Anda di halaman 1dari 67

HUKUM WARIS

KUH. PERDATA
ASTRI NURDIN, S.H.,M.H
PENGERTIAN
 HUKUM WARIS : adalah aturan hukum yang mengatur
mengenai akibat hukum dari matinya seseorang terhadap
kekayaan yang ditinggalkan- nya, yaitu mengatur
bagaimanakah kekayaan tersebut akan berpindah kepada
orang2 yang berhak menerimanya.
 Juga diatur mengenai akibat hukum dari perpindahan
tersebut baik dlm hubungan diantara mereka maupun dlm
hub dg pihak III.
Unsur–unsur Pewarisan
 Pewaris :
orang yg mati dan meninggalkan warisan.
 Ahliwaris :
orang yg menggantikan kedudukan pewaris atas harta
warisan.
 Harta warisan :
komplek kekayaan yg berup aktiva dan pasiva si
pewaris yang berpindah kepada ahliwaris.
Buku II KUH. Perdata
 XII : ttg pewarisan karena kematian
 XIII : ttg surat wasiat
 XIV : ttg pelaksana wasiat dan
pengurusan harta peninggalan.
 XV : ttg hak memikir dan hak istimewa
untuk mengadakan pendaftaran harta
peninggalan.
 XVI : ttg menerima dan menolak suatu
warisan.
 XVII : ttg pemisahan harta peninggalan
 XVIII : ttg harta peninggalan yang tak
terurus.
Pluralisme Hk Waris
 Bagi orang Ind. Asli pd pokoknya berlaku Hukum Adat.
 Bagi orang-orang Ind. yang beragama Islam diberbagai
daerah ada pegaruh yg nyata dari Peraturan Pewarisan
Islam.
 Bagi orang-orang Arab pada umumnya berlaku seluruh
Hukum Waris Islam.
 Bagi orang Cina dan Eropa (keturunan) berlaku Hukum Waris
dalam KUH. Perdata.
Dua Macam Pewarisan
 Pewarisan karena kematian = pewarisan undang-undang =
pewarisan ab-intestato. Ahliwarisnya dinamakan ahliwaris
undang-undang = ahliwaris ab-intestaat (a.i).

 Pewarisan testamenter = pewarisan berdasar surat wasiat =


pewarisan ad-testamento. Ahliwarisnya dinamakan ahliwaris
testamenter = ahliwaris surat wasiat.
Pasal 874
 Segala harta peninggalan seorang yang meninggal dunia,
adalah kepunyaan sekalian ahliwaris menurut undang-undang,
sekedar terhadap itu dengan surat wasiat tidak telah diambilnya
sesuatu ketetapan yang sah.
1. kehendak pewaris dlm wasiat didahulukan.
2. pewarisan undang2 bersifat mengatur.
3. dibuat dlm bentuk surat wasiat.
Kematian Pewaris
 Ps. 830 : Pewarisan hanya berlangsung karena kematian.
 Kematian : kematian alamiah, kematian karena adanya
putusan Hakim tentang pernyataan kemungkinan meninggal
dunia dan kematian perdata (dicabut dg ps. 3).
 Ps. 1334 (2) : orang tdk dpt melepaskan warisan yang belum
terbuka . . .
 Ps. 169, 176, 178.
 Ps. 1063 : dlm pjj kawin tidak dpt melepaskan warisan yg
belum terbuka . . .
Penerima Warisan

 Penerima warisan dengan alas hak umum = menerima aktiva


dan pasiva = ahliwaris baik ahliwaris undang-undang atau
ahliwaris testamenter.

 Penerima warisan dengan alas hak khusus = menerima aktiva


saja = penerima legaat = penerima hibah wasiat = legataris.
Harta Warisan
 Ps. 879 : undang2 tak memandang akan sifat atau asal usul
harta peninggalan dalam mengatur masalah pewarisan.
 Dasarnya asas Persatuan Harta = dlm satu keluarga hanya
ada satu harta (HP).
 UU Perkawinan, Hukum Islam, Hukum Adat menganut asas
Pemisahan Harta.
 Dpt disimpangi dengan perjanjian kawin.
Rumus menentukan
Warisan
 Pewaris tdk kawin : HW = HK
 Pewaris kawin :
1. Persatuan harta : HW = 1/2 HP
2. Pemisahan harta: HW = HPr + 1/2 HB
Syarat Menjadi Ahliwaris
UU
 Ditunjuk menjadi ahliwaris, Ps. 832. (keluarga
sedarah sah atau luar kawin dan suami atau isteri
yang hidup lebih lama).
 Telah lahir saat warisan terbuka, Ps. 836
 Bukan orang yang tdk patut mewaris =
onwaardigheid, Ps. 838.
 Tidak menolak warisan, Ps. 1058.
 Tidak dicabut hak warisnya oleh pewaris.
Onwaardigheid (838)
1. Mereka yang telah dihukum karena
dipersalahkan telah membunuh atau
mencoba membunuh pewaris.
2. Mereka yang dengan putusan hakim pernah
dipersalahkan … membuat pengaduan
palsu atas diri pewaris … tindak pidana dg
anc 5 th atau lebih.
3. Mereka yg dg kekerasan atau perbuatan
telah mencegah pewaris utk membuat atau
mencabut surat wasiat.
4. Mereka yang menggelapkan, merusak atau
memalsukan surat wasiat.
Hak Ahliwaris
1. UMUM :
a. Hak untuk berfikir (1023).
b. Menerima secara murni.
c. Menerima bersyarat = beneficiaire dg hak
mengadakan pencatatan budel.
d. Menolak warisan.
2. KHUSUS :
a. Hak Saisine.
b. Hak Hereditatis Petitio.
Hak Berfikir (Ps. 1023)
 Semua orang yang memperoleh hak atas suatu warisan, dan
ingin menyelidiki keadaan harta peninggalan, agar . . .
mempunyai hak untuk memikir, dan ttng itu mereka harus
melakukan suatu pernyataan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri, . . .
 Jangka waktu 4 bln, dan dapat diperpanjang (1024).
Ps. 1025
 Selama tenggang waktu tersebut diatas, si waris yg sedang
memikir, tidak dapat dipaksa untuk berlaku sebagai waris.
Tiada suatu penghukuman oleh Hakim dpt diperoleh
terhadap waris tersebut, sedangkan pelaksanaan putusan2
yg telah diucapkan untuk kekalahan si meninggal,
ditangguhkan.
 Ia diwajibkan, menjaga keselamatan segala benda yang
termasuk harta peninggalan sebagai seorang bapak rumah
yang baik.
Penerimaan Warisan
 Suatu warisan dapat diterima secara murni atau dengan hak
istimewa untuk mengadakan pencatatan harta peninggalan
(1044).

 Penerimaan murni : menerima apa adanya


warisan, meliputi aktiva dan pasiva.
 Tiada seorangpun diwajibkan menerima suatu warisan yang
jatuh padanya (1045).
 Penerimaan dapat dilakukan dengan tegas atau secara
diam-diam (1047).
 Hak untuk menerima suatu warisan hapus karena daluwarsa
dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun, terhitung sejak hari
terbukanya warisan . . . (1055).
 Si waris yang sudah menolak warisannya, masih juga dapat
menerimanya, selama warisan itu belum diterima oleh mereka
yang ditunjuk oleh undang2 atau wasiat, dengan tidak
mengurangi hak2 pihak ketiga, sebagai mana tersebut dalam
pasal yang lalu (1056).
 Akibat penerimaan scr murni adl terjadi percampur- an harta
antara harta pribadi ahliwaris dan harta wa- risan, shg tgg jwb
atas hutang warisan dst . . .
 . . . juga membebani harta pribadi ahliwaris.
 Ahliwaris yang sudah menerima warisan secara murni, tidak
dapat menerima secara beneficiaire ataupun menolak
warisan.
Penerimaan scr beneficiaire
 Penerimaan bersyarat = penerimaan dengan hak istimewa
untuk mengadakan pencatatan budel = penerimaan
beneficiaire.
 Ahliwaris menerima pasiva warisan sebesar aktiva yang ada.
 Seorang waris kehilangan hak menerima scr beneficiaire
apabila (1031) :
1. dg sengaja tdk memasukkan sebagian warisan pd saat
pendaftaran warisan.
2. melakukan penggelapan warisan.
Akibat penerimaan scr
beneficiaire
 Ps. 1032 : Hak istimewa utk mengadakan penca-
tatan budel mempunyai akibat :
1. si waris tidak dibebani membayar utang
waris an yang melebihi aktiva warisan yang
ada.
2. harta pribadi ahliwaris tidak bercampur dngn
harta warisan, dan ia tetap berhak menagih
piutang2nya pribadi dari warisan.
 Ahliwaris yang menerima warisan secara benefici aire masih
dapat menerima secara murni, akan tetapi tidak dapat
menyatakan menolak warisan.
Menolak Warisan
 Si waris yang menolak warisannya, dianggap tidak pernah
telah menjadi waris (1058).
 Penolakan warisan hrs dilakukan dengan tegas dg membuat
pernyataan pd Ketua Panitera PN (1057).
 Semua pemegang piutang terhadap seorang yang menolak
suatu warisan untk kerugian mereka, dapat meminta
dikuasakan oleh Hakim untuk atas nama si yg berutang itu,
sbg pengganti dari dan untuk orang itu menerimanya.
Hak Saisine
 Ps. 833 : sekalian ahliwaris dengan sendirinya karena hukum
memperoleh hak milik atas segala barang, segala hak dan
piutang si yang meninggal.
 Dengan sendirinya : otomatis.
 Karena hukum
 Menjadi pemilik harta warisan.
 Segala barang, hak dan piutang.
Hereditatis Petitio (834)
 Tiap2 ahliwaris berhak memajukan gugatan guna
memperjuangkan hak warisnya, terhadap segala mereka, yg
baik atas dsr hak yang sama, baik tanpa dasar sesuatu
hakpun menguasai seluruh atau sebagian harta peninggalan,
sepertipun terhadap mereka, yang secara licik telah
menghentikan penguasaannya.
 Ditujukan kepada : sesama ahliwaris, org yang menguasai HW
tanpa alas hak, orang yang melepaskan penguasaan secara
tidak sah.
Cara Mewaris (berbagi
warisan)
Mewaris karena kedudukan sendiri atau karena haknya
1.
sendiri terpanggil menjadi ahliwaris (ps. 832 jo. 874).
Pembagian warisannya secara kepala demi kepala.
Mereka adalah para ahliwa ris derajat 1, derajat terdekat,
suami/isteri, anak luar kawin dan para ahliwaris testamenter.
2. Mewaris karena penggantian tempat yaitu me- waris
karena menggantikan seseorang yang mestinya mewaris
tapi meninggal lebih dulu da ri pewarisnya. Pembgn
pancang dm pancang.
Syarat penggantian
tempat
1. Orang yang digantikan telah mati lebih dulu
dari pewarisnya.
2. Ahliwaris pengganti adalah keturunan sah dari
orang yang akan digantikan tempatnya.
3. Memenuhi syarat sebagai ahliwaris.
Bentuk2 penggantian
tempat
 Diantara ahliwaris golongan I, yaitu diatara anak
dan keturunannya : berlangsung terus tiada akhir
(Ps. 842).
 Diantara ahliwaris golongan II atau keturunan
saudara : berlangsung sampai derajat enam.
 Diantara ahliwaris golongan IV atau keturunan
paman dan bibi, dsb : hanya terjadi kalau
dipenuhi syarat dalam Pasal 845
PEWARISAN UNDANG2
 Pembagian warisan menurut ketentuan undang-undang.
 Ahliwarisnya terdiri dari keluarga sedarah, baik sah atau luar
kawin dan suami atau isteri yang hidup lebih lama (Ps. 832).
 Ps. 290 : keluarga sedarah sah adalah pertalian keluarga
karena :
1. yang satu merupakan keturunan yang lain,
2. karena memp. nenek moyang yang sama.
GOLONGAN AHLI WARIS MENURUT
UNDANG-UNDANG

 Golongan I terdiri dari suami istri dan


anak-anak beserta keturunannya
 Golongan II terdiri dari orang tua dan
saudara-saudara beserta
keturunannya
 Golongan III terdiri dari kakek, nenek
serta seterusnya ke atas
 Golongan IV terdiri dari keluarga
dalam garis menyamping yang lebih
jauh, termasuk saudara-saudara ahli
waris golongan III beserta
keturunannya
MEWARIS BERDASARKAN UU
31
a) Atas dasar kedudukan sendiri
Penggolongan ahli waris berdasarkan garis keutamaan
 Golongan I Ps. 852-852a KUHPerdata
 Golongan II Ps. 855 KUHPerdata
 Golongan III Ps. 850 yo 858 KUHPerdata kloving
 Golongan IV Ps. 858 s.d 861 KUHPerdata
b) Berdasarkan penggantian
Syarat penggantian → orang yang digantikan telah meninggal
terlebih dahulu dari pewaris
Macam penggantian:
 Dalam garis lencang kebawah tanpa batas → pasal 842
KUHPdt
 Dalam garis menyamping; saudara digantikan anak-anaknya
→ pasal 844 KUHPerdata
 Penggantian dalam garis samping dalam hal ini yang tampil
adalah anggota keluarga yang lebih jauh tingkat
hubungannya daripada saudara, misalnya paman, bibi, atau
keponakan
MEWARIS BERDASARKAN UU (AB INTESTATO)
32

Gol. I Suami/istri beserta keturunannya



Pasal 852 BW

Gol. II Orang tua dan saudara kandung



Pasal 854 s.d 857 BW
Gol. III Kakek+nenek (ke atas)
 kloving 33

Pasal 850 s.d 853 BW

Pada gol.III terjadi kloving → ½ harta untuk keluarga ibu dan ½ untuk
keluarga ayah, keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas →
pasal 850 dan 853 KUHPerdata

Gol. IV Keluarga sedarah lainnya dalam garis menyamping


sampai derajat ke-6 (pasal 858) → paman+bibi
 Sah : pertalian keluarga yang timbul sebagai akibat
perkawinan yang sah.

Keluarga sedarah sah dan luar


kawin
PEWARISAN ANAK LUAR KAWIN
 Anak luar kawin dalam arti luas adalah anak
yang dilahirkan karena perzinahan dan anak
sumbang (anak yang dilahirkan dari mereka
yang mempunyai hubungan darah terlalu
dekat). Anak tersebut tidak boleh diakui dan
disahkan. Dengan demikian mereka tidak
dapat mewaris dari orang yang
membenihkannya, melainkan hanya berhak
mendapat tunjangan nafkah
 Anak luar kawin dalam arti sempit adalah
anak yang dilahirkan di luar perkawinan yang
sah sebagai akibat hubungan antara seorang
pria dan wanita yang masih lajang (tidak
terikat perkawinan). Kedudukan anak ini bisa
diakui dan disahkan. Akibatnya mereka
berhak menjadi ahli waris.
ANAK LUAR KAWIN SEBAGAI
AHLI WARIS

 Anak luar kawin mempunyai


hubungan hukum dengan ayah atau
ibunya setelah ayah atau ibunya
mengakui anak luar kawin tersebut
secara sah.
 Hubungan hukum antara anak luar
kawin dengan ayah atau ibunya
bersifat terbatas
 Anak luar kawin dapat mewaris
dengan ahli waris golongan I,II,III atau
IV
 Anak luar kawin merupakan kelompok
ahli waris tersendiri
ANAK LUAR KAWIN SEBAGAI
PEWARIS
 Bagian anak luar kawin, jika bersama-sama
dengan golongan I adalah 1/3 bagian dari
mereka yang sedianya harus mendapatkan
seandainya mereka adalah anak sah.
 Bagian anak luar kawin, jika bersama-sama
dengan golongan II dan III adalah 1/2
bagian dari harta warisan.
 Bagian anak luar kawin, jika bersama-sama
dengan golongan IV adalah 3/4 bagian dari
harta warisan.
 Luar kawin : pertalian keluarga yang timbul akibat adanya
hubungan di luar perkawinan.
 Keluarga sedarah sah dibedakan dalam garis lurus (ke atas dan
ke bawah) dan garis menyimpang /kesamping.
 Jauh dekatnya hubungan kekeluargaan diantara keluarga
sedarah dihitung berdasar jumlah kelahiran, dan tiap kelahiran
disebut derajat.
 Prinsip Golongan Ahliwaris :
1. Ada 4 gol. Aw ( Gol. I, II, III, IV).
2. Gol yang lebih dekat menutup gol. yg lbh jauh.
 Prinsip Hubungan Perderajatan : diterapkan dalam golongan, drj
yg dekat menutup drj yg lbh jauh.
AW Golongan I
 Terdiri dari : anak atau keturunan anak dan suami atau isteri
yang hidup terlama.

P A


B C D E F G H

 Ahliwaris P adalah A, B, C, D, E, F, G dan H masing-masing 1/8


bagian.
 Mewaris kepala demi kepala.
 Contoh lain :

 P F

A B C D E G H I
 Ahliwaris A adalah : A, B, C, D, E, F, G, H dan I, masing-masing 1/9
bagian.
 Hak waris anak : biar beda jenis kelamin, tingkat kelahiran, atau
dilahirkan dari lain2 perkawinan, hak nya sama (Ps. 852), mewaris
kepala demi kepala.
 Hak waris isteri/suami : dipersamakan dengan hak waris anak sah
(Ps. 852 a).
 Contoh lain :

P A
 Ahliwaris P adalah A atas seluruh warisan.


P

A B C D
 Ahliwaris P adalah A, B, C dan D, masing2 1/4
bagian.
 Contoh lain : (mewaris pancang demi pancang)

A B C

D E F G H I

 Apabila A, B dan C mati lebih dulu dari P, maka D, E, F, G, H dan I


mewaris berdasar penggantian tempat, pembagian warisannya :
D = 1/3, E = 1/6, F = 1/6, G = 1/9, H = 1/9, I = 1/9.
 Apabila A, B dan C masih hidup akan tetapi semua nya menolak
warisan atau tidak patut mewaris, ma- ka D, E, F, G, H dan I
mewaris berdasar keduduk- an sendiri, bagian masing-masing
adalah 1/6 bagian.
Latihan :
1. P (pewaris) meninggal dunia meninggalkan keluarga terdiri
dari seorang isteri (A), tiga orang anak (B, C, D), dua orang
cucu anak dari B (E dan F), dan dua orang tua (G dan H). P
meninggalkan warisan senilai Rp 100 juta, siapakah ahliwaris
P dan hitung hak bagian para ahliwaris.
2. P (pewaris) meninggal dunia meninggalkan keluarga terdiri
dari seorang isteri (A), seorang anak kandung (B), dua
orang anak tiri (C, D), siapakah ahliwaris P dan berapa
bagian ahliwaris apbl harta warisan P senilai Rp 50 jt.
AW Golongan II
 Ahliwaris Gol II : Orang tua dan saudara pewaris, baik
saudara kandung mp sdr tiri.
 Ps. 854 (1) : Ps. 854 (2) :

A B A B

P C P C D dst.

(1) A = 1/3, B = 1/3 dan C = 1/3 selebihnya.


(2) A = 1/4, B = 1/4 dan C,D dst bgn slbhnya.
 Ps. 855 :

 A

B 1/2 A B 1/3

P C P C D
 A B¼
 P C D E F
Kesimpulan :
1) Orang tua dlm hal mewaris dengan saudara sll diberi
bagian warisan terlebih dahulu.
2) Saudara mendapat bagian selebihnya, sisa dari bagian
orang tua.
3) Orang tua minimal mendapat 1/4 bgn.
4) Ps. 854 dan 855 sedang mengatur mengenai bagian
warisan orang tua dlm hal mewaris dg saudara pewaris.
 Ps. 856 : saudara mewaris seluruh warisan kalau tidak ada
orang tua yang hidup.
 Ps. 859 : orang tua mewaris seluruh warisan kalau tidak ada
saudara yang hidup.

 Ps. 857 :
a) Semua sdr adl saudara kandung berbagi sama;
b) Ada saudara kandung dan saudara tiri, warisan dibelah
menjadi dua, 1/2 bg utk grs ayah dan 1/2 bg yg lain untuk grs
ibu, dg dmkn sdr kandung mendapat bgn dari dua garis.
 Contoh :

A B

F G C D E H I J K
 Pembagian warisan :
 A = 1/4, dan B = 1/4, sisa warisan = 1/2,
 Bagian saudara dibelah menjadi 2, = 1/4 dan 1/4
 Saudara garis ayah : F, G, D, E = @ 1/16
 Saudara garis ibu : D, E, H, I, J, K = @ 1/24
➢ D dan E saudara kandung : 1/16 + 1/24.
 Contoh lagi :

A B


 C D E P F G H I J

 Harta warisan P = Rp. 240 juta.


 A = 60, B = 60, sisa warisan = 120,
 Sisa warisan dibagi 2, 60 dan 60
 Saudara garis ayah : C, D, E, F, G = @ 12 jt
 Saudara garis ibu : C, D, E, F, G, H, I, J = @ 7,5 jt
➢ Saudara kandung C, D, E, F, G = 19,5 jt, saudara tiri H, I, J @ 7,5 jt
Hak waris isteri/suami dlm Prkw
II P(A,B),
 (pewaris) meninggal dunia meninggalkan dua orang anak
dan seorang isteri dalam perka winan II :

 P C

 A B

 Bagian C = 1/4, A = 3/8, B = 3/8 bagian.


 Bagian isteri/suami dlm prkw II dst, tdk boleh lebih besar dr
bag anak dan max 1/4 (Ps. 852a).
Pemasukan/Inbreng
 Pengertian : memperhitungkan hibah yang diterima ahliwaris
dari pewarisnya, ketika diadakan pembagian warisan
pewaris.
 1086 : Dengan tidak mengurangi kewajiban sekalian ahliwaris
untuk membayar kepada kawan2 waris mereka atau
memperhitungkan dengan mereka ini segala utang mereka
kepada harta peninggalan, maka segala hibah yang
diperoleh dari si yang mewariskan di kala hidupnya orang ini,
harus dimasukkan.
Siapa yang wajib inbreng ?
1. Oleh para waris dalam garis turun ke bawah, baik sah
maupun luar kawin, ………..…….. kecuali apabila
pemberian2 itu telah dilakukan dengan pembebasan
secara jelas dari pemasukan, ataupun apabila para
penerima itu didalam suatu akta otentik atau dalam suatu
wasiat telah dibebaskan dari kewajibannya untuk
memasukkan.
2. Oleh semua waris lainnya, baik waris karena kematian
maupun waris wasiat, namun hanyalah dalam hal si yang
mewariskan maupun si penghibah dengan tegas telah
memerintahkan atau memperjanjikan dilakukannya
pemasukan.
 Contoh :

 P A
 A 50 W

B C D B (30 H + 20 W)
30 20 C (20 H + 30 W)

 HW : 150 D 50 W
 Inbreng : 150 + 30 + 20 = 200
 A, B, C, D = @ 50
Tujuan Inbreng
 Tercapai perhitungan warisan yang adil.
 Besarnya hibah mengurangi hak aw atas warisan.
 Dalam rangka pembagian warisan pewaris.
 Aw menolak warisan tdk perlu inbreng (1087).
 Untuk keuntungan ahliwaris UU (1091).
 Tidak untuk mengurangi hibah (1088), jo. 924.
❖ Ahliwaris testamenter tidak menikmati inbreng.
P A

Hibahnya lebih besar


B C D
80 30
 HW = 150
 Inbreng 1 : 80+30+150 = 260 x 1/4 = 65
 Inbreng 2 : 30+150 = 180, A,C,D @ = 60
 Jadi B hanya inbreng sebesar 60
 Scr praktis B tdk inbreng dan tdk dpt warisan
Hibah yg hrs di inbreng
(1096)
 Pemberian untuk memperoleh kedudukan,
 Pemberian untuk memperoleh pekerjaan,
 Suatu perusahaan,
 Membayar utang,
 Pesangon kawin.
(pemberian ekstra, di luar kewajiban orang tua).
Hibah yg tdk di inbreng
(1097)
 Biaya pemeliharaan dan pendidikan,
 Tunjangan hidup seperlunya (sewajarnya),
 Pengeluaran utk mendapat keahlian dlm perda-
gangan, kebudayaan, kerajinan atau
perusahaan,
 Biaya untuk perlengkapan perkawinan.
(kewajiban2 orang tua)
 1099 : barang musnah di luar salahnya tidak di
masukkan.
PEWARISAN MENURUT WASIAT

 Surat wasiat atau testament adalah suatu akta yang memuat


pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya
akan terjadi setelah ia meninggal dunia dan yang olehnya
dapat dicabut kembali.

 Sebuah testament harus berbentuk tulisan yang dapat dibuat


dengan akte di bawah tangan ataupun otentik dan berisikan
pernyataan kehendak yang dapat diartikan sebagai
tindakan hukum sepihak
SYARAT-SYARAT PEMBUAT
TESTAMENT
 Sudah Mencapai Usia 18 Tahun
 Sudah Dewasa
 Sudah Menikah, Sekalipun Belum Berusia 18 Tahun
YANG TIDAK BERHAK
MEWARIS, MELALUI WASIAT
 Mereka yang telah dihukum karena membunuh si
pewaris
 Mereka yang telah menggelapkan, membinasakan;
dan atau memalsu surat wasiat
 Mereka yang dengan paksaan atau kekerasan
mencegah pewaris mencabut atau mengubah
wasiatnya
BENTUK SURAT WASIAT
LAINNYA
 Suatu Akte Yang Dibuat Di Bawah Tangan
 Surat Wasiat Yang Dibuat Dalam Keadaan Perang
 Surat Wasiat Yang Dibuat Dalam Perjalanan Melalui
Laut
 Surat Wasiat Yang Dibuat Sewaktu Mereka Berada Di
Tempat Penyakit Menular
BENTUK SURAT WASIAT
LAINNYA
 SUATU AKTE YANG DIBUAT DI BAWAH TANGAN
 SURAT WASIAT YANG DIBUAT DALAM KEADAAN
PERANG
 SURAT WASIAT YANG DIBUAT DALAM PERJALANAN
MELALUI LAUT
 SURAT WASIAT YANG DIBUAT SEWAKTU MEREKA
BERADA DI TEMPAT PENYAKIT MENULAR
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai