NPM : 2103202010025
MK : Hukum Kewarisan
Hukum Kewarisan
A. Pengertian Waris
Waris dalam Islam sendiri diartikan sebagai sebuah aturan yang memang dibuat untuk
mengatur berbagai hal mengenai pengalihan atau perpindahan sejumlah harta seseorang yang
sudah meninggal dunia kepada keluarga atau orang lain yang sudah disebutkan sebagai ahli
waris oleh si pemilik harta. Hukum waris dalam Islam termasuk sangat lengkap sehingga bisa
dijadikan suatu dasar hukum dalam pembagian harta tersebut, contohnya mengatur siapa saja
yang akan menjadi ahli waris, jenis harta warisan, sampai berapa banyak jumlah bagian para ahli
waris.
Sedangkan berdasarkan Kompilasi Hukum Islam dalam Pasal 171, hukum waris dalam islam
adalah aturan yang dibuat, untuk mengatur terkait pemindahan hak kepemilikan harta
peninggalan pewaris, serta penunjukkan ahli waris atau siapa yang berhak menerima warisan
tersebut.
Waris adalah berbagai aturan tentang perpindahan hak milik seseorang yang telah meninggal
dunia kepada ahli warisnya. Dalam istilah lain, waris disebut juga dengan fara‟idh artinya bagian
tertentu yang dibagi menurut agama Islam kepada semua yang berhak menerimanya.
B. Rukun Waris
Sama dengan persolan lainua, waris juga memiliki beberapa rukun yang harus di penuhi,
sebab jika tidak dipenuhi salah satu rukun tersebut, harta waris tidak dibagikan kepada para ahli
waris, untuk menghindari hal tersebut, berikut beberapa rukun warisan berdasarkan hukum waris
:
1. Orang yang mewariskan atau secara islam di sebut al- muwarrits. Dalam hal ini orang
yang telah meninggal dunia ( mayit) yang berhak mewariskan harta bendanya
2. Orang yang mewarisi atau al-warits yaitu orang yang memiliki ikatan kekeluargaan
dengan mayit berdasarkan sebab-sebab yang menjadikanya sebagai orang yang bisa
mewarisi.
3. Harta warisan atau al-mauruts , merupakan harta benda yang ingin diwariskan karena
ditinggalkan oleh mayit setelah peristiwa
C. Pembagian warisan
c. Ayat 12 Ayat ini menjelaskan bahwa: 1) Bila seorang laki-laki mati, maka
saudaranya yang laki-lakilah yang berhak atas harta peninggalannya, juga
saudaranya yang perempuan berhak mendapat harta warisannya itu; 2) Bila
pewaris yang mati itu seorang perempuan, maka saudaranya, baik laki-laki
maupun perempuan, berhak menerima harta warisannya. d. Ayat 176 Ayat
ini menyatakan bahwa: 1) Seorang laki-laki tidak mempunyai keturunan,
sedangkan ia mempunyai saudara perempuan, maka saudaranya yang
perempuan itulah yang berhak menerima warisannya; 2) Seorang perempuan
yang tidak mempunyai keturunan, sedangkan ia mempunyai saudara laki-
laki, maka saudara laki-laki itulah yang berhak menerima warisan. Asas
bilateral terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 174 ayat 1
yang menyebutkan kelompok ahli waris, yaitu golongan menurut hubungan
darah yang terdiri dari golongan laki-laki (ayah, anak laki-laki, saudara laki-
laki, paman dan kakek); dan golongan perempuan (ibu, anak perempuan,
saudara perempuan dan nenek). Sementara duda dan janda menjadi golongan
ahli waris berdasarkan perkawinan. 5. Asas Keadilan dan Keseimbangan
Asas keadilan atau keseimbangan mengandung arti bahwa harus senantiasa
terdapat keseimbangan anatara hak dan kewajiban; antara yang diperoleh
seseorang dengan kewajiban yang harus ditunaikannya. Dalam hukum
kewarisan Islam, harta peninggalan yang diterima oleh ahli waris dari
pewaris pada hakekatnya merupakan kelanjutan tanggung jawab pewaris
terhadap keluarganya. Kata adil merupakan kata bahasa Indonesia yang
berasal dari kata al-adlu ( العدل.(Hubungan dengan masalah kewarisan, kata
tersebut dapat diartikan keseimbangan antara hak dan kewajiban serta
keseimbangan antara yang diperoleh dengan keperluan dan kegunaan (Moh.
Muhibbin,2011: 29). 6. Asas Individu Asas individu dalan hukum kewarisan
Islam berarti bahwa harta warisan dapat dibagi-bagikan kepada ahli waris
untuk dimiliki secara perorangan. Secara umum ketentuan syara’ tentang
kewarisan itu berhubungan dengan harta yang ditinggalkan seseorang ketika
meninggal dunia. Menurut Ahmad Rafiq (1995: 356) bahwa hukum
kewarisan dalam Islam mendapat perhatian besar Karena seringkali
menimbulkan akibat-akibat yang tidak menguntungkan dalam keluarga yang
ditinggal mati pewarisnya