Anda di halaman 1dari 2

Syarat -Syarat Sebagai Pewaris

Seperti yang telah disebutkan sebelumya bahwa pewarisan adalah proses penyerahan hak dan
kewajiban oleh pewaris kepada para ahli waris. Pewarisan diatur dengan hukum waris yang
menurut konsepsi hukum perdata(BW), merupakan bagian dari hukum harta kekayaan.
Karenanya perlu diingat bahwa hanya hak dan kewajiban yang wujudnya harta kekayaan dapat
disebut sebagau objek warisan, lebih lanjut perihal pengaturan hukum waris di Indonesia secara
hukum perdata diatur dalam bagian V KUH Perdata(BW).
Adapun yang menjadi Unsur-unsur dalam Pewarisan yaitu :
1. Adanya orang yang meninggal dunia (erflafter), yang meninggalkan harta warisan
disebut pewaris.
2. Adanya orang yang masih hidup (erfgenaam), yaitu orang yang menurut UU atau
testament berhak mendapatkan waris yang disebutkan ahli waris,
3. Adanya benda yang ditinggalkan (erfenis tialatemchap), yaitu segala sesuatu yang
ditinggalkan oleh pewaris pada saat ia meninggal dunia(harta warisan) yang berbentuk
aktiva atau passive.
Syarat-syarat Pewaris
Menurut Pasal 830 KUH Perdata, bahwa syarat seorang disebut sebagai pewaris adalah harus
sudah meninggal dunia/ hanya berlangsung karena kematian.
Syarat-syarat Ahli Waris
1. Mempunyai hak atas harta peninggalan pewaris. Hak ini dapat terjadi karena :
a. Adanya hubungan darah atau perkawinan antara ahli waris dengan pewaris yang
disebut dengan ahli waris (Psl 874 KUH Perdata).
b. Adanya pemberian wasiat yang diberikan oleh pewaris kepada para ahli waris atau
testaminair (Psl 875 KUH Perdata). Dalam wasiat umunya disebutkan penunjukan
orang-orang yang akan menjadi ahli waris, yang berhak memperoleh bagian dari
warisan itu.
2. Ahli waris ada atau masih hidup pada saat kematian pewaris.
3. Tidak ada sebab atau hal yang menurut UU membuat ahli waris menjadi tidak layak atau
terlarang (onwaarding) untuk menerima warisan dari pewaris(Psl 830 KUH Perdata)
Secara keperdataan, pewarisan tidak lah memandang gender atau jenis kelamin, selama masih
keluarga sedarah dan diakui sah bagi anak luar kawin maka memiliki hak untuk menuntut
pembagian warisan Begitu juga dengan status anak dari perkawinan terdahulu maupun
perkawinan yang baru, jika pewaris meninggal maka anak yang sedarah dengan pewaris tetap
berhak mendapatkan warisan, dan anak dari perkawinan keberapapun selagi masih sedarah dan
adanya pengakuan bagi anak luar kawin tetap mendapatkan bagian warisan. Lain hal dengan istri
atau suami, jika putusnya perkawinan karena perceraian maka hubungan harta dan hubungan
perdata antara suami dan istri telah berakhir dan adanya pemisahan tersendiri.
Dafpus : Wowor, Karel(2019) “HUKUM HARTA WARISAN ATAS TANAH MENURUT
HUKUM PERDATA“. Lex Privatum, Vol. VII(6)

Anda mungkin juga menyukai