Diajukan untuk memenuhi tugas perkuliahan Mata Kuliah Hukum Kewarisan Perdata,
Semester Genap Tahun Akademik 2023/2024
Disusun oleh:
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
2023
I. PENGERTIAN-PENGERTIAN DALAM HUKUM KEWARISAN
Mewaris adalah menggantikan hak dan kewajiban seseorang yang meninggal yang
hanya dalam bidang hukum kekayaan saja. Kewarisan Perdata diatur dalam Buku
II tentang Kebendaan dan Buku III tentang Perikatan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (“KUHPerdata”). Subjek Hukum Waris adalah Pewaris dan Ahli
Waris.
Catatan: Hak dan kewajiban yang tidak bisa diwariskan adalah Hak dan Kewajiban
yang timbul dari anggota suatu perkumpulan.
Pengertian-Pengertian Umum
Harta Waris adalah kekayaan yang berupa keseluruhan aktiva dan pasiva yang
ditinggalkan oleh pewaris yang kemudian dipindahkan kepada ahli waris setelah
kematian pewaris.
Pewaris adalah orang yang meninggal dunia yang meninggalkan harta warisan
Ahli Waris adalah orang yang ditinggalkan dan mempunyai hak untuk menerima
harta warisan dari pewaris.
Hukum Waris adalah hukum yang mengatur mengenai perpindahan harta kekayaan
seseorang kepada ahli waris beserta akibat hukumnya.
GOLONGAN II
Ahli waris dalam golongan ini adalah orang tua (ayah dan/atau ibu) yang hidup
terlama serta saudara-saudaranya. Dalam hal ini pewaris tidak meninggalkan
keturunan (anak) dan pasangannya (suami/ istri)
Pembagian Waris - Pasal 854, 855, 856 KUHPerdata
Kedua Orang Tua Lengkap
Pasal 854 BW
= Jika pewaris meninggalkan satu orang saudara, maka masing-masing orang
tua (ayah & ibu) dan seorang saudara mendapatkan ⅓ bagian (Pasal 854 a)
Sedangkan apabila pewaris meninggalkan lebih dari satu saudara, maka
masing-masing orang tua (ayah & ibu )mendapatkan ¼ bagian dan
saudara-saudaranya akan mendapat sisa dari harta yang telah diambil untuk
ayah dan ibu dari pewaris. (Pasal 854 b).
GOLONGAN III
Ahli waris dalam golongan ini adalah kakek dan nenek baik dari garis ayah dan garis
ibu, yang pembagiannya adalah masing-masing sama rata melalui kloving. kloving
merupakan metode pembelahan harta warisan ke dalam 2 bagian (garis keturunan
ayah dan garis keturunan ibu) dimana dalam tiap-tiap garis pewarisan dilaksanakan
seakan akan merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri. Dalam hal ini pewaris
tidak meninggalkan keturunan (anak) dan pasangannya (suami/ istri) dan juga tidak
meninggalkan kedua orang tuanya dan saudara. Kemudian, jika kakek dan nenek dari
salah satu garis keturunan sudah tidak ada, maka bagian dari garis tersebut akan
diberikan secara keseluruhan kepada kakek dan nenek dari garis keturunan satunya.
Pembagian Waris - Pasal 853 KUHPerdata
= Pertama-tama harta waris harus dibagi dulu sama rata untuk garis keturunan ayah
dan garis keturunan ibu ke atas melalui metode kloving. Kemudian masing -masing
dari kakek dan nenek dari kedua garis akan mendapat setengah bagian dari setengah
hasil kloving tersebut sehingga perhitungannya menjadi ½ x ½ = ¼ bagian untuk
masing-masing orang.
GOLONGAN IV
Ahli waris dalam golongan ini adalah keluarga sedarah lainnya dalam garis
menyimpang sampai derajat ke -6 (Pasal 858 KUHPerdata). Untuk mekanisme
perhitungan warisnya, sama seperti golongan III yang memakai metode kloving untuk
membagi harta warisan ke dalam dua bagian sama rata antara garis keturunan ayah
dan garis keturunan ibu.
Golongan III dan IV mewaris bersama
Terdapat kemungkinan bahwa golongan III dan IV mewaris di waktu yang bersamaan
ketika salah satu garis keturunan telah meninggal, maka bagian dari satu garis tersebut
akan diberikan kepada golongan berikutnya dengan bagian sama besar. Dalam hal ini,
di salah satu garis keturunan, bagian yang seharusnya diterima oleh kakek dan/ atau
nenek menjadi bagian saudara sedarah lainnya, sedangkan di garis keturunan satunya,
tetap golongan III, yaitu kakek dan/atau yang menjadi ahli waris.
Legitime Portie
Berdasarkan Pasal 913 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), Legitime
Portie (hak mutlak) adalah sesuatu bagian dari harta peninggalan yang harus diberikan
kepada waris, garis lurus menurut ketentuan undang undang, terhadap mana si yang
meninggal tak diperbolehkan menetapkan sesuatu baik selaku pemberian yang masih hidup,
maupun selaku wasiat. Besarnya bagian mutlak (legitime portie) bagi anak-anak sah menurut
Pasal 914 KUHPerdata yaitu :
1. Kalau hanya seorang anak sah saja, besarnya 1/2 dari bagian jika ia mewaris tanpa
wasiat.
2. Kalau hanya 2 orang anak sah saja, besarnya 2/3 dari bagian jika ia mewaris tanpa
wasiat.
3. Kalau 3 orang atau lebih anak sah ,besarnya 3/4 dari bagian jika ia mewaris tanpa
wasiat (Pasal 914 KUH Perdata).
Apabila ada anak yang meninggal dunia terlebih dahulu, maka haknya atas bagian mutlak
(legitime portie) beralih kepada anak atau cucu dengan plaatsverfulling.
Hak mutlak (legitime portie) para ahli waris dalam garis lurus ke atas adalah 1/2 dari
bagiannya apabila mewaris tanpa wasiat (Pasal 915 KUH Perdata). Jika tidak ada waris yang
berhak atas legitime portie, maka pewaris dapat memberikan seluruh harta peninggalannya
kepada orang lain dengan hibah semasa hidup atau dengan wasiat (Pasal 917 KUH Perdata).
Pemasukan/Inbreng
Pemasukan atau inbreng merupakan pengembalian akan apa yang telah diterima seorang ahli
waris dari pewarisnya, sebagai hibah atau hibah wasiat ke dalam boedel, baik ujudnya
maupun nilainya, atau dengan cara memperhitungkannya. Tujuan dari inbreng tersebut adalah
agar sesama ahli waris mendapatkan bagian yang merata. Sesuai Pasal 1086 KUHPerdata
kewajiban inbreng berlaku pada ahli waris dalam garis lurus ke bawah dan ahli waris lain jika
ditentukan dengan tegas.
Pasal 875 KUHPerdata menyatakan bahwa segala harta peninggalan seseorang yang
meninggal dunia, adalah kepunyaan para ahli warisnya menurut undang-undang, sejauh
mengenai hal itu dia belum mengadakan ketetapan yang sah. Ketetapan yang sah tersebut
ialah surat wasiat. Artinya, jika ada surat wasiat yang sah, surat wasiat harus dijalankan oleh
para ahli waris. Sebaliknya, apabila tidak ada surat wasiat, semua harta peninggalan pewaris
adalah milik ahli waris.
Sedangkan Hibah Wasiat menurut pasal 957 KUHPerdata merupakan suatu penetapan wasiat
yang khusus, dengan mana si yang mewariskan kepada seorang atau lebih memberikan
beberapa barang-barangnya dari suatu jenis tertentu, seperti misalnya, segala barang
bergerak, barang tidak bergerak atau memberikan hak pakai hasil atas seluruh atau sebagian
harta peninggalannya. Artinya, dalam hibah wasiat Pemberi Hibah Wasiat menjelaskan secara
spesifik barang apa yang mau diwasiatkan. Hibah wasiat dibuat pada saat Pemberi Hibah
Wasiat masih hidup, tetapi pelaksanaannya dilakukan pada saat Pemberi Hibah Wasiat telah
meninggal dunia.