Anda di halaman 1dari 2

Saham Sebagai Objek Waris

Dalam hal pemegang saham meninggal dunia apa sahamnya dapat diwariskan?
Sebelumnya, kami akan jelaskan terlebih dahulu sedikit tentang konsep harta waris sebagai objek waris. Irma
Devita Purnamasari dalam bukunya yang berjudul Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah
Hukum Waris mengatakan bahwa prinsip pewarisan adalah sebagai berikut (hal. 1-2):
1. Harta waris baru terbuka (dapat diwariskan kepada pihak lain) apabila terjadi suatu kematian (Pasal 830
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata)
2. Adanya hubungan darah di antara pewaris dan ahli waris, kecuali untuk suami atau istri pewaris (Pasal 832
KUHPerdata) dengan ketentuan mereka masih terikat dalam perkawinan ketika pewaris meninggal dunia.

Untuk mengetahui apakah saham termasuk dalam harta yang dapat diwariskan atau tidak, terlebih dahulu kita
ketahui tentang saham. Sebagaimana yang pernah dijelaskan dalam artikel Definisi Saham dan Obligasi, istilah
saham banyak ditemui di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(UUPT), namun UU tersebut tidak memberikan definisi saham.

Akan tetapi, melihat pada ketentuan dalam Pasal 1 angka 1 UUPT dan Pasal 31 ayat (1) UUPT, dapat kita
ketahui bahwa saham adalah bagian dari modal dasar Perseroan:
Pasal 1 angka 1 UUPT:
Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UndangUndang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Pasal 31 ayat (1) UUPT:
Modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham.

Karena Anda mengatakan mengenai pemegang saham, ini berarti saham tersebut telah menjadi milik dari
pemegang saham, bukan saham yang belum dikeluarkan oleh perusahaan. Dalam hal saham tersebut milik si
pemegang saham, maka saham tersebut dapat diwariskan. Ini karena berdasarkan Pasal 833 KUHPerdata, ahli
waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang, segala hak, dan segala
piutang si meninggal.

Selain itu, mengenai pewarisan saham ini juga diatur dalam Pasal 57 UUPT, yang berbunyi:
(1) Dalam anggaran dasar dapat diatur persyaratan mengenai pemindahan hak atas saham, yaitu:
a. keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi
tertentu atau pemegang saham lainnya;
b. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Organ Perseroan; dan/atau
c. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal pemindahan hak atas
saham disebabkan peralihan hak karena hukum, kecuali keharusan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c berkenaan dengan kewarisan.

Berdasarkan pasal tersebut, pemindahan hak atas saham yang berkenaan dengan kewarisan harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa kewarisan
termasuk pemindahan hak atas saham. Artinya, saham tersebut bisa dijadikan objek waris.

Selain itu, pasal lain yang juga mempertegas mengenai pewarisan saham adalah Pasal 56 ayat (3) UUPT, yaitu
direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal, dan hari pemindahan hak tersebut dalam daftar
pemegang saham atau daftar khusus dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri
untuk dicatat dalam daftar Perseroan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pencatatan
pemindahan hak. Kemudian menurut penjelasan pasal tersebut, yang dimaksud dengan memberitahukan
perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri adalah termasuk juga perubahan susunan pemegang
saham yang disebabkan karena warisan, pengambilalihan, atau pemisahan.

Terkait dengan saham sebagai objek waris, Irma Devita mengatakan bahwa jika saham perseroan terbatas
dimiliki oleh lebih dari satu orang (misalnya karena pewarisan), maka harus ditunjuk salah satu dari mereka
untuk mewakili pemegang saham (hal. 132). Hal ini karena Pasal 52 ayat (5) UUPT berbunyi:
Dalam hal 1 (satu) saham dimiliki oleh lebih dari 1 (satu) orang, hak yang timbul dari saham
tersebut digunakan dengan cara menunjuk 1 (satu) orang sebagai wakil bersama.

Sebagai contoh, sebagaimana yang kami sarikan dari buku Irma Devita (Ibid, hal. 131-132), sebuah perseroan
bernama PT Gilang Gemilang didirikan oleh Pak Syahrul bersama mitranya, Pak Sigit, dengan komposisi
saham: Pak Syahrul 50% dan Pak Sigit 50%. Pak Syahrul meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri
(Ny. Milana) dan tiga orang anak. Sebagai istri, Ny.Milana memiliki pertimbangan bahwa saham itu merupakan
peninggalan almarhum sehingga mereka harus tetap melanjutkannya.

Dengan meninggalnya Pak Syahrul, seluruh saham yang terdaftar atas namanya beralih kepada seluruh ahli
warisnya. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya pemilikan saham secara bersama-sama sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 52 ayat (5) UUPT. Dalam hal demikian, seluruh ahli waris Pak Syahrul dapat menunjuk
Ny. Milana sebagai wakil, maka pemegang saham PT Gilang Gemilang menjadi Ny. Milana 50% dan Pak Sigit
50%. Lebih lanjut Irma Devita mengatakan bahwa di antara ahli waris Pak Syahrul juga bisa dibuat suatu
kesepakatan untuk membagi saham sejumlah 50% tersebut sehingga masing-masing saham terdaftar atas nama
setiap ahli waris.

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.


Dasar hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
2. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Referensi:
Irma Devita. 2012. Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Hukum Waris.Bandung: Kaifa.

Anda mungkin juga menyukai