Anda di halaman 1dari 13

Hapusnya wasiat

Suatu hubungan hukum, yang untuk berdirinya diwajibkan adanya suatu akta, tidaklah akan hapus
apabila kemudian ternyata akta itu tidak ada. Tidak ada orang yang hendak membaharui suatu
hipotik apabila minatnya yang berada di kantor notaris telah musnah oleh kebakaran. Hal yang
serupa berlaku juga bagi wasiat. Apa yang diperlukan untuk terjadinya sesuatu, tidaklah berarti
bahwa ia karena hukum diperlukan juga untuk berlangsungnya sesuatu itu. Seseorang yang telah
membuat wasiat umum mendengar bahwa aktanya telah musnah di kantor notaris. Oleh karena ia
tidak ahli di bidang hukum, maka ia mengira, bahwa apabila ia meninggal dunia, surat itu mesti ada.
Berhubung dengan itu, ia akan pergi lagi ke kantor notaris. Dan notaris, untuk menghindarkan hal-
hal yang tidak pasti, mungkin akan memberikan nashiat - yang dalam hal seperti ini sudah menjadi
kewajiban dari notaris - untuk membuat lagi wasiat yang baru. Akan tetapi sebetulnya hal itu tidak
perlu. Kalau ada salinan resmi dari notaris, maka sesudah meninggalnya pewaris dapatlah orang
membuktikan apa yang menjadi isi dari amanat terakhir, sebagaimana tercantum dalam akta yang
telah musnah. Pewaris ini telah wafat dengan meninggalkan suatu ketetapan dengan wasiat,
walaupun pada saat ia meninggal dunia tidak ada aktanya. Demikian jugalah diputuskan oleh Hof di
Den Haag pada tanggal 17 Maret 1948, (NJ. 1949, 108) untuk harta peninggalan seseorang yang
wasiatnya telah musnah sewaktu pemboman kota Rotterdam.

BAG 5

Sifat penunjukan waris


Dalam ketentuan umum dari titel ini, diletakkan dasar pembedaan antara berbagai macam
pemberian dengan wasiat (pasal 923). Sehubungan dengan ketentuan ini, telah saya bicarakan,
bahwa dalam hukum Perancis ada tiga golongan orang yang diuntungkan dengan wasiat. Sisa-sisa
dari pembagian ini masih didapatkan dalam pasal 923. Hukum kita mengenal sebagai pembedaan
pokok: penunjukan waris dan hibah wasiat. Golongangolongan ini, dibicarakan dalam undang-
undang masing-masing pada bagian kelima dan bagian keenam dari titel ini. Jenis pemberian yang
ketiga, "beban" tidak diperhatikan dalam undang-undang. Pembuat undang-undang tidak
menyediakan pandangan ringkas untuk "beban" ini. Juga pada ajaran khusus, seperti pada hak
legitim, tidak disebut-sebut tentang beban ini. beban
Penunjukan waris, adalah suatu pemberian olen pewaris kepada seseorang baik seluruh ataupun
bagian yang sebanding dari harta peninggalanunya. Undang-undang berbicara tentang
menggantikan kedudukan seseorang terhadap "barang-barang", akan tetapi jelaslah sudah bahwa
yang dimaksud dengan ini, adalah seluruh kekayaan. Ahli waris adalah salah seorang dari orang yang
memperoleh hak dengan titel umum, yang tidak banyak jumlah-

nya, la meneruskan untuk seluruhnya atau untuk sebagiannya, pribadi dari pewaris dan
kedudukannya secara hukum kekayaan. Sangat pentingnya perbedaan antara penunjukan waris
dengan hibah wasiat, terletak dalam hal, bahwa ahliwaris sebagai orang yang memperoleh dengan
titel umum bertanggung jawab dan memikul hutang dari harta peninggalan, untuk seluruhnya atau
untuk bagian yang sebanding. Sedangkan penerima hibah wasiat, sebagai penerima hak dengan titel
khusus, tidak ada sangkut-pautnya dengan hutang-hutang itu.
Sifat penunjukan waris tidak berhubungan sama sekali dengan besarnya perolehan. Biasa saja terjadi
bahwa ahliwaris hampir tidak menerima aktiva sedikit pun, sedangkan ia mesti memikul segala
hutang. Malahan. mungkin juga terjadi, bahwa ahliwaris tidak menerima bagian aktif satu pun juga.

Kedudukan hukum dari ahliwaris karena wasiat


Kedudukan hukum dari ahliwaris karena wasiat berada dalam tiga hal dari kedudukan legataris :
1. ahliwaris mempunyai saisine, legataris tidak;
2. ahliwaris mempunyai hereditatis petitio, legataris tidak;
3. ahliwaris ikut memikul hutang-hutang, legataris tidak.
Pasal 1002 membenarkan asas saisine bagi ahliwaris yang dipanggil dengan wasiat, yaitu
sebagaimana pasal 880 membenarkannya bagi ahliwaris karena kematian. Kata-kata terakhir dari
ayat pertama pasal 1002 mengulangi lagi aturan pasal 880. Pasal yang bersangkutan hanya
menyebut barang-barang yang ditinggalkan saja, sedangkan pasal 880 menyebut barang-barang, hak
dan tuntutan hukum. Kedua macam lukisan itu berarti seluruh kekayaan.
Ayat kedua pasal 1002 menyatakan bahwa pasal 881 dan 882 berlaku atas ahliwaris karena wasiat.
Pada umumnya kedudukan hukum dari ahliwaris karena wasiat sama dengan kedudukan hukum
ahliwaris karena kematian. Kedua kelompok itu memikul hutang dan hibah wasiat menurut
perbanding. an. Akan tetapi masih ada titik-titik perbedaan :
1. Dalam penggantian hak karena wasiat, tidak ada pergantian (plaatsvervulling) kecuali pasal 1022.
2: Peraturan tentang hal yang tidak pantas, berlainan (pasal 885 dan 959).

3 . Tidak ada pemasukan untuk ahliwaris karena wasiat.


4. Legitimaris memberati lebih dahulu ahliwaris karena kematian dengan potongan yang tidak
sebenarnya, dan apabila ia belum puas dengan potongan itu, barulah ia berpaling kepada pemberian
karena wasiat. Apabila tidak ada persesuaian tentang.soal siapa yang menjadi ahliwaris dan
demikian juga tentang siapa yang mempunyai saisine, dapatlah hakim memerintahkan agar harta
peninggalan itu ditempatkan di dalam penitipan (sequestratie). Wewenang yang demikian itu,
dimiliki juga oleh hakim apabila ada perbedaan pendapat ayat 2).tentang soal siapa yang menjadi
ahliwaris karena kematian (pasal 880

Bag 6

BAGIAN KEENAM
TENTANGHIBAH WASIAT (LEGAAT)
Definisi Undang-undang melukiskan hibah wasiat itu sebagai suatu penetapan yang khusus, pada
ketetapan mana pewaris memberikan barang-barang tertentu kepada seorang atau beberapa orang,
ataupun barang-barangnya dari suatu jenis tertentu, seperti semua barang yang bergerak atau yang
tidak bergerak atau pakai hasil dari segala barang-barangnya atau sebagian daripadanya. Pemberian
ini dinamakan khusus oleh karena ia merupakan lawan dari penunjukan waris (erfstelling), yang
berupa pemberian bersifat umum. Kalau ahliwaris selaku pengganti menurut hukum dengan titel
umum, maka legataris merupakan pengganti menurut hukum dengan titel khusus. la tidak
meneruskan diri dari pewaris. la adalah orang yang memperoleh hak, sebagaimana halnya dengan
seorang pembeli. q126p

Definisi undang-undang meliputi benda-benda tertentu dan semua benda dari jenis tertentu.
Mestikah objek-objek ini berada dalam harta peninggalan? Sepanjang mengenai benda tertentu,
pasal 1013 memberikan jawabannya dengan jelas sekali. Kalau mengenai benda dari suatu jenis
tertentu, maka soal ini dapatlah dikesampingkan, karena seperti akan saya bicarakan di bawah ini,
pasal 1015, yang menambah pasal 1004, menyatakan juga sah hibah wasiat dari benda berjenis
(soortzaken), yang tidak ada ditinggalkan oleh pewaris. Apabila A menghibah wasiatkan sebuah
rumah kepada X, yang pada saat A meninggal dunia, adalah kepunyaan B, maka hibah ini batal. Akan
tetapi hibah wasiat dari A kepada X sebanyak sebakul gandum, adalah sah, walaupun A tidak
meninggalkan sebutir gandum pun. Hibah wasiat itu mewajibkan ahliwaris untuk membeli sebakul
gandum guna memenuhi hibah wasiat itu.
Kalau hibah wasiat menyebut "segala gandum yang saya tinggalkan", sedangkan ia tidak ada
meninggalkan gandum sedikit juga, maka hibah wasiat itutidak ada artinya. Sekarang, yang menjadi
objek dari hibah wasiat itu bukan lagi sejumlah tertentu dari benda berjenis (generieke zaken), akan
tetapi suatu benda yang tertentu yaitu: apa yang berada dalam gudang saya.
Bentuk khusus pemberianhibah wasiat
Juga penghapusan hutang yang dilakukan dengan wasiat adalah juga hibah wasiat. Hanya dalam
pasal 1014 undang-undang mengingatkan bentuk ini, akan tetapi tidak sebagai hibah wasiat
melainkan sebagai beban. Dari ketentuan yang membicarakan penyerahan atas tuntutan legataris,
ternyata, bahwa pembuat undang-undang melupakan bangunan ini.
juga an hutang tidak termasuk tidak ada dalam pemberian kata-kata sesuatu dari pasal benda 1014,
tertentu karena dari pada harta penghapus-peninggalan. Hal ini dilakukan apabila tagihan atas
debitur dihibah wasiatkan kepadanya sendiri. Dengan demikian hutang itu, sesudah penyerahan
hibah wasiat, akan menjadi hapus oleh percampuran hutang. Kreditur dapat juga menghibah
wasiatkan kepada debitur suatu jumlah yang sama besarnya dengan hutang debitur itu. Hutang itu
akan hapus oleh perjumpaan. Satu dan lainnya sudah pernah dibicarakan. Hasil dari kedua bentuk
hukum ini sama saja dengan penghapusan hutang dengan wasiat. Oleh sebab itu, tidak ada
keberatan sedikit juga untuk menggolongkan penghapusan hutang ke dalam hibah wasiat. Juga
penghapusan hutang ke dalam hibah wasiat. Juga penghapusan hutang itu dapat dikenakan
pemotongan oleh legitimaris, sebagaimana dalam hal-hal yang lain ia mengalami nasib seperti hibah
wasiat juga.
Apayang dibicarakan di atas tadi, berlaku juga dalam hal orang melepaskan dengan wasiat hak
kebendaan atas benda orang lain. Tentang hal ini tidak dibicarakan dalam undang-undang.
Sebagaimana halnya juga dengan penunjukan waris, suatu hibah wasiat tidak perlu berisikan
keuntungan bagi orang yang ditunjuk. Penerima hibah wasiat dapat diwajibkan untuk menyerahkan
sejumlah uang ke dalam budel (hibah wasiat dengan pemasukan). Jumlah ini dapat berupa sebagian
dari nilai yang dihibahkan, akan tetapi dapat juga berupa nilai lawan sepenuhnya. Apabila uang yang
dimasukkan lebih besar jumlahnya daripada hibah, maka legataris akan menolak hibah itu. Dengan
membebani legataris dengan suatu sublegaat atau dengan suatu beban, maka nilai pemberian itu
dapat dikurangi sampai nol. Hibah wasiat yang demikian itu, akan dikenakan potongan untuk bagian
legitim dan dengan demikian akan mempengaruhi sisa yang akan diterima oleh legataris.
Dengan wasiat dapat juga diberikan hak kepada seseorang untuk membelisuatu barang tertentu
dengan harga tertentu atau denganhargayang akan ditaksirkemudian. Sebagaimana orang dapat
menawarkan sesuatu semasa hidupnya, demikian jugalah dengan wasiat, orang dapat menawarkan
sesuatu sesudahmatinya. Sesudah wafatnya orang yang menawarkan,maka orangtawaran yang
mendapat maka antara tawaran dia dengan itu akibat dapat ahli yang menerimanya. waris biasa:
terjadilah Ahliwaris Dengan persetujuanmesti menerimajual-me-
itu,
beli. nyerahkan, Persetujuan dan yang ini 476). mempunyai ditunjuk Kalau harganya mesti mendapat
membayar ditetapkan tawaran (Rb. rendah Alkmaar (oblaat),dengan 27 Januaritujuan
1927,untukNJ.menguntungkan 1927, yang makakita
Orang

Asuransi jiwa

Asuransi jiwa menduduki tempat yang khusus sekali dalam semuanya

ini **** ) Pengambilan asuransi (verzekeringnemer) dapat menunjuk seseorang dengan syarat dapat
ditarik kembali atau tidak dapat ditarik kembali. Asuransi jiwa dengan penunjukan yang dapat ditarik
kembali mendekati hakiki hari hibah wasiat, yaitu pemberian suatu jumlah uang tertentu, yang akan
dibayarkan pada waktu seseorang meninggal dunia, pemberian mana, selama hidup orang yang
memberikan keuntungan dapat ditarik kembali. Keduanya itu demikian banyak persamaannya,
sehingga ada orang yang menyebut "hibah wasiat yang tidak formil". Dengan "tidak formil"
dimaksudkan bahwa persetujuan asuransi jiwa itu memungkinkan dicapainya suatu hasil yang
biasanya hanya dapat dicapai dengan hibah wasiat. Jadi, dengan wasiat.
Menerima dan menolak
Dalam titel keempat belas dan kelima belas, undang-undang membicarakan penerimaan dan
penolakan oleh ahliwaris. Sepanjang mengenai legataris, undang-undang tidak ada membicarakan
hal ini. Ini dapat dimengerti, karena penerimaan warisan jarang membawakan kewajiban bagi
legataris, sehingga dengan penerimaan itu ia hanya akan menjadi lebih baik dan bukanlah menjadi
lebih buruk. Sebagaimana ternyata dari apa yang diuraikan di atas tadi, pewaris dapat mengaitkan
kewajiban pada suatu hibah wasiat, hal mana akan mengakibatkan bahwa legataris, dengan
menerima hibahnya, dapat menderita kerugian. Legataris dapat melepaskan haknya, sebagaimana
orang dapat melepaskan setiap haknya (lihat antara lain pasal 1048). Sebagaimana akan saya
terangkan nanti, legataris itu hanyalah kreditur dari budel, seorang kreditur yang mempunyai
kedudukan yang dalam banyak hal memang menyimpang dari kedudukan kreditur budel lain-
lainnya. Pelepasan dari mereka lebih jitu Kalau dinamakan penghapusan. "Penolakannya" tidak
terikat pada sesuatu bentuk. la mulai berlaku, apabila ia diberitahukan kepada ahliwaris. Setiap
perbuatan hukum sepihak yang tidak terikat pada sesuatu bentuk barulah mempunyai akibat,
apabila orang menyatakan kehendaknya kepada orang yang berwenang menerimanya. Ayat kedua
dari pasal 1048 berisikan, bahwa ketetapan yang menguntungkan seorang ketiga dan yang dikaitkan
kepada suatu pemberian, akan tidak hapus bersama-sama dengan pemberian itu sendiri. Pihak
ketiga yang diuntungkan itu dapat menuntut orang yang akan menerima nilai dari pemberian yang
dilepaskan itu, dalam hal ini, ahliwaris karena wasiat atau ahliwaris karena kematian.

Sifat hak penerima hibah wasiat (legataris)


Persoalan yang penting sekali, yang timbul dari hibah wasiat adalah: Apakah hibah wasiat itu
memberikan suatu hak kebendaan ataukah suatu hak perorangan ?
Ajaran yang umum dianut, menganggap hibah wasiat itu sebagai hak perorangan. Artinya, hanya
dengan meninggalnya pewasiat saja, legataris belum menjadi pemilik dari benda yang dihibahkan
kepadanya, akan tetapi hanya menjadi kreditur saja. Dengan perkataan lain, hibah wasiat bukanlah
suatu cara memperoleh milik, akan tetapi, sebagaimana halnya dengan persetujuan jual-beli, atau
tukar-menukar, atau hibah, hanyalah berupa alas-hak (titel) untuk penyerahan milik. Oleh sebab itu,
berdasarkan hibah wasiat, mestilah ahliwaris menyerahkan benda yang bersangkutan kepada
legataris. Penyerahan ini terjadi dengan cara yang biasa, barang bergerak oleh penye -. rahan dari
tangan ke tangan, barang tidak bergerak dengan pendaftaran akta transport dari notaris di kantor
hipotik, dan hibah wasiat dari suatu tagihan atas nama dengan akta sesi (cessie).
Bahwa hibah wasiat diberikan kepada seorang ahliwaris, hal itu tidak soal. Sudah pernah diadakan
usaha untuk memancing putusan H.R. yang akan menetapkan, bahwa hibah wasiat kepada seorang
ahliwaris tidak akan diserahkan, akan tetapi diperuntukkan saja kepadanya. H.R. telah menolak
uraian yang agak palsu ini (17 Januari 1964, N .J. 1965, 126).

Kedudukan legataris sebagai orang yang berhak perorangan

Legataris, adalah orang yang mendapatkan hak dengan titel khusus. Jadi, ia tidak meneruskan diri
pewaris, akan tetapi ia hanya menggantikannya untuk suatu benda tertentu saja. Oleh karena itu, ia
tidak mempunyai saisine, ia tidak mempunyai hereditatis petitio dan ia tidak bertanggungjawab atau
pun berkewajiban memikul hutang yang ditinggalkan oleh si mati. la berada di luar penyelesaian
harta peninggalan (Hof Arenhem 14 Maret 1900, W. 7466).

Yang termasuk dalam hibah wasiat


Pasal 1010 memerintahkan, bahwa ahliwaris mesti menyerahkan benda yang dihibah wasiatkan itu
dalam keadaan sebagaimana adanya pada hari pewasiat meninggal dunia. Peraturan ini sejajar
dengan peraturan pasal 1427, yang dituliskan untuk setiap penyerahan. Selanjutnya pasal 1010
menetapkan, bahwa benda yang dihibah wasiatkan itu, mesti diserahkan dengan segala apa yang
termasuk di dalamnya. Peraturan ini sama kosongnya dengan peraturan dari ayat pertama pasal
1518. Bahwa suatu benda mesti diserahkan dengan segala apa yang termasuk di dalamnya, adalah
wajar. Yang menjadi soal apa yang termasuk di dalamnya. Pertanyaan ini, tidak terdapat jawaban
dalam kedua pasal ini. Kebiasaanlah yang memberikan putusan dalam hal ini. Untuk hukum
perjanjian berlaku di sini pasal 1374 ayat 3. Di luar hukum perjanjian tidak dituliskan peraturan
umum seperti itu, tetapi meskipun demikian, di sana berlaku juga asas yang menguasai segala-
galanya, yaitu asas mana yang patut dan itikad baik. Apa yang termasuk dalam suatu benda
ditentukan oleh pendapat masyarakat. Acapkali hal ini bersamaan dengan pengertian benda
pembantu (hulpzaak) dan benda ikutan (bijzaak). Akan tetapi hendaklah selalu diingat, bahwa
apakah suatu bagian tertentu merupakan benda pembantu atau benda ikutan dari benda yang
dihibahkan, bukanlah kriterium satu-satunya dan yang memutuskan, oleh karena pengertian benda
pembantu dan benda ikutan adalah pengertian dari hukum benda.

Hasil-hasil
Apabila legataris memasukkan tuntutan penyerahan hibah wasiat itu dalam waktu satu tahun
sesudah meninggalnya pewaris, atau apabila penyerahan dalam waktu itu telah terjadi dengan
sukarela, maka legataris mempunyai hak atas hasil dan rente dari benda yang dihibahkan sejak hari
pewaris meninggal dunia, Kalau ia memasukkan tuntutan itu kemudian, maka ia hanya akan
mempunyai hak atas hasil dan rente sejak hari tuntutan itu dimasukkannya.

Pasal 1007 tidaklah dituliskan untuk pakai hasil


Pembuat undang-undang menganggap cicilan rente cagak hidup dan hak-hak yang seperti itu
sebagai hasil. Hal itu secara ekonomis tidak betul, karena cicilan ini sebetulnya adalah hak yang
dihabiskan dengan cicilan. Pengurusan keuangan yang baik membawakan untuk menganggap tiap
cicilan itu sebagai kapital. * ) Jadi, yang dimaksud oleh undang-undang di sini ialah cicilan dari rente
cagak hidup dan hak-hak lain yang dihibah wasiatkan, bukan hasil dari cicilan itu. Malahan
merupakan pertanyaan, apakah pewasiat dapat menetapkan, bahwa juga hasil dari cicilan itu akan
dihitung sejak hari wafatnya, dengan tidak mempedulikan hari diminta atau hari diserahkannya
hibah wasiat itu (lihat pasal 1287).
Peraturan pasal 1006 dan 1007 hanya berlaku bagi hibah wasiat yang mumni, Pada hibah wasiat
dengan syarat waktu adalah wajar (atau untuk memakai istilah yang sekarang sudah kuno: menurut
maksud dari pewaris), dalam pasal-pasal yang tersebut itu, untuk mengganti hari wasiat dengan hari
dapat ditagih. Apabila suatu wasiat yang baru mesti dibayarkan lebih lama dari satu tahun sesudah
meninggalnya pewaris, oleh ahliwaris sudah dibayarkan dalam satu tahun, maka hal ini tidaklah
memberikan hak kepada legataris untuk menuntut hasil sejak hari meninggal dunia (Hof Leeuwarden
29 Maret 1933, NJ. 1934, 259).
Dalam Hukum Waris, suatu syarat mempunyai juga daya berlaku surut. Sebuah hibah wasiat
diadakan dengan syarat menangguhkan. Kalau syarat itu dipenuhi, maka legataris yang dalam waktu
setahun sesudah pemenuhan syarat itu meminta penyerahan, mempunyai hak untuk menuntut dari
ahliwaris segala hasil yang terkumpul sejak terbukanya harta peninggalan itu?*)

Kewajiban legataris
Legataris memikul pajak yang dibebankan oleh negara atas hibah wasiat. Peraturan ini khusus
berlaku untuk pajak warisan, yaitu pajak yang dipungut oleh negara karena perolehan dengan cuma-
cuma dari budel seorang yang meninggal dunia. Pewaris dapat menetapkan hal yang sebaliknya.
Acapkali pewaris memakai kesempatan ini. Dalam wasiat dapat dibaca klausula: "Saya berikan bebas
dari pajak dan ongkos dan seterusnya, Ahliwaris membayar pajak warisan atas hibah wasiat itu." Hal
ini tidak ada sangkutpautnya dengan ongkos penyerahan hibah wasiat. Ongkos ini memberati
ahliwaris menurut pasal 1431 (Rb. Maastricht 13 Oktober 1949, NJ. 1951, 282):
Hibah wasiat dapat diberati oleh sublegaat atau suatu beban. Apabila kewajiban yang demikian itu
diberatkan kepada beberapa orang legataris bersama-sama, maka tiap-tiap mereka itu berkewajiban
untuk ikut memikul menurut perbandingan perolehannya. Juga di sini dengan tegas diberikan hak
kepada pewaris untuk menetapkan secara lain. Aturan yang dituliskan oleh undang-undang di sini
sebetulnya tidak perlu. Ia hanya menyatakan norma, bahwa apabila lebih dari satu orang terikat
pada satu hutang yang itu juga, maka setiap orang wajib memikul menurut besar-kecil
kepentingannya dalam persekutuan.

Beban dan hibah wasiat


Suatu benda tertentu hanyalah dapat menjadi objek dari suatu hibah wasiat, apabila ia ditinggalkan
oleh pewaris. Apabila pewaris menghibah wasiatkan suatu benda tertentu yang dipunyai oleh orang
lain, maka hibah wasiat itu batal. Ini dapat mengenai suatu benda yang dipunyai oleh seorang
ahliwaris atau legataris atau seorang pihak ketiga, Dalam hal ini, tidak peduli apakah pewaris
mengetahui bahwa barang itu tidak dipunyainya. * )
Yang menjadi soal di sini adalah saat terbukanya harta peninggalan. Apabila wasiat itu diperbuat
pada saat sebelumnya pewasiat menjadi pemilik dari benda yang dihibah wasiatkan, akan tetapi
benda itu menjadi miliknya sebelum ia meninggal, maka pemberian itu sebagai hibah wasiat, sah
adanya. Dan pemberian itu batal, apabila pewaris mempunyai benda itu pada waktu wasiatnya
diperbuat, akan tetapi menjualnya sesudah itu. Walaupun demikian, peraturan yang kelihatannya
sederhana ini, mempunyai juga peristiwa perbatasan, yang membuat kita ragu-ragu. Saya berikan
beberapa contoh. A telah menjual dan menyerahkan sebuah rumah kepada B. B mesti membayar
harga pembeliannya. B menghibah wasiatkan rumah itu kepada X dan meninggal sebelum
pembayaran harga pembelian. Ahliwaris dari B telah lalai untuk membayar harga pembeliannya.
Oleh sebab itu, maka A, berdasarkan pasal 1302 memperoleh pembubaran. Apakah X dibiarkan saja
dengan hasilnya, apabila kemudian ternyata, bahwa B bukan pemilik dari rumah itu, atau dapatkah
kita memberikan kepada X hak untuk menuntut ahliwaris dari B? Bagaimana kalau B telah membeli
sebuah rumah yangbesok lusa akan diserahkan kepadanya; ia sudah menghibah wasiatkan kepada X,
akan tetapi besok lusa meninggallah B ini.

Pasal-pasal tafsiran
Apabila pewaris menghibah wasiatkan hasil dan pendapatan dari suatu benda atau dari
kekayaannya, sedangkan ia tidak mempergunakan "pakai hasil" atau kata "pakai", maka legataris
hanya memperoleh hak perorangan atas hasil dan pendapatan, dan bukan hak kebendaan pakai
hasil atau hak pakai. Bedanya, tetap diurus oleh ahliwaris. Ahliwaris berkewajiban untuk
membayarkan hasil pendapatan kepada legataris.
Selain pasal 1017, pasal 1018 juga tidak diperlukan. Malahan juga tanpa ketentuan ini, tidak ada
orang yang akan menganggap hibah wasiat kepada seorang kreditur sebagai pembayaran hutang.
Kenapa menyebut pesuruh di samping kreditur? Mungkin juga oleh karena pembuat undangundang
seratus tahun yang telah lalu, mengira bahwa orang-orang dari golongan atas akan merasa
tersinggung apabila pesuruh dinamakan juga kreditur.

Pengurangan hibah wasiat


Saya sudah beberapa kali membicarakan pengurangan hibah wasiat dengan cara sebanding (seperti
pada pengurangan oleh tuntutan berdasarkan hak legitim), yaitu apabila harta peninggalan itu
diterima dengan hak memperinci budel dan sesudah dibayar segala hutang, aktiva tidak mencukupi
untuk memenuhi semua hibah wasiat sebanyak jumlah nominalnya. Pewaris dapat menetapkan,
bahwa hibah yang satu dibayar lebih dahulu dari yang lain. Hal ini dinamakan praelegaat.
Pengurangan secara sebanding itu, akan terjadi atau akan dapat terjadi, apabila harta peninggalan
itu dinyatakan palit atau apabila terjadi penyisihan budel (boedelafscheiding), lihat pasal 198 dan
seterusnya F dan 1153 dan seterusnya.

qou Hanyalah beberapa ketentuan di sana-sini yang dituliskan oleh undangundang untuk beban.
Pembicaraan bentuk hukum ini secara umum tidak ada dilakukan. Untuk ketentuan yang satu-satu
dipersilahkan melihat pasal 1009, 1012, 1014, 1051. Dalam beberapa dari pasal-pasal ini, beban itu
dinamakan "syarat". " 3] visier 1002"<
Beban adalah tiap pemberian keuntungan dengan wasiat, yang bukan penunjukan waris dan bukan
hibah wasiat. Penunjukan waris (erfstelling) adalah pemberian seluruhnya, atau bagian yang
sebanding. Hibah wasiat adalah pemberian kepada seorang tertentu yang terdiri dari suatu benda
tertentu dari harta peninggalan, atau yang terdiri dari sejumlah tertentu dari benda yang dapat
diganti. Jadi, untuk beban tinggal lagi: kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu,
dan kewajiban untuk memberi, yang terdiri dari suatu benda tertentu, yang tidak termasuk harta
peninggalan, atau yang terdiri dari suatu benda atau sejumlah uang yang memang termasuk harta
peninggalan, pemberian mana diserahkan kepada satu atau beberapa orang yang tidak ditentukan
dengan khusus. Beban itu dapat diberatkan kepada setiap orang yang diuntungkan dengan wasiat,
kepada ahliwaris karena wasiat, kepada legataris atau kepada orang yang mendapat keuntungan
dari beban.

BAGIANKETUJUH
TENTANG PENUNJUKKAN WARIS MELALUI TANGAN
YANG DIBOLEHKAN UNTUK CUCU DAN KETURUNAN DARI SAUDARA
Peristiwa fidei-komis murni dibolehkan *)
Dalam bagian yang terdahulu telah saya bentangkan arti fidei-komis. Telahsayakemukakan di sana,
bahwa ada dua bentuk pemberian fidei-komis, yaitu pertama, di mana orang yang dibebani
berkewajiban menyimpan, dan kedua, di mana orang yang mengharapkan hanyalah berhak atas
bendabenda yang akan ditinggalkan oleh orang yang dibebani sejauh tidak dijualnya atau tidak
dihabiskannya. Yang kedua ini, fidei-komis de residuo, diizinkan oleh undang-undang, sedangkan
yang pertama, fidei-komis yang murni, pada asasnya dilarang oleh undang-undang.
Dalam bagian ketujuh dari titel ini, disebutkan oleh undang-undang peristiwa-peristiwa di mana
dibolehkan fidei-komis yang murni. Seorang pewaris boleh menunjuk sebagai orang yang dibebani
dengan fidei-komis itu satu orang atau lebih dari anak-anaknya, atau satu orang atau lebih dari
saudaranya, dan dalam hal seorang anak atau saudara meninggal lebih dahulu, satu orang atau lebih
dari anak-anak mereka itu dan sebagaiorangyang mengharapkan boleh ditunjuk semua anak dari
orang yang dibebani yang pada saat meninggalnya pewaris sudah lahir atau akan lahir. Sebagaimana
halnya pada setiap ketentuan, kecualian hendaklah kita berhati-hati sekali dengan penafsiran yang
luas (extensief). Sejauh mana kita akan menafsirkan sesuatu itu, acapkali bergantung pada pendapat
kita pribadi. Saya tidak akan berkeberatan apabila sebagai orang yang dibebani diangkat seorang
cicit, yaitu apabila kedua angkatan yang berada di antara mereka itu sudah meninggal lebih dahulu.
Apabila undang-undang mengatakan: Anak-anak dan apabila mereka sudah meninggal lebih dahulu,
cucu-cucu -, dan apabila juga mereka itu sudah meninggal lebih dahulu, cicitnya.

Kedudukan hukum dari orang yang dibebani


Orang yang dibebani, berkewajiban untuk membayar (pasal 1021 dan 1022). Hal ini mengandung
kewajiban untuk menyimpan. Haknya berakhir pada waktu wafatnya, atau pada suatu saat yang lain.
Saat ini tidak boleh berada sesudah matinya orang yang dibebani. Apabila saat itu berada sebelum
matinya, maka baru pada saat matinya akan dapat diketahui dengan pasti, siapa orang yang
mengharapkan. (Biasanya insteller (orang yang mengadakan fidei-komis) menetapkan perpindahan
dari orang yang dibebani kepada orang yang mengharapkan pada saat meninggalnya orang yang
dibebani. Dalam hal yang di bawah ini saya akan bertitik tolak dari sana).
Jadi, orang yang dibebani mempunyai hak milik sementara. Atas hak miliknya berada beban
kebendaan, bahwa pada saat matinya, benda bersangkutan akan berpindah kepada orang lain.
Dengan syarat yang menangguhkan, bahwa semua orang yang mengharapkan akan meninggalkan
sebelum orang yang dibebani, ataupun bahwa semua orang yang mengharapkan melepaskan
haknya, maka orang yang dibebani itu akan menjadi pemilik penuh. Sebagaimana halnya pada syarat
membubarkan, maka miliknya adalah bersifat sementara,

Pelepasanolehorang yang dibebani dan olehorang yang mengharapkan


Hubungan fidei-komis dapat berakhir sebelum ia berakhir menurut kehendak insteller (orang yang
mengadakan fidei-komis). Orang yang dibebani dapat menjual atau menghibahkan dan
menyerahkan benda fideikomis kepada orang yang mengharapkan. Hubungan fidei-komis itu akan
hapus oleh percampuran.
Orang yang dibebani, dapat juga melepaskan haknya berdasarkan persetujuan dengan orang yang
mengharapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan titel yang memberatkan atau dengan cuma-cuma.
Orang yang dibebani dapat juga melepaskan berdasarkan suatu ketetapan kehendak yang sepihak.
Pelepasan itu terjadi dengan cuma-cuma. Pelepasan sama sekali bukan hibah formil. Oleh karena itu,
tidak diperlukan akta notaris. Pelepasan terjadi tanpa sesuatu bentuk.*)

Kedudukan hukum dari orang yang mengarapkan

Persoalan yang maha penting di sini adalah: Apakah orang yang meng. harapkan, selama orang yang
dibebani itu menjadi orang yang berhak, mempunyai suatu hak ataukah ia hanya mempunyai
sesuatu harapan saja? Paham kunoyangmengatakanbahwa orang yang mengharapkan akan
mewarisi bukan dari insteller (yang membuat fidei-komis), akan tetapi dari orang yang dibebani,
telah menimbulkan pendapat, bahwa orang yang mengharapkan hanyalah mempunyai harapan saja,
karena terhadap orang itu, selama yangdibebani masih hidup, harta peninggalan itu belum terbuka.
Pendapat bahwa orang yang mengharapkan adalah ahliwaris dari orang yang dibebani, telah
ditinggalkan oleh H.R. dalam putusannya tanggal 10 Maret 1882 (W. 4757). Bahwa orang yang
mengharapkan tidak ada mempunyai hak, diajarkan oleh banyak orang, juga sekarang ini .* ) Kata-
kata permulaan dari pas. 1024 sudah pasti telah menimbulkan paham itu. Menurut anggapan saya,
yang lebih mempunyai arti yang memutuskan untuk menjawab persoalan ini, adalah sifat dari apa
yang akan diperoleh oleh orang yang mengharapkan. Orang yang mengharapkan adalah ahliwaris
atau legataris dengan syarat menangguhkan, yaitu bahwa hidupnya akan lebih lama daripada orang
yang dibebani. Sebagaimana halnya pada setiap pemberian bersyarat yang dilakukan dengan wasiat,
maka orang yang mengharapkan tidak meninggalkan apa-apa bilamana ia meninggal dunia sebelum
syarat itu dipenuhi (pas. 1044). Bahwa haknya untuk menuntut akan hapus, apabila orang yang
mengharapkan itu akan meninggal sebelum orang yang dibebani, dan apabila ia tidak
mempunyaiketurunan, tidak akan terjadi pergantian, sama sekali bukan menjadi alasan bagi
pendapat, bahwa la tidak ada mempunyai hak, akan tetapi hanya mempunyai harapan saja. Akan
tetapi kalau begitu, apa bedanya kedudukan dari orang yang mengharapkan, dibandingkan dengan
kedudukan dari setiap orang lain yang mempunyai hak dari wasiat yang bersyarat menangguhkan?
Saya tidak melihat adanya perbedaan, selain dari yang telah saya katakan di atas tadi, yaitu di sini
terdapat syarat tanpa daya berlaku surut. Bahwa orang yang mengharapkan itu dapat melakukan
berbagai macam tindakan untuk melindungi kedudukannya (pendaftaran, mendapatkan jaminan,
pengelolahan, pengumuman) memperkuat pendapat, bahwa kita di sini berhadapan dengan hak
yang bersyarat (lihat pas. 1298).

Hak bersyarat dari orang yang mengharapkan itu dapat diasingkan dan masuk ke dalam persekutuan
perkawinan.
Hak itu akan hapus apabila orang yang mengharap meninggal sebelum orang yang dibebani dan
tidak terjadi pergantian. la juga akan hapus apabila orang yang mengharapkan melepaskan haknya.
Milik sementara dari orang yang dibebani akan menjadi milik penuh. Hak bersyarat dari orang yang
dibebani akan menjadi hak yang murni disebabkan oleh pelepasan yang dilakukan oleh orang yang
mengharapkan. Pelepasan ini bersifat definitif. dalam arti bahwa ia akan tetap berlaku, meskipun
orang yang mengharapkan akan meninggal dunia sebelum orang yang dibebani.
Tidak selalu terjadi, bahwa orang yang mengharapkan mempunyai kekayaan yang sama dengan
kekayaan yang dahulu dipunyai oleh orang yang dibebani. Perikatan antara insteller dengan orang
yang dibebani boleh dikatakan sedang tidur, selama orang yang dibebani menguasai kekayaan itu,
Oleh karena sekarang orang yang mengharapkan mempunyai hak yang murni, maka perikatan ini
bangun kembali. Sebaliknya, perikatan antara insteller dengan orang yang mengharap akan hapus
oleh percampuran pada saat orang yang mengharapkan menerima kekayaan itu.

Pengelola
Menurut pas. 1066 dan seterusnya pewaris mempunyai wewenang untuk mengadakan pengelolaan
atas benda-benda yang diberikannya dengan wasiat, Jadi, ia juga mempunyai wewenang untuk
meletakkan dalam pengelolaan apa yang akan diperdapat oleh seorang tertentu sebagai yang
mengharapkan, terhitung mulai hari menjadi penuhnya hak orang yang mengharapkan itu. Harapan
sebagai harapan tidak dapat diletakannya di bawah pengelolaan, oleh karena pengelolaan dari pas.
1066 terutama sekali bertujuan untuk melindungi seseorang tertentu terhadap dirinya sendiri. Jadi
pengelolaan ini tidak dapat diadakan untuk apa yang akan ditinggalkan sebagai harta yang akan
ditinggalkan. Demikian juga ia bebas untuk meletakkan dalam pengelolaan benda yang
ditinggalkannya selama jangka waktu orang yang dibebani itu akan menjadi pemilik. Walaupun
demikian, bukanlah tidak ada gunanya, bahwa pembuat undang-undang telah memberikan
wewenang ini dengan kata-kata yang tegas, karena alasan yang masuk akal dari pas. 1066 untuk
sebagian adalah lain dari alasan pengelolaan atas benda-benda yang diberati dengan fidei-komis.
Kalau pengelolaan dari pas. 1066 pertama adalah untuk melindungi yang berhak terhadap diri
sendiri, maka pengelolaan dari pas. 1025 terutama sekali adalah untuk melindungi kepentingan
orang yang mengharapkan terhadap orang yang dibebani.
Di tempat-tempat lain didapati juga pengelola: Dalam perwakilan (pas. 370), dalam kuratil (pas. 380),
dalam hal orang tidak ada di tempat (pas. 409) dan pada pakai hasil (pas. 836 dan seterusnya) .* )
Setiap pengelola mestilah ditetapkan menurut tujuan ini, yaitu sepanjang undang-undang tidak
mengaturnya. Kita tidak boleh sama sekali memakai begitu saja secara analogis, ketentuan yang
ditulis untuk pengelolaan dalam bentuk yang satu bagi pengelolaan dalam bentuk yang lain (lihatlah
catatan Meijers di bawahputusan H.R. tgl. 6 Pebruari 1941, N.J. 1941, 199).
Undang-undang menunjuk untuk pengelolaan ini kepada pas. 836 dan seterusnya pengelolaan pada
pakai hasil, menurut sifatnya paling banyak persamaannya dengan pengelolaan dari benda yang
diberati dengan fidei-

Kewajiban untuk mendaftarkan dan menjamin


Undang-undang meletakkan berbagai macam kewajiban atau pundak orang yang dibebani, yang
berupa berbagai macam peraturan untuk melindungi orang yang mengharapkan.
Dalam waktu satu bulan sesudah meninggalnya insteller, mestilah orang yang dibebani mengadakan
pendaftaran atas permintaan pengelola, atau orang yang mengharapkan atau kejaksaan. Kalau hal
itu mengenai suatu hibah wasiat fidei-komis, maka mestilah orang yang dibebani membuat daftar
yang khusus bagi benda yang dibebani. Inventaris dan daftar mestilah berisikan anggaran dari barang
bergerak. Mengenai uraian dari barang tidak bergerak, tidak ada ditentukan apa-apa oleh undang-
undang. Apabila orang yang dibebani tidak memenuhi kewajibannya, maka dapatlah inventaris atau
daftar itu dibuat sendiri oleh yang berkepentingan atau pengelola. Tidak perlu diterangkan lagi
bahwa orang yang dibebani itu sendiri dapat membuat inventaris atau daftar itu tanpa ada
permintaan untuk itu kepadanya.

Mengurus dan menguasai sepenuhnya


Ahliwaris atau legataris yang dibebani boleh menguasai sepenuhnya akan haknya, artinya menguasai
benda yang dibebani dengan penyerahan. Boleh jugakah ia menguasai sepenuhnya benda itu
dengan segala kebebasan? Tidak, karena ia mesti menjaga, kalau ia meninggal dunia, benda itu akan
diterima oleh orang yang mengharapkan. Dalam hubungan ini disebutkan oleh undang-undang,
barang tidak bergerak, rente dan tagihan utang. Walaupun demikian, apa yang dikatakan itu berlaku
bagi semua benda. Orang yang dibebani mengurus benda-benda itu, kecuali apabila ada seorang
pengelola.
Banyak alasan untuk melaksanakan secara analogis suatu pasal seperti pas. 819. Tentang beban dan
sebagainya, disamakan oleh undang-undang dengan pemakai hasil.

Pengumuman apabila orang yang mengharapkan dibebani tanpatelah


izin menguasai tidak fidei-komis hakimApakah bergerak, sepenuhnya itu dan orang sepanjang tanpa
dan ketiga untuk suatu persetujuan mengenai akan tagihan benda aman, benda semua atas hipotek,
nama, ini, orang ada dimungkinkanini ini yang diumumkan. tergantung dilakukan oleh dengan Untuk
padaundang-apakahbendamen-

undang untuk mengadakan pengumuman. Hal catat dalam register di kantor hipotek. Undang-
undang tidak ada mengatakan, siapa yang mesti membuat pengumuman. Pada pokoknya, yang
meng. umumkan ini adalah orang yang dibebani. Orang yang mengharapkan mempunyai hak. untuk
menuntut orang yang dibebani agar ia melakukan pengumuman, karena hal itu merupakan tindakan
untuk kepentingan orang yang mengharapkan (pas. 1035 ayat 2). Apabila orang yang dibebani tidak
melakukan pengumuman, bahwa benda itu telah diberati secara fidei-komis, maka dapatlah orang
ketiga yang tidak mengetahui akan adanya fidei-komis itu, membeli benda itu dari orang yang,
dibebani sebagai milik penuh. Orang ketiga ini aman terhadap tuntutan dari orang yang
mengharapkan. Peng. umuman hanyalah bertujuan, untuk memperingatkan orang yang tidak
mengetahui. Seorang ketiga, walaupun tidak ada pengumuman, yang mengetahui adanya ikatan
fidei-komis, itu bukanlah seorang yang beritikad baik dan oleh karena itu tidak mendapat
perlindungan .* ) Di sini pengumuman hanyalah mempunyai fungsi sebagai pelindung lalu-lintas
masyarakat. Ia bukanlah syarat untuk terjadinya suatu ikatan fidei-komis.

BAGIANKEDELAPAN
TENTANG PENUNJUKAN WARIS MELALUI
TANGAN, YANG OLEH SI WARIS ATAU SI PENERIMA HIBAH WASIAT DITINGGALKAN KARENA TIDAK
DIASINGKAN ATAU TIDAK DIHABISKAN
Fidei-komis de residuo *)
Fidei-komis de residuo, adalah pemberian secara fidei-komis - penunjukan waris atau hibah wasiat -
di mana orang yang dibebani boleh mengasingkan atau menghabiskan bendanya sehingga hanyalah
sisanya sajayang diserahkan kepada orang yang mengharapkan. Ciri yang penting pada fidei-komis
yang murni, yaitu kewajiban untuk menyimpan yang diberatkan kepada orang yang dibebani, tidak
ada di sini. Jadi, bendanya tidak dikeluarkan dari lalu-lintas dan pemberian dobel hanyalah ada
sepanjang ada yang ditinggalkan oleh orang yang dibebani. Tidak mengherankan, bahwa pembuat
undang-undang tidak mempunyai keberatan terhadap fidei-komis bentuk ini, dan telah
membolehkannya dalam arti yang seluasluasnya (pas, 928). Insteller boleh saja menunjuk setiap
orang ketiga sebagai orang yang dibebani, dan menunjuk setiap orang lain, dan kalau orang ini
meninggal lebih dahulu, segala anak-anaknya yang sah sebagai orang yang mengharapkan. Antara
insteller, yang dibebani dengan yang mengharapkan tidak perlu ada sesuatu hubungan keluarga.
Bentuk hukum ini memenuhi suatu kebutuhan masyarakat. Apabila orang hendak mengangkat B
sebagai ahliwaris, dan A sebagai pemakai hasil, akan tetapi orang mengkhawatirkan, bahwa hasil
kapital tidak mencukupi untuk nafkah A, maka dapatlah A diangkat sebagai orang yang dibebani dan
B menjadi orang yang mengharapkan fidei-komis de residuo. A tidak bergantung pada B apabila ia
hendak menjual. Sebagaimana telah saya katakan dahulu, kedudukan B adalah seperti orang yang
mengharapkan burung terbang tinggi. Adalah tergantung dari A sama sekali apakah akan ada yang
tersisa bagi B. A berhak untuk menghabiskan semuanya. Walaupun demikian, maksud pewaris
acapkali agar A akan memakai wewenangnya untuk

Kedudukan orang yang dibebani dan orang yang mengharapkan .


Dengan mengecualikan titik perbedaan - wewenang untuk menjual dan menghabiskan dari orang
yang dibebani - maka hubungan pada fideikomis de residuo pada asasnya sama dengan hubungan
pada fidei-komis yang murni. Juga di sini timbul pertanyaan, apakah orang yang mengharapkan
mempunyai suatu hak atau suatu harapan saja? Di sini hak orang yang dibebani dapat berakhir tidak
saja pada saat matinya, tetapi juga pada suatu saat yang lain, orang yang dibebani atau orang yang
mengharapkan dapat melepaskan. Apabila semua orang yang mengharapkan meninggal lebih
dahulu, maka bagi orang yang dibebani itu, pemberian itu menjadi bebas dari bebannya. Insteller
dapat mengangkat seorang pengelola di atas orang yang mengharapkan sampai waktu orang ini
akan dapat menikmati, dan ia dapat mengangkat seorang pengelola di atas orang yang dibebani.
Pada fidei-komis yang muri, pengelola di atas orang yang dibebani itu adalah untuk melindungi
orang yang mengharapkan terhadap orang yang dibebani pada fidei-komis de residuo, maka
pengelola atas orangyangdibebaniituadalah pengelola dari pasal 1066, yang diangkat untuk
melindungi orang yang dibebani yang pemboros terhadap dirinya sendiri. Di sini orang yang
mengharapkan tidak, dapat menuntut perlindungan, karena ia berhadapan dengan orang yang
dibebani, yang mendapat kebebasan untuk menghabiskan segalanya. Akan tetapi secara tidak
langsung hal itu akan menguntungkan orang yang mengharapkan, karena hal ini akan memperkecil
kemungkinan bahwa orang yang dibebani akan tidak ada atau sedikit

Mengasingkan dan menghabiskan


Yang diserahkan kepada orang yang mengharapkan hanyalah apa yang ada, yang belum diasingkan,
pada waktu berakhirnya hak dari orang yang dibebani. Orang yang dibebani boleh mengasingkan
dan menghabiskan. Apa yang dikatakan mengasingkan tidak sukar menentukannya, akan tetapi yang
menjadi persoalan apa yang dimaksud oleh undang-undang di sini dengan kata menghabiskan.

Hasil dari pendapat yang terakhir lebih kurang lagi saya setuju daripada yang saya kemukakan.
Dalam suatu peristiwa, di mana suatu kekayaan tidak dapat dibagibagi, dan di mana fidei-komis de
residuo menjadi bahagian darinya, telah diputuskan oleh H.R ., bahwa apabila suatu utang belum
dilunasi, orang mesti memberatkan (omslaan) menurut perbandingan. Hal ini mengenai antara lain
janji dari orang yang dibebani untuk menghibahkan sesuatu, yang oleh ahliwaris orang yang dibebani
hendak diberatkan seluruhnya atas fideikomis. Dalam hal ini telah diputuskan oleh H.R ., bahwa
orang yang dibebani tidak berkuasa untuk memberatkan suatu utang atas kekayaan fidei-komis,
hanyalah dengan mengadakan pembukuan saja (31 Januari 1936, NJ. 1937, 877). Untuk persoalan
prinsipil vang timbul dari perkara ini lihatlah catatan dari Maijers di bawah putusan H.R. ini. N.J.
1937, halaman 1215/6.

Beban pembuktian
Dahulu orang menganut ajaran, bahwa orang yang mengharapkan, apabila jangka waktu beban itu
sudah berakhir, mesti membuktikan, apa yang masih ada sebagai yang belum diasingkan atau yang
belum dihabiskan. Demikian antara lain H.R. 24 Juni 1859, W. 2098. Kemudian orang mendapatkan
pandangan yang lain dan lebih baik, yaitu ahliwaris dari orang yang dibebani diwajibkan
membuktikan apakah yang telah diasingkan dan dihabiskan. Kalau ia tidak berhasil membuktikannya,
maka orang yang mengharapkan mempunyai tagihan atas mereka sebanyak nilai yang akan dipunyai
sekarang oleh benda fidei-komis yang ditinggalkan oleh insteller.

BAGIANKESEMBILAN

TENTANG MENARIKKEMBALI DAN GUGURNYA WASIAT


Menarik kembali dengan tegas
Bagian kesembilan menyebutkan tentang menarik kembali dan gugurnya wasiat. Menarik kembali,
ialah berdasarkan atas kehendak pewaris. Suatu wasiat gugur, apabila pelaksanaannya tidak dapat
berlangsung misalnya karena tidak ada yang akan diberikan.
Penarikan kembali itu dapat terjadi dengan tegas. Dapat juga terkandung dalam pemberian yang
berlawanan dalam wasiat yang kemudian (penarikan kembali secara diam-diam); atau dapat juga
tersimpul dalam perbuatan pewasiat di luar wasiat yang datang kemudian, sehingga yang diberikan
itu tidak termasuk dalam harta peninggalannya, sedangkan perbuatan itu dengan jelas menyatakan
adanya kehendak untuk menarik kembali pemberian itu.

Menarikkembali secara diam-diam


Penarikan kembali secara diam-diam itu, biasanya terjadi secara berikut : Dalam wasiat yang kedua
pewasiat membuat suatu pemberian yang tidak dapat disesuaikan dengan pemberian wasiat yang
pertama, Apabila dalam wasiat yang pertama telah dihibahkan semua benda tidak bergerak kepada
A, dan dalam wasiat yang kedua dihibahkan sebuah rumah kepada B, maka wasiat yang pertama
telah ditarik kembali untuk sebagian. Akan tetapi tidak selalu dapat dipastikan, apakah kita
menghadapi suatu penarikan kembali secara diam-diam. Ini adalah soal tafsiran. Apabila dalam
wasiat yang pertama semua benda tidak bergerak dihibahkan kepada A dan dalam wasiat yang
kedua pakai hasil dari harta peninggalannya dihibahkan kepada B, maka akan dapat diperdebatkan
apakah :
a. hibah wasiat yang pertama hanyalah mengenai milik gundul daribenda tidak
bergerak saja, ataukah,
b. kedua wasiat itu diterima, akan tetapi dalam arti, bahwa B hanyalah akan menerima
pakai hasil dari benda bergerak saja.

Pemberian dengan syarat yang menangguhkan dan dengan ketentuan waktu


Pas. 1044 menyebut syarat menangguhkan, pas. 1045 menyebut ketentuan waktu. Kata-kata yang
dipergunakan dalam pasal yang. terakhir tidaklah begitu bagus, karena disebut tentang syarat, yang
hanya menang. guhkan pelaksanaan.
Pas. 1044 berisikan, bahwa pemberian dengan syarat menangguhkan tidak berpindah kepada
ahliwaris dari orang yang diuntungkan, apabila orang yang diuntungkan itu meninggal dunia sebelum
syarat itu terpenuhi. Ini berarti pelanggaran atas asas berlaku surut dari pemenuhan syarat.
Pelaksanaan asas ini membawakan, bahwa pada waktu syarat dipenuhi, maka dianggaplah orang
yang diuntungkan itu telah menerima pemberian itu dengan murni pada saat meninggalnya pewaris.
Hal mana akan membawakan, bahwa ia telah meninggalkan hak ini kepada ahliwarisnya.
Ketentuan ini tidak berlaku bagi syarat membubarkan. Apabila syarat membubarkan terpenuhi
sesudah satu abad, maka benda yang diberikan itu kembali lagi ke dalam harta peninggalan pewaris.
Pas. 1045, yang menyebutkan ketentuan waktu, telah menguatkan paham yang tidak dibantah, yaitu
seorang yang berhak dengan ketentuan waktu mempunyai hak yang penuh, yang hanyalah dalam
pelaksanaannya ditangguhkan dan ada yang ditinggalkannya kepada ahliwarisnya. Ketentuan waktu
ini ada yang berbentuk menangguhkan dan ada yang berbentuk membubarkan. Daya berlaku surut
tidak ada di sini *). Ketentuan waktu dalam
Dua sebab gugurnya hibah wasiat
Dalam pas. 1046 sampai dengan 1048 disebutkan oleh undang-undang. dua sebab bagi gugurnya
hibah wasiat, yaitu tidak adanya benda yang diberikan dan tidak adanya orang yang diuntungkan.
Suatu hibah wasiat akan gugur, apabila sebelum meninggalnya pewasiat benda yang dihibah
wasiatkan itu musnah sama sekali. Apabila benda itu musnah sebagian, maka hibah itu tetap berlaku
untuk bagian yang tersisa.
Hibah wasiat itu juga akan gugur, apabila benda yang dihibahkan itu musnah sesudah meninggalnya
pewasiat tanpa bantuan debitur (biasanya ahliwaris), malahan juga manakala debitur lalai untuk
menyerahkan benda yang dihibahkan itu, sedangkan benda itu jikalau ia berada dalam tangan
legataris, juga akan musnah, Pelaksanaan dari pas. 1480.

Pertambahan (aanwas)
Biasanya kata pertambahan ini sebagai istilah hukum berarti, bahwa apabila seorang yang berhak
untuk sebagian, keluar dari suatu milik-serta (medeeigendom), maka haknya berpindah kepada
peserta yang lain-lain. Apabila ada lima orang duduk dalam suatu persekutuan dan yang seorang
keluar, maka bagian dari setiap orang yang tinggal akan bertambah, yaitu dari seperlima menjadi
seperempat bagian. Dalam hukum kita bentuk ini hanyalah ada pada beberapa milik-serta yang
terikat saja. Sebagai contoh saya kemukakan keluarnya seorang anggota dari suatu perkumpulan
yang tidak bersifat badan hukum dan apabila suami atau isteri melepaskan per-

Pernyataan gugur karena beban tidak dipenuhi


Oleh karena suatu beban tidak dilaksanakan (undang-undang dengan salah menyebut syarat) dapat
dimintakan pernyataan gugur dari pemberian kepada mana beban itu dikaitkan. Pernyataan gugur
ini dapat diminta oleh orang yang berkepentingan pada gurunya pemberian itu. Apabila beban itu
diberatkan kepada seorang waris karena wasiat, maka yang berkepentingan itu adalah ahliwaris
karena kematian. Apabila beban itu diberatkan kepada seorang legataris, maka ia adalah ahliwaris
karena wasiat, atau apabila orang ini tidak ada, ahliwaris karena kematian. Hal ini berlaku juga bila
orang yang dibebani dengan beban itu juga menjadi salah seorang dari para ahliwaris karena
kematian.

Museum wet ( undang-undang museum) tgl. 1 Mei 1925*


Pewaris yang meninggalkan koleksinya kepada suatu museum, biasanya juga meninggalkan intruksi
kepada legataris, yang berisikan cara bagaimana akan diperbuatnya dengan benda yang dihibah
wasiatkan, misalnya beberapa buah barang koleksi itu akan dipamerkan secara permanen kepada
publik hal ini dilakukannya untuk menghalangi barang itu akan disimpan saja di dalam gudang. Tidak
jarang terjadi, bahwa pemilik museum - terutama sekali apabila pemilik itu pemerintah (museum
kotapraja) -tidak menghiraukan sedikit juga ketentuan dalam wasiat itu. Hanyalah ahliwaris yang
dapat bertindak terhadap hal itu, akan tetapi mereka jarang memperhatikannya, dan sesudah
beberapa tahun perhatian ini akan hilang sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai