Anda di halaman 1dari 5

RESUME MAKALAH KELOMPOK 4

Fauza Rodi Panji Wirawan/05040721065

A. Pengertian Hukum Waris


Konsepsi umum hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang apa yang seharusnya
terjadi terhadap harta milik orang yang telah meninggal, yaitu mengatur tentang
pemindahan harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dengan akibat-akibatnya
bagi ahli waris.
Masdar yang lain dari ilmu sasaf masih terdapat 3 yaitu wirsan, wirasatan serta irsan.
Sedangkan istilah waris merupakan orang yang mendapat warisan atau pusaka.Dalam
hukum waris berlaku suatu asas, yang menurutnya hanya hak dan kewajiban di bidang
hukum harta benda yang dapat diwarisi.apabila seseorang meninggal dunia, maka semua
hak dan kewajibannya langsung beralih kepada ahli warisnya.

B. Unsur-unsur dalam hukum waris.

Terdapat beberapa perbedaan antara ketiga sistem hukum waris di Indonesia mengenai
unsur-unsur pewarisan, namun secara umum unsur-unsur pewarisan memiliki pengertian
yang sama dengan yang disebutkan di atas, yang uraiannya dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1. Pewaris
2. Harta Warisan
3. Ahli Waris

C. Ahli waris menurut islam dan BW


1. Kewarisan menurut hukum Islam.

Dalam pasal 171 Kompilasi Hukum Islam, ada beberapa ketentuan mengenai kewarisan
ini, yaitu Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang perpindahan
kepemilikan atas harta warisan seseorang.Pewaris adalah orang yang meninggalkan ahli
waris dan harta warisan pada saat kematiannya, berdasarkan putusan pengadilan
Islam.siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa banyak diantara mereka yang
mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan ahli waris, beragama
Islam dan tidak dilarang oleh hukum untuk menjadi ahli waris.

2. Sistem Hukum kewarisan menurut KUH Perdata (BW)


Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata ada dua cara untuk mendapatkan
warisan, yaitu sebagai ahli waris menurut Undang-undang Dan Karena ditunjuk dalam
surat wasiat (testament). Cara pertama disebut mewarisi menurut Undang-undang atau
"ab intestato" dan cara kedua disebut mewarisi secara "testamentair". Dalam hukum
waris berlaku asas bahwa hanya hak dan kewajiban dalam bidang hukum harta benda
yang dapat diwarisi dan obligasi yang hanya bisa dinilai dengan uang saja

D. Orang Yang Tidak Berhak Menjadi Ahli Waris.

Ketentuan orang tidak berhak menerima waris dalam hukum perdata dapat ditemukan
dalam pasal 838 KUH Perdata. Penjelasan pasal tersebut menyebutkan bahwa seseorang
tidak berhak menjadi ahli waris dapat dikelompokkan dalam 4 orang yaitu :

1. Mereka yang telah dihukum karena dipersalahkan telah membunuh atau mencoba
membunuh pewaris.
2. Mereka yang dengan putusan hakim Pengadilan dipersalahkan karena dengan fitnah
telah mengajukan pengaduan terhadap pewaris mengenai suatu kejahatan yang diancam
dengan hukuman penjara lima tahun lamanya atau hukuman yang lebih berat
3. Mereka yang dengan kekerasan telah mencegah pewaris membuat atau mencabut surat
wasiatnya.
4. Mereka yang telah menggelapkan, merusak atau memalsukan surat wasiat pewaris.

E. Bagian Yang Diterima Ahli Waris


1. PERKAWINAN :
a. Istri atau Janda : Bila tidak memiliki anak atau cucu mendapat bagian waris ¼ ,
apabila memiliki anak atau cucu mendapat bagian waris 1/8
b. Suami atau Duda : Bila tidak memiliki anak atau cucu mendapat bagia waris ½ ,
apabila memiliki anak atau cucu mendapat bagian waris ¼
2. NASAB (HUBUNGAN DARAH) :
a. Anak perempuan : Sendirian dan tidak mempunyai anak atau cucu mendapat
bagian waris ½ , apabila dua anak perempuan tidak memiliki anak atau cucu laki-
laki mendapat bagian waris 2/3
b. Anak laki-laki : Sendirian atau bersama anak dan cucu lain (laki-laki dan
perempuan) mendapat bagian waris Ashobah (sisa seluruh harta setelah dibagi
pembagian lain)
Keterangan: Pembagian antara laki-laki dan perempuan 2 banding 1
c. Ayah kandung: Bila tidak memiliki anak atau cucu mendapat bagian waris 1/3
dan apabila memiliki anak atau cucu mendapat bagian waris 1/6
d. Ibu kandung : Bila tidak memiliki anak atau cucu dan tidak mempunyai dua
saudara atau lebih dan tidak bersama ayah kandung mendapat bagian waris 1/3
apabila memiliki anak dan cucu atau mempunyai dua saudara atau lebih dan tidak
bersama ayah kandung mendapat bagian waris 1/6, dan apabila tidak memiliki
anak atau cucu dan tidak mempunyai dua saudara atau lebih tetapi bersama ayah
kandung menndapat bagian waris 1/3 dari sisa sesudah diambil istri atau janda
maupun suami atau duda
e. Saudara laki-laki atau perempuan seibu : Sendirian tidak memiliki anak atau cucu
dan tidak mempunyai ayah kandung mendapat bagian waris 1/6, apabila dua
orang atau lebih tidak memiliki anak atau cucu dan tidak mempunyai ayah
kandung mendapat bagian waris 1/3.
f. Saudara perempuan sekandung atau seayah : Sendirian tidak memiliki anak atau
cucu dan tidak mempunyai ayah kandung mendapat bagian waris ½, apabila dua
orang lebih tidak memiliki anak atau cucu dan tidak mempunyai ayah kandung
mendapat bagian waris 2/3.
g. Saudara laki-laki sekandung atau seayah : Sendirian atau bersama saudara lain
dan tidak memiliki anak atau cucu dan tidak mempunyai ayah kandung mendapat
Ashobah (sisa seluruh harta setelah dibagi pembagian lain)
Keterangan: Pembagian antara laki-laki dan perempuan 2 banding 1,
h. Cucu atau keponakan (anak saudara) : Menggantikan kedudukan orang tuanya
yang menjadi ahli waris. Persyaratan berlaku sesuai kedudukan ahli waris yang
diganti, dan mendapatkan bagian waris sesuai yang diganti kedudukannya sebagai
ahli waris.

F. Testatemen Atau Wasiat.


1. Pengertian wasiat.

Secara simpelnya pengertian wasiat adalah suatu akta yang berisi pernyataan seseorang
tentang apa yang dikehendakinya serta olehnya dapat dicabut kembali dan pelaksanaanya
dapat di lakukan setelah ia meninggal dunia. Dimana wasiat tersebut sudah diatur Pada
Pasal 875 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang surat wasiat.

2. Hukum Hibah Wasiat (legaat) Menurut Kitab UndangUndang Hukum Perdata.


Hibah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1666 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
yaitu, “Sesuatu persetujuan dengan mana si penghibah di waktu hidupnya, dengan cuma-
cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan suatu benda guna keperluan
si penerima hibah yang menerima penyerahan itu.” Selama harta yang telah diterima dari
hibah tersebut nilainya tidak melanggar hak mutlak ahli waris, Penerima hibah tidak
berkewajiban untuk mengembalikan harta tersebut kepada ahli waris
ab..intestato...Dengan kata lain, penerima hibah wajib mengembalikan seluruh harta yang
telah diterimanya dari hibah apabila melanggar hak legitieme portie dari ahli waris ab
intestate.

3. Wasiat wajibah
Wasiat wajibah adalah suatu wasiat yang diperuntukan kepada ahli waris atau kerabat
yang tidak memperoleh bagian harta warisan dari orang yang wafat, karena adanya suatu
halangan syarat.

Anda mungkin juga menyukai