• Hukum Romawi
Hak waris termasuk hak kebendaan
karena warisan dipandang sebagai suatu
barang yang berdiri sendiri, sehingga
hukum waris merupakan hukum benda.
• Hukum Germania Kuno
Hak waris bukan hak kebendaan,
karenanya warisan tidak dikenal sebagai
barang yang berdiri sendiri.
BAGAIMANA HUKUM WARIS DALAM
KETENTUAN KUH PERDATA ?
Pengertian :
• Suatu peristiwa hukum atas perpindahan harta
peninggalan dari orang yang meninggal dunia (Pewaria /
Erflater) kepada orang lain yang masih hidup.
Ada 3 unsur Pewarisan :
1. Kematian
2. Ahli Waris
3. Harta Warisan
Pewaris ialah orang yang meninggal dunia dengan meningalkan
hak dan kewajiban kepada orang lain yang berhak
menerimanya.
Pasal 874 BW, setiap orang yang diberi wasiat secara sah oleh
pewaris pemberi wasiat. Terdiri dari:
1) Testamentair erfgenaam yaitu ahli waris yang mendapat wasiat
yang berisi suatu erfstelling (penunjukkan satu atau beberapa ahli
waris untuk mendapat seluruh atau sebagian harta peninggalan)
2) Legataris yaitu ahli waris karena mendapat wasiat yang isinya
menunjuk seseorang untuk mendapat berapa hak atas satu atau
beberapa macam harta waris, hak atas seluruh dari satu macam
benda tertentu, hak untuk memungut hasil dari seluruh atau
sebagian dari harta waris.
Harta Waris
Syarat Pewaris :
• Pewaris harus sudah meninggal dunia
(pasal 830 BW : “Pewarisan hanya
berlangsung karena kematian).
Syarat Ahli Waris
E F G
H I
Meskipun di sini A, B, C, D, E, F, G tampil
bersama, tetapi untuk melihat siapa yang
lebih berhak, dilihat dalam perderajatan-
nya
BCD : ahli waris derajat 1
EFG : ahli waris derajat 2
jadi prioritasnya adalah B, C, D serta A
PASAL 850 BURGERLIJK WETBOEK
(PEMBELAHAN HARTA
PENINGGALAN/KLOVING):
A B
C D P† E F
G H I J
K L M
BAGIAN POSISI KASUS GOL II
Pembagiannya ialah:
• C & D memperoleh setengah dari warisan dan E & F juga
setengah.
• Pembagiannya menjadi dua itu disebut “kloving”.
• Kloving terjadi apabila ahli garis golongan I (isteri/suami
anak-anak dan keturunannya) dan golongan II (ayah/ibu,
saudara-saudara dan keturunannya) tidak ada.
Keterangan:
Ahli waris golongan yang lebih dekat mengenyampingkan ahli
waris golongan yang lebih jauh.
• G dan H tidak mendapat warisan, sebab tertutup
oleh C.
• K adalah ahli waris golongan III,
• F dan G ahli waris golongan IV.
Ahli waris golongan yang lebih dekat
mengenyampingkan ahli waris golongan yang lebih
jauh.
Jika E meninggal terlebih dahulu dari A, maka bagian
dari garis bapak (yang X itu) jatuh pada F, sedangkan
bagian di pihak ibu tetap jatuh pada D
GOLONGAN III
E F G H I J K
L
A B C D
P†
• AB (EFGH) : kakek/nenek
dari garis ayah.
• CD (IJKL) : kakek/nenek
dari garis ibu.
Pada Gol. III dan Gol. IV, terjadi
pembelahan atau kloving , Pasal.
858 ayat (1).
GOLONGAN IV
A B C D
E F G
P †
H I J
Catatan :
A B
C D
P† E F
PENGGANTIAN WARIS DALAM
PENGGOLONGAN & DERAJAT WARIS
Pasal 842 Burgerlijk Wetboek “Penggantian dalam garis lurus ke bawah yang
sah, berlangsung terus dengan tiada akhirnya. Dalam segala hal, pergantian
seperti di atas selamanya diperbolehkan, baik dalam hal bilamana beberapa anak
si yang meninggal mewaris bersama-sama dengan keturunan seorang anak yang
telah meninggal lebih dulu, maupun sekalian keturunan mereka mewaris
bersama-sama, satu sama lain dalam pertalian keluarga yang berbeda-beda
derajatnya”
• Mereka tidak mewaris secara uit eigen hoofed (atas diri sendiri).
• Mereka ini dapat mewaris secara uit eigen hoofed apabila semua anak pewaris
ternyata tidak pantas atau menolak atau dicabut hak mewarisnya.
• Penggantian waris hanya dapat terjadi kalau ada yang meninggal dunia.
• Contoh: Penjelasan di Bawah ini
CONTOH KASUS PENGGANTIAN DERAJAT
DALAM PENGHITUNGAN WARIS
†P
A B C
E F
L
K M
Catatan:
R S
Pasal 853 Ayat (2): B,C = ½ bagian (ab Intestato)
BAGIAN WARIS SAMA BESAR
KEPALA DEMI KEPALA
Mengenai pewarisan terhadap anak luar kawin ini diatur dalam Pasal 862 s.d.
Pasal 866 KUH Perdata:
• Jika yang meninggal meninggalkan keturunan yang sah atau seorang suami
atau istri, maka anak-anak luar kawin mewarisi 1/3 bagian dari bagian yang
seharusnya mereka terima jika mereka sebagai anak-anak yang sah
(lihat Pasal 863 KUH Perdata);
• Jika yang meninggal tidak meninggalkan keturunan maupun suami atau
istri, tetapi meninggalkan keluarga sedarah, dalam garis ke atas (ibu, bapak,
nenek, dst.) atau saudara laki-laki dan perempuan atau keturunannya, maka
anak-anak yang diakui tersebut mewaris 1/2 dari warisan. Namun, jika
hanya terdapat saudara dalam derajat yang lebih jauh, maka anak-anak yang
diakui tersebut mendapat 3/4 (lihat Pasal 863 KUH Perdata);
Bagian anak luar kawin harus diberikan lebih dahulu. Kemudian
sisanya baru dibagi-bagi antara para waris yang sah (Pasal 864
KUH Perdata)
• Hal ini diatur di dalam Pasal 862 KUHPerdata sampai dengan Pasal 866
KUHPerdata dan Pasal 873 ayat (1). Ahli waris anak luar kawin timbul
jika Pewaris mengakui dengan sah anak luar kawin tersebut.
• Undang-undang tidak secara tegas mengatur mengenai siapa yang
dimaksud dengan anak luar kawin tersebut.
Bagian X= 1 bagian
A= X digantikan oleh Y & Z = masing-masing
mendapat 1/2 bagian yg semestinya diterima X
Pasal 844 Burgerlijk Wetboek
† †A †B
P E
F
C D
Keterangan
Bagian: A, B, E = 1/3 HW
Bagian A = 1/3 HW digantikan oleh F (1/3 utuh)
Bagian B = 1/3 HW digantikan oleh C, B (1/3 X 1/2 = 1/6)
Berlaku ketentuan penggantian posisi A & B (berlaku Psl 844 BW)
CONTOH POSISI KASUS
• A meninggal dunia, meninggalkan 4 (empat) orang keponakan
D, E, F, dan G. (D dan E adalah anak B).
• B adalah saudara kandung A yang telah meninggal, (F dan G
adalah anak kandung C).
• C adalah saudara kandung A yang juga telah meninggal terlebih
dahulu dari A.
• Ahli waris A adalah D, E (menggantikan kedudukan B) dan F, G
(menggantikan kedudukan C).
• Bagian D dan E masing-masing ¼, karena menggantikan bagian
B.
• Bagian C digantikan oleh F dan G masing-masing ¼ bagian.
BAGAN KASUS PENGGANTIAN DERAJAT DALAM
Pasal 844 mengulangi Pasal 842 ayat (2)
† A † B † C
F G
Keterangan D E
Berlaku ketentuan penggantian posisi B & C (berlaku Psl 844 BW)
Ahli Waris A (D, E) menggantikan posisi B 1/2 (D, E) = 1/4 HW
Ahli Waris A (F, G) menggantikan posisi C 1/2 (F, G) = 1/4 HW
Mereka memperoleh seluruh warisan (sesuai Psl. 852-853 BW)
Pasal 845 Burgerlijk Wetboek
• “Pergantian dalam garis menyimpang
diperbolehkan juga bagi pewarisan bagi para
keponakan, ialah dalam hal bilamana di
samping keponakan yang bertalian keluarga
sedarah terdekat dengan si meninggal, masih
ada anak-anak dan keturunan saudara laki-laki
atau perempuan darinya saudara-saudara mana
telah meninggal lebih dahulu”.
BAGAN (1) SESUAI Pasal 845 BW
Anak-anak atau
2 3 keturunan-keturunan dari
keponakan yang bertalian
keluarga sedarah
1 4 4 terdekat, menggantikan
tempat orang tuanya dan
† † mewaris bersama-sama
A B C 5 5 dengan keponakan
pewaris.
F
Yang mewaris adalah B
D derajat ke- 4 dan C yang
digantikan oleh D, F;
derajat ke- 5
BAGAN (2) SESUAI Pasal 845 BW
F
Pasal 846 Burgerlijk Wetboek:
† A A meninggal. Pembagian
1 1 1 warisan:
1) Dibagi dulu dalam
† † pancang B, C, D.
2 2 B C D 2 2
2) Pancang B
3 † † bercabang L dan M.
3 3 M L E F
3 3 Bagian B dibagi
antara L dan M.
N O P † Bagian M bercabang
4 4 4 H G ke anak-anaknya: N,
O, P.
Bagian D idem (dibagi
K J I kepala demi kepala
dan cabang-cabang
pancang)
BAGAN (1) SESUAI Pasal 847 BW
Ontarfd adalah pemecatan sebagai ahli waris atau juga ahli waris tersebut
menolak menerima warisan
SIFAT & ASAL HW