Anda di halaman 1dari 4

LYDIA RIAMA PANGARIBUAN

6051801309
UAS HUKUM WARIS KUHPERDATA
KELAS B

1. Mengapa membuat testamen secara timbal balik dilarang? Jelaskan!


KUHPerdata sudah jelas melarang testamen timbal balik dengan adanya Pasal 930
yang berbunyi, “Tidaklah diperkenankan dua orang atau lebih membuat wasiat dalam satu
akta yang sama, baik untuk keuntungan pihak ketiga maupun berdasarkan penetapan timbal
balik atau bersama.” Maka alasan pertama adalah karena hukum telah melarang hal tersebut.
Alasan kedua dapat dilihat dalam unsur-unsur testamen berdasarkan Pasal 875
KUHPerdata yaitu berlaku setelah pembuat testamen meninggal, dapat dicabut kembali,
bersifat pribadi, dilakukan dengan cuma-cuma, merupakan perbuatan hukum sepihak, dan
dibuat dengan akta (baik di bawah tangan maupun autentik). Unsur-unsur yang berlaku
sebagai larangan untuk testamen timbal balik adalah pembuat testamen yang sudah
meninggal, dilakukan cuma-cuma, dan merupakan perbuatan hukum sepihak. Secara logika
apabila testamen dilakukan secara timbal balik, perbuatan hukum tersebut bertujuan untuk
saling menguntungkan dan bukan lagi secara cuma-cuma atau sepihak. Nyatanya pun tidak
mungkin dilakukan, seorang ibu yang meninggalkan harta bagi keluarganya sebagai ahli waris
ketika sudah meninggal dunia tidak mungkin memperoleh atau menikmati harta dari
anaknya. Andaikan testamen dapat dilakukan secara timbal balik, maka ibu yang sudah
meninggal tersebut harus bangkit dari kematian untuk memperoleh harta warisan anaknya.
Penyerahan harta warisan secara testamen pun dapat dikategorikan sebagai perjanjian
sepihak. Contoh untuk perjanjian sepihak pun didapatkan perjanjian hibah. Dalam hukum
perdata, perjanjian sepihak membebankan kewajiban hanya pada satu pihak sedangkan pihak
lain memiliki hak. Pengertian ini sama persis dengan unsur-unsur testamen yang tertulis
dalam Pasal 875 KUHPerdata. Kewajiban pembuat testamen adalah harus sudah meninggal
sehingga ahli waris testamen memperoleh hak untuk mendapatkan harta dari pembuat
testamen. Oleh karena itu pada dasarnya testamen yang merupakan perjanjian sepihak tidak
dapat dilakukan testamen timbal balik seperti jual beli atau sewa menyewa yang merupakan
perjanjian timbal balik.

2. Ketika pewaris meninggal dunia, bagaimana caranya untuk mengetahui isi


testamen olografis yang diserahkan secara tertutup? Jelaskan!
Isi dari testamen olografis tertutup dapat diketahui lewat notaris yang secara prosedur
harus menyampaikan wasiat tertutup tersebut kepada Balai Harta Peninggalan yang dalam
daerahnya warisan itu terbuka. Notaris pastinya hanya boleh melakukan hal ini apabila
pembuat testamen sudah meninggal dunia. Sesudah itu, balai harus membuka wasiat dan
membuat berita acara tentang penyampaian dan pembukaan wasiat tersebut serta tentang
keadaannya. Kemudian balai menyampaikannya kembali kepada notaris yang sudah
memberikan wasiatnya. Tahap-tahap ini mengikuti prosedur yang telah dituliskan dalam
Pasal 937 dan Pasal 942 KUHPerdata.
Akhirnya para ahli waris akan diberitahukan oleh notaris tentang isi dari testamen
tersebut, sesuai dengan Pasal 943. Hal itu karena ahli waris adalah orang-orang yang
berkepentingan. Maka sebelum pewaris testamenter olografis tertutup meninggal dunia tidak
mungkin ahli warisnya mengetahui isi dari testamen.

3. a. Kapan seseorang disebut sebagai ahli waris testamenter dan kapan sebagai
legataris?
Seseorang menjadi ahli waris testamenter ketika seseorang telah memutuskan untuk
memberikan harta peninggalannya kepada mereka melalui testamen. Hal ini dengan syarat
mereka masih hidup ketika pewaris meninggal dunia (Pasal 899 KUHPerdata). Ketika sudah
meninggal, dalam testamen mereka memperoleh harta peninggalan pewaris dengan alas hak
umum di mana mereka berhak untuk mendapatkan bagian tertentu (Pasal 876 KUHPerdata).
Apabila pewaris memiliki keluarga sebagai ahli waris ab intestato, Pasal 955 KUHPerdata
mengatur bahwa kedudukan ahli waris testamenter sejajar dengan mereka namun ada
beberapa perbedaan. Ahli waris ab intestato sudah ditunjuk oleh undang-undang sehingga
pewaris tidak perlu membentuk testamen supaya ahli waris ab intestato memperoleh hak
sebagai ahli warisnya. Berbeda dengan ahli waris testamenter yang kedudukannya hanya sah
sebagai ahli waris apabila ada testamen dari pewaris yang menunjuk mereka sebagai ahli
waris. Kemudian seseorang dapat disebut sebagai ahli waris testamenter ketika ia tidak dapat
melakukan penggantian tempat dan juga tidak dapat menikmati atau mengenal inbreng (Pasal
899 KUHPerdata). Misalkan ketika A sebagai pewaris meninggal dan B adalah ahli waris
1
testamenter A untuk bagian dari total harta peninggalan, anak B tidak boleh melakukan
4
1
penggantian tempat atas bagian tersebut. Dalam perhitungan inbreng pun B tidak boleh
4
digabungkan bersama-sama ahli waris ab intestato.
Berbeda dengan ahli waris testamenter, seseorang disebut sebagai legataris ketika
mereka memperoleh isi testamen dengan alas hak khusus yaitu barang-barang tertentu,
bukan bagian tertentu. Hak ini muncul dari pembuatan hibah wasiat (Pasal 957 KUHPerdata)
sehingga seorang legataris dapat meminta barang yang tertulis dalam hibah wasiat kepada
ahli waris atau penerima wasiat (Pasal 959 KUHPerdata). Karena itu legataris memiliki
kedudukan sebagai kreditor terhadap ahli waris. Mereka dapat memperoleh mobil, rumah,
tanah, hak pakai, hasil atas barang, bunga atas barang, dan lain-lain. Maka seseorang disebut
sebagai legataris ketika ada hibah wasiat yang menunjuk mereka untuk menikmati barang
tertentu sehingga mereka memiliki hak sebagai kreditor terhadap ahli waris.
b. Apakah mungkin ahli waris testamenter juga menjadi ahli waris ab intestato?
Jelaskan dan berikan contohnya!
Hal tersebut tidak mungkin karena kedudukan ahli waris testamenter dan ahli waris
ab intestato berbeda. Ahli waris testamenter mendapatkan kedudukannya sebagai ahli waris
hanya karena ada testamen sehingga tanpa testamen tersebut undang-undang tidak
menunjuknya untuk menikmati harta peninggalan pewaris. Ahli waris ab intestato sudah
ditunjuk oleh undang-undang tanpa harus dibuatkan testamen. Seperti yang sudah dijelaskan
juga ahli waris testamenter tidak boleh melakukan penggantian tempat atau ikut serta dalam
inbreng (Pasal 899 KUHPerdata). Kedudukan setiap ahli waris akan mempengaruhi
pembagian harta saat inbreng dan inkorting sehingga tidak mungkin seseorang memiliki dua
kedudukan yang berbeda dan dihitung berdasarkan rumus ahli waris testamenter dan ab
intestato sekaligus.
Selain perbedaan kedudukan, adapun perbedaan bagian yang sudah ditentukan oleh
undang-undang bagi ahli waris. Ahli waris ab intestato dalam garis lurus pewaris diatur
sebagai ahli waris legitimaris yang berhak atas bagian mutlak atau legitieme portie dari harta
warisan. KUHPerdata sudah menetapkan bagian mutlak untuk ahli waris legitimaris seperti
Pasal 914 KUHPerdata yang mengharuskan apabila anak sah pewaris ada 1 maka haruslah
1
anak itu menerima bagian. Demikian pula apabila anak sah pewaris berjumlah 2 maka
2
2 3
bagian mutlaknya harus dan apabila ada 3 anak sah harus bagian mutlaknya. Hal itu
3 4
berbeda dengan ahli waris testamenter yang hanya menerima jumlah sesuai dengan jumlah
yang hendak ditentukan oleh pewaris testamenter. Contohnya apabila seorang anak
kedudukannya sebagai ahli waris ab intestato dan testamenter sekaligus maka akan ada
tumpang tindih akan hukum mana yang harus dipatuhi.

4. P meninggal dunia meninggalkan 3 orang anak yaitu A, B, dan C. Semasa hidupnya


P, A pernah menerima hibah sebesar Rp20.000.000, untuk B sebesar Rp10.000.000,
dan untuk C sebesar Rp10.000.000. P menunjuk pihak ketiga, D sebagai ahli waris
2
testamenter untuk bagian dari harta peninggalannya. Harta warisannya sebesar
3
Rp140.000.000.
a. Berapa besar bagian masing-masing?
1) Total harta warisan dan hibah-hibah:
Rp140.000.000 + Rp20.000.000 + Rp10.000.000 + Rp10.000.000 = Rp180.000.000
2) Bagian D:
2
× Rp180.000.000 = Rp120.000.000,0000006 ≈ Rp120.000.000
3
3) Sisa harta warisan:
Rp180.000.000 − Rp120.000.000 = Rp60.000.000
4) Bagian A, B, dan C dari sisa harta warisan:
Rp60.000.000 ÷ 3 = Rp20.000.000
5) Bagian mutlak A, B, dan C yang seharusnya:
3
× Rp180.000.000 = Rp135.000.000
4
Rp135.000.000 ÷ 3 = Rp45.000.000
Dari sisa harta warisan mereka hanya mendapatkan Rp20.000.000 per orang. Bagian
mutlak A, B, dan C telah dilanggar sehingga harus dilakukan inkorting dari bagian D
menurut Pasal 921 KUHPerdata.
6) Bagian masing-masing:
A = Rp45.000.000 – Rp20.000.000 = Rp25.000.000
B = Rp45.000.000 – Rp10.000.000 = Rp35.000.000
C = Rp45.000.000 − Rp10.000.000 = Rp35.000.000
D = Rp140.000.000 – (Rp25.000.000 + Rp35.000.000 + Rp35.000.000) = Rp45.000.000
Jumlah keseluruhan = Rp25.000.000 + Rp35.000.000 + Rp35.000.000 + Rp45.000.000
= Rp140.000.000
Bagian D dikurangi Rp25.000.000 supaya menutupi bagian mutlak untuk A, B, dan C.
b. Apabila istrinya P, K juga masih hidup, berapa besar bagiannya K?
1) Total harta warisan dan hibah-hibah:
Rp140.000.000 + Rp20.000.000 + Rp10.000.000 + Rp10.000.000 = Rp180.000.000
2) Bagian D:
2
× Rp180.000.000 = Rp120.000.000,0000006 ≈ Rp120.000.000
3
3) Sisa harta warisan:
Rp180.000.000 − Rp120.000.000 = Rp60.000.000
4) Pasal 852a KUHPerdata mengatur bahwa istri yang ditinggal oleh suaminya disamakan
dengan seorang anak sah sehingga bagian A, B, C, dan K adalah:
Rp60.000.000 ÷ 4 = Rp15.000.000
5) Bagian mutlak A, B, dan C yang seharusnya menurut Pasal 921 KUHPerdata:
3
× Rp180.000.000 = Rp135.000.000
4
Rp135.000.000 ÷ 3 = Rp45.000.000
A, B, dan C hanya mendapatkan Rp15.000.000 dari sisa harta warisan sehingga harus
dilakukan inkorting. Jumlah yang dimiliki A, B, dan C dari sisa harta sekarang sebanyak
Rp45.000.000 sehingga kurang Rp90.000.000.
6) Bagian masing-masing:
K = Rp15.000.000
A = Rp45.000.000 – Rp20.000.000 = Rp25.000.000
B = Rp45.000.000 – Rp10.000.000 = Rp35.000.000
C = Rp45.000.000 – Rp10.000.000 = Rp35.000.000
D = Rp120.000.000 – Rp90.000.000 = Rp30.000.000
Jumlah keseluruhan = Rp15.000.000 + Rp25.000.000 + Rp35.000.000 + Rp35.000.000
+ Rp35.000.000 = Rp140.000.000
Bagian K tidak melanggar bagian mutlak karena jumlahnya yang hanya Rp15.000.000,
sangat kecil dibandingkan bagian mutlak A, B, dan C. Oleh karena itu harus dilakukan
inkorting sebesar Rp90.000.000 dari bagian D.

Anda mungkin juga menyukai