Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENGANTAR HUKUM WARIS B.W.

1. Pengertian – Pengertian
Hukum Waris adalah
Himpunan aturan yang mengatur akibat – akibat hukum harta kekayaan
pada orang yang meninggal dunia dan akibat – akibat hukum yang
ditimbulkan adanya peralihan bagi para ahli warisnya atau para
penerimanya baik dalam hubungan dan perimbangan di antara mereka
maupun dengan pihak ketiga.

Pewaris :
Orang yang meninggal dunia dan menimbulkan harta waris/harta
kekayaan.

Ahli Waris :
Mereka yang menempati kedudukan hukum harta kekayaan sang pewaris
baik untuk seluruhnya maupun untuk bagian yang seimbang  sebagai
penerima dengan alas hak umum.

Ahli waris = jamak (warisnya lebih dari satu)


Waris = tunggal (hanya ada 1 orang waris saja)

Harta Peningalan / erfenis


Harta kekayaan yang meliputi aktiva dan pasiva
artinya:
ahli waris atau waris tidak diperkenankan hanya menerima pasivanya saja,
tetapi tidak mau menerima aktivanya.
Jadi ahli waris / waris harus menerima utang – utang pewaris, tidak hanya
menerima harta peningalan yang instans (misalnya deposito, tabungan,
rumah, mobil dan sebagainya)

Boedel = harta bersama dalam perkawinan.


Kalau suami isteri kawin dengan percampuran harta, maka apabila salah
satu meinggal dunia, harta peninggalan diinventarisasikan, tidak peduli itu
atas nama suami atau isteri, melainkan dikumpulkan dan dihitung,
semuanya itu disebut boedel.

Wasiat (Indonesia) atau testament (Belanda) atau will (Inggris)


Merupakan kehendak terakhir bagi calon pewaris sebelum ia meninggal
dunia untuk mengatur harta yang dimiliki untuk diberikan kepada siapa
saja.
Wasiat ini belum berlaku sepanjang pembuat wasiat masih hidup, karena
wasiat bisa dicabut berapa kalipun ia membuat wasiat. Setiap pewasiat
membuat wasiat baru, maka wasiat lama harus dinyatakan dicabut dan
tidak berlaku, maka sebagai gantinya, wasiat yang terakhir yang berlaku.
Wasiat baru terbuka/ berlaku apabila pembuat wasiat meninggal dunia.

Pasal 875 BW
Adapun yang dinamakan surat wasiat atau testamen adalah suatu akta
yang memuat pernyataan seorang tentang apa yang dikehendaki akan
terjadi setelah ia meninggal dunia , dan yang olehnya dapat dicabut lagi.

Legataris :
Penerima hibah atau orang yang menerima hibah, berarti penerima hibah
dengan alas hak khusus, yaitu melalui wasiat

Legat/ hibah wasiat  barang yang dihibahkan dan diterima oleh penerima
hibah.
Schenking / hibah  diberikan secara cuma – cuma pada saat calon
pewaris masih hidup, dan tanpa syarat, apabila dalam hibah diberikan
syarat, maka hibah tersebut batal.

Pasal 1666 BW
Hibah adalah suatu persetujuan dengan mana si penghibah, diwaktu
hidupnya dengan cuma – cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali,
menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah yang
menerima penyerahan itu.
Undang – Undang tidak mengakui lain – lain hibah selainnya hibah-hibah
diantara orang-orang yang masih hidup.

Pasal 1667 BW
Hibah hanyalah dapat mengenai benda-benda yang sudah ada.
Jika hibah itu meliputi benda – benda yang baru akan ada dikemudian
hari, maka sekadar mengenai itu hibahnya adalah batal.
Erftelling
Pengangkatan sebagai ahli waris / waris dan merupakan pemberian
melalui wasiat. Ini disebut pewarisan istimewa, karena kemungkinan yang
diangkat bukanlah anak kandung atau keluarga sedarah, melainkan teman
baik/sahabat.

Legitimaris
Ahli waris / waris karena adanya kematian, yang oleh Undang – Undang
dicadangkan bagian minimal dari harta peninggalan = ahli waris menurut
undang – undang.
Pewaris tidak dapat mengambil hak ini dari mereka baik melalui hibah
maupun wasiat. Mengapa ? karena ahli waris / waris yang dimaksudkan
disini adalah anak kandung golongan I yang memiliki Legitime Portie.

Ahli waris/waris ini mempunyai kedudukan istimewa yang memberikan


hak mendahului atas warisan ini dimiliki oleh keluarga sedarah dalam garis
lurus yang merupakan ahli waris karena kematian.
Hak mereka ini merupakan bagian mutlak = Legitime Portie atau bagian
warisan menurut undang – undang.

Pasal 913 BW
Bagian mutlak atau legitime portie adalah suatu bagian dari harta
peninggalan yang harus diberikan kepada para waris dalam garis lurus
menurut undang – undang , terhadap bagian mana si yang meninggal tak
diperbolehkan menetapkan sesuatu, baik selaku pemberian antara yang
masih hidup, maupun selaku wasiat.

Saisine : Le mort saisit levit (aturan Perancis kuno)


artinya : yang telah mati menyibukkan orang yang masih hidup, yang telah
meninggal dunia meluangkan tempatnya bagi yang masih hidup.
Berarti ahli waris demi hukum menguasai barang – barang, hak – hak,
tuntutan hukum yang meninggal dunia. Jadi ahli waris menggantikan hak –
hak dan kewajiban pewaris atau posisi pewaris.

Pasal 833 BW
Sekalian ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak
milik atas segala barang , segala hak dan segala piutang si yang meninggal
dunia.

Pasal 834 BW
Tiap – tiap waris berhak memajukan gugatan guna memperjuangkan
hak warisnya, terhadap segala mereka, yang baik atas dasar hak yang
sama, baik tanpa dasar suatu hak pun menguasai seluruh atau sebagian
harta peninggalan, seperti pun terhadap mereka, yang secara licik telah
menghentikan penguasaannya.
Ia boleh memajukan gugatannya itu untuk seluruh warisan, jika ia
adalah waris satu – satunya, atau hanya untuk sebagian, jika ada
beberapa waris lainnya.
Gugatan demikian adalah untuk menuntut, supaya diserahkan
kepadanya, segala apa yang dengan dasar hak apapun juga terkandung
dalam warisan beserta segala hasil, pendapatan dan ganti rugi, menurut
peraturan termaktub dalam bab ke tiga bukti ini terhadap gugatan akan
pengembalian barang milik.

Pasal 836 BW
Dengan mengingat ketentuan Pasal 2 BW, supaya dapat bertindak sebagai
waris, seorang harus telah ada, pada saat warisan jatuh meluang.
Artinya : pada saat pewaris meninggal dunia, ahli waris harus ada dan
hidup.
Kalau ternyata ada salah satu anak dari pewaris yang meninggal dunia
terlebih dahulu dari pewaris, maka haknya dapat digantikan oleh cucunya,
yang mewaris langsung kepada Pewaris/kakeknya, karena anaknya yang
meninggal dunia lebih dulu itu memiliki legitime portie.
Beda jika yang meninggal adalah posisi single/belum kawin, tidak punya
anak adopsi atau anak luar kawin, tidak membuat wasiat, maka ahli
warisnya adalah golongan II, yaitu :
a. orang tua dan saudara – saudaranya;
b. jika orang tua sudah tidak ada, maka ahli warisnya adalah saudara –
saudaranya yang masih hidup pada saat pewaris meninggal dunia.
Catatan :
Dalam hal ini jika ada saudara pewaris yang meninggal dunia lebih dahulu
dari pewaris, maka tidak ada penggantian tempat untuk digantikan hak
warisnya oleh keponakan, karena saudara adalah kesamping, bukan turun
temurun ke bawah derajat 1 maupun derajat 2, maka saudara yang
meninggal dunia terlebih dahulu dari pewaris tidak memiliki Legitime Portie,
sehingga keponakan tidak dapat menggantikan kedudukan orang tuanya.

Hereditas Petition :
Hak yang tidak diturunkan dari pewaris, melainkan hak ahli waris sendiri,
yang diberikan undang – undang. Undang – Undang memberikan kepada
ahli waris dalam kualitasnya sebagai ahli waris, suatu tuntutan hukum
berkaitan dengan harta peninggalan.

Pasal 830 BW
Pewarisan terjadi karena kematian. Jadi pada intinya :
- ada kematian;
- ada harta yang ditinggalkan;
- ada ahli waris
kita baru berbicara mengenai warisan bila ada yang meninggal dunia. Jadi
pewaris harus sudah mati dan harus dipenuhi syarat – syarat lain.
2. Hukum Waris Dalam Sistimatika Doktrin dan BW
Dahulu, sistimatika menurut doktrin ilmu pengetahuan hukum
(1) Hukum pribadi;
(2) Hukum Keluarga;
(3) Hukum Kekayaan;
(4) Hukum waris

Menurut BW ada 4 bagian :


(1) Hukum orang dan Keluarga;
(2) Hukum benda termasuk pewarisan;
Contoh Pasal 584 BW :
Hak milik atas suatu benda tak dapat diperoleh dengan cara lain,
melainkan dengan pemilikan karena perlekatan, karena daluwarsa,
karena pewarisan baik menurut Undang – Undang maupun menurut
wasiat.
Maknanya :
Pewarisan merupakan salah satu cara yang secara limitatif
ditentukan untuk memperoleh hak milik, dan karena benda (hak)
milik merupakan salah satu unsur pokok daripada benda,
merupakan benda yang paling pokok diantara benda – benda lain.
(3) Perikatan;
(4) Bukti dan daluwarsa

3. Asas Hukum Waris ;

Anda mungkin juga menyukai