan darah lebih dari 20% akan menimbulkan renjatan yang

irreversible dengan angka kematian yang tinggi.

b. Perdarahan kronik, leukositosis (15.000-20.000/mm³) nilai hemoglobin,

eritrosit dan hematocrit merendah akibat hemodelusi.

2. Anemia defesiensi

a. Anemia defisiensi besi (DB)

Pucat merupakan tanda yang paling sering, pagofagia (keinginan untuk

makan bahan yang tidak seperti biasa seperti es batu atau tanah), bila

Hb menurun sampai 5 g/dl iritabilitas dan anorexia. Takikardia dan

bising sistolik. Pada kasus berat akan mengakibatkan perubahan kulit


13

dan mukosa yang progresif seperti lidah yang halus, keilosis, terdapat

tanda-tanda mal nutrisi. Monoamine oksidase suatu enzim tergantung

besi memainkan peran penting dalam reaksi neurokimiawi disusunan

saraf pusat sehingga DB dapat mempengaruhi fungsi neurologist dan

intelektual. Temuan laboratorium Hb 6-10 g/dl, trombositosis (600.000-

1.000.000).

b. Anemia defisiensi asam folat

Gejala dan tanda anemia defisiensi asam folat sama dengan amenia

defiseiensi vitamin B12, yaitu anemia megaloblastik dan perubahan

megaloblastik pada mukosa, mungkin dapat ditemukan gejala-gejala

neurologis, seperti gangguan kepribadian dan hilangnya daya ingat.

Gambaran darah seperti anemia pernisiosa tetapi kadar vitamin B12

serum normal dan asam folat serum rendah, biasanya kurang dari 3

ng/ml. Yang dapat memastikan diagnosis adalah kadar folat sel darah

merah kurang dari 150 ng/ml.

3. Anemia hemolitik

a. Anemia hemolitik autoimun

Anemia ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat (mengancam

nyawa). Terdapat keluhan fatigue dapat terlihat bersama gagal jantung

kongestif dan angina. Biasanya ditemukan icterus dan spleno megali.

Apabila klien mempunyai penyakit dasar seperti LES atau Leukemia

Limfositik Kronik, gambaran klinis penyakit tersebut dapat terkihat.

Pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar HB yang bervariasi dari

ringan sampai berat (HT< 10%). Retikulositosis dan Sferositosis


14

biasanya dapat terlihat pada apusan darh tepi. Pada kasus hemolysis

berat, penekanan pada sumsum tulang dapat mengakibatkan sel drah

merah yang terpecah-pecah

b. Anemia hemolitik karena kekurangan enzim

Manifestasi klinik beragam mula dari anemia hemolitik neonates berat

sampai ringan, hemolisis yang terkompensasi dengan baik dan tampak

pertama pada dewasa. Polikromatofilia dan mikrositosis ringan

menggambarkan angka kenaikan retikulosit. Manifestasi klinis sangat

beragam tergantung dari jenis kekurangan enzim, defesiensi enzim

glutation reduktase kadang-kadang disertai trombopenia dan

leukopenia dan sering disertai kelainan neurologis. Defesiensi

piruvatkinase khasnya ada peninggian kadar 2,3 difosfogliserat (2,3

DPG). Defisiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI) gejala

menyerupai sferositosis, tetapi tidak ada peninggian fragilitas osmotik

dan hapusan darah tepi tidak ditemukan sferosit.

c. Sferositosis herediter

Sferositosis herediter mungkin menyebabkan penyakit hemolitik pada

bayi baru lahir dan tampak dengan anemia serta hiperbilirubinemia

yang cukup berat. Keparahan penyakit pada bayi dan anak bervariasi.

Beberapa penderita tetap bergejala sampai dewasa, sedangkan lainnya

mungkin mengalami anemia berat yang pucat, icterus, lesu dan

intoleransi aktivitas. Bukti hemolisis meliputi retikulositosis sering

meningkat sampai 6-20% dengan nilai rata-rata 10%. Eritrosit pada

apus darah tepi berukuran macam-macam dan terdiri dari retikulosit


15

polikromatofilik dan sferosis.

d. Thalassemia

Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang membesar.

Pada anak biasanya disertai dengan keadaan gizi yang jelek dan

mukanya memperlihatkan fasies mongoloid. Jumlah retikulosit dalam

darah meningkat. Pada anemia thalassemia biasanya tidak sampai

memerlukan transfusi darah, mudah terjadi hemolisis akut pada

serangan infeksi berat, kadar HB 7-10 g/dl, sediaan hapus darah tepi

memperlihatkan tanda-tanda hipokromia yang nyata dengan

anisositosis dan poikilositosis.

4. Anemia aplastik

Awitan anemia aplastik biasanya khas dan bertahap ditandai oleh

kelemahan, pucat, sesak nafas. Biasanya ditemukan pansitopenia, sel

darah merah normostik dan normokromik artinya ukuran serta warnanya

normal, perdarahan abnormal akibat trombositopenia.

2.1.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai

jenisnya, dapat dilakukan dengan:

1. Anemia karena perdarahan

Pengobatan terbaik adalah transfusi darah, pada perdarahan kronik

diberikan transfusi packed cell. Mengatasi renjatan dan penyebab

perdarahan. Dalam keadaan darurat pemeberian cairan intravena dengan

cairan infus.
16

2. Anemia defesiensi

a. Anemia defesiensi zat besi

Respon regular DB terhadap sejumlah besi cukup mempunyai arti

diagnostik, pemberian oral garam ferro sederhana (sulfat, glukonat dan

furamat). Preparat besi parental (dekstran besi) adalah bentuk yang

efektif dan aman untuk digunakan bila perhitungan dosis tepat,

sementara itu keluarga harus diberikan eduka tentang diet penderita

dan mengkonsumsi susu 500 ml/24 jam.

b. Anemia defesiensi asam folat

Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula

dengan pemberian/ suplementasi asam folat oral 1 mg/hari.

3. Anemia hemolitik

a. Anemia hemolitik autoimun

Menggunakan prednisone 1-2 mg/Kg BB/hari. Jika mengancap hidup,

transfuse harus diberikan hati-hati. Apabila prednisone tidak efektif

dalam menanggulangi kelainan ini atau penyakit mengalami

kekambuhan dalam periode Taperingoff dari prednisone maka

dianjurkan untuk dilakukan splenektomi. Apabila keduanya tidak

menolong, maka dilakukan terapi dengan menggunakan berbagai jenis

obat imunosupresif. Immunoglobulin dosis tinggi intravena (500

mg/Kg BB/hari selama 1-4 hari) mungkin mempunyai efektifitas

tinggi dalam mengontrol hemolisis.

b. Anemia hemolitik karena kekurangan enzim

Pencegahan hemolisis adalah cara terapi yang paling penting. Tranfusi


17

tukar mungkin terindikasi untuk hiperbillirubinemia pada neonatus.

Transfuse eritrosit terpapar diperkulan untuk anemia berat atau krisis

aplatik. Jika anemia terus menerus berat atau jika diperlukan transfuse

yang sering.

c. Sferositosis herediter

Anemia dan hiperbillurubinemia yang cukup berat memerlukan

fototerapi atau trabsfusi tukar. Karena sferosit pada SH dihancurkan

hampir seluruhnya oleh limfa, maka spleneknotomi melenyapkan

hampir semua hemolisis pada kelainan ini. Setelah splenektomi

sferosis mungkin lebih banyak, meningkatkan fragilitas osmotic, tetapi

anemia, retikulositosis dan hiperbillirubinemia membaik.

d. Thalassemia

Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya.

Transfusi drah diberikan bila kadar Hb sudah rendah (kurang 6%) atau

bila penderita mengeluh tidak mau makan atau lemah. Untuk

mengeluarkan zat besi dari jaringan tubuh diberikan Iron Chelating

agent, yaitu desferal secara intramuskuler atau intravena.

4. Anemia aplastik

Dua metode penanganan yang saat ini sering digunakan:

a. Transplantasi sumsum tulang

Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk memberikan persediaan

jaringan hematopoesti yang masih dapat berfungsi. Agar transplantasi

dapat berhasil, diperlukan kemampuan menyesuaikan sel donor

dengan resipien serta mencegah komplikasi selam masa penyembuhan


18

dengan menggunakan imunosupresan clycloporine.

b. Terapi imunosupresif dengan ATG (globulin antitimosit)

Diberikan untuk menghentikan fungsi imunologis yang

memperpanjang aplasia sehingga memungkinkan sumsum tulang

mengalami penyembuhan. ATG diberikan setiap hari melalui kateter

vena sentral selama 7 sampai 10 hari. Pasien yang berespon terhadap

terapi biasanya akan sembuh dalam beberapa minggu sampai 3 bulan,

tetapi respon dapat lambat sampai 6 bukan setelah penanganan. Pasien

yang mengalami anemia berat dan ditangani secara awal selama

perjalanan penyakitnya mempunyai kesempatan terbaik berespon

terhadap ATG.

2.1.6 Komplikasi

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang, akibatnya

penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk pilek, gampang

flu, gampang terkena infeksi saluran nafas, jantung juga menjadi gampang lelah,

karena harus mengompa darah lebih kuat dan perkembangan otot akan

memburuk. Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya

penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Selain itu komplikasi dari anemia

antara lain: Perdarahan, kejang, infeksi organ dan gagal jantung. (Kartika, 2016).
19

2.2. Web of Cauntion (WOC)/ PathWay


2.2.1 Web of Cauntion (WOC)/ PathWay

Perdarah Eritros Defesien Depresi sumsum


an it si tulang kongingetal
masif premat dan akibat obat-

Kehilangan umur eritrosit Kekurang


banyak darah pendek akibat
an bahan
penghancuran sel Pembentukan sel
baku
darah merah hemopoetik
pembuat
Transfusi darah terhenti atau

Penurunan konsentrasi MK: Resiko infeksi


hemoglobin
MK: Ansietas

MK: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Gastrointestinal Kardiovaskuler

Gangguan absorbsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah Kontrasi arteriola

Pengurangan aliran darah dan komponennya ke organ tubuh yang kurang

Pengiriman oksigen dan nutrient ke sel berkurang

MK: Intoleransi aktivitas


Pengiriman oksigen dan nutrient ke sel berkurang
Penurunan BB dan kelemahan
Takikardia, TD menurun,
pengisian kapiler lambat,
extermitas dingin, palpitasi,
kulit pucat
MK:
Perubahan
perfusi tidak

Gambar 2. 1 Web Of Cauntion pada asuhan keperawatan dengan perfusi perifer


tidak efektif pada klien anemia defesiensi zat besi di Dusun
Padurekso Desa Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten
Sumenep tahun 2020.
20

2.2.2 Deskripsi WOC

Terjadinya anemia ini terjadi karena 4 faktor menurut klasifikasinya

yaitu, karena perdarahan masif dengan keluarnya darah dari pembuluh darah

akibat rusaknya pembuluh darah yang menyebabkan kehilangan darah, karena

eritrosit premature yang disebkan oleh umur eritrosit yang pendek akibat

penghancuran sel darah merah, akibat defesiensi besi (B12 dan Fe) dengan

terjadinya penurunan jumlah sel darah merah yang sehat menyebabkan

kekurangan bahan baku pembuatan sel darah merah dan depresi sumsum tulang

kongingetal atau akibat obat-obatan yang mengakibatkan pembentukan sel

hemopoetik terhenti atau kurang. Dari faktor tersebut maka Hb mengalami

penurunan, terjadi trombositosis kondisi yang menunjukkan jumlah trombosit

dalam darah menjadi tinggi. Adanya gangguan pada gastrointestinal dan

kardiovaskuler juga merespon terjadinya penurunan kadar Hb.

Jika yang terjadi pada gastrointestinal maka terdaoat gangguan absorbsi

nutrient yang diprlukan untuk pembentukan sel darah merah sehingga penurunan

pengiriman oksigen dan nutrien ke sel berkurang yang mengakibatkan penurunan

BB dan kelemahan. Sedangkan jika terjadi di kardiovaskuler maka terjadi pada

kontrasi arteriola maka akan menghambat fungsi arteriola yang tugasnya

mengirimkan darah ke pembuluh kapiler, pengurangan aliran darah dan

komponennya ke organ tubuh yang vital (anggota gerak), aliran darah ke otak

dan jantung pun menjadi terhambat, kondisi ini merespon tubuh seperti

terjadinya takikardia, penurunan TD, pengisisan kapiler lambat, extermitas

dingin, palpitasi, kulit pucat. Kondisi ini terjadi bila pengiriman oksigen dan

nutrient ke sel berkurang.


21

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

Konsep asuhan keperawatan merupakan susunan konsep yang disusun

sesuai dengan proses keperawatan meliputi aspek pengkajian, analisa dan

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan serta

evaluasi.

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan langkah awal proses keperawat yaitu

dengan melakuan pengumpulan data klien. Data yang digunakan dan

dikumpulkan dapat diperoleh dari berbagai sumber baik sebagai data subjektif

maupun data objektif. Pengkajian ini secara khusus dibuat untuk memaparkan

pentingnya melakukan pengkajian keperawatan sebagai langkah awal, juga kunci

kesuksesan proses keperawatan (Yeni, 2019).

Pengkajian dalam studi kasus ini meliputi data umu m dan data fokus

pengkajian. Proses pengkajian yang dilakukan disesuaikan dengan daftar data

yang sesuai dengan Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI).

1. Pengkajian data umum

Pengkajian data umum meliputi pengumpulan data yang disesuaikan

dengan identitas partisipan, pengkajian data umum meliputi nama

partisipan, umur, jenis kelamin (dan lain sebagaianya disesuaikan dengan

konsep).

a. Pengkajian

1) Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,

tanggal
22

masuk rumah sakit dan diagnose medis.

2) Keluhan utama

Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat,

kelelahan, kelemahan dan pusing.

3) Riwayat kesehatan sekarang

Klien dengan anemia dating ke rumah sakit, biasanya dengan

keluhan berupa: adanya keletihan, kelemahan, malaise umum,

membutuhkan waktu tidur dan istirahat yang banyak, sakit kepala,

nyeri mulut dan lidah, anoreksia, BB menurun, serta sulit untuk

berkonsentrasi.

4) Riwayat kesehatan dahulu

Klien memiliki riwayat mengkonsumsi obat-obatan yang

mempengaruhi sumsum tulang dan metabolism asam folat, adanya

riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis,

menstruasi berat, angina, CHF. Selain itu terdapat juga riwayat

penyakit antara lain endocarditis, pielonefritis, gagal ginjal, riwayat

TB, abses paru, kanker. Riwayat penyakit hati, masalah hematologi,

pembedahan dan penggunaan anti konvulsan masa lalu atau

sekarang juga akan mempengaruhi anemia.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Kesehatan keluarga yang berhubungan dengan anemia, seperti

kecendrungan keluarga untuk anemia, adanya anggota keluarga

yang menderita anemia. apakah anggota keluarga pasien memiliki

riwayat penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, penyakit


23

jantung dan struk.

6) Riwayat psikososial

Mengenai informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang

dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan

keluarga terhadap penyakit penderita.

7) Pemeriksaan fisik meliputi:

a) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara berbicara, tinggi

badan, berat badan dan tanda-tanda vital. Lihat beberapa tanda

sebagai berikut: pucat, keletihan, kelemahan, nyeri kepala,

demam, dipsnea, vertigo, sensitive terhadap dingin dan BB

menurun.

b) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada

leher, adakah ganggauan pendengaran.

c) Sistem integument

Turgor kulit kering, kuku rapuh

d) Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri

dada. Sistem kardiovaskuler

Takikardi , hipotensi, kardiomegali dan gagal jantung.

e) Sistem gastrointestinal

Mengalami anoreksia atau

tidak
24

f) Sistem urinary

Pada pola ini, biasanya bisa terjadi diare atau konstipasi, serta

bisa terjadi penurunan haluaran urine.

g) Sistem musculoskeletal

Nyeri pinggang dan nyeri sendi.

h) Sistem neurologis

Nyeri kepala, bingung, mental depresi dan cemas.

8) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

a) Tes penyaring : pemeriksaan kadar Hb, indeks eritrosit

(MCV, MCH dan MCH) dan hapusan tepi darah.

b) Pemeriksaan rutin : pemeriksaan laju endap darah,

hitung deferensial dan hitung retikulosit.

c) Pemeriksaan sumsum tulang

d) Pemeriksaan atas indikasi khusus

Pemeriksaan defesiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi

trabsferin

Pemeriksaan megaloblastik : asam folat darah/ eritrosit, vitamin

B12

Leukemia akut : pemeriksaan

sitokimia Diatesa hemoragik : tes faal

hemostatis

e) Pemeriksaan laboratorium non hematologi : pemeriksaan

faal ginjal, hati, endokrin, asam urat dan kultur bakteri


25

f) Pemeriksaan penunjang lainnya : pemeriksaan biopsy kelenjar PA

dan pemeriksaan radiologi (foto thoraks, USG,CT-Scan).

2. Pengkajian fokus

a. Pengkajian penyebab

Pengkajian faktor penyebab dari studi kasus ini merupakan kumpulan

kemungkinan faktor penyebab munculnya masalah keperawatan yaitu:

1) Hiperglikemia

2) Penurunan konsentrasi hemoglobin

3) Peningkatan tekanan darah

4) Kekurangan volume cairan

5) Penurunan aliran arteri dan atau vena

6) Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis.

Merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam,

imobilitas)

7) Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis.

Diabetes mellitus, hyperlipidemia)

8) Kurang aktivitas fisik

b. Pengkajian data mayor

Pengkajian data mayor merupakan unsur data yang harus terpenuhi

dalam penegakan diagnosa keperawatan, jumlah data mayor harus

terpenuhi lebih dari 80% untuk menegakkan diagnosa keperawatan.

Data mayor sesuai dengan masalah keperawatan dalam studi kasus ini

yaitu sebagai berikut:


26

1) Data subjektif : (tidak tersedia)

2) Data objektif : pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau

tidak teraba, akral teraraba dingin, warna kulit pucat dan turgor kulit

menurun.

c. Pengkajian data minor

Pengkajian data minor merupakan unsur data yang boleh terpenuhi

dalam penegakan diagnosa keperawatan, jumlah data minor tidak

mutlak harus terpenuhi 100% untuk menegakkan diagnosa

keperawatan. Data minor sesuai dengan masalah keperawatan dalam

studi kasus ini yaitu sebagai berikut:

1) Data subjektif : parastesia, nyeri ekstermitas (klaudikasi intermiten)

2) Data objektif: edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle-

brachial <0,90, bruit femoral

d. Pengkajian keadaan klinis terkait

Pengkajian keadaan klinis terkait merupakan kumpulan keadaan yang

bisa berhubungan atau terkait langsung maupun tidak langsung dengan

masalah keperawatan dalam studi kasus ini, keadaan klinis terkait

meliputi:

1) Tromboflebitis

2) Diabetes mellitus

3) Anemia

4) Gagal jantung kognitif

5) Kelainan jantung kongenital

6) Trombosis arteri
27

7) Varieses

8) Thrombosis vena dalam

9) Sindrom kompartemen

2.3.2 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

1. Analisa data

Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya

berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan

pengetahuan, pengalaman dan pengertian keperawatan. Sesuai dengan

hasil pengkajian, maka analisa data dalam studi kasus ini disusun sebagai

berikut:

Tabel 2.2 Analisisa data asuhan keperawatan dengan perfusi perifer tidak efektif
pada klien anemia defesiensi zat besi di Dusun Padurekso Desa
Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep tahun
2020.
No Data Problem Etiologi
1 Data Subjektif : (tidak Perfusi perifer Penurunan
tersedia) tidak efektif konsentrasi
Data Objektif : pengisian hemoglobin
kapiler > 3 detik, nadi
perifer menurun atau tidak
teraba, akral teraba dingin,
warna kulit pucat dan turgor
kulit menurun.
Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan susatu tahap dalam proses

keperawatan. Dalam diagnosa ini diperlukan data yang sangat kuat untuk

mendapatkan cakupan besar yang memungkinkan diagnosa yang

ditetapkan adalah tepat. Adapun diagnosa keperawatan ini merupakan

suatu hak perawat dalam menentukan kesimpulan dari keluahan pasien

sehingga perawat hasil memiliki kemampuan dalam bidang ini (Lingga,


28

2019). Diagnosa keperawatan dalam studi kasus ini disesuaikan dengan

hasil pengkajian dan analisa data. Penulisan diagnosa keperawatan

disesuaikan dengan pedoman atau panduan dalam penulisan Standart

Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu :

Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi

hemoglobin ditandai dengan pengisian kapiler > 3 detik, nadi perifer

menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat dan

turgor kulit menurun.

2.3.3 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan salah satu tahap keperawatan, yang

merupakan suatu perencanaan yang dilakukan oleh perawat terdap diagnose yang

pasti sudah didapat agar pasien dapat memiliki status kesehatan yang baik.

Pengambilan keputusan dalam memilih intervensi keperawatan ini harus berjalan

dan dapat ditetapkan dengan baik dan berhasil. (Lingga, Menajemen Asuhan

Keperawatan Sebagai Acuan Keberhasilan Intervensi Keperawatan, 2019)

Intervensi keperawatan dalam studi kasus ini disesuaikan dengan buku

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2017) yaitu:

1. Intervensi utama

Intervensi utama dalam kasus ini meliputi :

a. Perawatan sirkulasi

Perawatan sirkulasi memiliki beberapa tindakan sebagai berikut:

1) Observasi

a) Periksa sirkulasi perifer (misalnya: nadi perifer,

edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index).


29

b) Identifikasi faktor risiko ganggaun sirkulasi (misalnya:

diabetes, perokok, hipertensi dan kadar kolestrol tinggi).

c) Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstermitas.

2) Teraupetik

a) Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di

area keterbatasan perfusi.

b) Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstermitas

dengan keterbatasan perfusi,

c) Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area

yang cidera.

d) Lakukan pencegahan infeksi

e) Lakukan perawatan kaki dan kuku

f) Lakukan hidrasi

3) Edukasi

a) Anjurkan berhenti merokok

b) Anjurkan berolahraga rutin

c) Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar

d) Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,

antikoagulan dan penurun kolestrol, jika perlu

e) Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur

f) Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta

g) Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis.

melembabkan kulit kering pada kaki)

h) Anjurkan program rehabilitasi vaskuler


30

i) Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (misalnya:

rendah lemak jenuh, minyak ikan yang mengandung omega 3).

j) Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan

(mis. rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak

sembuh, hilangnya rasa)

4) Kolaborasi

b. Menajemen sensasi perifer

Menejemen sensasi perifer memiliki beberapa tindakan sebagai

berikut:

1) Observasi

a) Identifikasi penyebab perubahan sensasi

b) Identifikasi penggunaan alat pengikat, prosthesis, sepatu dan

pakaian

c) Periksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul

d) Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin

e) Periksa kemampuan mengidentifikasi loksi dan tekstur benda

f) Monitor terjadinya parestesia, jika perlu

g) Monitor perubahan kulit

h) Monitor adanya tromboemboli vena

2) Teraupetik

a) Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya (terlalu

panas atau dingin)

3) Edukasi

1) Anjurkan penggunaan termometer untuk menguji suhu air


31

2) Anjurkan penggunaan sarung tangan ternal saat memasak

3) Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit rendah

4) kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu

b) Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu

2. Intervensi pendukung

Intervensi pendukung dalam kasus ini meliputi :

a. Edukasi diet

Edukasi diet memiliki beberapa tindakan meliputi sebagai berikut:

1) Observasi

a) Identifikasi kemempuan pasien dan keluarga menerima informasi

b) Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini

c) Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu

d) Identifikasi persepsi pasien dan keluarga tentang diet yang

di programkan

e) Identifikasi keterbatasan finansial untuk menyediakan makanan

2) Teraupetik

a) Persiapkan materi, media dan alat peraga

b) Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan

pendidikan kesehatan

c) Berikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya

d) Sediakan rencana makan tertulis, jika perlu

3) Edukasi

a) Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan


32

b) Informasikan makan yang diperbolehkan dan dilarang

c) Informasikan kemungkinan interaksi obat dan makanan, jika perlu

d) Anjurkan mempertahankan posisi semi fowler (30-45 derajat) 20-

30 menit setelah makan

e) Anjurkan mengganti bahan makanan sesuai diet

yang diprogramkan

f) Anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi

g) Ajarkan cara membaca label dan memilih makanan yang sesuai

h) Ajarkan cara merencanakan makanan yang sesuai program

i) Rekomendasikan resep makanan yang sesuai dengan diet,

jika perlu

4) Kolaborasi

a) Rujuk ke ahli gizi dan sertakan keluarga, jika perlu

b. Edukasi latihan fisik

Edukasi latihan fisik memiliki beberapa tindakan meliputi sebagai

berikut:

1) Observasi

a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

2) Teraupetik

1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

3) Berikan kesempatan untuk bertanya

3) Edukasi

1) Jelaskan manfaat kesehatan dan efek fisiologis olahraga


33

2) Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan

3) Jelaskan frekuensi, durasi dan intesitas program latihan

yang diinginkan

4) Ajarkan latihan pemanasan dan pendinginan yang tepat

5) Ajarkan teknik menghindari cedera saat berolahraga

6) Ajarkan teknik pernafasan yang tepat untuk

memaksimalkan penyerapan oksigen selama latihan fisik

4) Kolaborasi

2.3.4 Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan kegiatan dari proses keperawatan.

Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada

manusia.setelah rencana keperawatan disusun maka rencana tersebut diharapkan

dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut

harus terperinci sesuai dengan waktu yang ditentukan. (Madeira, 2019).

Implementasi pada studi kasusu ini disesuaikan dengan intervensi utama

dan intervensi tambahan sesuai situasi, kondisi serta respon pasien Anemia.

2.3.5 Evaluasi keperawatan

Tahap evaluasi dalam keperawatan menyangkut pengumpulan data

subjektif dan data objektif yang menunjukkan mengenai tujuan asuhan

keperawatan sudah dapat dicapai atau belum, masalah apa yang sudah di

pecahkan dan apa yang perlu dikaji lagi, direncanakan atau dilaksanakan.

(Effendy, 2016).

Evaluasi adalah langkah akhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi

dilakukan dengan pendekatan SOAP (data subjektif, data objektif, analisa dan
34

planning). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan

rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi.

Evaluasi keperawatan dalam studi kasus ini meliputi evaluasi yang sesuai

dengan buku Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Evaluasi dalam

studi kasus ini ditulis seabagai berikut :

1. Perkusi perifer tidak efektif

a. Luaran utama : perfusi Perifer

b. Luaran tambahan : fungsi sensori

mobilitas fisik

penyembuhan luka

status sirkulasi

tingkat cidera

tingkat keparahan
35

Tabel 2.3 Defenisi dan kriteria hasil sesuai dengan buku pedoman
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI, 2019).
Perfusi perifer (L.02011)
Definisi : keadekuatan aliran darah pembuluh darah distal untuk menunjang
fungsi jaringan
Ekspektasi : meningkat
Kriteria hasil :
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
Denyut
1 2 3 4 5
nadi perifer
Penyembuhan
1 2 3 4 5
Luka
Sensasi 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Warna
1 2 3 4 5
kulit pucat
Edema perifer 1 2 3 4 5
Nyeri
1 2 3 4 5
Ekstermitas
Parastesia 1 2 3 4 5
Kelemahan otot 1 2 3 4 5
Kram otot 1 2 3 4 5
Bruit femoralis 1 2 3 4 5
Nekrosis 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
Pengisian
1 2 3 4 5
Kapiler
Akral 1 2 3 4 5
Turgor kulit 1 2 3 4 5
Tekanan darah
1 2 3 4 5
Sistolik
Tekanan darah
Diastolic 1 2 3 4 5
Tekanan arteri
1 2 3 4 5
rata-rata
Indeks ankle-
1 2 3 4 5
Brachial
Sumber: Standar luaran keperawatan Indonesia, 2019

Keterangan :
49-50 : Menurun
51-52 : Cukup Menurun
53-54 : Sedang
55-56 : Cukup
Meningkat 57-58 :
Meningkat
BAB 3

METODE STUDI KASUS

3.1 Desain Penelitian

Studi ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif

yang artinya adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan suatu fenomena yang terjadi didalam masyarakat (Donsu,

2017). Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti suatu

permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal

disini berarti satu orang, sekelompok penduduk masyarakat disuatu daerah yang

terkena masalah. Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis

baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor

yang mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan

kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu. Meskipun dalam studi

kasus ini yang diteliti hanya unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam,

meliputi berbagai aspek yang cukup luas, serta penggunaan berbagai teknik

secara integrative (Notoatmodjo, 2018).

Dalam desain penelitian studi kasus ini penulis akan melakukan studi

kasus asuhan keperawatan dengan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pada

klien anemia defesiensi zat besi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Lokasi studi kasus adalah tempat yang diperlukan untuk pengambilan

kasus. Lokasi yang memungkinkan responden berada adalah tempat yang perlu

diperhitungkan, sehingga penulis akan memperoleh informasi dari tangan

36
37

pertama yaitu orang yang mempunyai informasi (Sujarweni, 2014 dalam Avista

2019). Lokasi pengambilan studi kasus ini akan dilakukan di Dusun Padurekso

Desa Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep.

3.2.2 Waktu penelitian

Pada studi kasus ini lama waktu bisa menyesuaikan dengan kunjungan,

dengan mengunjungi 3x dalam seminggu. Dan akan dilaksanakan pada 20 Juni

sampai dengan 24 Juni 2020.

3.3 Subjek Studi Kasus

Subjek/ partisipan pada studi kasus ini adalah klien dengan keluhan yang

dirasakan penderita anemia (kekurangan darah). Dan disaat klient menceritakan

tentang apa yang dirasakan kepada penulis maka penulis akan mencatat kriteria

partisipan ketidak efektifan perfusi jaringan perifer dengan tanda dan gejala

kekurangan defesiensi zat besi untuk dilakukan studi kasus.

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, penulis mendapatkan keterangan atau informasi lengkap

secara lisan dari seseorang sasaran penulis, atau bercakap berhadapan muka

dengan orang tersebut (face to face). Wawancara sebagai pembantu utama dari

metode observasi (Notoatmodjo, 2018). Dengan wawancara kita bisa

mendapatkan tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit dahulu

samapai sekarang dan lain-lain.


38

3.4.2 Observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi adalah cara pengumpulan data penulis melalui pengamatan

terhadap suatu objek atau proses, baik secara penglihatan, penciuman,

pendengaran, perabaan, atau alat untuk memperoleh informasi yang diperlukan

dalam upaya menjawab masalah studi kasus. Observasi merupakan salah satu

teknik pengumpulan data untuk memperoleh hasil yang nyata dari suatu

peristiwa atau perilaku seseorang (Surahman dkk, 2016). Pemeriksaan fisik

dilakukan pada sistem tubuh klien dengan metode IPPA:

1. Inspeksi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara

melihat/mengamati setiap bagian tubuh yang meliputi ukuran, bentuk,

warna serta posisi tubuh yang normal.

2. Palpasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara

menggunakan indra peraba untuk mengetahui adanya kelaina seperti nyeri

tekan, kelembapan, perubahan turgor kulit dan ukuran.

3. Perkusi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetuk

bagian tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya

untuk menghasikan suara yang normal.

4. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara

mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh menggunakan stetoskop.

3.4.3 Studi dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumentasi asli. Dokumen asli tersebut dapat

berupa gambar, tabel, daftar periksan dan film documenter (Hidayat, 2014).
39

3.5 Analisis Data

3.5.1 Pengumpulan data

Pengumpulan data didapatkan dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi. Hasil tersebut kemudian ditulis dalam bentuk catatan lapangan,

kemudian disalin dalam bentuk sebuah transkip atau berupa catatan terstrukur.

3.5.2 Reduksi data

Merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatuan,

penyerderhanaan yang muncul dari catatan lapangan mengenai seluruh data

permasalahan studi kasus.

3.5.3 Penyajian data

Merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil studi

kasus yang telah dilakukan agar dengan mudah dipahami dan dianalis. Dapat

disajikan dalam bentuk sederhanya seperti teks, tabel, grafik, diagram lingkaran

dan diagram batang.

3.5.4 Kesimpulan

Kesimpulan merupakan hasil sebuah gagasan yang tercapai dari masalah

studi kasus.

3.6 Uji Keabsahan Data

3.6.1 Memperpanjang waktu pengamatan/ tindakan

Dalam studi kasus ini waktu yang telah di tetapkan adalah minimal 3

hari dirawat, namun jika dalam jangwa waktu belum mencapai target

pengumpulan data klien maka perlu tambahan waktu untuk mendapatkan data

yang lengkap.
40

3.6.2 Sumber informasi tambahan menggunakan triagulasi dari tiga sumber

utama yaitu pasien, perawat dan keluarga pasien klien yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti

Triagulasi data adalah pengumpulan data dari beragam sumber yang

saling berbeda dengan menggunakan suatu metode yang sama. Triagulasi antar

pasien, perawat dan keluarga dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih dari

satu orang untuk menganalisis data.

3.7 Etik Penelitian

3.7.1 Informed consent (persetujuan menjadi responden)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan untuk penulis dengan

responden, penulis memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut

diberikan sebelum penulis melakukan studi kasus untuk persetujuan menjadi

responden. Sebagai tanda bukti bahwa responden besedia berpartisipasi dalam

studi kasus ini. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud

dan tujuan penulis. Jika responden bersedia, maka harus menandatangi lembar

persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka penulis harus menghormati hak

responden (Hidayat, 2014).

3.7.2 Anonimity (tanpa nama)

Anonymity berarti tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar pengumpulan data. Penulis hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data tersebut (Hidayat, 2014). Pada punulisan studi kasus

ini responden tidak perlu mencantumkan identitasnya, yang tujuannya agar orang

lain tidak mengetahui dan data yang dipakai tidak disalah gunakan.
41

3.7.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil studi kasus. Kerahasiaan informasi yang dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh penulis, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

dalam hasil studi kasus (Hidayat, 2014).


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pelakasanaan Asuhan Keperawatan

Bab ini mendeskripsikan hasil pelaksanaan studi kasus asuhan

keperawatan pada penderita amenia defesiensi zat besi dengan masalah

keperawatan perfusi perifer tidak efektif di keluarga An. M Dusun Padurekso

Desa Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Asuhan

keperawatan klien dilakukan hanya pada satu klien mulai tanggal 20 Juni 2020

sampai dengan 24 Juni 2020 dengan menggunakan proses keperawatan yaitu

pengkajian, analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, serta evaluasi.

4.1.1 Gambaran lokasi studi kasus

Studi kasus ini dilakukan dikeluarga An. M Dusun Padurekso Desa

Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Studi kasus ini

bertempat di rumah permanen milik sendiri keluarga An. M. Rumah keluarga

An. M bertempat di Dusun Padurekso Desa Kalianget Timur Kecamatan

Kalianget, di Kecamatan ini terdapat 1 puskesmas dan 1 puskesmas pembantu,

dari hasil wawancara diketahui bahwa sudah terdapat kader kesehatan di Desa

Kalianget Timur tersebut, dalam 1 Rumah, terdapat 1 KK dengan An. M sebagai

anak. Jumlah seluruh anggota keluarga sebanyak 3 orang terdiri dari Ayah dan

Ibu. Di rumah An. M memiliki ventilasi yang cukup mendapatkan sinar matahari

serta menggunakan sumur sebagai sumber air. Jarak antara rumah An.M dengan

tetangga rata-rata sejarak 1-20 meter.

42
43

4.1.2 Hasil pengkajian

1. Identitas klien

Tabel 4.1 Identitas Klien Anemia Defesiensi Zat Besi dengan Perfusi Perifer
Tidak Efektif di Dusun Padurekso Desa Kalianget Timur Kecamatan
Kalianget Kabupaten Sumenep Tahun 2020
Identitas Klien
Nama An.M
Usia 15 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Suku/Bangsa Madura
Agama Islam
Pekerjaan Pelajar
Alamat Sumenep
Tanggal Pengkajian 20 Juni 2020
No.KK 35290xxxxxxxxxxx
Diagnosa Medis Anemia Defesiensi Zat Besi.
Status Pengobatan Tidak dalam masa pengobatan

Sumber : Data Primer (20 Juni 2020)

Tabel 4.1 menjelaskan bahwa An. M berusia 15 tahun dan merupakan pelajar

serta tidak memiliki riwayat penyakit lain selain Anemia Defesiensi Zat Besi.

2. Riwayat kesehatan

Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan Klien Anemia Def esiensi Zat Besi dengan Perfusi
Perifer Tidak Efektif di Dusun Padurekso Desa Kalianget Timur
Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep Tahun 2020
Riwayat Kesehatan Klien
Keluhan utama Klien mengatakan mudah lelah saat
melakukan aktivitas sejak 1 tahun yang lalu.
Riwayat kesehatan sekarang Klien mengatakan mudah lelah saat
melakukan aktivitas sehari-hari, lelah
bertambah berat saat menstruasi kurang
lebih 1000cc perhari pada hari pertama dan
kedua, disertai dengan pusing seperti
berputar – putar di kepala bagian kanan
dengan skala pusing 6 sekitar 2 menit. Saat
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital:
TD 100/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 24
x/menit, Suhu 37,5 ºC, konjungtiva anemis
dan Hb 10,4 g/dl.
Riwayat penyakit dahulu Klien mengatakan tidak pernah mengalami
kejadian seperti ini sebelumnya. Klien
44

mengatakan baru peratama kali menderita


amenia sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat Kesehatan keluarga Tidak ada anggota keluaraga lain yang
mengalami penyakit yang sama dengan
klien
Riwayat kesehatan lingkungan Klien tinggal di lingkungan pedesaan yang
secara umum baik, rumah tinggal klien
bersih dan cahaya masuk dengan baik.

Sumber : Data Primer (20 Juni 2020)

Table 4.2 menunjukkan bahwa hasil pengkajian menunjukkan bahwa

riwayat kesehatan menunjukkan bahwa ada resiko keterkaitan dengan penyakit ini

salah satunya ditandai dengan penurunan Hb yang dapat menimbulkan masalah

perfusi perifer tidak efektif pada klien.

3. Pola kesehatan

Tabel 4.3 Pola Kesehatan Klien Anemia Defesiensi Zat Besi dengan Perfusi
Perifer Tidak Efektif di Dusun Padurekso Desa Kalianget Timur
Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep Tahun 2020
Pola Kesehatan Klien
Persepsi dan Sebelum sakit : klien mengatakan baik-baik saja ketika
tatalaksana melakukan aktivitas sehari hari dan sering bersepeda bila
hidup sehat liburan.

Saat sakit : klien mengatakan bahwa sejak mengalami


menstruasi pertama sejak 1 tahun yang lalu ketika
melakukan aktivitas sering merasa lelah dan disertai
dengan pusing seperti berputar – putar di kepala bagian
kanan dengan skala pusing 6 sekitar 2 menit. Bila klien
sudah merasa lelah ataupun pusing klien memilih
untuk beristirahat
Nutrisi dan Sebelum sakit : klien makan 2x dalam sehari, tidak ada
metabolisme masalah pada sistem pencernaan klien. Dalam beberapa
keaadan klien mungkin telat makan

Saat sakit : makan seperti biasa, hanya saja klien


terkadang malas makan
Eleminasi Sebelum sakit : klien mengatakan BAB 1x sehari,
buang air kecil normal tidak ada masalah

Saat sakit : klien mengatakan tidak ada perubahan


Tidur dan Sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada masalah
45

istirahat dengan tidur, klien tidur 9 jam/hari

Saat sakit : sejak klien sakit dirinya mengatakan susah


untuk tidur, klien hanya tidur 6 jam/hari
Aktivitas Sebelum sakit : klien mengatakan beraktivitas sebagai
mestinya, melakukan kegitan rutin seperti sekolah,
bermain dan membantu pekerjaan rumah dengan baik

Saat sakit : klien mengatakan tetap melakukan aktivitasnya


seperti biasa hanya saja ketika dirinya merasa lelah klien
berhenti untuk istirahat
Hubungan dan Sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada masalah
peran dengan keadaanya, dalam kehidupan masyarakat klien
sebagai pelajar dan dalam keluarga sebagai anak

Saat sakit : klien mengatakan tidak ada perubahan dalam


peran, namun ketika dirinya merasa pusing klien lebih
memilih untuk menyendiri
Persepsi dan Sebelum sakit : klien mengatakan dirinya adalah orang
konsep diri yang sehat

Saat sakit : klien mengatakan bahwa dirinya mulai bisa


beraktivitas sebagaimana mestinya sejak mengikuti terapi
pengobatan
Sensori dan Sebelum sakit : tidak ada masalah dengan keadaan saat ini
kognitif
Saat sakit : klien mengatakan sedikit sulit untuk
berkonsentrasi
Reproduksi dan Sebelum sakit : klien mengatakan sedikit mengerti tentang
seksual fungsi reproduksi dan seksual

Saat sakit : klien mengatakan tidak ada masalah dalam


hal reproduksi dan seksual
Penanggulangan Sebelum sakit : klien mengatakan ketika dirinya ada
stress masalah ia akan pergi berkumpul dengan teman-temannya

Saat sakit : klien mengatakan saat sakit ketika ada masalah


dirinya hanya bercerita kepada ayah dan ibunya saja
Tata nilai dan Sebelum sakit : klien mengatakan bahwa dirinya bisa
kepercayaan sembuh

Saat sakit : klien mengatakan bahwa dirinya harus bisa


sembuh dan sabar dalam menjalaini proses pengobatan

Sumber : Data Primer (20 Juni 2020)


46

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa klien dengan penyakit anemia mengeluh

mudah lelah dan pusing seperti berputar – putar di kepala bagian kanan dengan

skala pusing 6 sekitar 2 menit sera ditandai dengan penurunan Hb, maka untuk

meningkatkan kondisi klien perlu dilakukan penanganan dan pengobatan.

4. Pemeriksaan fisik

Tabel 4.4 Hasil Pengkajian Pemeriksaan Fisik Klien Anemia Defesiensi


Zat Besi dengan Perfusi Perifer Tidak Efektif di Dusun
Padurekso Desa Kalianget Timur Kecamatan Kalianget
Kabupaten Sumenep Tahun 2020
Data Hasil
Status kesehatan
umum
Keadaan umum Lemah
Kesadaran (GCS) Composmentis (4,5,6)
Tekanan darah 100/70 mmHg
Nadi 80 x/menit
RR 24 x/menit
Suhu 37,5 ºC
Data Subjektif Klien mengatakan mudah lelah dan disertai pusing saat
melakukan aktivitas, pusing seperti berputar – putar di
kepala bagian kanan dengan skala pusing 6 sekitar
2 menit
Data Objektif 1. Data mayor :
1) Pengisian kapiler >3 detik : hasil pengkajian
CRT klien hasilnya >3 detik
3) Akral teraba dingin : akral klien teraba dingin
4) Warna kulit pucat : hasil pengkajian warna
kulit klien tampak pucat
2. Data minor :
2) Penyembuhan luka lambat : klien mengatakan
ketika dirinya luka sembuhnya sedikit
lambat.
Kondisi klinis Anemia
terkait Klien dinyatakan menderita anemia defesiensi zat besi.

Sumber : Data Primer (20 Juni 2020)

Tabel 4.4 menunjukan bahwa secara umum klien tidak memiliki masalah lain

kecuali hasil CRT yang menunjukkan adanya keterlambatan dalam pengisian

kapiler sehingga sirkulasi darah dapat menggangu metabolisme tubuh.


47

Klien memenuhi syarat penegakan diagnosa masalah keperawatan perfusi

perifer tidak efektif.

5. Pemeriksaan diagnostik

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Klien Anemia Defesiensi Zat Besi
dengan Perfusi Perifer Tidak Efektif di Dusun Padurekso Desa
Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep Tahun
2020
Pemeriksan Klien Satuan Nilai normal
Diagnostik
Hematologi
Hemoglobin 10.4 g/dl L : 13.2-17.3
P : 11.7-15.5

Sumber : Data Primer (20 Juni 2020)

4.1.3 Analisa data

Tabel 4.6 Analisa data Klien Anemia Defesiensi Zat Besi dengan Perfusi
Perifer Tidak Efektif di Dusun Padurekso Desa Kalianget Timur
Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep Tahun 2020.
Data Etiologi Problem
Data subyektif : klien Defesiensi zat besi Perfusi perifer tidak
mengatakan mudah lelah disertai efektif
pusing saat melakukan aktivitas,
pusing seperti berputar – putar Kekurangan bahan
di kepala bagian kanan dengan baku pembuat sel
skala pusing 6 sekitar 2 menit drah merah

Data obyektif :
1. Data mayor :
1) Pengisian kapiler >3 detik Penurunan
: hasil pengkajian CRT konsentrasi
klien hasilnya >3 Hemoglobin
detik
3) Akral teraba dingin : akral
klien teraba dingin
4) Warna kulit pucat : hasil
pengkajian warna kulit
klien tampak pucat
2. Data minor :
2) Penyembuhan luka lambat
: klien mengatakan ketika
dirinya luka sembuhnya
sedikit lambat.
48

Sumber : Data Primer (20 Juni 2020)

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa diagnosa yang didapat adalah perfusi

perifer tidak efektif.

4.1.4 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan dalam studi kasus ini adalah perfusi perifer tidak

efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin serta ditandai

dengan Ds : klien mengatakan mudah lelah disertai pusing saat melakukan

aktivitas, pusing seperti berputar – putar di kepala bagian kanan dengan skala

pusing 6 sekitar 2 menit dan Do: data mayor (Pengisian kapiler >3 detik, akral

teraba dingin dan warna kulit pucat) dan data minor (penyembuhan luka lambat).

4.1.5 Intervensi

Tabel 4.7 Intervensi Keperawatan Klien Anemia Defesiensi Zat Besi dengan
Perfusi Perifer Tidak Efektif di Dusun Padurekso Desa Kalianget
Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep Tahun 2020
Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
Perfusi Setelah dilakukan 1. Perawatan sirkulasi
perifer tidak asuhan a. Observasi
efektif, keparawatan 1) Periksa sirkulasi perifer
berhubungan selama 3x1 jam (misalnya: nadi perifer,
dengan per pertemuan edema, pengisian kapiler,
penurunan diharapkan warna, suhu, ankle-brachial
konsentrasi perawatan index).
hemoglobin sirkulasi 2) Identifikasi faktor risiko
meningkat dengan ganggaun sirkulasi (misalnya:
kriteria : diabetes, perokok, hipertensi
1. Pengisian dan kadar kolestrol tinggi).
kapiler 3) Monitor panas, kemerahan,
membaik nyeri atau bengkak pada
2. Akral ekstermitas.
membaik b. Teraupetik
3. Warna kulit 4) Hindari pemasangan infus
pucat atau pengambilan darah di
menurun area keterbatasan perfusi.
4. Penyembuhan 5) Hindari pengukuran tekanan
luka darah pada ekstermitas dengan
meningkat keterbatasan perfusi,
49

6) Hindari penekanan dan


pemasangan tourniquet pada
area yang cidera.
7) Lakukan pencegahan infeksi
8) Lakukan perawatan kaki dan
kuku
9) Lakukan hidrasi
c. Edukasi
10) Anjurkan berhenti merokok
11) Anjurkan berolahraga rutin
12) Anjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari
kulit terbakar
13) Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan dan
penurun kolestrol, jika
perlu
14) Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
15) Anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat
beta
16) Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
(mis. melembabkan kulit
kering pada kaki)
17) Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
18) Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
(misalnya: rendah lemak
jenuh, minyak ikan yang
mengandung omega 3).
19) Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. rasa sakit
yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa).
2. Edukasi latihan fisik
a. Observasi
1) Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
b. Teraupetik
2) Sediakan materi dan media
50

pendidikan kesehatan
3) Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
4) Berikan kesempatan untuk
bertanya
c. Edukasi
5) Jelaskan manfaat kesehatan
dan efek fisiologis olahraga
6) Jelaskan jenis latihan yang
sesuai dengan kondisi
kesehatan
7) Jelaskan frekuensi, durasi
dan intesitas program latihan
yang diinginkan
8) Ajarkan latihan pemanasan
dan pendinginan yang tepat
9) Ajarkan teknik menghindari
cedera saat berolahraga
10) Ajarkan teknik pernafasan
yang tepat untuk
memaksimalkan penyerapan
oksigen selama latihan fisik

Sumber : Data Primer (20 Juni 2020)

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pemilihan intervensi keperawatan

berdasarkan SIKI PPNI.

4.1.6 Implementasi

Tabel 4.8 Implementasi keperawatan Klien Anemia Defesiensi Zat Besi


dengan Perfusi Perifer Tidak Efektif di Dusun Padurekso Desa
Kalianget Timur, Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep Tahun
2020
Diagnosa Tanggal/ Implementasi
Keperawatan jam
Perfusi 21 juni 1. Perawatan sirkulasi
perifer tidak 2020/ 1) Memeriksa sirkulasi perifer (mis.
efektif, 10.00 Wib Nadi perifer, edema, pengisian kapiler,
berhubungan warna, suhu, ankle-brachial indeks)
dengan R/ N: 76 x/menit, CRT: >3 detik,
penurunan warna : Pucat, suhu : 37,5 ºC
konsentrasi 7) Melakukan pencegahan infeksi
hemoglobin R/ klien mampu melakukan
pencegahan infeksi (mencuci tangan
sesudah dan sebelum melakukan
51

aktivitas)
11) Menganjurkan berolahraga rutin
R/klien mengatakan malas untuk
melakukan olahraga
18) Mengajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
R/klien mengatakan belum mengerti
tentang program diet
19) Menginformasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan (mis.
Rasa sakit yang tidak hilang ketika
istirahat, lutidak kunjung sembuh,
hilangnya rasa)
R/klien kurang mampu memahami apa
yang dikatakan penulis
2. Edukasi latihan fisik
5) Jelaskan manfaat kesehatan dan efek
fisiologis olahraga
R/klien mengatakan mengerti tentang
manfaat kesehatan dan efek fisologi
olahraga
6) Jelaskan jenis latihan yang sesuai
dengan kondisi kesehatan
R/ klien mengatakan mengerti apa yang
dijelaskan penulis
7) Jelaskan frekuensi, durasi dan
intensitas program latihan yang
dingikan
R/ klien mengatakan mengerti apa yang
di jelaskan penulis
8) Ajarkan latihan pemanasan dan
pendinginan yang tepat
R/ klien mengatakan belum ampu
melakukan latihan pemanasan dengan
baik
9) Ajarkan teknik pernapasan yang tepat
untuk memaksimalkan penyerapan
oksigen selama latihan fisik
R/ klien mengatakan tidak bisa
melakukan teknik pernapasan dengan
baik

Perfusi 22 juni 1. Perawatan sirkulasi


perifer tidak 2020/ 1) Memeriksa sirkulasi perifer (mis. Nadi
Pefektif, 10.00 Wib perifer, edema, pengisian kapiler,
berhubungan warna, suhu, ankle-brachial indeks)
dengan R/ N: 80 x/menit CRT : >3 detik,
52

penurunan warna : pucat, suhu : 37,2 ºC


konsentrasi 11) Menganjurkan berolahraga rutin
hemoglobin R/klien mengatakan mau untuk
berolahraga
18) Mengajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
R/ klien mengatakan mengerti yang
dijelaskan oleh penulis
19) Menginformasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan (mis.
Rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya
rasa)
R/ klien mengatakan sedikit paham
dengan apa yang dikatakan penulis
2. Edukasi latihan fisik
8) Mengajarkan latihan pemanasan dan
pendinginan yang tepat
R/ klien mampu melakukan latihan
dengan baik
9) Mengajarkan teknik pernapasan yang
tepat untuk memaksimalkan
penyerapan oksigen selama latihan fisik
R/klien mengatakan mampu malau
tidak terlalu maksimal
Perfusi 23 juni 1. Perawatan sirkulasi
perifer tidak 2020/ 1) Memeriksa sirkulasi perifer (mis. Nadi
efektif, 10.00 Wib perifer, edema, pengisian kapiler,
berhubungan warna, suhu, ankle- brachial indeks)
dengan R/ N: 82 x/menit, CRT : <3 detik,
penurunan warna : tidak pucat, suhu : 37,4 ºC
konsentrasi 19) Menginformasikan tanda dan gejal
hemoglobin darurat yang harus dilaporkan (mis.
Rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya
rasa)
R/ klien mengatakan mengerti apa
yang dikatakan penulis
2. Edukasi latihan fisik
9) Mengajarkan teknik pernapasan yang
tepat untuk memaksimalkan
penyerapan oksigen saat latihan fisik
R/ klien mampu melakukan dengan
baik

Sumber : Data Primer (20 Juni 2020)


53

4.1.7 Evaluasi

Tabel 4.9 Evaluasi keperawatan Klien Anemia Defesiensi Zat Besi dengan
Perfusi Perifer Tidak Efektif di Dusun Padurekso Desa Kalianget
Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep Tahun 2020
Tanggal Data (SO) Assesment Planing
/jam
22 Juni Data subyektif : klien Masalah Lanjutkan intervensi
2020/09 mengatakan masih teratasi 1. Perawatan sirkulasi
.00 Wib lelah disertai pusing sebagian 1) Memeriksa
saat melakukan sirkulasi perifer
aktivitas. (mis. Nadi perifer,
edema, pengisian
Data obyektif : kapiler, warna,
1. Klien tampak suhu, angkle-
lemah brachial indeks)
2. CRT >3 detik 11) Menganjurkan
3. Akral teraba dingin berolahraga rutin
4. Warna kulit pucat 18) Mengajarkan
5. Konjungtiva anemis program diet untuk
6. TD : 100/60 mmHg memperbaiki
7. N : 76 x/menit sirkulasi (mis.
Rendah lemak
jenuh, minyak ikan
omega 3)
19) Menginformasikan
tanda dan gejala
darurat yang harus
dilaporkan (mis.
rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)
2. Edukasi latihan fisik
8) Mengajarkan
latihan pemanasan
dan pendinginan
yang tepat
10) Mengajarkan
teknik pernapasan
yang tepat untuk
memaksimalkan
penyerapan
oksigen selama
latihan fisik
23 Juni Data subyektif : klien Masalah Lanjutkan intervensi
2020/09 mengatakan lelah dan teratasi 1. Perawatan sirkulasi
54

.00 Wib pusing sedikit sebagian 1) Memeriksa


berkurang sirkulasi perifer
(mis. nadi perifer,
Data obyektif : edema, pengisian
1. Klien tampak lemah kapiler, warna,
2. CRT >3 detik suhu, angkle-
3. Akral teraba dingin brachial indeks)
4. Warna kulit pucat 19)
5. Konjungtiva Menginformasikan
anemis 6. TD : 100/70 tanda dan gejala
mmHg darurat yang harus
7. N : 80 x/menit dilaporkan (mis.
rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka
tidak sembuh,
hilangnya rasa)
2. Edukasi latihan fisik
9) Mengajarkan
teknik pernapasan
yang tepat untuk
memaksimalkan
penyerapan
oksigen selama
latihan fisik
23 Juni Data subyektif : klien Masalah Intervensi dihentikan
2020/09 mengatakan lelah dan teratasi
.00 Wib pusing berkurang sebagian

Data obyektif :
1. Klien tampak
sedikit bersemangat
2. CRT <3 detik
3. Akral teraba hangat
4. Warna kulit tidak
pucat
5. Konjungtiva
ananemis
6. TD : 110/70 mmHg
7. N : 82 x/menit

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan asuhan keperawatan

dengan masalah perfusi perifer tidak efektif yaitu klien mengeluh mudah lelah

dan pusing ketika melakukan aktivitas.


55

4.2 Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori

pada bab dua dan tinjauan kasus pada bab empat dengan masalah perfusi perifer

tidak efektif pada klien Anemia Defesiensi Zat Besi dengan masalah

keperawatan Perfusi Perifer Tidak Efektif di Dusun Padurekso Desa Kalianget

Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep Tahun 2020.

Asuhan keperawatan ini dimulai dari tahap pengkajian keperawatan,

diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

4.2.1 Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan pada klien,

didapatkan klien mengatakan mudah lelah saat melakukan aktivitas sejak

mengalami menstruasi pertama, disertai dengan pusing seperti berputar – putar di

kepala bagian kanan dengan skala pusing 6 sekitar 2 menit . Hal ini tidak sesuai

dengan tanda dan gejala dari perfusi perifer tidak efektif melainkan hanya

beberapa saja.

Menurut penulis tidak semua penderita anemia merasakan tanda dan

gejala yang sama dengan yang ada di teori karena anemia sendiri bukan

merupakan suatu penyakit melaikan gangguan pada fungsi tubuh. Dari hasil

pengkajian penulis hanya menenmukan beberapa tanda dan gejala dari anemia.

Anemia adalah suatu keadaan kekurangan sel darah merah yang dapat

disebabkan oleh hilangnya darah secara cepat atau karena produksi sel darah

merah terlalu lambat. Fungsi sel darah merah penting untuk tubuh, diantara lain

fungsinya adalah sarana transportasi gizi, terutama oksigen yang diperlukan pada
56

proses fisiologis dan biokimia dalam setiap jaringan tubuh. Mengalami anemia

berarti, selain pasokan oksigen keseluruh tubuh menjadi berkurang, berbagai

akibat fisiologis dan psikologis juga akan muncul.

Sedangkan Pengkajian data mayor merupakan unsur data yang harus

terpenuhi dalam penegakan diagnosa keperawatan, jumlah data mayor harus

terpenuhi lebih dari 80% untuk menegakkan diagnosa keperawatan. Data mayor

sesuai dengan masalah keperawatan dalam studi kasus ini.

4.2.2 Diagnosa

Dalam diagnosa ini diperlukan data yang sangat kuat untuk mendapatkan

cakupan besar yang memungkinkan diagnosa yang ditetapkan adalah tepat.

Adapun diagnosa keperawatan ini merupakan suatu hak perawat dalam

menentukan kesimpulan dari keluahan pasien sehingga perawat hasil memiliki

kemampuan dalam bidang ini (Lingga, 2019).

Penulis menegakkan diagnosa perfusi perifer tidak efektif sesuai dengan

batasan karakteristik data yang diperoleh pada saat pengkajian An.M yaitu :

Klien mengatakan mudah lelah disertai pusing saat melakukan aktivitas, pusing

seperti berputar – putar di kepala bagian kanan dengan skala pusing 6 sekitar 2

menit di tandai dengan pengisian kapiler <3 detik : hasil pengkajian CRT klien

hasilnya >3 detik, akral teraba dingin : akral klien teraba dingin, warna kulit

pucat : hasil pengkajian warna kulit klien pucat.

Menurut penulis tidak semua penderita anemia mempunyai tanda dan

gejala seperti yang dirasakan oleh klien karena anemia ini buakanlan merupakan

suatu penyakit melainkan cerminan keaadan suatu penyakit atau gangguan yang

terjadi pada fungsi tubuh. Jadi tanda dan gejala yang di alami oleh pasien
57

tergantung pada kondisi klinis yang terkait.

Secara teori perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah

pada level kapiler yang dapat menggangu metabolisme tubuh (SDKI, 2016).

Tanda dan gejala perfusi perifer tidak efektif adalah pengisian kapiler <3 detik,

nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat,

turgor kulir menurun, edema, penyembuhan luka lambat, indeks angkle-brachial

<0,90, dan bruit femoral. data mayor harus terpenuhi lebih dari 80% untuk

menegakkan diagnosa keperawatan. Data mayor sesuai dengan masalah

keperawatan dalam studi kasus ini.

4.2.3 Intervensi

Penulis mengambil 2 intervensi dari 4 intervensi karena penulis

menyesuikan dengan kondisi klien, yaitu satu intervensi utama : perawatan

sirkulasi untuk mempermudah penulis melakukan tindakan dengan harapan

kriteria hasil pengisian kapiler membaik, warna kulit pucat menurun dan

penyembuhan luka meningkat, dan satu intervensi pendukung : edukasi latihan

fisik untuk meningkatkan klien dalam melakukan aktivitas dengan kriteria hasil

kelemahan otot menurun, dengan tujuan setelah dilakukan asuhan keperwatan

selama 3x 1 jam per pertemuan perawatan sirkulasi meningkat (Standart

Intervensi Keperawatan Indonesia) .

Menurut penulis tidak semua intervensi yang sudah dirancang dapat

terlaksana dengan semuanya, hal ini disebakan karena keterbatasan alat maupun

kondisi klinis klien. Walaupun secara teori intervensi merupakan salah satu tahap

keperawatan yang sudah pasti direncanakan dari diagnosa klien untuk

mendapatkan status kesehatan yang baik sehingga harus berjalan dengan baik
58

dan berhasil.

Intervensi keperawatan merupakan salah satu tahap keperawatan, yang

merupakan suatu perencanaan yang dilakukan oleh perawat terdap diagnosa yang

pasti sudah didapat agar pasien dapat memiliki status kesehatan yang baik.

Pengambilan keputusan dalam memilih intervensi keperawatan ini harus berjalan

dan dapat ditetapkan dengan baik dan berhasil. (Lingga, Menajemen Asuhan

Keperawatan Sebagai Acuan Keberhasilan Intervensi Keperawatan, 2019).

4.2.4 Implementasi

Terdapat 29 implementasi pada luaran utama yaitu perawatan sirkulasi,

dilakukan selama 3 hari, berdasarkan intervensi keperawatan SIKI perawatan

sirkulasi, dan disertai dengan respon baik secara data subjektif maupun objektif.

Menurut penulis implementasi dilakukan berdasarkan kondisi klien saat

ini dan hanya 10 implementasi yang dapat dilakukan pada klien, karena

keterbatasan alat dan kolaborasi, dengan dokter misalnya dalam pemberian

terapi. Jadi tidak semua intervensi dapat di implementasikan secara keseluruhan

namun harus melihat kondisi klien saat ini.

Secara teori implementasi keperawatan merupakan kegiatan dari proses

keperawatan. Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada

manusia.setelah rencana keperawatan disusun maka rencana tersebut diharapkan

dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut

harus terperinci sesuai dengan waktu yang ditentukan (Madeira, 2019).


59

4.2.5 Evaluasi

Evaluasi pertama pada tanggal 22 Juni 2020 hasil evaluasi didapatkan

data subyektif : klien mengatakan masih lelah disertai pusing saat melakukan

aktivitas. data obyektif : klien tampak lemah, CRT >3 detik, akral teraba dingin

warna kulit pucat, konjungtiva anemis, TD : 100/60 mmHg, N : 76 x/menit

masalah teratasi sebagian dan lanjutkan intervensi. Evaluasi hari ke dua tanggal

23 Juni 2010 didapatkan data subyektif : Data subyektif : klien mengatakan lelah

dan pusing sedikit berkurang, data obyektif : klien tampak lemah, CRT >3 detik,

akral teraba dingin, warna kulit pucat, konjungtiva anemis, TD : 100/70 mmHg,

N : 80 x/menit, masalah teratasi sebagian, lanjutkan intervensi.

Dan untuk evaluasi hari terakhir tanggal 24 Juni 2020 didapatkan data

subyektif : data subyektif : klien mengatakan lelah dan pusing berkurang, data

obyektif : klien tampak sedikit bersemangat, CRT <3 detik, akral teraba hangat,

warna kulit tidak pucat, konjungtiva ananemis, TD : 110/70 mmHg, N : 82

x/menit, masalah teratasi sebagian intervensi dihentikan.

Menurut penulis evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan

dan mengkomunikasikan status klien dari hasil tindakan. Keberhasilan tersebut

dapat dilihat dengan membandingkan antara proses pedoman / rencana tersebut,

sedangkan keberhasilan tindakan dilihat dengan membandingkan antara tingkat

kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari.

Secara teori evaluasi adalah langkah akhir dalam asuhan keperawatan,

evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP (data subjektif, data objektif,

analisa dan planning). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana

keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Proses pelaksanaan pengkajian menunjukkan bahwa keseluruhan data hasil

pengkajian sudah sesuai dengan panduan SDKI.

2. Diagnosa keperawatan dalam kasus ini adalah perfusi perifer tidak efektif

berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin.

3. Intervensi utama dalam studi kasus ini adalah perawatan sirkulasi dan

intervensi tambahan yang diberikan adalah manajemen sensasi perifer.

4. Implementasi dikerjakan sesuai dengan intervensi dan disesuaikan dengan

keadaan pasien.

5. Hasil evaluasi yang dilakuakan selama 3 hari menunjukkan progres sesuai

dengan harapan, Masalah teratasi pada evaluasi hari ke tiga .Intervensi

dihentikan.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi masyarakat

Masyarakat dapat menambah pengetahuan dan berperan aktif dalam

mencegah penyakit anemia defesiensi zat besi terutama pada remaja wanita.

Diperlukan usaha yang baik dalam mencegah terjadinya anemia diantaranya

dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti mengkonsumsi makanan

yang tinggi zat besi seperti daging merah, sayur-sayuran berdaun hijau, gandum

dan kacang-kacangan, menyediakan tempat tinggal sehat yang memiliki ventilasi

dan cahaya matahari cukup.

60
61

5.2.2 Bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi keperawatan

Penambahan data hasil pengkajian perlu dilakukan pembaharuan berkala ,

mengingat karakteristik partisipan yang beragam, pemilihan intervensi serta

implementasi nantinya dijelaskan disesuaikan dengan keadaan lokal partisipan

yang notabene berbeda antara klinik dan komunitas untuk mencari pemecahan

masalah perfusi perifer tidak efektif.

5.2.3 Bagi penulis

Perlu dilakukan pemberian asuhan keperawatan di klinik untuk

meningkatkan pengalaman dalam penerapan intervensi sesuai dengan pedoman

Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).


62

DAFTAR PUSTAKA

Avista, A. R. (2019). Upaya Meningkatkan Keefektifan Manajemen Kesehatan Dengan


Pemberian Jus Jambu Biji Merah Pada Keluarga Dengan Anemia. ITS PKU
MUHAMMADIYAH SURAKARTA REPOSITORY, 1.
Avista, A. R. (2019). Upaya Peningkatan Jambu Biji Merah Pada Keluarga Dengan
Anemia. ITS dan Kesehatan KPU Muhammaduyah Surakarta, 32.
Effendy, F. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Ibu N Yang Mengalami Anemia Di
Ruang Dahlia RSUD.Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. 26.
Hasdianah ,Hr dan sentot imam suprapto 2016. Patologi & patofisiologi penyakit,
edk 2. Nuha Medika, Yogyakarta.
Mahar permatasari, W. 2016. Hubungan Antara Status Gizi, Siklus dan Lama
Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Remaja Putri Sma Negeri 3 Surabaya.
Repository Universitas Airlangga Surabaya.
Kartika, P. M. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.A Dengan Anemia Di
Ruangan Rawat Inapinterne Pria RSUD DR.Achmad Mochtar Bukit Tinggi. 26.
Lingga, B. (2019). Menajemen Asuhan Keperawatan Sebagai Acuan Keberhasilan
Intervensi Keperawatan. Preprints, 1.
Lingga, B. (2019). Pengkajian Keperawatan Sebagai Penentu Kesuksesan Proses
Keperawatan. Preprints, 1.
Madeira, A. (2019). Asuhan Keperawatan Komperensif Pada Ny.M.N.L Dengan Anemia
Di Ruang Cepaka RSUD Prof.Dr.W.Z Johannes Kupang. 24.
Olang, S. O. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Komperensif Pada Tn.A.H
Yang Menderita Anemia di Ruang Komodo RSUD Prof.DR.W.Z. Johannes
Kupang. Repository Poltekes Kupang, 5.
saferi, y. (2013). haikhi. yogyakarta.
Saferi Andra Wijaya dan yessie mariza putri 2013. keperawatan medical bedah 2
(keperawatan dewasa). Nuha Medika, Yogyakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta
Selatan.
Yeni, B. (2019). Pengkajian Keperawatan Sebagi Kesuksesan Proses Keperawatan. 1.
LEMBAR PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Informasi didapat dari : Pasien


Tanggal MRS/jam :-
Tanggal pengkajian/ jam : 23 Juni 2020/ 10.00 Wib
Cara tiba di ruangan :-
Dx masuk : Anemia defesiensi zat besi
Ruang rawat inap :-
Keluhan utama : Klien mengatakan mudah lelah saat melakukan
aktivitas sejak 1 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit : Klien mengatakan mudah lelah saat melakukan
sekarang
aktivitas sehari-hari sejak mengalami menstruasi
pertama, lelah bertambah berat saat menstruasi,
disertai dengan pusing seperti berputar – putar
dikepala bagian kanan dengan skala pusing 6
sekitar 2 menit. Saat dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital: TD 100/70 mmHg, Nadi 80
x/menit, RR 24x/menit, Suhu 37,5 ºC,
konjungtiva anemis dan Hb 10,4 g/dl.
Riwayat penyakit dahulu : Klien mengatakan tidak pernah mengalami
kejadian seperti ini sebelumnya. Klien
mengatakan baru peratama kali menderita
amenia sejak 1 tahun yang lalu.
1. Pernah dirawat : Tidak
2. Riwayat kronik dan : Tidak
menular
3. Riwayat
alergi Obat : Tidak
Makanan : Tidak
Lain-lain : Tidak
4. Riwayat operasi : Tidak
5. Lain-lain : Tidak

65
66

PENGKAJIAN DATA FOKUS

SIRKULASI
1) Keluhan : Lelah
2) Pemeriksaan
fisik
(1) Nadi : 80 x/menit
(2) Tekanan darah : 100/70 mmHg
(3) Akral : Dingin
(4) CRT : >3 detik
(5) Suara jantung : Tidak dilakukan
pemeriksaan
(6) Suara tambahan : Tidak dilakukan
pemeriksaan
3) Laboratorim/
Penunjang
(1) Interpretasi EKG : Tidak dilakukan
pemeriksaan
(2) Central Venous Pressure (CVP) : Tidak dilakukan
pemeriksaan
4) Keadaan
klinis lain
(1) Warna kulit : Pucat
(2) Respiration rate : 24 x/menit
(3) Penurunan kesadaran : Tidak
(4) Saturasi oksigen : Tidak dilakukan
pemeriksaan
(5) Produksi urine : ± 1500 ml/24 jam
(6) Edema : Tidak
(7) Distensi vena jugularis : Tidak
(8) Hepatomegali : Tidak
5) Masalah keperawatan (D.0007 s.d D.0017)
1. Perfusi perifer tidak efektif
berhubungan
dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin.
67

TERAPI

Nama Pasien : An. M

Tanggal No Rute Obat Dosis Jam

Lain-Lain : Tidak dilakukan pemberian terapi obat/Tidak dalam program


pengobatan.
68

PEMERIKSAAN PENUNJANG

No Jenis Item Nilai Nilai Pemeriksaan


Pemeriksaan Normal
Tanggal 20 Tanggal 21
1 Hematologi Hemoglobin 13-15,5 g/dl 10,4 g/dl

Data Pemeriksaan Lain: Tidak ada


69

ANALISA DATA

Data Etiologi Problem


Data subyektif : klien Defesiensi zat besi Perfusi perifer tidak
mengatakan mudah lelah efektif
disertai pusing saat melakukan
aktivitas, pusing seperti
berputar – putar di kepala
bagian kanan dengan skala Kekurangan bahan
pusing 6 sekitar 2 menit baku pembuat sel
drah merah
Data obyektif :
1. Data mayor :
1) Pengisian kapiler >3
detik : hasil pengkajian Penurunan
CRT klien hasilnya konsentrasi
>3 detik Hemoglobin
3) Akral teraba dingin :
akral klien teraba dingin
4) Warna kulit pucat : hasil
pengkajian warna kulit
klien tampak pucat
2. Data minor :
2) Penyembuhan luka
lambat : klien
mengatakan ketika
dirinya luka sembuhnya
sedikit lambat.

Daftar Diagnosa Keperawatan :

Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi


hemoglobin.
70

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil
Perfusi Setelah dilakukan 1. Perawatan sirkulasi
perifer tidak asuhan a. Observasi
efektif, keparawatan 1) Periksa sirkulasi perifer
berhubungan selama 3x1 jam (misalnya: nadi perifer,
dengan per pertemuan edema, pengisian kapiler,
penurunan diharapkan : warna, suhu, ankle-brachial
konsentrasi 1. Pengisian index).
hemoglobin kapiler 2) Identifikasi faktor risiko
membaik ganggaun sirkulasi (misalnya:
2. Akral diabetes, perokok, hipertensi
Membaik dan kadar kolestrol tinggi).
3. Warna kulit 3) Monitor panas, kemerahan,
pucat nyeri atau bengkak pada
menurun ekstermitas.
4. Penyembuhan b. Teraupetik
luka 4) Hindari pemasangan infus
meningkat atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi.
5) Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstermitas dengan
keterbatasan perfusi,
6) Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada
area yang cidera.
7) Lakukan pencegahan infeksi
8) Lakukan perawatan kaki dan
kuku
9) Lakukan hidrasi
c. Edukasi
10) Anjurkan berhenti merokok
11) Anjurkan berolahraga rutin
12) Anjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari
kulit terbakar
13) Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan dan
penurun kolestrol, jika
perlu
14) Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
15) Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat
71

beta
16) Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
(mis. melembabkan kulit
kering pada kaki)
17) Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
18) Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
(misalnya: rendah lemak
jenuh, minyak ikan yang
mengandung omega 3).
19) Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. rasa sakit
yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa).
2. Edukasi latihan fisik
a. Observasi
1) Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
b. Teraupetik
2) Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
3) Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
4) Berikan kesempatan
untuk bertanya
c. Edukasi
5) Jelaskan manfaat kesehatan
dan efek fisiologis olahraga
6) Jelaskan jenis latihan yang
sesuai dengan kondisi
kesehatan
7) Jelaskan frekuensi, durasi
dan intesitas program latihan
yang diinginkan
8) Ajarkan latihan pemanasan
dan pendinginan yang tepat
9) Ajarkan teknik menghindari
cedera saat berolahraga
10) Ajarkan teknik pernafasan
yang tepat untuk
memaksimalkan penyerapan
oksigen selama latihan fisik
72
73

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Tanggal/jam Implementasi


Keperawatan
Perfusi perifer 21 juni 3. Perawatan sirkulasi
tidak efektif, 2020/ 10.00 2) Memeriksa sirkulasi perifer (mis.
berhubungan Wib Nadi perifer, edema, pengisian
dengan kapiler, warna, suhu, ankle-brachial
penurunan indeks)
konsentrasi R/ N: 76 x/menit, CRT: >3 detik,
hemoglobin warna : Pucat, suhu : 37,5 ºC
9) Melakukan pencegahan infeksi
R/ klien mampu melakukan
pencegahan infeksi (mencuci tangan
sesudah dan sebelum melakukan
aktivitas)
12) Menganjurkan berolahraga rutin
R/klien mengatakan malas untuk
melakukan olahraga
20) Mengajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
R/klien mengatakan belum mengerti
tentang program diet
21) Menginformasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan (mis.
Rasa sakit yang tidak hilang ketika
istirahat, lutidak kunjung sembuh,
hilangnya rasa)
R/klien kurang mampu memahami
apa yang dikatakan penulis
4. Edukasi latihan fisik
10)
elaskan manfaat kesehatan dan efek
fisiologis olahraga
R/klien mengatakan mengerti tentang
manfaat kesehatan dan efek fisologi
olahraga
11)
elaskan jenis latihan yang sesuai
dengan kondisi kesehatan
R/ klien mengatakan mengerti apa
yang dijelaskan penulis
12)
elaskan frekuensi, durasi dan
intensitas program latihan yang
dingikan
R/ klien mengatakan mengerti apa
74

yang di jelaskan penulis


13)
jarkan latihan pemanasan dan
pendinginan yang tepat
R/ klien mengatakan belum ampu
melakukan latihan pemanasan
dengan baik
14)
jarkan teknik pernapasan yang tepat
untuk memaksimalkan penyerapan
oksigen selama latihan fisik
R/ klien mengatakan tidak bisa
melakukan teknik pernapasan dengan
baik
Perfusi perifer 22 juni 1. Perawatan sirkulasi
tidak Pefektif, 2020/ 10.00 2) Memeriksa sirkulasi perifer (mis.
berhubungan Wib Nadi perifer, edema, pengisian
dengan kapiler, warna, suhu, ankle-brachial
penurunan indeks)
konsentrasi R/ N: 80 x/menit CRT : >3 detik,
hemoglobin warna : pucat, suhu : 37,2 ºC
12) Menganjurkan berolahraga rutin
R/klien mengatakan mau untuk
berolahraga
20) Mengajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
R/ klien mengatakan mengerti yang
dijelaskan oleh penulis
21) Menginformasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan (mis.
Rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
R/ klien mengatakan sedikit paham
dengan apa yang dikatakan penulis
2. Edukasi latihan fisik
10) Mengajarkan latihan pemanasan dan
pendinginan yang tepat
R/ klien mampu melakukan latihan
dengan baik
11) Mengajarkan teknik pernapasan yang
tepat untuk memaksimalkan
penyerapan oksigen selama latihan
fisik
R/klien mengatakan mampu malau
tidak terlalu maksimal
75

Perfusi perifer 23 juni 3. Perawatan sirkulasi


tidak efektif, 2020/ 10.00 2) Memeriksa sirkulasi perifer (mis.
berhubungan Wib Nadi perifer, edema, pengisian
dengan kapiler, warna, suhu, ankle-
penurunan brachial indeks)
konsentrasi R/ N: 82 x/menit, CRT : <3 detik,
hemoglobin warna : tidak pucat, suhu : 37,4 ºC
20) Menginformasikan tanda dan gejal
darurat yang harus dilaporkan (mis.
Rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
R/ klien mengatakan mengerti apa
yang dikatakan penulis
4. Edukasi latihan fisik
10) Mengajarkan teknik pernapasan
yang tepat untuk memaksimalkan
penyerapan oksigen saat latihan
fisik
R/ klien mampu melakukan dengan
baik
76

EVALUASI

Tanggal/jam Data (SO) Assesment Planing


22 Juni Data subyektif : Masalah Lanjutkan intervensi
2020/09.00 klien teratasi 1. Perawatan sirkulasi
Wib mengatakan sebagian 2) Memeriksa
masih lelah sirkulasi perifer
disertai pusing (mis. Nadi perifer,
saat melakukan edema, pengisian
aktivitas. kapiler, warna,
suhu, angkle-
Data obyektif : brachial indeks)
1. Klien 12) Menganjurkan
tampak berolahraga rutin
lemah 20) Mengajarkan
2. CRT >3 detik program diet untuk
3. Akral teraba memperbaiki
dingin sirkulasi (mis.
4. Warna kulit Rendah lemak
pucat jenuh, minyak ikan
5. Konjungtiva omega 3)
anemis 21) Menginformasikan
6. TD : 100/60 tanda dan gejala
mmHg darurat yang harus
7. N : 76 dilaporkan (mis.
x/menit rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)
2. Edukasi latihan fisik
10) Mengajarkan
latihan pemanasan
dan pendinginan
yang tepat
11) Mengajarkan
teknik pernapasan
yang tepat untuk
memaksimalkan
penyerapan
oksigen
selama
latihan fisik
23 Juni Data subyektif : Masalah Lanjutkan intervensi
2020/09.00 klien teratasi 3. Perawatan sirkulasi
Wib mengatakan sebagian 2) Memeriksa
lelah dan sirkulasi perifer
pusing sedikit (mis. nadi perifer,
berkurang edema, pengisian
77

kapiler, warna,
Data obyektif : suhu, angkle-
1. Klien tampak brachial indeks)
lemah 20) Menginformasikan
2. CRT >3 detik tanda dan gejala
3. Akral teraba darurat yang harus
dingin dilaporkan (mis.
4. Warna kulit rasa sakit yang
pucat tidak hilang saat
5. Konjungtiva istirahat, luka tidak
anemis
sembuh, hilangnya
6. TD : 100/70
rasa)
mmHg
4. Edukasi latihan fisik
7. N : 80 x/menit 10) Mengajarkan
teknik pernapasan
yang tepat untuk
memaksimalkan
penyerapan
oksigen selama
latihan fisik
23 Juni Data subyektif : Masalah Intervensi dihentikan
2020/09.00 klien teratasi
Wib mengatakan sebagian
lelah dan
pusing
berkurang

Data obyektif :
1. Klien tampak
sedikit
bersemangat
2. CRT <3 detik
3. Akral teraba
hangat
4. Warna kulit
tidak pucat
5. Konjungtiva
ananemis
6. TD : 110/70
mmHg
7. N : 82 x/menit

Anda mungkin juga menyukai